Anda di halaman 1dari 8

DEWAN PENGURUS PUSAT

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus

MANAJEMEN KEPERAWATAN

1
Kegiatan Belajar VII
Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan
Dan Pelayanan Keperawatan

DES KR IPS I
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
fungsi manajemen dalam fungsi pengendalian mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.

Kompetensi/ Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari modul ini para lulusan Ners saat dihadapkan pada situasi di fasilitas
pelayanan kesehatan mampu secara sistematis dan tepat merancang pemberian asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
Secara khusus, Anda diharapkan dapat:
1. membedakan fungsi manajemen keperawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
2. Fungsi pengendalian mutu asuhan dan pelayanan keperawatan

Uraian Materi

Fungsi Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan

Modul ini berisi materi tentang fungsi pengendalian dalam keperawatan Setelah Fungsi
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan dan penggerakan maka diperlukan suatu fungsi
pengendalian akan dapat mengevaluasi sesuai tujuan dan perencanaan yang telah ditetapkan.
Dalam modul pengendalian akan dijelaskan 1) pengendalian pengelolaan asuhan keperawatan
2) penilaian kinerja perawat 3).pengendalian pelayanan keperawatan yang terdiri dari indikator
mutu keperawatan, keselamatan pasien 4) pengendalian mutu secara eksternal: akreditasi
nasional dan internasional.

2
Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi manajemen terakhir, dimana penampilan/kinerja/rencana diukur
sesuai standar dan sebagai evaluasi terhadap penampilan aktual. Hasil dari tampilan aktual
dievaluasi, dibandingkan dengan rencana dan standar yang ditetapkan. Hasil evaluasi dapat
digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan tampilan/kinerja serta menjadi dasar untuk
perbaikan.

Pengendalian asuhan keperawatan


Proses keperawatan terdiri dari lima aktivitas yang terdiri dari
a. Pengkajian
b. Diagnosis Keperawatan, kriteria luaran (standar luaran asuhan)
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi

Tahap pengendalian dalam asuhan keperawatan dilaksanakan oleh Perawat Penanggung Jawab
Asuhan/PPJA atau ketua tim dengan membandingkan evaluasi sebagai hasil dari intervensi
dengan standar luaran asuhan yang ditetapkan sesuai diagnosis keperawatan. Setiap shift
setelah melaksanakan implementasi sesuai diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
dilakukan monitoring/pengukuran dampak intervensi, respon Subjektif dan Obyektif dari
pasien. Hasil evaluasi perkembangan pasien yang berupa subjektif (S) dan obyektif (O) pasien
selanjutnya dianalisis (A) dan ditetapkan perencanaan (P) keperawatan yang harus dilakukan
pada shift berikutnya. Setiap akhir shift atau jika ada perkembangan pasien maka perawat akan
mengevaluasi dengan pola SOAP dan SOAP ini dicatat dalam catatan keperawatan dan
beberapa informasi yang terkait kolaborasi dicatat dalam catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT). Tugas Ners dalam pengendalian asuhan adalah melaksanakan evaluasi
apakah implementasi dan asuhan serta perencanaan intervensi keperawatan yang dilaksanakan
oleh timnya telah sesuai dengan Rencana Keperawatan (RENPRA) atau jika diperlukan
modifikasi maka akan dilakukan pengkajian lanjutan dan penetapan RENPRA yang baru sesuai
perkembangan perawatan pasien.

3
Pengendalian Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan
1 Standar Indikator Pelayanan Kesehatan

Standar indikator adalah tingkat keunggulan/capaian yang telah ditentukan sebelumnya yang
berfungsi sebagai panduan untuk praktik/pelayanan dan digunakan sebagai alat ukur yang
mengevaluasi apakah praktik/pelayanan sudah berjalan sesuai standar. Standar indikator
digunakan sebagai alat ukur, maka standar harus digunakan obyektif, terukur, dan dapat
dicapai.

Setiap organisasi dan profesi harus menetapkan standar dan tujuan untuk memandu praktisi
individu dalam melakukan perawatan yang aman dan efektif.
Dua belas (12) indikator mutu RS, tahun 2016
1. Kepatuhan identifikasi pasien
2. Emergensi respon time
3. Waktu tunggu rawat jalan
4. penundaan operasi elektif
5. kepatuhan visit dokter spesialis
6. waktu pelaporan hasil tes kritis
7. Kepatuhan penggunaan sesuai obat formularium
8. Kepatuhan Hand Hygiene
9. Kepatuhan terhadap Clinical Pathway
10. Kepatuhan pencegahan risiko jatuh
11. Kepuasan Pasien
12. Kecepatan waktu tanggap komplain

Perawat harus berkontribusi dalam pencapaian standar indikator mutu karena tugas
keperawatan terlibat dalam identifikasi pasien, kepatuhan hand hygiene, melaksanakan unsur
nursing pathway dalam clinical pathway, pencegahan risiko jatuh, kepuasan pasien, komplain,
pelaporan tes kritis, dan asuhan pre operasi sebelum operasi.

4
2 Standar Sasaran Keselamatan Pasien

Permenkes 11 Tahun 2017 terkait Sasaran Keselamatan Pasien meliputi;


1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4. memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar
5. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan
6. mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Identifikasi Pasien
Angka ketepatan Identifikasi pasien adalah 100%. Perawatan berkontribusi terhadap
tercapainya sasaran keselamatan pasien. Dalam Identifikasi pasien implementasinya perawat
wajib melaksanakan identifikasi sebelum melaksanakan asesmen dan intervensi keperawatan
baik yang bersifat mandiri maupun kolaborasi. Identifikasi pasien minimal menggunakan dua
data yaitu nama dan tanggal lahir/no Rekam Medis. Identifikasi pasien dapat dilakukan baik
secara verbal maupun visual dengan melihat nama dan tanggal lahir pada gelang identitas, atau
membandingkan wajah dengan foto dalam rekam medis pada pasien-pasien tertentu yang tidak
memungkinkan identifikasi secara verbal. Selain ada gelang identitas juga ada gelang penanda
yang harus diketahui yaitu:
• penanda warna biru untuk laki-laki
• penanda merah muda untuk wanita
• penanda ungu untuk pasien yang menyatakan persetujuan Do Not Resusitasi/DNR
• penanda merah untuk pasien dengan risiko alergi

Komunikasi Efektif
Angka kesalahan dalam berkomunikasi targetnya adalah 0%. Komunikasi efektif yang harus
diperhatikan adalah komunikasi antar pemberi asuhan dan komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga. Komunikasi efektif per telepon perlu disampaikan secara terstruktur
menggunakan pendekatan Situasi, Background, Analisis, Rekomendasi (SBAR), dan yang
menerima melaksanakan read-back atau Tulis Lengkap Baca Ulang Konfirmasi (Tulbakon).
Isi dari komunikasi obat terutama pada komunikasi terkait obat perlu memperhatikan Look
alike dan sound-alike (LASA) dengan cara mengeja obat dengan kode singkatan internasional
yang sudah disepakati.

5
Meningkatkan keamanan obat
Angka kesalahan obat targetnya adalah 0%. Upaya peningkatan keamanan obat adalah sebelum
melaksanakan prinsip 6 benar obat dimana perawat sebelum memberikan obat harus
melakukan pengecekan benar orang, benar obat, benar rute, benar dosis, benar rute dan
dokumentasi. Disamping itu perawat harus memahami pengelolaan penyimpanan obat, model
delivery Unit dose dan juga mewaspadai dan mengetahui obat-obat dengan Nama Obat Rupa
Mirip (NORUM) dan Look alike dan sound alike (LASA).

Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar


Angka kesalahan lokasi dan prosedur pembedahan adalah 0%. Tugas perawat pada sasaran
keselamatan lokasi pembedahan yang benar adalah sebagai advokat/pendamping saat operator
memberikan penanda luka operasi/site marking.

Selain itu juga bertugas dalam surgical checklist. Proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen,
foto (images), dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang; Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan. Kebijakan
dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi

Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan


Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-
based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku perawat harus selalu bersih dan
terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin.

Indikasi kebersihan tangan:


• Sebelum kontak pasien;
• Sebelum tindakan aseptik;

6
• Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
• Setelah kontak pasien;
• Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.


Standar kejadian jatuh adalah 0%. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini memonitor baik konsekuensi
yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang atau
pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi
kulit yang menurun. Beberapa asesmen untuk risiko jatuh adalah: Timed Up and Go Test.
Timed up dan Go test adalah skrining/rapid asesmen risiko jatuh yang sering dilaksanakan di
rawat jalan dan IGD. Asesmen untuk pasien dewasa dengan menggunakan MORSE dan untuk
anak dengan HUMPTY DUMPTY. Setelah melaksanakan asesmen perawat harus
menganalisis dan menetapkan diagnosis keperawatan serta merencanakan intervensi
pencegahan risiko jatuh.

Kejadian akibat tidak melaksanakan sasaran keselamatan pasien adalah terjadi insiden. Insiden
meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak
Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Selain Insiden di atas, terdapat KTD yang
mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang
tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian
sentinel.

3. Indikator Pelayanan Keperawatan


Setiap profesi mempunyai indikator mutu dan keperawatan. Indikator sensitif keperawatan
yang ditetapkan oleh Kemenkes 2005 dalam upaya peningkatan pelayanan prima;
1. Keselamatan Pasien
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien
3. Pemenuhan rasa aman dan nyeri
4. Pemenuhan kebutuhan terhadap edukasi pasien dan keluarga
5. Kepuasan pasien

7
.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 ed. Wolter Kluwer,
rd

Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia


3. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
4. Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
5. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015). Keperawatan
Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd

Anda mungkin juga menyukai