Anda di halaman 1dari 5

Problem-problem yang Dihadapi dalam Pembentukan Teori-teori Psikologi Sosial

Kesulitan-kesulitan dalam pembentukan teori psikologi sosial disebabkan oleh hal-hal

sebagai berikut :

1.    Kesulitan dalam Definisi

Setiap teori memerlukan konsep-konsep. Setiap konsep perlu diberi istilah dan
istilah itu harus didefinisikan untuk menjelaskan maksud atau artinya. Istilah itu dapat
diperoleh dari istilah sehari-hari, atau istilah yang sudah banyak digunakan. Cari ini
menguntungkan karena mudah dikenal, artinya dapat segera ditangkap oleh
pembacanya. Akan tetapi, keemahan dari cara ini adalah bahwa banyak istilah yang
mempunyai arti ganda atau artinya tidak begitu jelas atau menjadi tidak tepat untuk
situasi-situasi tertentu, misalnya istilah kebutuhan, dorongan, dan motif yang maknanya
sering dicampur adukkan.
Untuk menghindari kelemahan dari istilah yang diambil dari pembendaharaan istilah
sehari-hari, ada sarjana-sarjana yang lebih suka membentuk istilah sendiri. Kelemahan
dari cara ini adalah bahwa istilah yang dipilih lebih sukar didefinisikan dan lebih sukar
diingat. Oleh karena itu, usaha yang banyak dilakukan oleh para sarjana adalah
membuat definisi operasional dari suatu istilah. Misalnya : istilah “kepemimpinan”.
Seorang disebut mempunyai kepemimpinan jika mendapatkan minimal sekian persen
suara yang mendukungnya dalam suatu pemungutan suara. Akan tetapi definisi
operasional ini juga mempunyai kelemahan yaitu terlalu khusus, hanya berlaku dalam
situasi tertentu sehingga sukar dilakukan generalisasi. Selain itu, ada kemungkinan
bahwa setelah dioperasionalkan definisi itu tidak cocok lagi dengan konsep semula.

2.    Masalah Reliabilitas Data

Setiap data yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun teori harusnya reliable
(dapat dipercaya kebenarannya). Akan tetapi, data yang reliable sulit diperoleh dalan
psikologi sosial karena faktor-faktor berikut ini :
a.    Faktor alat pengukur
Jika dalam ilmu alam atau ilmu-ilmu kimia sudah dikenal alat-alat pengukur yang hampir
100% dapat dipercaya, dalam psikologi sulit sekali dibuat alat pengukur yang reliable
seperti itu. Skala sikap, misalnya yaitu suatu alat pengukur sikap yang sudah
dikembangkan selama lebih dari 40 tahun, sampai sekarang hanya mencapai tingkat
0,75.
b.    Sumber data

Dalam ilmu alam atau kimia, bahan-bahan penelitian dapat diperoleh dimana saja dan
kapan saja dengan kualitas yang hampir sama asalkan sudah menemui criteria tertentu.
Dalam psikologi sosial, bahan penelitiannya adalah manusia,yang walaupun dipilih
berdasarkan kriteria tertentu, tetapi tidak bisa diperoleh bahan penelitian yang baku.
Masalahnya, manusia disuatu tempat atau waktu tertentu bisa berbeda sekali dari
manusia di tempat atau waktu yang lain. Ketidakcermatan atau mungkin juga
ketidakjujuran dari peneliti bisa besar sekali pengaruhnya.ketidakcermatan dan
ketidakjujuran ini tidak mudah diketahui oleh peneliti lain karena penelitian sosial pada
umumnya tidak mudah diulang kembali oleh peneliti lain seperti halnya dengan ilmu
alam.
c.    Pengendalian eksperimental

Seperti telah diuraikan diatas, data yang memenuhi syarat untuk suatu teori adalah data
yang diperoleh dari pengamatan dalam situasi yang terkontrol. Dengan perkataan lain,
data diperoleh dari suatu eksperimen, dimana faktor-faktor yang menentukan dikontrol
oleh peneliti. Akan tetapi, dalam psikologi sosial hal ini sulit dilakukan karena variable-
variabel yang berpengaruh banyak sekali dan banyak diantaranya yang tidak diketahui.

3.    Ruang Lingkup Teori

a.    Jangkauan penerapannya yaitu untuk berapa banya fenomena atau kepribadian teori ini
harus dapat diterapkan
b.    Keterbatasan, yaitu sampai dimana perlu diberikan prasyarat pada kondisi dimana
fenomena itu timbul agar suatu teori dapat dinyatakan berlaku
c.    Keumuman, sampai dimana teori bisa diperluas untuk mencangkup situasi-situasi yang
tidak tercangkup dalam fenomena awal yang dijadikan dasar untuk penyusunan teori
yang bersangkutan

4.    Penentuan Jenis Teori

Kesulitan selanjutnya adalah menentukan jenis teori mana yang akan dipilih. Konstruktif
atau principle? Molar atau molekular?

2.9 Penyimpangan Psikologi Sosial

1.    Pergolakan dan Pemberontakan


Proklamasi dikumandangkan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia dapat
diterima di berbagai daerah walaupun tidak secara bersamaan. Rakyat menyambut dan
mendukungnya. Oleh karena itu, segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan sosial
baru. Rangkaian peristiwa itu disebut revolusi. Adanya pergolakan dan pemberontakan
di berbagai daerah pascakemerdekaan, bertujuan untuk menjatuhkan kedudukan
penguasa pada saat itu, sekaligus menyatakan kelidaksetujuan mereka terhadap
ideologi pemerintah.

2.    Aksi Protes dan Demonstrasi


Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang
mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan individu
atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan hak yang
harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas dan melakukan
tindakan penyelesaian. Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh
individu atau masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara
tidak langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan
pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.

3.    Kriminalitas
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap
orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke arah
yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut dapat
membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang karena
dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan dalam
kehidupannya.
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan kehidupan
atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang mendapat
kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap orang
memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan kewajibannya. Setiap orang
harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban yang dilakukan.

4.    Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme                                   


Bangsa Indonesia yang sedang membangun perlu memiliki sistem administrasi
yang bersih dan berwibawa, bebas dari segala korupsi, kolusi, dan nepotisme. Masalah
korupsi menyangkut berbagai aspek sosial dan budaya, maka Bung Hatta (dalam
Mubyarto) mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya. Apabila hal ini sudah
membudaya di kalangan bangsa Indonesia atau sudah menjadi bagian dari
kebudayaan bangsa akan sulit untuk diberantas. Akibatnya, ha! tersebut akan
menghambat proses pembangunan nasional. Untuk memberantas korupsi, tidak hanya
satu atau beberapa lembaga pemerintahan saja yang harus berperan,rakyat Indonesia
harus bertekad untuk menghilangkan korupsi.          

5.    Kenakalan Remaja                                                           


Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal
itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat. Oleh karena
itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja
merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di
masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja
sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.       
                                             
2.10 Pemecahan Masalah Psikologi Sosial
Pemecahan Masalah Psikologi Sosial Melalui Pendekatan Interdisipliner,
Pendekatan Multidispliner karena subsistem masalah sosial banyak jumlahnya, kita
harus menggunakan disiplin ilmu sosial yang juga lebih dari satu. Dengan demikian,
pada pendekatan ini kita gunakan disiplin ilmu sosial yang sesuai dengan jumlah
subsistem masalah yang kita analisa dan kita kaji, disebut pendekatan interdisipliner.
Mengingat pendekatan sistem yang sekaligus juga pendekatan interdisipliner yang
menggunakan disiplin akademis yang jamak. Pendekatan ini dapat pula disebut
sebagai pendekatan multidisipliner. Jadi, pendekatannya pada hakekatnya sama.
Ditinjau dari hakekatnya,pendekatan tadi tidak asing bagi manusia, karena berdasarkan
cara berfikir manusia yang multidimensional dalam mengevaluasi suatu gejala atau
masalah.

Anda mungkin juga menyukai