Anda di halaman 1dari 5

HISTORI TENTANG MURJI’AH :

SEJARAH KEMUNCULANNYA, SEKTE-SEKTE,


DAN AJARANNYA

Dosen Pembimbing :
Kholid Zamzami, M. Si.

Disusun oleh :
Nama : Alfira Izza Aulia
NIM : 200606110111
Kelas : Teosofi D
Jurusan : Teknik Arsitektur

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
HISTORI TENTANG MURJI’AH :
SEJARAH KEMUNCULANNYA, SEKTE-SEKTE,
DAN AJARANNYA

Pengertian Murji’ah
Kata Murji’ah berasal dari kata irja’ dalam bahasa Arab yang artinya
penangguhan, maksudnya mereka menangguhkan perbuatan dari balasan dan niat.
Sedangkan yang kedua, murji’ah berasal dari kata al-raja’ yang artinya harapan,
maksudnya mereka memberi harapan. Secara istilah, kata murji’ah merupakan
kelompok yang mengesampingkan keimanan dan amal. Menurut mereka suatu
kemaksiatan itu tidak mengurangi keimanan seseorang. Dari makna yang kedua,
kelompok ini memberi harapan berlebihan kepada masunia karena
mengesampingkan amal perbuatan dan keimanan sehingga menyebabkan tidak
ada rasa kekhawatiran sama sekali bahwa dosa dan amal yang diberbuat akan
berdampak pada keimanan mereka.
Kesimpulannya dapat diketahui bahwa pemikiran kelompok murji’ah yaitu
dosa besar tidak membuat seseorang mnejadi kafir, tetapi tetap mikmin. Urusan
dosa besar akan dilakukan penyelesaiannya di hari kiamat. Mereka menganggap
bahwa kemaksiatan tidak akan mengurangi keimanan seseorang.

Sejarah Kemunculan Murji’ah


Ada banyak teori yang menyatakan tentang kemunculan Murji’ah. Teori
pertama, irja’ atau arja’a dibuat oleh sebagian sahabat dengan tujuan menyatukan
umat Islam guna menghindari pertikaian politik. Karena itu, kelompok ini
diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan syi’ah dan khawarij.
Teori kedua berpendapat bahwa irja’ merupakan doktrin murji’ah yang
muncul pertama kali yang dibawa oleh Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah,
yang merupakan cucu Ali bin Abi Thalib di tahun 695 M. Teori ini digagas oleh
Watt, ia menyatakan bahwa 20 tahun setelah kematian Muawiyah tahun 680 M,
Al-Mukhtar membawa paham syiah ke Kuffah tahun 685-687 M yang kemudian
memunculkan gagasan tentang irja’atau penangguhan sekitar tahun 695 M.
gagasanini disampaikan oleh Al-Hasan pada surat pendek sebagai upaya politik
untuk mengurangi perpecahan umat. Ia menolak untuk bergabung dengan
kelompk syi’ah maupun khawarij.
Teori ketiga menyatakan bahwa kelompok murji’ah merupakan hasil dari
sikap kontra terhadap kaum khawarij yang berpendapat bahwa tahkim itu dosa
besar dan pelakunya dihukum kafir. Tahkim yang dimaksd disini ialah peristiwa
tahkim antara kelompok Ali dan Muawiyah yang menyebabkan pro kontra di
kalangan umat Islam. Kubu kontra tersebut ialah kelompok khawarij yang
kemudian pendapatnya tidak disetujui oleh kaum murji’ah. Khawarij menyatakan
bahwa tahkim adalah perbuatan kafir, begitu pula dengan dosa bear lain seperti
zina, riba, dan lain sebagainya juga dikategorikan sebagai kafir. Namun, kaum
murji’ah berpendapat bahwa perbuatan dosa besar tetap mukmin, tidak kafir,
sementara dosanya diserahkan pada Allah SWT.

Sekte-Sekte, Tokoh, dan Pemikirannya dalam Murji’ah


Al-Syahrastani telah mengemukakan pandangan berbagai golongan Murji’ah
dalam persoalan iman dan kufur sebagai berikut:
1) Al-Yunusiyyah
Kelompok ini dibawa oleh Yunus ibn ‘Aun al-Namiri yang
menyatakan bahwa iman merupakan ma’rifah kepada Allah dengan
menaati-Nya, mencintai dengan sepenuh hati, dan meninggalkan takabbur.
Ia juga berpendapat iblis adalah makhluk arif billah yang kemudian
menjadi kafir karenba takabbur kepada Allah SWT.
2) Al-Ubaidiyyah
Kelompok ini dibawa oleh ‘Ubaid al-Mukta’ib yang menyatakan
bahwa perbuatan dosa akan diampuni selain perbuatan syirik kepada
Allah. Seseorang yang meninggal daam keadaan tauhid tidak akan hancur
oleh perbuatan dosa besar yang dibuatnya.
3) Al-Ghassaniyyah
Ghassan al-kafi membuat kelompok ini dengan berpendapat bahwa
iman merupakan sebuah pengetahuan, mengakui secara lisan kebenaran
yang diturunkan oleh Allah, tetapi tidak perlu merinci secara global. Iman
bersifat tidak bertambah maupun berkurang atau statis.
4) Ats-Tsaubaniyyah
Abu Tsauban al-Murji’i menciptakan kelompok ini dengan
berlandaskan bahwa iman merupakan mengakui atau mengenal (ikrar dan
ma’rifah) terhadap Allah dan rasulnya. Melakukan apa-apa yang tidak
pantas menurut akal atau meninggalkan apa yang pantas menurut akal,
tidak disebut iman. Iman lebih dahulu daripada amal.
DAFTAR PUSTAKA

Anis, Muhammad. 2016. Al-Khawarij dan Al-Murji’ah (Sejarah Timbulnya dan


Pokok-Pokok Ajarannya). Jurnal Mimbar. 2(1):26-41
Rubini. 2018. Kahwarij dan Mu’rijah Perspektif Ilmu Kalam. Jurnal Komunikasi
dan Pendidikan Islam. 7(1):95-114

Anda mungkin juga menyukai