Qodariyati.S
13171079
Oleh :
Qodariyati.S
13171079
ii
ABSTRACT
ANALYSIS OF BETA CAROTENE LEVELS IN
RED PALM OIL PRODUCTS USING VIS
SPECTROPHOTOMETRY METHOD
By:
Qodariyati.S
13171079
Red palm oil has a more complete nutritional content than olive oil,
soybeans and corn. The bioactive content in red palm oil is high
micronutrients such as carotenoids which are provitamin A, namely
α-carotene, β-carotene and vitamin E. This study aims to determine
the levels of beta carotene in red palm oil products using the UV-Vis
spectrophotometry method. The process of analyzing beta carotene
compounds was carried out with 2 stages, namely transesterification
and then followed by extraction of beta-carotene compounds with a
mixture of diethyl ether : aceton (1: 3). The results showed that beta
carotene levels in liquid sample A were smaller at 8.0649 mg / g
compared to solid beta carotene content in sample B which was
10.1905 mg / g.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan
judul “Analisis Kadar Beta Karoten Pada Minyak Sawit Merah
(Red Palm Oil) Dengan Metode Spektrofotometri Vis” guna
memenuhi sebagian persyaratan untuk dapat memperoleh gelar
Strata Satu Farmasi pada Sekolah Tingg Farmasi Bandung.
v
6. Segenap dosen dan staff Sekolah Tinggi Farmasi Bandung yang
telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran yang berharga.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
secara langsung maupun tidak langsung terlibat pada
penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, banyak kekurangan yang terdapat dalam Laporan Tugas
Akhir ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.
Bandung, Juli 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................ i
PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.............................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................... vi
Bab I Pendahuluan.................................................................... 1
I.1 Latar Belakang..................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
I.3 Tujuan Penelitian................................................................. 3
I.4 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. 3
Bab II Tinjauan Pustaka............................................................ 4
II.1 Minyak Nabati.................................................................... 4
II.2 Minyak Sawit Merash......................................................... 5
II.3 Kandungan Minyak Sawit Merah....................................... 6
II.4 Beta Karoten....................................................................... 7
II.4.1 Kebutuhan Vitamin A...................................................... 8
II.4.2 Kekurangan Minyak Sawit Merah................................... 9
II.5 Spektrofotometri UV-VIS.................................................. 9
II.6 Validasi Metode.................................................................. 10
II.6.1 Linearitas......................................................................... 10
II.6.2 Batas Deteksi................................................................... 11
II.6.3 Batas Kuantifikasi........................................................... 12
II.6.4 Akurasi............................................................................ 13
II.6.5 Presisi.............................................................................. 14
vii
Bab III Metode Penelitian......................................................... 16
Bab IV Alat dan Bahan............................................................. 17
Bab V Prosedur Penelitian........................................................ 18
V.1 Persiapan Sampel............................................................... 18
V.2 Ekstraksi Senyawa Beta Karoten....................................... 18
V.3 Pembuatan Larutan Induk Beta Karoten............................ 18
V.4 Penetapaan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Beta
Karoten...................................................................................... 19
V.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi............................................... 19
V.6 Validasi Metode Analisis................................................... 19
V.6.1 Uji Linearitas................................................................... 19
V.6.2 Uji Presisi........................................................................ 20
V.6.3 Uji Akurasi...................................................................... 20
V.7 Penetapan Kadar Beta Karoten.......................................... 21
Bab VI Hasil dan Pembahasan.................................................. 23
VI.1 Persiapan Sampel.............................................................. 23
VI.2 Penetapan Panjangan Gelombang Maksimum Beta Karoten23
VI.3 Validasi Metode Analisa................................................... 25
VI.4 Proses Ekstraksi Beta Karoten.......................................... 29
VI.4.1 Transesterifikasi............................................................. 29
VI.4.2 Ekstraksi Senyawa Beta Karoten................................... 31
VI.5 Penetapan Kadar Beta Karoten......................................... 32
Bab VII Kesimpulan dan Saran................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 36
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Bab I Pendahuluan
1
2
4
5
Tabel 2.1
Standar Mutu Special Prime Bleach (SPB), dibandingkan
dengan Mutu Ordinari Minyak Kelapa Sawit.
sistem kekebalan yang kuat, dan untuk kesehatan kulit dan selaput
lendir (Nurrahman dan Widiarnu, 2013).
Tabel 2.2
Kandungan Karotenoid dalam Berbagai Jenis Bahan Pangan
2.6.1 Linieritas
Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi
(x). Linieritas dapat diukur dengan melakkukan pengukuran tunggal
pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh
selanjutnya diproses dengan metode kuadarat terkecil, untuk
selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan
koefisien korelasinya (Gandjar, 2012). Linearitas ditentukan dari
nilai koefiien kolerasi (r) yang diperoleh dari penetapan kurva baku
betakaroten. Nilai r hitung tersebut dibandingkan dengan nilai r table
dengan derajat bebas (df) = 3 dan taraf kepercayaan 99%. Selain itu,
linearitas ditentukan juga dri nilai koefisien variasi fungsi (Vx 0) yang
diperoleh dengan cara megolah data hasil penetapan kurva baku
betakaroten.
a. Inspeksi Visual
Batas deteksi ditentukan oleh analisis sampel dengan
konsentrasi analit yang diketahui dan dengan penetapan tingkat
minimum di mana analit dapat dideteksi dengan baik.
b. Respon Standar Deviasi (SD) Berdasarkan SD Blanko
Pengukuran besarnya respon latar belakang analitik dilakukan
dengan menganalisa jumlah yang sesuai dari sampel blanko dan
menghitung tanggapan standar deviasi
c. Respon SD Berdasarkan Kemiringan Kurva Kalibrasi
12
2.6.1 Akurasi
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara
nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai
sebenarnya, atau nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya
13
2.6.2 Presisi
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis yang
biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah
sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Sesuai dengan ICH,
presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:
keterluangan, presisi antara, dan ketertiruan (Gandjar, 2012).
a. Keterulangan yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang
sama baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun
waktunya.
b. Presisi antara yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang
berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun
waktunya.
c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang
lain.
16
BAB IV Alat dan Bahan
IV.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses penetapan kadar senyawa
beta karoten dalam minyak sawit merah antara lain yaitu;
Spektrofotometri UV-VIS, kuvet, labu ukur, neraca analitik,,
spatula, beaker glas, pipet ukur, gelas ukur, hot plate magnetic
stirrer, corong pisah, erlenmeyer.
IV.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses penetapan kadar beta karoten
dalam minyak sawit merah yaitu; minyak sawit merah yang beredar
dipasaran, pelarut dietil eter dan aseton, baku murni beta karoten,
NaSO4 Anhidrat, BHT 0,01%, aquadest.
17
BAB V Prosedur Penelitian
18
19
Sy/x =
√ Σ( Xi−X )²
n−2
3 x Sy / x 10 x Sy / x
BD = dan BK =
b(slope) b(slope)
20
V.5.3 Presisi
Uji presisi dilakukan dengan cara sampel 10 gram ditambahkan
larutan beta karoten konsentrasi 20 bpj kedalam botol dan
dilanjutkan dengan perlakuan seperti pada pada point V.6.1 dan
V.6.2. Kemudian diukur absorban intraday (pagi dan sore) lalu
dihitung simpangan baku relativ dengan rumus presisi.
√ Σ( Xi−X )² SD
SD = dan KV = x
n−2 x rata−rata
100%
V.5.4 Akurasi
Uji akurasi yang dilakukan dengan menggunakan metode adisi,
dengan penambahan baku beta karoten ke dalam sampel dengan tiga
konsentrasi yang berbeda yaitu 20 bpj, 25 bpj, dan 30 bpj dan
dilanjutkan dengan perlakuan seperti pada pada point V.6.1 dan
V.6.2. Selanjutnya larutan diukur absorbansinya kemudian
menentukan kadar menggunakan persamaan regresi linear dan
dihitung % perolehan kembalinya.
21
V.6.1 Transesterifikasi
Minyak sawit merah sebanyak 10 gram ditambahkan larutan KOH
2% (KOH dalam metanol). Campuran kemudian dikocok selama 2
jam dengan kecepatan 7 mot pada suhu kamar dengan menggunakan
alat hot plate magnetic stirer. Selanjutnya ditambahkan larutan BHT
(butil hidroksi toluene) 0,01% dan diaduk kembali menggunakan
magnetic stirer degan kecepatan yang sama selama 30 menit.
Setelah proses tersebut akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan merah
diatas sedangkan lapisan bawah berwarna kuning. Pisahkan kedua
lapisan tersebut menggunakan corong pisah. Terhadap lapisan atas
yang berwarna merah dilakukan pencucian atau pembilasan dengan
aquadest sampai tiga kali.
23
24
454
No Konsentrasi ABS
1 20 0,314
2 25 0,4
3 30 0,478
4 35 0,561
5 40 0,63
6 45 0,73
7 50 0,799
27
Tabel 6.2
Data Regresi Linear
Validasi Metode
Persamaan garis
Y = 0,0162x-0,0079
linearitas
Koefisien korelasi (r) 0,9989
Slope (b) 0,0162
Intersep (a) 0,0079
Sy/x 0,0028
Batas deteksi 0,5332
Batas kuantifikasi 1,7773
SD 0,1109
% RSD 0,2672
Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Uji batas deteksi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar terendah yang
masih dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan
dibandingkan dengan blangko. Batas kuantifikasi merupakan
parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil
analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama (Harmita, 2004). Berdasarkan hasil penelitian nilai batas
deteksi adalah 0,533 bpj dan nilai batas kuantitasi adalah 1,777 bpj.
Tabel 6.3
28
Tabel 6.4
Akurasi Beta Karoten Minyak Sawit Merah
VI.4.1 Transesterifikasi
Dalam proses transesterifikasi dilakukan tahapan penyabunan atau
saponifikasi yang digunakan untuk memisahkan antara asam lemak
dan gliserol. Pada prinsipnya transesterifikasi adalah mengeluarkan
gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan
alkohol (metanol) menjadi metil ester. Katalis yang biasa digunakan
pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa seperti NaOH, KOH,
NaOCH3 dan KOCH3. Pelarut metanol lebih sering digunakan
karena harganya lebih murah dibandingkan dengan alkohol jenis
lainnya dan dapat bereaksi cepat dengan trigliserida serta dapat
melarutkan katalis asam dan basa. Selain itu, secara fisiko-kimia
metanol bersifat polar dan memiliki rantai paling pendek.
Tabel 6.4
Kadar Beta Karoten
35
VII.1 Kesimpulan
VII.2 Saran
36
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38
Lampiran 1
% = g/100ml
= 2g/100ml x 100
= 2 gram
% = g/100ml
= 0,01g/100ml x 100
= 0,01g = 10 mg
40
Lampiran 2
= 1000 bpj
41
Lampiran 3
Lampiran 4
= 53766 µg 53,766 mg
X = Nilai konsentrasi
Fp = Faktor Pengenceran
10 ml = ekstrak transesterikasi
10 g = berat sampel
44
Lampiran Tabel
No Konsentrasi ABS
1 20 0,314
2 25 0,4
3 30 0,478
4 35 0,561
5 40 0,63
6 45 0,73
7 50 0,799
Lampiran BD BK
Akurasi
Presisi
Pengulanga
n 20 bpj Abs X(µg/ml) X-Xbar)^2
1 0,660 41,22839506 0,089015055
2 0,669 41,78395062 0,066152687
3 0,663 41,41358025 0,01280716
4 0,661 41,29012346 0,055991634
5 0,667 41,66049383 0,017887686
6 0,669 41,78395062 0,066152687
Rata-rata 41,52674897 0,30800691
SD 0,11099674
% RSD 0,267289743
46
Rata-
Absorbans
Nama Konsentras rata Kadar
i
i (µg/ml) (µg/ml) (mg/g)
sampel A (1) 0,308 19,5
sampel A (2) 0,378 23,8209 21,5065 8,0649
sampel A (3) 0,313 21,5987
Sampel B (1) 0,468 29,3765
Sampel B (2) 0,417 26,2283 27,1748 10,1905
Sampel B (3) 0,412 25,9197
Lampiran Gambar
47
Gambar Keterangan
Proses Ekstraksi
dan
Transesterifikasi
Hasil disimpan
dikulkas terdapat
endapan putih
kuning
Hasil sentrifuge
48
Hot Plate
Magnetic Stirer
Spektrofotometer
Uv-Visibel