ACARA II : GRINDING
FITRI FEBRIANA
D111 18 1009
GOWA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. Karena atas nikmat dan karunia-Nya kita diberikan
nikmat hidup dan kesehatan yang kita miliki saat ini, dan tidak lupa juga pada Nabi
Muhammad Saw Karena atas perjuangan Beliaulah sehingga kita dapat keluar dari
jaman kegelapan ke jaman yang terang benderang seperti sekarang. Melalui kata
pengantar ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum II : Grinding
dari mata kuliah Pengolahan Bahan Galian. Mulai dari dosen pengampu mata kuliah
Pengolahan bahan galian, kakak-kakak asisten yang mendampingi selama kegiatan
praktikum, dan teman-teman dari angkatan 2018 yang bersama-sama melalui
praktikun yang sama.
ii
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
2.1 Kominusi 3
iii
2.3 Sieving 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Hasil 36
4.2 Pembahasan 44
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
Gambar 2.7 Tower Mill......................................................................................12
v
Gambar 3.11 Kacamata safety...........................................................................29
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu mineral belum bisa di proses secara langsung lebih lanjut sesaat setelah
ditambang, hal ini dikarenakan mineral tersebut masih tercampur dengan pengotornya
(gangue). Pengolahan mineral merupakan suatu meteode yang digunakan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pada suatu bahan galian mineral. Pengolahan mineral
(mineral dressing) adalah salah satu tahapan dalam kegiatan pertambangan dimana
tujuan dari pengolahan mineral adalah untuk meningkatkan kadar logam berharga
dengan cara membuang bagian-bagian bijih yang tidak diinginkan. Mineral juga perlu
diolah sesuai dengan keperluan, misalnya suatu mineral harus memiliki tingkat ukuran
tertentu untuk dapat bisa masuk dalam suatu proses kimia dalam proses pengolahan
berikutnya.
Secara umum, setelah proses mineral dressing akan dihasilkan tiga kategori
produk, yaitu tailing, konsentrat, dan middling. Pada proses pengolahan, terdapat
proses kominusi. Kominusi adalah proses meredusikan butir atau proses meliberasi
bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih
tersebut dari ikatannya yang merupakan gangue mineral. pada umumnya, bijih mineral
atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga sangat tidak
mungin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral
dalam ukuran besar biasanya erkadar sangat renah dan terikat dengan mineral
pengotornya.
Liberasi mineral berharga masih rendah pada ukuran bijih yang besar sehingga
untuk dapat diolah untuk meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi
pengecilan ukuran terlebih dahulu. Melatarbelakangi hal tersebut, kegiatan praktikum
Pengolahan Bahan Galian dengan acara kedua yakni kegiatan grinding dilakukan dalam
rangka mempraktekkan secara langsung bagaimana proses dari kominusi setelah
sebelumnya pada proses crushing dan bagaimana proses dalam penggerusan ukuran
bahan galian sehingga dapat di proses untuk kegiatan selanjutnya. Dalam laporan ini
1
berisi mengenai hasil dari kegiatan praktikum tersebut. Dalam kegiatan praktikum yang
kami lakukan, proses kominusi yang dilakukan adalah proses grinding dan sieving yang
dilakukan pada suatu sampel pasir besi yang telah disiapkan oleh praktikan
sebelumnya.
1.2 Tujuan Praktikum
2
BAB II
GRINDING
2.1 Kominusi
3
3. Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hidrometalurgi tidak
perlu benar-benar bebas dari gangue.
Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi adalah rasio ukuran
bijih awal terhadap ukuran bijih hasil atau produk, atau biasa disebut dengan
reduction ratio atau rasio reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh terhadap
kapasitas produksi dan juga berpengaruh terhadap energi produksi. Pada operasi
crushing, rediction ratio biasanya berkisar antara dua sampai dengan sembilan. Untuk
pengecilan ukuran yang menggunakan Jaw crusher atau c one crusher akan lebih
efisien jika menerapkan reduction ratio sekitar tujuh. Pada operasi grinding atau
penggerusan reduction rasio bisa mencapai lebih daripada 200. Artinya ukuran umpan
200 kali lebih besar daripada ukuran produk [ CITATION Mau03 \l 1057 ].
Tujuan dari pengolahan dengan teknik grinding adalah untuk mereduksi atau
mengurangi ukuran material, sehingga akan diperoleh material yang lebih kecil dari
ukuran semula. Teknik grinding dapat memisahkan mineral berharga dari pengotornya
(tailing), produk yang dihasilkan lebih kaya mineral berharga dan memiliki kadar tailing
rendah. Grinding adalah proses terakhir dari comminution dimana proses kerjanya
menggunakan prinsip gabungan dari impak (tumbukan) dan abrasi. grinding biasanya
dilakukan pada kondisi basah (wet condition) untuk mendapatkan slurry yang akan
diumpankan pada proses concentration, meskipun ada beberapa keadaan dari grinding
yang dilakukan pada kondisi kering ( dry condition) namun dilakukan pada aplikasi yang
terbatas[ CITATION Mau03 \l 1057 ].
4
2.2 Proses Penggerusan
5
akibat proses basah. Faktor lain juga disebabkan akibat kadar air yang rendah sangat
dibutuhkan untuk grinding, maka akan diperlukan proses pengeringan [ CITATION
Err82 \l 1057 ].
Bijih yang kurang tergerus akan menghasilkan bijih berukuran kasar dan
mineral berharga tiak terbebaskan dari ikatannya dengan gangue. Hasil konsentrasi
tidak optimum, yang direpresentasikan oleh recovery yang rendah atau kadar yang
rendah kurang tergerusnya bijih dapat dilihat dari pemakaian energi yang rendah.
Sebaliknya bila bijih tergerus berlebihan, maka penggerusan akan menghasilkan
ukuran bijih yang terlalu halus. Jal ini dapat menghasilkan bijih dengan liberasi yang
tinggi. Hasil pemisahan dapat meningatkan kadar mineral berharga dalam konsentrat,
namun ukuran yang terlalu halus dapat menurunkan recovery bijih yang tergereus
berlebihan menyebabkan pemakaian energi yang besar. Operasi penggerusan ,
grinding dapat dilakukan secara kering dan basah. Beberapa kriteria yang digunakan
untuk penentuan grinding dilakukan secara kering atau basah adalah [ CITATION
Bar88 \l 1057 ] :
1. Pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering. Pengolahan
mineral/bijih pada umumnya dilakukan secara basah. Pada umumnya, operasi
konsentrasi atau pemisahan mineral dilakukan dengan cara basah. Namun
penggerusan klingker untuk menghasilkan semen selalu cara kering
2. Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding cara kering
3. Klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih kecil
dibandingkan cara kering
4. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatif lebih bersih dan tidak
memerlukan peralatan untuk menangkap debu
5. Penggerusan cara kering mensyaratkan bijih yang betul-betul kering. Sehingga
memerlukan perlatan untuk menangkap debu
6. Penggerusan cara basah konsumsi media gerus dan bahan pelapis relatif lebih
banyak karena terjadi korosi.
Mekanisme kerja dari teknik grinding melibatkan gaya-gaya yang pada
dasarnya akan memecah material dalam media grinding berupa silinder berputar.
Gaya-gaya tersebut antara lain berupa [ CITATION Bar88 \l 1057 ] :
A. Impak atau penekanan, dimana gaya diberikan hampir ke seluruh permukaan
partikel.
B. Chipping, dimana gaya memiliki sudut tertentu.
6
C. Abrasi (gesek), dimana gaya paralel terhadap permukaan partikel
Gaya-gaya ini akan mengubah bentuk pertikel bijih sampai melampaui batas
kekuatan yang dimilikinya dan kemudian menyebabkan partikel bijih menjadi remuk.
Media gerus akan dapat mengecilkan partikel bijih dengan satu atau beberapa gaya.
Sebagian besar energi kineti dari muatan mill akan terbuang sebagai panas, suara dan
kehilangan lainnya. Hanya sebagian kecil saja yang termanfaatkan sebagai energy
untuk pengecilan ukuran[ CITATION Bar88 \l 1057 ].
Grinding dapat bekerja melalui bantuan media yang disebut media grinding.
Media grinding adalah media yang dapat digunakan dalam menunjang proses
penggerusan bahan galian dalam proses comminution. Media yang digunakan memiliki
kriteria yaitu kekerasan yang tergantung kepada bahan galian yang akan direduksi
ukurannya. Media grinding terdiri antara lain [ CITATION Bar88 \l 1057 ] :
A. Silinder/ batang (rods) baja, dengan ukuran panjang hampir sama dengan
panjang mill itu sendiri.
B. Bola / grinding balls, berupa bola-bola baja ataupun bahan lainnya dengan
kekerasan tertentu.
C. Bijih/pebbles, yaitu media yang terbuat dari batuan keras atau bahan natural
yang masih mengandung bijih.
Untuk mendapatkan kehalusan butir yang diinginkan sesuai dengan kondisi
material dan spesifikasi pengolahan pada tahap berikutnya, maka terdapat berbagai
alat grinding yang dapat digunakan. Alat-alat ini bekerja dengan menggunakan prinsip
tekanan gerusan yang nantinya akan melibatkan gaya-gaya impak, kompresi, robek,
dan abrasi (gesek) Alat grinding dibedakan berdasarkan media grindingnya dibagi
menjadi beberapa yaitu [ CITATION Ash16 \l 1057 ] :
A. Batangan Silinder Baja (rod mill)
Disebut juga mesin fine crusher atau coarse grinding. Umpan yang dapat
masuk berukuran 50 mm dan menghasilkan produk sebesar 300 μm. Ciri
khusus dari rod mill adalah panjang shell silinder antara 1,5 sampai 2,5 kali
diameternya, perbandingan ini sangat penting agar batang ( rod), yang
panjangnya beberapa centimeter lebih pendek dari shell, harus dicegah dari
pembengkokan agar dapat mendesak diameter silinder. Rod mill menggunakan
rod selektif yang ukurannya ditentukan sehingga nantinya akan didapatkan
grinding yang optimum, biasanya rod terbuat dari high carbon steel dengan
diameter berukuran 25 sampai 150 mm, semakin kecil diameter rod maka
7
surface area (luas permukaan sentuhnya) lebih luas sehingga didapat efisiensi
grinding yang lebih besar.
Kecepatan grinding optimum biasanya pada 50-65% kecepatan grinding kritis,
namun ada beberapa dari jenis grinding menggunakan kecepatan sampai 80%
tanpa adanya catatan kegagalan aus yang berarti. Ada tiga jenis rod mill
berdasarkan perbedaan pada jalur pengumpanan ( opening) dan pengeluaran
(discharge).
1) Center Peripheral Discharge Mill
Umpan dimasukkan melalui trunnion pada kedua sisi mill dan pengeluaran
dilakukan pada bagian bawah melalui lubang di tengah shell, mill ini bisa
digunakan untuk grinding basah dan kering dan menghasilkan lebih banyak
partikel kasar daripada halus.
8
Gambar 2.3 End Peripheral Discharge Mill [ CITATION Ash16 \l 1057 ]
3) Overflow (Trunnion)
Mill Pengumpanan dilakukan melalui salah satu trunnion dan pengeluaran
dilakukan melalui trunnion lainnya, biasanya mill ini digunakan untuk grinding
basah.
B. Bola-bola Baja
Prinsip kerja alat grinding yang menggunakan media bola-bola baja adalah
memutar silinder yang berisi bola-bola grinding yang terbuat dari baja dan
material (bijih) di dalamnya, proses grinding terjadi dengan pergerakan bola-
bola dimana balls berputar di dalam dan menggerus bijih. Semakin besar
diameter silinder maka kecepatan rotasi akan semakin lambat. Jika kecepatan
terlalu besar maka akan terjadi gaya sentrifugal pada silinder sehingga balls
akan menempel pada tepi silinder dan proses grinding akan menjadi tidak
optimum.
9
Grinding balls biasanya terbuat dari baja, baik itu baja karbon tinggi, baja
tempa, baja paduan, atau baja cor-coran dan konsumsinya berkisar antara 0.1
sampai 1.0 kg per ton bijih tergantung dari kekerasan bijih, kehalusan gerus,
dan kualitas medium. Pengisian dilakukan sebesar 40-50% dari volum mill, dan
sekitar 40% adalah ruang kosong. Alat grinding yang menggunakan bola-bola
baja sebagai media grindingnya ada 2 jenis, yaitu ball mill dan tube mill.
1) Ball mill
Ball Mill mempnyai ukuran panjang kira-kira sama dengan diameternya atau
maksimal 1 ½ kali diameternya. Diameter mill bisa mencapai 5,5 m dan
panjang 7,3 m. Ball mill bekerja dengan kecepatan yang lebih tinggi yaitu
sekitar 70-80% dari kecepatan kritis. Ukuran produk hasil keluaran dari ball mill
sekitar 45 μm. Kinerja mesin ball mill dinilai berdasarkan tenaga bukan
berdasarkan kapasitas, dan didorong dengan motor bertenaga sebesar 4 MW.
Seperti halnya rod mill, ball mill juga diklasifikasikan berdasarkan sifat keluaran
produknya:
a) Peripheral Discharge Mill, umpan melewati screen sepanjang silinder, bisa
digunakan pada grinding kering maupun basah
b) Overflow Mill, prinsipnya sama dengan prinsip kerja rod mill
c) Grate Mill, merupakan mill yang paling sering digunakan.
2) Tube Mill
10
Prinsipnya sama dengan ball mill, perbedaanya hanya panjangnya antara 2 kali
diameternya, grinding media menggunakan bola- bola baja. Selain itu, tube mill
memiliki 2 kompartmen, sehingga ukuran produk yang dihasilkan lebih halus
dibandingkan ball mill.
C. Pebble
Pebble adalah media grinding berupa batuan keras atau batuan natural, dengan
kata lain alat grinding yang menggunakan pebble sebagai media grindingnya
menggunakan batuan yang mengandung bijih itu sendiri. Alat grinding yang
menggunakan pebble sebagai media grindingnya terdiri atas semi autogenous
grinding (SAG) mill, autogenous grinding mill, dan tower mill.
1) Semi Autogenous Grinding (SAG) Mill
Semi Autogenous Grinding (SAG) mill adalah peralatan/ sirkuit grinding yang
paling sering diminati dibandingkan dengan sirkuit konvensional dikarenakan
memiliki beberapa keuntungan-keuntungan, seperti biaya yang lebih rendah,
kemampuan menangani material basah dan lengket, flowsheet yang lebih
sederhana, peralatan berukuran besar, kebutuhan operator yang sedikit, dan
konsumsi medium grinding yang sedikit. SAG mill menggunakan metode grinding
dengan kombinasi medium grinding dan partikel bijih itu sendiri. Berdasarkan data
riset yang ada, SAG mill dengan balls sebagai medium terbukti paling efektif pada
6-10% volume mill. Untuk mengendalikan sirkuit grinding diperlukan beberapa
variabel yang harus diketahui antara lain :
a) Perubahan laju umpan baru dan circulating load
b) Distribusi ukuran dan kekerasan bijih
11
c) Laju penambahan air pada sirkuit
d) Interupsi operasi dalam sirkuit, seperti pemberhentian karena pengumpanan
media grinding baru atau pembersihan choke cyclone.
2) Autogenous Grinding Mill
Prinsip kerja autogenous grinding mill sama dengan dengan prinsip kerja semi
autogenous grinding mill, hanya saja autogenous mill bekerja berdasarkan metode
grinding yang hanya menggunakan partikel-partikel bijih itu sendiri sebagai media
untuk melakukan kominusi.
3) Tower Mill
Tower mill digunakan untuk operasi penggerusan yang sangat halus, ruang
dimana terjadi pengerusan /grinding bentuknya vertikal dan bagian dalamnya
dilengkapi dengan alat yang melingkar berbentuk spiral dari atas ke bawah yang
dapat memberikan gerakan melingkar terhadap grinding media yang turun ke
bawah. Umpan beserta air dimasukkan dari bagian atas kemudian batuan mineral
menggelundung kebawah diatas pelat yang melingkar.
12
atas. Pada mekanisme ini pengecilan ukuran terjadi akibat gaya abrasi dan
shear. Produk yang dihasilkan dengan mekanisme ini adalah sangat halus.
B. Mekanisme Cataracting
Ketika mill berputar cukup tinggi akan menyebabkan muatan ikut berpuar dan
bergerak naik relatif tinggi dengan titik keseimbangan yang tinggi pula. Setelah
kesetimbangannya tercapai, muatan akan jatuh bebas ke dasar mill. Pada
mekanisme ini pengecilan ukuran terjadi akibat pengaruh gaya impak dan
kompresi. Produk yang dihasilkan berukuran relatif kasar.
Gambar 2.9 Perilaku Muatan saat Mill bergerak [ CITATION Err82 \l 1057 ]
C. Putaran Kritis
Putaran mill dimana muatan mulai menempel pada dinding mill dan ikut
berputar bersama mill. Pada kondisi ini tidak terjadi mekanisme pengecilan
ukuran. Dinotasikan dencan Nc dengan satuan Rpm dan dapat ditentukan
berdasarkan persamaan berikut: Nc = 42,3/(D) 0,5 dimana D merupakan diamter
mill. Besarnya nilai kesepatan kritis dalam pratek berkisar antara 50-90 persen
13
dari Nc, tergantung pada produk. yang akan dihasilkan dan perhitungan
ekonomisnya.
2.3 Sieving
1. Mengendalikan uuran partikel yang akan masuk atau harus keluar dalam unit
atau alat tertentu
2. Menghasilkan produk dengan ukuran dan atau selang ukuran tertentu
3. Menghasilkan ukuran produk yang sesuai dengan persyaratan konsumen
4. Untuk mendapatkan efisiensi tinggi.
Sedangkan untuk Produk dari proses pengayakan ada 2 yaitu : ukuran lebih
besar daripada ukuran lubang ayakan (oversize) dan ukuran yang lebih kecil daripada
ukuran lubang ayakan (undersize).
Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal, dikenal dua macam
produk yaitu : Undersize atau fine yaitu, produk yang lolos lubang ayakan, dan
Oversize atau tails, yaitu produk yang tertahan oleh ayakan. Untuk pengayakan
menggunakan dua jenis ayakan, akan diperoleh dua tiga macam ukuran produk,
yaitu Undersize, On-size, dan Oversize [ CITATION Ash16 \l 1057 ].
14
Gambar 2.10 Macam Pengayakan [ CITATION Ash16 \l 1057 ]
Bila pada dua faktor diatas kita membahas mengenai alat. Dalam pemilihan
jenis tersebut sangat penting mengetahui paling tidak berat jenis atau
densitasnya. Apabila bahan tersebut densitasnya lebih besar dari air, maka
bahan tersebut akan sulit bila diperlakukan pada wet sieving, mengingat
15
sieving bekerja dengan prinsip merubah sifat bahan menjadi mudah mengalir
seperti air (bila menggunakan air).
16
Gambar 2.11 Macam getaran pada ayakan [ CITATION MJC73 \l 1057 ]
A. Ayakan stasioner dan Grizzlies.
Grizzly, merupakan jenis ayakan statis, dimana material yang akan diayak
mengikuti aliran pada posisi kemiringan tertentu. Digunakan untuk material
17
yang sangat kasar. Terdiri dari serangkaian heavy bar paralel yang terpasang
pada sebuah frame, ada yang menggunakan rantai sebagai pengganti bar dan
ada yang digoyang atau digetarkan secara mekanik untuk sizing atau
membantu dalam penghilangan oversize.
Cara Kerja : Umpan yang sangat kasar, jatuh pada ujung atas kisi. Bongkahan
yang besar akan menggelinding ke bagian ujung dan bongkahan kecil akan
jatuh ke bawah masuk kedalam kolektor (pengumpul) tersendiri. Jarak antara
setiap batang pada bagian atas dibuat cukup lebar dibandingkan bagian bawah
agar kuat tanpa terjadi penyumbatan oleh bongkahan yang hanya lolos
sebagian. Jarak antara batang berkisar 2 – 8 in.
18
dan dek ke dek lain, dan memindahkannya dan tempat masuk sampai tempat
keluarnya partikel. Sudut Kemiringan ayakan antara 16 o sampai 30o terhadap
sumbu horizontal. Ayakan pada umumnya berbentuk persegi panjang dengan
ukuran (1.5 x 4 ft) sampai (5 x 14 ft). kecepatan giransi dan amplitudonya
biasanya dapat diatur sesuai kebutuhan. Kecepatan giransi dapat mencapai 600
sampai 180 rpm.
19
Gambar 2.14 Reciprocating screen [ CITATION MJC73 \l 1057 ]
C. Ayakan Getar
20
sampai 3600 getaran per menit. Sudut kemiringan terhadap sumbu horizontal
dapat diatur sesuai dengan keperluan, bervariasi antara 00 sampai 450.
21
getaran (fibrasi) dapat mudah berubah dari keseimbangan bera, tahan lama
dan dapat digunakan dalam ukuran dan kapasitas yang berbeda-beda.
D. Trommels
Trommels merupakan jenis ayakan yang berputar cepat pada sumbu
horizontalnya. Berbentuk silindris atau konis dan biasanya tersusun atas
beberapa ayakan secara konsentris. Trommel Screen adalah alat screening
yang digunakan dalam industri skala besar terutama pada pertambangan. Ini
adalah salah satu perangkat screening tertua, yang merupakan ayakan silinder
biasanya berputar di antara 35 dan 45% kecepatan kritis. Trommels dapat
menangani bahan dari 55 mm sampai 6 mm, dan ukuran lebih kecil dapat
ditangani dalam kondisi penyaringan basah.
22
diputar oleh screen dengan kecepatan yang tentukan. Feed yang tidak
diinginkan akan keluar dengan sendirinya melalui lubang yang melalaui output.
Feed yang diinginkan akan masuk dalam penampung/ storage kemudian
dialirkan melalui belt conveyor. Feed yang tidak masuk / lolos atau di reycle.
23
dengan menggunakan sistem pegas yang mana getaran yang dihasilkan
dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu.
24
Gambar 2.18 Standar Ayakan oleh US dan Tyler [ CITATION GGB50 \l 1057 ]
25
1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum),
jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga
serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya
terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika
sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili semua
unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang
paling kasar. Beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam operasi
pengayakan adalah :
1. Ukuran buhan ayakan, semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin
banyak material yang lolos.
2. Ukuran relatif partikel, material yang mempunyai diameter yang sama dengan
panjangnya akan memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila
posisinya berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pantulan dari material, pada waktu material jatuh ke screen maka material akan
membentur kisi-kisi screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada
posisi yang tidak teratur.
26
4. Kandungan air, kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila
hanya sedikit akan menyumbat screen.
Metode apa pun untuk mengukur ukuran partikel yang digunakan, karakterisasi
sampel menurut ukuran disebut sebagai analisis ukuran. Analisis ukuran dalam
pemrosesan mineral terutama digunakan untuk memperoleh data kuantitatif tentang
ukuran individu dan distribusi ukuran partikel dalam aliran proses. Ini penting dalam
menilai kualitas penggilingan, ukuran pakan yang optimal hingga proses untuk efisiensi
maksimum dan sebagainya. Di sebagian besar aplikasi pemrosesan mineral, hanya
perkiraan ukuran partikel yang diperlukan. Pengayakan melalui saringan standar dari
bukaan yang diketahui dan menentukan ukuran saringan di mana semua partikel
dipertahankan dapat dengan mudah memberikan ukuran terbatas dari sekelompok
partikel yang dikenakan operasi. Semakin dekat ukuran saringan yang berurutan,
semakin dekat taksirannya ke ukuran sebenarnya (Rattanakawin, 1989).
27
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
28
Gambar 3.2 Bola-bola baja
4. Kunci pas, digunakan untuk mengeratkan baut pada mesin Ball mill.
29
Gambar 3.4 Kunci pas
30
Gambar 3.7 Kuas
31
10. Pulpen, adalah alat yang digunakan untuk mencatat semua hasil yang di
dapatkan dari praktikum.
3.1.2 Bahan
32
Gambar 3.12 Sampel pasir besi
33
Gambar 3.14 Kertas HVS
34
Gambar 3.17 Menimbang umpan grinding
35
6. Menyalakan alat dan menunggu proses grinding selama 5 menit.
36
Gambar 3.22 Menimbang massa hasil grinding
37
Gambar 3.24 Proses sieving
12. Menimbang sampel hasil ayakan yang telah dimasukkan ke dalam kantong
sampel.
38
Gambar 3.27 Membersihkan alat
39
BAB IV
4.1 Hasil
Berikut data yang diambil pada percobaan yang dilakukan dengan t=5 menit:
a. % Berat
Berat material
% Berat = × 100 %
Total material
40
Berat material 778.6
% Berat ayakan1= x 100 %= x 100 %=73.9 %
Total material 1054,2
Berat material 44.8
% Berat ayakan2= x 100 %= x 100 %=4.2 %
Total material 1054,2
Berat material 43.6
% Berat ayakan3= x 100 %= x 100 %=4.1 %
Total material 1054,2
Berat material 42.6
% Berat ayakan 4= x 100 %= x 100 %=4.0 %
Total material 1054,2
i
% kumulatif i=∑ % berat
n=1
= 73.9%
= 73.9% + 4.2%
= 78.1%
ayakan 3
= 82.2 %
41
ayakan 3 + % berat ayakan 4
= 86.3 %
= 87.7%
berat ayakan 6
1.2%
= 88.9%
1.2% + 0.9%
= 89.8 %
42
73.9% + 4.2% + 4.1% + 4.0% + 1.4% +
= 90.6%
70
60
50
40
30
20
10
0
212 180 150 125 106 90 75 -75
43
Gambar 4.1 Grafik dengan t=5 menit
Berikut data yang diambil pada percobaan yang dilakukan dnegan t=10 menit:
a. % Berat
Berat material
% Berat = × 100 %
Total material
44
Berat material 28.2
% Berat ayakan5= x 100 %= x 100 %=2.3 %
Total material 1237
b. % Berat Kumulatif
i
% kumulatif i=∑ % berat
n=1
= 72.7 %
= 72.7 % + 2.8 %
= 75.5%
ayakan 3
= 79.0 %
= 82 %
45
% kumulatif 5 = % berat ayakan 1 + % berat ayakan 2 + % berat
= 84.3 %
berat ayakan 6
= 85.9 %
= 87.2 %
46
% berat kumulatif lolos 3 = 100 % - 79.0 % = 21.0 %
% berat kumulatif lolos 4 = 100 % - 82 % = 18 %
% berat kumulatif lolos 5 = 100 % - 84.3 % = 15.7 %
% berat kumulatif lolos 6 = 100 % - 85.9 % = 14.1 %
% berat kumulatif lolos 7 = 100 % - 87.2 % = 12.8 %
% berat kumulatif lolos 8 = 100 % - 88.9 % = 11.1 %
80
60
40
20
0
212 180 150 125 106 90 75 -75
Berikut data yang diambil pada percobaan yang dilakukan dengan t=15 menit:
47
5 106 (-125+106) 22,7 1,7 -125 +106 79,1 20,9
a. % Berat
Berat material
% Berat = × 100 %
Total material
Berat material 51
% Berat ayakan2= x 100 %= x 100 %=3.8 %
Total material 1354
Berat material 17
% Berat ayakan 6= x 100 %= x 100 %=1.3 %
Total material 1354
b. % Berat Kumulatif
48
i
% kumulatif i=∑ % berat
n=1
= 67.8 %
= 67.8 %+ 3.8 %
= 71.6 %
ayakan 3
= 74.9%
= 77.4 %
= 79.1 %
berat ayakan 6
49
= 67.8 %+ 3.8 %+ 3.3 % + 2.5 % + 1.7% + 1.3 %
= 80.3 %
= 81.4 %
= 82.6 %
50
Grafik dengan t=15 menit
90
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini yang dilakukan ialah grinding dan sieving. Pada tahapan
Grinding dilakukan dengan menggunakan ball mill yang bertujuan untuk mengecilkan
ukuran sampel atau material. Ball mill adalah salah satu jenis alat grinding yang
menggunakan media gerus berupa bola-bola baja. Bola-bola baja yang digunakan pada
proses grinding kali ini adalah sebanyak 6 buah. Penggerusan dilakukan sebanyak tiga
kali dalam waktu yang berbeda-beda yaitu selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit.
Pada praktikum kali ini, berat awal sampel adalah 1000 gram untuk setiap
waktu penggerusan yang berbeda-beda, namun dapat kita lihat dari data di atas
pada pengayakan untuk waktu 5 menit jumlah berat sampel yang didapat yaitu
1054,2 gram, untuk waktu 10 menit jumlah berat sampel yang didapat yaitu 1237
gram dan untuk waktu 15 menit jumlah berat sampel yang didapat yaitu 1354 gram.
51
Dari jumlah berat sampel yang didapat pada setiap variasi waktu, dapat dilihat bahwa
telah terjadi penyusutan (delusi) karena dipengaruhi oleh faktor adanya beberapa
gram sampel yang masih melengket di lubang ayakan.
Dari data diatas dapat di lihat yang tidak lolos pada ayakan pertama yang
berukuran 212 m berkisar 778,6 sampai 918,4 gram dari massa awal 2000 gram
material dengan variasi waktu yang berbeda-beda. Pada proses pengayakan terakhir
yang berukuran 75 m berkisar 8.6 sampai 21,1 gram dengan variasi waktu yang
berbeda-beda. Dapat kita lihat juga pada grafik 1, 2 dan 3 bahwa telah terjadi
peningkatan berat komulatif sampel yang tertahan disetiap adanya penambahan
waktu ketika proses pengayakan. Sehingga dapat kita simpulkan banyaknya partikel
atau produk yang lolos melalui ayakan bergantung pada lamanya waktu yang
diberikan ketika proses pengayakan berlangsung, dimana semakin banyak waktu
yang digunakan pada saat proses pengayakan, maka semakin banyak material yang
akan lolos ayakan.
Dapat kita lihat juga pada grafik 1, 2 dan 3 bahwa telah terjadi peningkatan
berat disetiap adanya penambahan waktu ketika proses pengayakan. Sehingga dapat
kita simpulkan banyaknya partikel atau produk yang lolos melalui ayakan bergantung
pada lamanya waktu yang diberikan ketika proses penggerusan berlangsung. Semakin
lama waktu penggerusan dilakukan maka produk yang dihasilkan akan memiliki ukuran
yang semakin kecil sehingga sangat mempengaruhi produk pada proses pengayakan.
Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit waktu penggerusan dilakukan maka produk
yang dihasilkan akan memiliki ukran yang relatif besar sehingga sangat berpengaruh
pula pada produk yang dihasilkan pada saat pengayakan.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasrkan tujuan dari kegiatan praktikum, kesimpulan dari laporan ini adalah :
A. Mekanisme dari kegiatan penggerusan terbagi menjadi 2 yaitu mekanisme
cascading dan cataracting dimana menghasilkan produk penggerusan yang
berbeda dan gaya yang bekerja pada proses penggerusan adalah Impak atau
penekanan, dimana gaya diberikan hampir ke seluruh permukaan partikel,
Chipping, dimana gaya memiliki sudut tertentu, Abrasi (gesek), dimana gaya
paralel terhadap permukaan partikel
B. Prinsip kerja dari ball mill adalah memutar silinder yang berisi bola-bola
grinding yang terbuat dari baja dan material (bijih) di dalamnya, proses
grinding terjadi dengan pergerakan bola-bola dimana balls berputar di dalam
dan menggerus bijih. Semakin besar diameter silinder maka kecepatan rotasi
akan semakin lambat. Jika kecepatan terlalu besar maka akan terjadi gaya
sentrifugal pada silinder sehingga balls akan menempel pada tepi silinder dan
proses grinding akan menjadi tidak optimum.
C. Berdasarkan hasil dilakukan bahwa hubungan antara lama penggerusan pada
ball mill terhadap produk hasil gerus Semakin lama waktu penggerusan
dilakukan maka produk yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang semakin
kecil sehingga sangat mempengaruhi produk pada proses pengayakan begitu
pula sebaliknya.
D. Pengayakan dilakukan untuk memisahkan sampel sesuai dengan ukuran
partikelnya. Sampel digerakkan secara horizontal ataupun vertikal. Ini
menyebabkan pergerakan relatif antara partikel dan saringan. Partikel individu
dapat melewati saringan mesh atau tertahan di permukaan saringan.
Kemungkinan partikel melewati saringan mesh ditentukan oleh rasio ukuran
partikel dengan bukaan saringan, orientasinya partikel dan jumlah pertemuan
antara partikel dan mesh bukaan.
53
E. Berdasarkan kegiatan praktikum pengaruh fraksi ukuran butir terhadap persen
kumulatif berat lolos bahwa semakin kecil fraksi ukuran butir maka semakin
besar persen kumulatif berat lolos.
5.2 Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
Ashok Gupta, D. Y., 2016. Mineral Processing design and operations an introduction,
second edition. Amsterdam: Elsevier.
Brown, G., 1950. Unit Operation. New York: Modern Asia Edition.
Errol G. Kelly, D. J. S., 1982. Introduction to Mineral Processing. New York: John Wiley
& Sons Incorporated.
55