Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dewasa ini tidak sedikit orang yang telah berusaha untuk melakukan
pembaharuan dalam penafsiran Alqur’an, meskipun dengan cara menyimpangkan al
Quran dari maknanya yang benar.Dalam hal ini mereka bukan hanya tidak sesuai
dengan bahasa al Qur’an tetapi juga tidak sesuai dengan kaidah – kaidahumum dalam
agama.

Di antara orang atau kelompok yang talah melakukan pembaharuan


penafsiran itu adalah para pembaharu Islam. Salah satu pembaharu Islam yang talah
melakukan penyimpangan dalam menafsirkan al Quran adalah Ahmadiyah, suatu
aliran baru Islam yang talah didirikan oleh Mirza Ghulam. Ajaran aliran Ahmadiyah
ini telah menyebar luas ke berbagai daerah terutama di daerah Asia.Melihat dari
ajarannya, kebanyakan umat Islam berpendapat bahwa Ahmadiyah ini merupakan
aliran Islam yang sesat karena ajarannya telah bertentangan dengan hal yang prinsipil
dalam Islam yakni tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir.

B. Rumusa Masalah
1. Bagaimana asal-usul ahmadiyah qadiniyah dan lahore?
2. Bagaimana penyimpangan ahmadiyah qadiniyah dalam menafsirkan alquran?
3. Bagaimana penyimpangan ahmadiyah lahore dalam menafsirkan alquran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana asal-usul ahmadiyah qadiniyah dan lahore?
2. Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan ahmadiyah qadiniyah dalam
menafsirkan alquran?
3. Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan ahmadiyah lahore dalam
menafsirkan alquran?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-Usul Ahmadiyah Qadiniyah dan Lahore

Dewasa ini banyak bermunculan aliran agama yang mengaku bahwa

dirinya adalah aliran agama Islam yang paling benar. Ahmadiyah misalya, aliran

agama ini didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahu 1891 di Asia Selatan

(Sekarang India). Ia sendiri dilahirkan di Qadian pada tahun 1835. Ayahnya bernama

Mina Ghulam Murtada. Nenek moyangnya berasala dari Samarkand yang kemudian

pindah ke India dan mendirikan kota Qadian. Menurut beberapa keterangan, Gerakan

Ahmadiah ini lahir di tengah kemuduran umat Islam India di bidang agama, plitik,

sosial, ekonomi, dan bidang kehidupan lainya yang merupakan dampak dari kekuasaa

kerajaan Mughal pada abad 18, karena faktor internal berupa tidak adanya pemimpin

yang bisa mempertahannkan kemajuan kerajaan setelah masa pemerintahan

Aurangzeb.1

Lunturnya moral pemimpin dan pola hidup mewah dalam lingkup

kerajaan semakin mempercepat keruntuhan kerajaan ini.2 Adapun faktor eksternalnya

adalah terjadinya serangan yang dilakukan Inggris pada tahun 1875, sehingga

memberikan peluang terhadap Inggris umtuk melakukan Kristenisasi terhadap India.3

Kemudian munculah seorang ulama terkenal, yaitu Sekh Waliyullah, yang memotori

umat Islam untuk menyadari dan mencari solusi keterbelakangannya.4

1
Iskandar Zulkarnain, gerakan Ahmadiyah di Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2005), 46
2
Ibid,.47.
3
Barsihannor, Haruskah Aku membenci Ahmadiyah, cet. I (Yogyakarta: 2009), 89.
4
Iskandar Zulkarnain,… 51.

2
Usaha ini di teruskan oleh pengikutnya. Termasuk diantaranya adalah

Syekh Ahmad Khan yang mendirikan gerakan Aligarh. Ia meminta agar kaum

Muslimin menempuh jalan damai untuk mengembangikan ajaran agamanya. Gerakan

yang ia bangun semakin besar. Kesediaannya bergabung dengan Inggris yag pada

saat itu hadir, memberikan ruang gerak yang lebih besar kepada Syekh Ahmad. Di

tahun beruikutnya Aligarh mempunyai pusat pendidikan yang menghasilkan

punjangga-pujangga besar dari India. Menurut Muhammad Iqbal, Syekh Ahmad

Khan adalah orang pertama kali merasakan perlunya pembaharuan pemikiran Islam,

dan beliau pulalah yang merealisasikannya.5

Dalam waktu yang hampir bersamaan, munculah seorang pembaharu

bernama Mirza Ghulam Ahmad Khan. Namun menurut beberapa pengamat,

Ahmadiyah lahir sebagai reaksi atas munculnya gerakan Aligarh. Prof. H. A. R. Gibb

bahkan menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah perpaduan antara beberapa aliran baru

dengan tujuan pembaharuan.6 Ahmadiyah merupaka gerakan pembaharuan yang

bersifat liberal dan cinta damai dengan maksud menarik perhatian orang-orang yang

telah kehilangan kepercayaan terhadap Islam dengan pemahaman yang lama. Mirza

Ghulam Ahmad sebagai pendiri menyatakan bahawa dirinya adalah al-Mahdi bagi

umat Islam bagi umat Islam dan al-Masih bagi umat Kristen, tetapi juga sebagai

avatar( inkarnasi) Krishna. Hal ini yang memicu terjadinya reaksi keras umat Islam.7

5
Yogaswara, Heboh Ahmadiyah, Mengapa Ahmadiyah Tidak Langsung Dibubarkan?, Cet. I
(Yogyakarta: LKiS, 2005), 31.
6
Ibid,.32.
7
Ibid,.32.

3
Disamping masalah-masalah tersebut, kondisi umat Islam di india

sangatlah menyedihkan. kebanyakan dari mereka memiliki pemikiran yang statis,

dan cenderung kuat dalam hal fanatisme kelompok. Sehingga tak jarang terjadi

pertentangan antar aliran, madzhab, dan golongan Islam yang mereka anut.

Ditambah lagi dengan sikap mereka yang tidak kritis dan membiarkan keyakinan

mereka tercampur dengan ajaran dan tradisi masyarakat Hindu ataupun budha. Selain

itu, pemikiran mereka menentang penerjemahan Alquran kedalam bahasa

koinservatif, misalnya penerjemahan Alquran ke dalam bahasa bukan Arab, seperti

bahasa Urdu atau bahasa Persia.8 Dan saat inggris menjajah India, umat Islam india

semaikin terisolasi.

Mengenai tahun berdirinya terdapata dua versi. Versi pertama adalah

tahun 1888, yang diakui oleh Ahmadiyah Lahore, yang didasarkan pada tahun ketika

Mirza Gulam Ahmad menerima ilham untuk menerima baiat dari pengikutnya. Versi

yang kedua adalah tahun 1889, yang diakui oleh Ahmadiyah Qadian, yang didasarkan

pada tahun pembaiatan itu terjadi.9Setelah Mirza Ahmad Ghulam meninggal, maka

pada tahun 1914 jemaat Ahmadiyah pecah menjadi dua,yaitu: Ahmadiyah Qodian

dan Ahmadiyah Lahore.

Ahmadiyah mulai dikenal sejak tahun 1918 melalui majalah Islamic

Review edisi Melayu yang terbit di Singapura. Akan tetapi Ahmadiyah baru

diperkenalkan secara langsung oleh tokohnya sendiri pada tahun 1920. Tokoh

tersebut bernama Prof. Maulana H. Kwadja Kamaluddin, seorang tokoh Ahmadiyah

8
Ibid,.49-51.
9
Iskandar Zulkarnain,…65.

4
Lahore sekaligus seorang Ahmadi yang membawa misi Islam di London dan Eropa,

serta redaktur surat kabar Islam Review yang menerbitkan artikel-artikel tentang

agama Islam dan juga merupakan Imam Masjid Woking, Surrey, London . Ia datang

ke Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1920 untuk berobat sekaligus melihat keadaan

di Surabaya.10

B. Ahmadiyah Qadiniyah dan Penyimpangannya dalam menafsirkan Alquran

Khalifah yang pertama adalah Maulavi Hakim Nuruddin (1841-1914)


dan Khalifah II Mirza Bashiruddin Ahmad (Lahir 1806-1889), putra Mirza Ghulam
Ahmad.11

Beberapa bentuk penyimpangan penafsiran Ahmadiyah Qadiyan

1. Mirza Ghulam Ahmad merupakan wujud kebangkitan Rasulullah kedua kalinya


Pendapat ini berangkat dari penafsiran surah Al-Jumuah ayat 3
‫ِر‬ ۚ ‫ِر‬ ‫ِر‬
‫َو َوآ ِر َوي ْمْن ُه ْم َو َّم َوْن ْم َو ُه وا ِر ْم َو ُه َو و ْم َو ِري ُهيو ْم َو ُه‬
Dan juga (telah mengutuskan Nabi Muhammad kepada) kaum yang lain
dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan dialah yang maha perkasa lagi
maha bijaksana

Ayat di atas menurut Basyiruddin memberi petunjuk kepada


kebangkitan Rasulullah saw kedua kalinya di akhir zaman, kebangkitan itu
dikalangan orang-orang yang tidak pernah bergabung bersama pengikut beliau pada
masa kehidupannya. Berdasarkan dalil yang ada tegas Basyiruddin, kebangkitan itu
telah sempurna pada diri Mirza Ghulam Ahmad. Untuk mendukung pendangan ini
Basyiruddin telah menyebutkan satu hadits yang diklaim sesuai dengan
kecenderungan di atas.

10
Soesmojo Djojosoegito, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi Hakiki (Yogyakarta:
Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia, GAI, 1984), 4.
11
Abul A’la al-Maududi, Ma Hiya al-Qodianiyyah (Beirut: dal al-Kalam Kuwait, 1969), 32.

5
Dari Abu Hurairah r.a berkata telah bersabda Rasulullah saw:
“Pada suatu hari kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW ketika surah Jum’ah
diturunkan (dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan
dengan mereka. Dan dialah yang maha Perkasa lagi maha bijaksana.). Abu Hurairah
bertanya: “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Beliau tidak menjawab sehingga ditanya
sampai tiga kali; Ketika itu di tengah-tengah kami ada Salman al-Farisi. Lalu
Rasulullah saw meletakkan tangannya di (paha) Salman, kemudian beliau bersabda:
“Andaikan iman berada di bintang Tsurayya, tentu beberapa orang atau salah seorang
dari orang-orang ini (Bangsa Parsi) akan meraihnya.”
Berdasarkan Hadits ini, Basyiruddin menyimpulkan bahwa salah
seorang bangsa Parsi yang dimaksud ialah Pendiri Jemaat Ahmadiyah Mirza Ghulam
Ahmad. Karena menurutnya Mirza Ghulam Ahmad memiliki garis keturunan sampai
ke Parsi, Selain itu pemakaian gelar Mirza juga melambangkan bahwa beliau
keturunan Moghul. Dengan ini Basyiruddin merasa yakin bahwa al-Qur’an dan
Hadits sesuai dengan hasil pemikirannya.

2. Mirza Ghulam Ahmad sebagai wakil agung Rasulullah saw


Menurut Basyiruddin sangat banyak ayat-ayat yang mengisyaratkan
tentang kemunculan wakil agung Rasulullah saw di akhir zaman, di antaranya
firman Allah swt dalam surah Al-Muddatstsir ayat 33-34:

‫َو الَّل ْي ِل ِل ْي َو ْي َو َو َو ُّص‬


‫ال ْي ِل ِل َو َو ْي َو َو‬

dan demi malam ketika telah berlalu dan shubuh apabilai mulai terang

Kata “subuh” dalam ayat di atas menurut Basyiruddin dapat juga


diartikan dengan wakiln agung Rasulullah SAW dalam wujud al-Masih al-Mau’ud
(Mirza Ghulam Ahmad), adapun malam merupakan isyarat kepada kegelapan rohani
yang dirasakan oleh umat manusia, keadaan tersebut akan sirna dan berakhir dengan
diutusnya wakil agung Rasulullah SAW.

6
3. Mirza Ghulam Ahmad Berkedudukan Sebagai Nabi Isa a.s, Kawan Rapat Nabi Isa
a.s dan Mitsal Nabi Isa
Mirza Ghulam Ahmad juga dikultuskan sebagai wujud kedatangan
nabi Isa a.s untuk kedua kalinya, Basyiruddin mejelaskan pandangannya ketika
membicarakan tentang pendahuluan surah al-Fatihah. Secara lahir pandangannya
hampir sama dengan keyakinan umum bahwa nabi Isa a.s akan muncul di akhir
zamn untuk menyelamatkan dunia. Menurut mayoritas umat Islam, nabi Isa a.s
yang akan turun ialah Isa Ibn Maryam yang pernah diutus kepada bangas Israil
pada suatu masa dulu, berbeda dengan Ahmadiyah Isa yang dimaksud ialah Mirza
Ghulam Ahmad. Di antara ayat yang diklaim mendukung pendapat tersebu ialah
firman Allah SWT dalam surah al-Fath ayat 29 :

‫ض ًًل ِل يَو َّل ِل‬ ‫ْيا ُم َّل ِل ُم َو َو ُما َو ْي َو ُم ْي ۖ تَو َو ُمه ْي ُم َّلك ً ُم َّلج ً َو ْيتَو ُمغ نَو فَو ْي‬ ‫َّل ُما َو لَو‬ ‫ُم َو َّل ٌد َو ُم ُمو َّل ِل ۚ َو اَّل ِل يَو َو َو ُم َو ِل‬
‫ع َو ْيخ َو َوج‬ ٍ ‫ل ُمج ِل ۚ َو اِل َو َو َولُم ُم ْي فِل اتَّل ْي َو ِلا ۚ َو َو َولُم ُم ْي فِل ْي ِلْل ْين ِلج ِل كَوزَو ْي‬ ‫ا ُّص‬ ‫ِل يْي َو َو ِل‬ ‫ض َو نً ۖ ِل َو ُمه ْي فِل ُم ُم ِله ِل ْي‬ ‫َو ِل ْي‬
‫از َّل َوع اِل َو ِلغ يَو ِل ِل ُم ْيا ُم َّل َو ۗ َو َو َو َّل ُم اَّل ِل يَو آ َو ُم َو َو ِل لُم‬ ‫ُم ْي ِلج ُم ُّص‬ ‫ُم وِل ِل‬ ‫ي فَو ْي تَو َو َو لَو‬‫َو ْي َو ُم فَو َوآ َو ُم فَو ْي تَو ْيغلَو َو‬

ً ‫َو ِلظ‬ ً ‫ت ِل ْي ُم ْي َو ْيغ ِل َو اً َو َو ْي‬


‫ل اِل َو ِل‬
‫ا َّل‬

Muhammad itu adalah utusan Allah swt dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-oran kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka:
kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhannya, tanda-
tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
merek di dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokonya; tanaman itu menyenangkan hati-hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.

7
Ayat di atas menurut Basyiruddin ditujukan kepada kawan nabi Isa a.s
dan Mitsal nabi Isa a.s yang berpangkat sebagai al-Masih al-Mau’ud di akhir zaman.
Pokok pembahasannya bercerita tentang pertumbuhan Jema’at Ahmadiyah, didahului
oleh kelompok yang kecil dan tidak berarti dengan izin Allah swt organisasi ini terus
berkembang dan menuju ke puncak kesempurnaan secara bertahap.12

C. Ahmadiyah Lahore dan Penyimpangannya dalam menafsirkan Alquran

Tokohnya adalah Kwajah Kamaluddin dan Maulana Muhammad


Ali,M.A.LIB mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai mujaddin
(pembaharu) abad ke-14 Hijriyah dan bukannya nabi.Karenanya tidak ada perbedaan
yang prinsipil dengan golongan Ahlu Sunnah, cita-citanya melayani dan berbakti
kepada Islam, kesatuan Islam , membela dan menyiarkan Islam dengan beberapa
tugas, di antaranya:

1. Menetapkan utusan Islam, muballigh.


2. Mempersiapkan utusan-utusan Islam,
3. Merterjemahkan Alqur’an suci ke dalam berbagai bahasa.
Selain itu kelompok ini juga mempunyai cabang di seluruh dunia. Untuk
Indonesia disiarkan oleh Mirza Wali Ahmad Beig yang mendirikan gerakan
Ahmadiyah Lahore disingkat GAL yang berpusat di Yogyakarta dan didirikan pada
10 Desember 1928 dengan wadah hukum 4 April 1930, NO.IX .1930. Dahulu
namanya De Ahamadiyah Beweging Indonesia (Gerakan Ahmadiyah
Indonesia).Tokoh-tokohnya di Indonesia antara lain: Joyosugito, Bupati
Woronokusumo, Sudewo yang telah menterjemahkan Alqur’an ke dalam bahasa
Belanda di Heilige Qoeran (Alqur’an yang suci).Mereka aktif dalam kegiatan
pendidikan , mendirikan P.I.R.I (Perguruan Islam Republik Indonesia) dan
menyelenggarakan sekolah-sekolah dalam berbagai jenis dan tingkat.Kitab-kitab

12
Abul A’la al-Maududi, Ma Hiya al-Qodianiyyah (Beirut: dal al-Kalam Kuwait, 1969), hal.
32

8
Ahmadiyah, : Kitabul Bariyah, Siiraul Mahdi, Baqiqotul Wahyi, Fathul Islam,
Haqiqotu Nabawiyyah, Kasyiful Ikhtilaaf, Nujuulul Masii dan lain-lain.

Adapun Ahmadiyah Lahore, ia membuat klasifiksi kenabiaan:

a. Nabi Haqiqi, yaitu nabi yag membawa syariat.


b. Nabi Lughawi yang disebut sebagai “ nabi yag tidak haqiqi”. Dia adalah
seorang manusia biasa, namun ia menjadi persamaan cukup besar dengan para
Nabi, yakni ia menerima wahyu. Hanya saja, wahyu yang ia terima tidak
bersifat tasyri’i meskipun mengandung pengetahuan dan pegajaran tentag hal
yang ghaib.

Adapun Ahmadiyah aliran Lahore meyakini bahwa Nabi Muhammad


adalah khatam an-nabiyyin, dalam arti yang terbesar dan terakhir, yang oleh
karenanya setelah beliau tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun Nabi
baru. Mirza Ghulam Ahmad diyakini sebagai mujaddid, masih dan mahdi, tetapi
bukan nabi.13
Mengenai kenabian Mirza Ghulam Ahmad terdapat perbedaan pandangan
yang mendasar antara aliran Lahore dan Qadian. Sekalipun demikian, paham kedua
aliran tersebut terdapat juga persamaannya, yaitu mereka sepakat tentang berakhirnya
nabi tasyri’ atau nabi Mustaqil sesudah Nabi Muhammad. Juga sepakat penggunaan
wahyu selain Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-
Nya sesudah Rasulullah wafat. Tetapi tidak sepakat penggunaan istilah Nabi bagi
seseorang setelah Nabi Muhammad, meskipun seseorang tersebut mendapat wahyu
dari Tuhan.14

13
S. Ali Yasir, Pengantar Pembaharuan dalam Islam (Yogyakarta: PP Yayasan Perguruan Islam
Republik Indonesia, 1981), 39-40
14

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka setidaknya dapat


disimpulkan beberapa hal, di antaranya adalah:

1. Ahmadiyah merupakan suatu organisasi Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam
Ahmad dari Qodian,Punjab (Pakistan) yang hidup pada tahun 1839.
2. Ahmadiyah terbagi menjadi dua aliran, yakni Ahmadiyah qodianiyah dan
Ahmadiyah Lahore:
a. Ahmadiyah Qadianiyah, dengan khalifah I Maulavi Hakim Nuruddin (1841-
1914) dan Khalifah II Mirza Bashiruddin Ahmad (Lahir 1806-1889), putra
Mirza Ghulam Ahmad.Aliran ini mengakui Mirza Ghulam Ahmad bukan saja
sebagai incanatie (inkarnasi) Isa Almasih tetapi juga sebagai nabi karena
Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad menafsirkan ayat 40 surat Al Ahzab,
dengan Tuhan memberi kesempurnaan-kesempurnaan , bagian yang baik
kepada Nabi Muhammad SAW bukannya sebagai nabi penutup seperti yang
dianut golongan Ahlu Sunnah.
b. Ahmadiyah Lahore: Tokohnya adalah Kwajah Kamaluddin dan Maulana
Muhammad Ali,M.A.LIB mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanya
sebagai mujaddin (pembaharu) abad ke-14 Hijriyah dan bukannya nabi.

B. Saran

Setelah mengetahui tentang aliran Ahmadiyah dan isi ajarannya,


setidaknya seseorang bisa mengambil beberapa hikmah, antara lain adalah berhati-
hati dalam mengikuti suatu organisasi keagamaan yang jelas-jelas berkaitan erat
dengan keyakinan yang kadangkala merembet pada keyakinan yang bersifat prinsipil.

10
DAFTAR PUSTAKA

al-Maududi, Abul A’la Ma Hiya al-Qodianiyyah. Beirut: dal al-Kalam Kuwait,


1969Zulkarnain, Iskandar. gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta: LKiS,
2005.

Barsihannor. Haruskah Aku membenci Ahmadiyah, cet. I. Yogyakarta: 2009.

Djojosoegito, Soesmojo. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi Hakiki. Yogyakarta:
Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia, GAI, 1984.

Yasir, S. Ali. Pengantar Pembaharuan dalam Islam. Yogyakarta: PP Yayasan Perguruan


Islam Republik Indonesia, 1981.

Yogaswara. Heboh Ahmadiyah, Mengapa Ahmadiyah Tidak Langsung Dibubarkan?, Cet. I


.Yogyakarta: LKiS, 2005.
.

11

Anda mungkin juga menyukai