Wasiat Sang Nabi
Wasiat Sang Nabi
Mukadimah
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, beserta
keluarga dan sahabat beliau.
Sselanjutnya), inilah kitab yang berisi wasiat Nabi Muhammad Saw
kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah. Sayyidina Ali berkata:
Rasulullah Saw memanggilku, lalu aku berbicara empat mata bersama beliau di
kediaman beliau. Beliau Saw berkata kepadaku, “Wahai Ali, kedudukanmu di
sisiku sama seperti kedudukan Nabi Harun di sisi Nabi Musa. Hanya saja,
(bedanya), tidak ada nabi lagi setelahku.
“Sungguh, hari ini aku akan berwasiat kepadamu dengan suatu wasiat
yang jika engkau menjaganya (mengamalkannya), maka engkau akan hidup
terpuji, mati syahid, dan Allah Swt membangkitkanmu pada hari kiamat dalam
keadaan faqih1 dan alim.
“Wahai Ali, siapa memakan makanan yang halal, maka jernihlah
agamanya, lembut hatinya, dan dikabulkan doa-doanya. Wahai Ali, siapa
memakan makanan yang syubhat (tidak jelas halal-haramnya), maka menjadi
tidak jelas pula agamanya dan gelaplah hatinya. Siapa memakan makanan yang
haram, maka matilah hatinya, (menganggap) sepele agamanya, rapuh
keyakinannya, ditolak Allah Swt doa-doa yang dipanjatkannya, dan sedikit
ibadahnya.
“Wahai Ali, jika Allah Swt murka kepada seseorang, maka Allah Swt akan
memberinya rezeki harta yang haram. Dan bila Allah Swt telah sangat murka
kepadanya, maka Allah Swt akan menyerahkan orang tersebut kepada setan
supaya menambahkan hartanya yang haram, menemaninya, menjadikannya
sibuk (luar biasa) dengan perkara dunia mengalahkan perkara akhirat, dan
memudahkannya dalam segala urusan keduniawiannya sembari (setan)
membujukny (orang tersebut dengan bisikan kebenaran), ‘Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.’
“Wahai Ali, tidaklah seseorang pergi dengan berjalan kaki untuk mencari
sesuatu yang haram, kecuali setan menemaninya. Dan tidaklah ia pergi dengan
Sedekah
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya para waliyullah
memperoleh luasnya rahmat dan ridha Allah Swt bukan karena banyaknya
ibadah, melainkan brkat kedermawanan hati dan menghinakan dunia.
“Wahai Ali, orang yang dermawan itu dekat dengan Allah Swt, dekat
dengan rahmatNya, dan jauh dari azabNya. Sebaliknya, orang yang pelit itu jauh
dari Allah Swt, jauh dari rahmatNya, dan dekat dengan azabNya.
“Wahai Ali, aku melihat tulisan di atas pintu surga: “Kamu (surga)
diharamkan bagi setiap orang yang pelit, orang yang menyakiti hati kedua orang
tua, dan tukang adu-domba.
“Wahai Ali, ketika Allah Swt menciptakan surga, surga tersebut bertanya,
‘Ya Tuhanku, untuk (si)apa Engkau menciptakanku?’ Allah Swt menjawab,
‘Engkau diperuntukkan bagi setiap orang yang dermawan dan bertakwa.’ Surga
berkata lagi, ‘Aku rela (diciptakan untuk mereka).’ Neraka juga bertanya, ‘Ya
Tuhanku, untuk (si)apa Engkau menciptakanku?’ Allah menjawab, ‘Engkau
diperuntukkan bagi setiap orang yang pelit dan orang yang sombong.’ Neraka
berkata, ‘Aku memang pantas (diciptakan) untuk keduanya.’
“Wahai Ali, siapa tidak menuruti hawa nafsunya, surgalah tempat
kediamannya. Siapa tunduk kepada hawa nafsunya, nerakalah tempat
kembalinya.
“Wahai Ali, berhati-hatilah terhadap (tajamnya) doa orang yang
dermawan. Sebab, jika lisannya sampai tergelincir maka Allah Swt memegang
orang tersebut dengan pertolonganNya.
“Wahai Ali, siapa yang dengan senang hati memberi makan kepada
seorang muslim, Allah Swt akan mencatat sejuta kebaikan baginya, menghapus
sejuta keburukan darinya, dan menaikkan seribu derajat untuknya.
“Wahai Ali, cintailah sesuatu untuk (dimiliki) saudaramu sebagaimana
engkau mencintai sesuatu itu untuk dirimu.
“Wahai Ali, carilah kebaikan (orang-orang) ketika wajah-wajah (mereka)
cerah, dan muliakanlah tamu. Sesungguhnya apabila tamu itu berkunjung ke
suatu kaum, maka ketika itu juga rezekinya turun bersamanya. Dan ketika tamu
itu pulang, ia pulang dengan membawa dosa-dosa para penghuni rumah, lalu
dosa-dosa itu dilemparkan ke laut.
“Wahai Ali, Malaikat Rahmat tidak akan memasuki rumah yang di
dalamnya terdapat gambar-gambar, atau patung-patung, atau orang yang
menyakiti hati orang tuanya, dan atau rumah yang tidak pernah dimasuki tamu.
“Wahai Ali, berbuatlah kebaikan walaupun terhadap orang-orang
salafah.”
“Siapakah orang-orang salafah itu, wahai Rasulullah Saw?” tanya
Sayyidina Ali.
“Yaitu, orang yang apabila diberi nasihat, ia tidak menerima nasihat
tersebut; apabila dicegah (dari perbuatan maksiat), ia tidak jera. Salafah ialah
orang yang tidak peduli atas perkataannya sendiri dan tidak pula mengindahkan
perkataan orang lain yang ditujukan kepadanya.
“Wahai Ali, sedekah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi itu
sanggup meredakan murka Allah Swt, mendatangkan keberkahan, dan
melimpahkan rezeki. Berpagi-pagilah (bersegeralah) dalam bersedekah, karena
sesungguhnya malapetaka itu turun sebelum pagi buta, sehingga sedekah
tersebut akan menolak qadha’ (yang buruk) di angkasa raya.
“Wahai Ali, jika engkau bersedekah maka bersedekahlah dengan hartamu
yang paling baik. Sebab, sesungguhnya sesuap sedekah dari harta yang halal itu
lebih disenangi oleh Allah Swt daripada 100 mitsqal sedekah dari barang haram.
Sedekah yang engkau keluarkan sebelum mati itu lebih utama 100 mitsqal yang
disedekahkan (oleh ahli waris) setelah matimu. Allah Swt berfirman, ‘...pada hari
manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya....’ (QS. an-
Naba’ 40).
“Wahai Ali, bersedekahlah kepada kerabat-kerabatmu yang telah mati.
Sebab, sesungguhnya Allah Swt telah mewakilkan kepada para malaikat untuk
membawa sedekah dari orang-orang yang hidup kepada para kerabatnya yang
telah mati. Dengan kiriman sedekah tersebut, mereka sangat bergembira
melebihi kegembiraan mereka sebelumnya di alam dunia. Lalu mereka berdoa,
‘Ya Allah Swt, ampunilah dosa orang yang menerangi kuburan kami. Berilah ia
kabar gembira berupa surga, sebagaimana ia telah memberi kami kabar gembira
dengan sedekah.’
“Wahai Ali, beramallah dengan ikhlas karena Allah Swt. Sebab,
sesungguhnya Allah Swt hanya menerima orang yang murni (beramal) karena
Allah Swt semata. Allah Swt berfirman tentang hal ini, ‘...Siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.’ (QS. al-Kahfi 110).
Taubat
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, tidak ada artinya taubat
seseorang sampai ia benar-benar membersihkan perutnya dari segala yang
haram dengan usaha (kasab) yang baik.
“Wahai Ali, jika seorang alim tidak bertakwa maka nasihat yang
disampaikannya tidak akan membekas di hati manusia, laksana tidak
berbekasnya tetesan air hujan di atas telur burung unta dan batu-batu yang licin.
“Wahai Ali, apabila berlalu 40 hari bagi seorang mukmin tanpa berkumpul
dengan ulama, maka hatinya akan menjadi keras dan ia akan terperosok ke
jurang dosa-dosa besar. Sebab, sesungguhnya ilmu itu menghidupkan hati.
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah tidak segan menyiksa orang kaya yang
menjadi pencuri dan orang alim yang fasik.”
Menjaga Lisan
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau mencela
aib seseorang yang ada padanya. Hal ini karena tidak ada daging yang tidak
bertulang (tidak ada yang mulus sempurna semua). Ghibah itu tidak ada
kafaratnya, sampai pelakunya meminta keridhaan orang yang digunjing atau
memohonkan ampun atas dosa orang yang digunjing.
“Wahai Ali, Allah Swt tidak menciptakan sesuatu di dalam diri manusia
yang lebih utama daripada lisan. Lisan dapat memasukkan seseorang ke surga
dan bisa pula menjerumuskannya ke neraka. Maka penjarakanlah lisanmu karena
ia laksana anjing yang galak.
“Wahai Ali, janganlah engkau melaknat seorang muslim ataupun hewan
melata, sebab kutukan tersebut akan kembali kepada dirimu sendiri.”
Rasa Malu
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, agama itu keseluruhannya
tergantung pada rasa malu. Adapun rasa malu ialah kesanggupanmu menjaga
kepala dan segala hal yang tercakup di dalamnya dan kesanggupanmu
memelihara perut dan segala hal yang terkandung di dalamnya.”
Wara’
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, tidaklah sempurna agama
seseorang yang tidak memiliki rasa takut, tidaklah sempurna akal seseorang yang
tidak terpelihara dari dosa, tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak
berhati-hati dalam bersikap (wara’), tidaklah sempurna ibadah seseorang yang
tidak memiliki ilmu tentang ibadahnya, tidaklah sempurna perikemanusiaan
seseorang yang tidak pernah bersedekah, tidaklah sempurna amanah seseorang
yang tidak memiliki sesuatu yang dirahasiakannya, tidaklah sempurna taubat
seseorang yang tidak mendapatkan taufiq, dan tidaklah sempurna
kedermawanan seseorang yang tidak mempunyai rasa malu.
“Wahai Ali, siapa tidak berhati-hati terhadap perkara-perkara maksiat,
maka berada di perut bumi sungguh lebih pantas baginya daripada tinggal di
atasnya. Sebab ia sudah tidak memiliki iman di dalam hatinya.
“Wahai Ali, inti sikap wara’ ialah meninggalkan keharaman (sikap) dan
segala sesuatu yang dilarang oleh Allah (perilaku). Adapun dasar dari kemuliaan
terletak dalam perilaku meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.
“Wahai Ali, dengan akhlak yang baik, sesungguhnya seseorang akan
mampu mencapai derajat pelaku puasa yang senantiasa beribadah pada malam
harinya dan berjuang di jalan Allah Swt pada siang harinya.
“Wahai Ali, jadilah orang yang berwajah manis. Sesungguhnya Allah Swt
mencintai orang-orang yang menampakkan wajah manis dan membenci orang
yang menampakkan wajah cemberut lagi masam.
“Wahai Ali, pangkal ibadah ialah diam, kecuali untuk berdzikir kepada
Allah Swt.
“Wahai Ali, banyak tidur itu mematikan hati dan menghilangkan
kewibawaan. Banyak dosa itu mematikan hati dan menimbulkan penyesalan.
“Wahai Ali, siapa yang ketika diberi nikmat oleh Allah Swt bersyukur,
ketika diuji dengan malapetaka bersabar, dan ketika berbuat kesalahan meminta
ampun, maka ia akan dipersilakan masuk surga dari pintu mana saja yang
dikehendakinya.
“Wahai Ali, janganlah engkau terlalu berbangga hati (yang menyebabkan
lupa kepada Allah Swt), karena sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-
orang yang terlalu bergirang hati. Hendaklah engkau senantiasa prihatin
(terhadap nasib sesama), karena sesungguhnya Allah Swt menyukai orang-orang
yang bersedih hati.
“Wahai Ali, tidaklah terjadi perputaran hari kecuali hari yang baru datang
itu berkata, ‘Wahai anak Adam, aku adalah hari yang baru dan akan menjadi
saksi atas segala perbuatanmu. Maka perhatikanlah apa-apa yang akan engkau
perbuat.’
Tercelanya Dunia
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, takutlah kepada ulyatul
maut, yaitu tidak ingatnya orang-orang kecuali kepada kemilau duniawi.”
“Siapakah mereka, wahai Nabiyullah Saw?” tanya Sayyidina Ali.
Nabi Muhammad Saw menjawab, “Yaitu, orang-orang kaya dan orang-
orang yang mencintai dunia, yang kamu akan melihat mereka bersiap untuk
mengumpulkan dunia laksana seorang ibu yang menjumpai anaknya. Mereka
itulah orang-orang yang merugi pada hari kiamat kelak.”
Tanda-Tanda Kebaikan
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Di antara tanda-tanda sabar ialah baik
hati kepada Allah Swt dan baik pula dalam berbakti kepadaNya.
“Wahai Ali, ciri-ciri orang mukmin itu ada tiga. Yaitu, ia membenci harta
(akibat serakah), membenci (perilaku berkumpul dengan) para wanita (hingga
melalaikan), dan membenci perbuatan menyebarkan aib-aib orang lain.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang berakal itu ada tiga. Yaitu, ia
menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, rela menerima bolak-baliknya
hati, dan sabar menjalani segala kesulitan. Tanda-tanda orang alim itu ada tiga.
Yaitu, ia jujur dalam berbicara, menjauhi perkara yang haram, dan tawadhu’.
Tanda-tanda orang yang bertakwa itu ada tiga. Yaitu, ia takut pada dusta dan
perbuatan jelek, menjauhi lingkungan yang buruk, dan meninggalkan sebagian
barang yang halal karena khawatir terjatuh pada perkara haram.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang jujur itu ada tiga. Yaitu, ia
menyembunyikan ibadah, merahasiakan sedekah, dan tidak menampakkan
deritanya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang ahli ibadah itu ada tiga. Yaitu, ia
sangat keras pada diri sendiri, gemar introspeksi diri, dan berlama-lama dalam
beribadah di hadapan Allah Swt.
“Tanda-tanda orang saleh ada tiga. Yaitu, ia memperbaiki hubungan
antara Allah Swt dengannya melalui terus beramal saleh, memperbaiki
agamanya dengan perbuatan yang baik, dan menyenangi sesuatu bagi orang lain
sebagaimana ia menyenangi sesuatu itu untuk diri sendiri.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang bahagia (beruntung) itu ada tiga.
Yaitu, makanan yang mengenyangkannya berasal dari harta yang halal, ia suka
berkumpul dengan ulama, dan melaksanakan shalat lima waktu dengan
berjamaah.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang mukmin ada tiga. Yaitu, bersegera dalam
melakukan ketaatan kepada Allah Swt, menjauhi segala perkara yang haram, dan
berbuat baik kepada orang yang jahat kepadanya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang dermawan ada tiga. Yaitu, ia
memaafkan ketika mampu melawan, menunaikan zakat, dan senang bersedekah.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang santun itu ada tiga. Yaitu, ia
menyambung tali silaturahmi dengan orang yang memutusnya, memberi kepada
orang yang menahan diri darinya (kikir), dan memaafkan orang yang zhalim
kepadanya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang sabar itu ada tiga. Yaitu, ia sabar
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt, sabar dalam menghadapi
musibah, dan sabar dalam menerima kepastian (qadha’) dariNya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang bertaubat itu ada tiga. Yaitu, ia
menjauhi perkara haram, sangat menginginkan untuk mencari ilmu, tidak
mengulangi dosa yang pernah dilakukan sebagaimana perasan susu yang tidak
dapat kembali kepada puting susu.”
Tanda-Tanda Syirik
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, tanda-tanda orang kafir ada
tiga. Yaitu, ia ragu tentang Allah Swt, benci kepada hamba-hamba Allah Swt, dan
lalai dari taat kepada Allah Swt.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang munafik ada tiga. Yaitu, apabila berbicara
ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, serta apabila dipercaya ia berkhianat dan
tidak berguna nasihat baginya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang riya’ itu ada tiga. Yaitu, ia
menyempurnakan ruku’ dan sujudnya ketika shalat di hadapan banyak orang;
mengurangi kesempurnaan ruku’ dan sujud ketika shalat sendirian; serta
bergairah berdzikir kepada Allah Swt ketika sendirian maupun di tengah-tengah
orang banyak untuk memperoleh sanjungan.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang bodoh itu ada tiga. Yaitu, ia menyepelekan
dalam melaksanakan fardhu-fardhu dari Allah Swt, banyak bicara selain
dzikrullah, dan mengumpat (meremehkan) agama Allah Swt.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang terhina di sisi Allah Swt itu ada tiga. Yaitu,
ia banyak berdusta, banyak bersumpah palsu, dan banyak menyandarkan
kebutuhannya kepada orang lain.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang celaka itu ada tiga. Yaitu, ia memakan
makanan yang mengenyangkannya dari harta yang haram, menjauhi orang alim
(ulama), dan shalat secara sendirian.
“Tanda-tanda pelaku kejahatan itu ada tiga. Yaitu, ia senang berbuat
kerusakan, menyusahkan hamba-hamba Allah Swt, menjauhi petunjuk (ajaran
agama).
“Tanda-tanda orang zhalim itu ada tiga. Yaitu, tidak peduli dari mana
sesuatu yang ia makan, memaksa orang yang berutang kepadanya (untuk
membayar), dan menggunakan kekerasan kepada orang yang berutang bilamana
memungkinkannya.”
Doa-Doa
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, apabila engkau hendak
masuk masjid, mulailah dengan kaki sebelah kanan dan keluarlah dengan kaki
sebelah kiri.
“Wahai Ali, hendaklah engkau membiasakan diri membaca surat Yasin
pada pagi dan sore hari. Sesungguhnya orang yang membaca surat Yasin dengan
cara tersebut, maka ia berada dalam perlindungan Allah Swt.
“Wahai Ali, siapa yang setiap malam membaca surat al-Hasyr, maka ia
terpelihara dari keburukan dunia dan akhirat.
“Wahai Ali, siapa yang setiap malam Jum’at membaca surat al-Baqarah,
maka tampaklah baginya cahaya yang ada di antara petala langit ketujuh dan
petala bumi ketujuh. Siapa yang pada malam Jum’at membaca surat ad-Dukhan
dan al-Mulk, maka Allah Swt mengampuni dosa-dosanya, dan dipelihara dari
fitnah kubur. Siapa membaca ayat terakhir dari surat al-Kahfi ketika hendak tidur
dalam keadaan miring, maka Allah Swt akan menjadikan untuknya cahaya mulai
dari kepala hingga mata kakinya. Siapa membaca surat ath-Thariq ketika hendak
tidur di tempat tidurnya, maka dituliskan untuknya kebaikan sebanyak jumlah
bintang-gemintang di langit.
“Wahai Ali, siapa membaca surat al-Mulk dan sesudah itu ia berdoa
‘Allaahumma a’shimnii bil islaami qaa-iman wa’shimnii bil islaami qaa-idan wa
raaqidan, wala tusymit fiyya ‘aduwwan walaa haasidan. Allaahumma innii
a’uudzubika min syarri kulli daabatin anta aakhidzun binaashiyatiha, wa as-
alukal khaira al-ladzii biyadik (Ya Allah Swt, dengan sebab Islam, jagalah aku
ketika dalam keadaan berdiri; dan dengan sebab Islam, jagalah aku ketika dalam
keadaan duduk dan tidur. Janganlah Engkau menjadikan musuh dan orang yang
hasud itu gembira melihat kemalanganku. Ya Allah Swt, sesungguhnya aku
berlindung kepadaMu dari keburukan segenap binatang melata yang Engkau
pegang ubun-ubunnya. Aku memohon kepadaMu kebaikan yang ada pada
kekuasaanMu.)’, maka Allah Swt akan memelihara orang tersebut dari jin,
manusia, dan binatang melata yang menyusahkannya.
“Wahai Ali, jika engkau menginginkan hajatmu dipenuhi, maka bacalah
Ayat Kursi dan berdoalah kepada Allah Swt ketika engkau mengalami berbagai
kesedihan maupun kesusahan. Bacalah doa ini, ‘Yaa hayyu yaa qayyuum laa
ilaaha ilaa anta birahmatika astaghiitsu, faghfir lii wa ashlih lii sya’nii wa farrij
hammii (Wahai Dzat yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhlukNya,
tiada tuhan selain Engkau. Dengan rahmatMu, aku memohon pertolongan. Maka
ampunilah aku, perbaikilah keadaanku, dan berikanlah jalan keluar atas
kesusahanku.)’, niscaya Allah Swt akan menghilangkan berbagai kesusahanmu,
menyingkirkan berbagai kesedihanmu, dan memenuhi segala kebutuhanmu.
“Wahai Ali, apabila engkau ditimpa kesusahan ataupun perkara yang
penting, maka bacalah doa ini, ‘Subhaanaka rabbii laa ilaaha illaa anta, ‘alaika
tawakkaltu anta rabbul ‘arsyil ‘azhiim (Maha Suci Engkau, Tuhanku. Tiada tuhan
selain Engkau. KepadaMu aku berserah diri. Engkau adalah Tuhan pemelihara
‘Arsy yang agung).
“Wahai Ali, perbanyaklah membaca doa yang diajarkan Jibril kepadaku,
yaitu doa untuk kekalnya kebaikan di dalam agama, dunia, dan akhirat.
“Wahai Ali, apabila engkau melihat hilal, maka ucapkanlah kalimat tahlil 3
kali, takbir 3 kali, lalu bacalah doa ini, ‘Allaahu akbar wa a’azzu wa aqdaru
mimma akhaafu wa akhdzaru (Allah Maha Besar, Maha Perkasa, serta Maha
Kuasa atas segala sesuatu yang aku takuti dan khawatirkan).
“Wahai Ali, jika berjumpa dengan orang yang engkau takuti, bacalah doa
ini, ‘Allaahumma innii adra-u bika fii nahrihii, wastakfiika ghadhabahuu, wa
a’uudzubika min syarrihii (Ya Allah Swt, dengan pertolonganMu, sesungguhnya
aku menolak leher (kejahatan) orang tersebut, memohon kecukupan kepadaMu
dari kemarahannya, dan memohon perlindungan kepadaMu dari keburukannya).