Anda di halaman 1dari 10

.

"'.' !

n, r- • • ...... :, ,..
11 . , .... :{1-:-·

,,,
.
�· .
4 , .. a,l;i\
··!" '-' ·

tlt"J
�·

1:. I •'::'!•
·' r!

·-
,r .. ,.. rt_!.l' ·, •• i!·

•.; .s., n .,., ,!:: c: " i�. 1Jr1' ,J ' ��l 1�·

Scanned by
Tcntang kata filsafat itu sencliri ada pendapat )'ilng berbeda di anrara para
pakar
pendahulu. Mi�1I. Plato (42i-348 SM) berpendapat bahwa rils.tfat ialah
pengctc1huan y,mg bersifat untuk rnencapai kebenaran yang sosunggubnya.
Kcmudian Aristotcles (382-322 SM) mendcfenisikan filsafat sebagat ilmu
penget.ihuan yang meliputi kebcnaran rang terkandung di dalarnnya ilmu-ilmu
rnctafislk«. logika. retorika. etika, ekonorni, politlk, dan estetika. Sementara Cicero
( 10&-0-U 51\.\) rnenyarakan rilsaiat adalah ilmu pengetahuan terluhur dan kcinginan
untuk mendapatkannya. Dcmikian pula penerusn>1a di era setelah kelahiran
Nabi Isa AS. Seperti Descartes (159&-1650), yang rnenyatakan bahwa rilsaiat
ialoh kurnpulan segala pcngetahuan di maria Tuhan, alarn dan rnanusia menjadi
pokok pcnyelidikt1nny;,. Kemudian Immanuel Kant ( 1724-1804) yang berpendapat
fllsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangka! segala
pengetahuan ynng tercakup di dalamnya 4 persoalan: Apakah yang dapat kita
ketahui! Apakah yang seharusnya kita kerjakan? Sampai di manakah harapan
kita? Apakah yang dinamakan rnanusia itu?
Kata kunci dari pendapat di alas menunjukkan bahwa sernua rang ada di rnuka
bumi ini membutuhkan penjelasan dan dibutuhkan berbagai perangkat ilmu
pengetahuan agar dapat diperoleh kepastian kebenaran yang dapat diterima secara
luas dalam kehidupan manusia. Pada dasamva berpikir filsafat merupakan
totalitas
nalar manusia yang memiliki pijakan keilmuan �'tlng pasti. dengan dapat
diartikulasikan secara sistematis, rnendalarn. dan komprehensii.
Ada tiga cabang displin untuk rnemahami iilsaiat secara utuh, yakni ontologis.
aksiologis, dan epistimologis. Diintisarikan dari Suriasumantri l 1993). Ketiganya
dapat dijelaskan sebaga berikut, pertama, Ontologis yang menjawab tentang objek
apa yang ditelaah oleh suatu ilmu, bagaimana wujud yang hakiki dari objek ilmu
tersebut, dan bagairnana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap rnanusia
(seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuatkan pengetahuan. Kedua,
Epistimologis, berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge,
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistimologis menjawab bagaimana
proses timbulnya pengetahuan yang berupa ilmu, bagaimana prosedumya, langkoh
seperti apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar, apa yang disebut kebenaran itu sendiri serta apakah kriterianya. Epistimologis
menjawab cara/teknik/sarana apa yang membantu manusia dalarn mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu. Ketiga, Aksiologis, menjawab untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dalam kehidupan. Bagaimana kaitannya
kemanfaatan itu dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku. dan seterusnya. Bila
disederhanakan ontologi, epistimologis, dan aksiologis rnenjawab apa, bagaimana,
dan untuk apa segala sesuatu, termasuk ilmu pengetahuan itu, dalam kehidupan
manusia
Berkaitan dengan ketiga cabang di atas maka ada dua kesimpulan
mendasar dalam memahami filsafat, yakni filsafot tidak bebas nilai dan
senantiasa bepijak
. "'!!Ill '+ I 111c1uuuLuu1 rcncun""

bclum sepenuhnva efoktii edaran itu dilaksanakan oleh para pengclola perguruan
tinggi, hasiln}'J telah mulai terlihat dengan rnembaiknya jumlah publikasi ilmiah
nasional kira dalam kurun waktu terakhir ini.

B. Filsafat rlmu dan Penelitian


Kegiatan penelitian ilmiah (scientific research) harus dilakukan berdasar. kan
prinsip berpikir yang rumut dan argumentatif. Penelitian sebagai kegiatan
budaya dimulai dan munculnya kesadaran rnanusia untuk memecahkan problematika
kehidupan rnelalui budaya ilmiah. Plato mernulai budaya ilmiah dari tarnan
academos pada lebih dari 2000 tahun silarn, tepatnya zarnan Yunani purba.
Kebiasaan yang tak lazim pada zarnan itu, karena saat itu masyarakat di Eropa
berpikir dogmatik sejalan dengan arahan dari kelompok agamawan. Namun,
selanjutnya gerakan budaya ini rnerebak menjadi pola hidup manusia modern.
Sekitar tahun 1400, ilmu benar-benar mulai lepas dari kekangan teologi. Kebebasan
berpikir terus berkernbang, dan mencapai puncaknya pada sekitar tahun 1 700.
Pada awalnya Plato maupun penerusnya Aristotoles, Socrates, dan lain
sebagaimya walaupun mereka sangat berjasa dalarn meogernbangkan budaya
ilmu, sama sekali mereka tidak menyebut dirinya sebagai ilmuwan. Mereka lebih
banyak disebut sebagai filsuf, yakni orang yJng mengabdikan dirinya pada
kehidupan melalui tradisi berpikir secara kritis dan mendalam yang selanjutnya
disebut filsafat.
Filsaiat yang dalam bahasa lnggris philosophy, berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, yang terdiri alas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahJbatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Kata falsafah merupakan arabisasi
yang· berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Filsafal dipahami
secara sederhana, sebagai pandangan hidup seseorang atau sekelompok
orang-yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan-untuk meraih yJng dicita-citakan.

. Thales lahir di Miletus pada tahun 625-546 SM. Dia diberi gelar sebagai bapak
.·I
f �·
fi.lsafal karena ia adalah orang yan2 mula-mula berfilsafat. Pertanyaan dasar yang

..••.-JI ia aJuk2n, arlalah •Apa sebenamya bahan alam semesta ini?' (Mayer
:�

' ', ·, . , 1950,18) Pertanraan itu yanf kemudian membawa ia menjadi orang pertama yang 1
diberi g •
• l

filsuf.
ear
Bab I - llasar-llasar Pene!Jtiao J 5

Tentung kata filsafat itu sencJiri ada pendapat yang berbeda di antara para pakar
pendahulu. Misal, Plato (427-348 SM) berpendapat bahwa filsafat ialah
pengetahuan yang bersifat untuk rnencapai kebenaran y;ing sesungguhnya.
Kemudian Aristotelcs (382-322 SM) mendefenisikan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sementara Cicero
(106-043 SM) menyatakan frlsaiat adalah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan
untuk mendapatkannya. Demikian pula penerusnya di era setelah kelahiran Nabi
Isa AS. Seperti Descartes (159&-1650), yang menyatakan bahwa filsafat ialah
kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alarn dan manusia menjadi pokok
penyelidikannya. Kemudian Immanuel Kant (1724-1804) yang berpendapat iilsaial
ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
tercakup di dalamnya 4 persoalan: Apakah yang dapat kita ketahui? Apakah yang
seharusnya kita kerjakan? Sampai di manakah harapan kita? Apakah yang
dinamakan manusia itu?
Kata kunci dari pendapat di alas menunjukkan bahwa semua yang ada di muka
bumi ini membutuhkan penjelasan dan dibutuhkan berbagai perangkat ilmu
pengetahuan agar dapat diperoleh kepastian kebenaran yang dapat diterima secara
luas dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya berpikir filsafat merupakan totalitas
nalar manusia yang memiliki pijakan keilmuan yang pasti, dengan dapat
diartikulasikan secara sistematis, mendalam, dan komprehensif.
Ada tiga cabang displin untuk memahami filsafat secara utuh, yakni ontologis,
aksiologis, dan epistimologis. Diintisarikan dari Suriasumantri (1993). Ketiganya
dapat dijelaskan sebaga berikut, pertama, Ontologis yang menjawab tentang objek
apa yang ditelaah oleh suatu ilmu, bagaimana wujud yang hakiki dari objek ilmu
tersebut. dan bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuatkan pengetahuan. Kedua,
Epistimologis, berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge,
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistimologis menjawab bagaimana
proses timbulnya pengetahuan yang berupa ilmu, bagaimana prosedumya, langkah
seperti apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar, apa yang disebut kebenaran itu sendiri serta apakah kriterianya. Epistimologis
menjawab cara/teknik/sarana apa yang membantu manusia dalarn mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu. Ketiga, Aksiologis, menjawab untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dalam kehidupan. Bagaimana kaitannya
kemanfaatan itu dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku, dan seterusnya. Bila
disederhanakan ontologi, epistimologis, dan aksiologis menjawab apa, bagaimana,
dan untuk apa segala sesuatu, termasuk ilmu pengetahuan itu, dalarn kehidupan
manusia
Berkaitan dengan ketiga cabang di atas maka ada dua kesimpulan
mendasar dalam memahami frlsafat, yakni filsafat tidak bebas nilai dan
senantiasa bepijak
6 I MITDDDLD61 PENEUTIAN

p.icln keimannn m;inusia. terhadap .nilai agarna yang diyakininya. Hlsafat rnerupakan
pijak:m pcrilaku miln�1s1a mclalui r�nt�tan proses berpikir dan tindakan. Filsafat
mendasari ilrnu, dan ilrnu rnendasari sikap dan karakter manusia. Akhirnya sikap
atau karakter manusia rang akan mewarnai perilakunva yt1ng bisa diarnati
secara
langsung.
togas iilsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagairnana "pengetahuan
tent.mg sesuatu seb.1gaimana adanya", Will Duran dalam bukunya The story of
Philosophy ( 1926) mcngibaratkan bahwa filsafar seperti pasukan marinir yang
rncrcbut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah
ilmu pengctahuan. Filsafot yang memungkinkan tersedianya tempat berpijak bagi
kegiatan keilmuan. Hal itu sebagaimana tergambar pada ilustrasi di bawah
ini.

( Perllaku

( Sikap

( llmu

( Filsafat

( Agama

Gambar 1-2 Kedudukan Filsafat dalam Perilaku Manusla

Filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. lni berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan
tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau
singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan
diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara
prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji
kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara
ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang
masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan
inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat.
Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti
ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
. Dari banyak aliran fllsafat bisa dikerucutkan ke dalam empat (4) aliran, yakni
aliran idealisme, rasionalisme, empirisme, dan eksistensialisme.
a. ldealisme, merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa keben
a ran
merupakan manifestasi realitas yang bersumber dari aspek terdalam d .
an
Bab 1- Dam·Omr Penelttian I 7

rnanusia, yakni roh-roh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran atau yang
sejenis dengan itu. Kebenaran merupakan keyakinan yang tumbuh dari
hati nurani manusia itu scndiri. Tokoh aliran ini antara lain, Plato (477-347
SM), 8. Spinoza, Liebniz, Berkeley, Immanuel Kant, G. Hegel.
b. Rasionalismc, merupakan aliran filsafat yang berpandangan bahwa
kebenaran yang sangat scjati berasal dari rasio, sehingga pengenalan
inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Dengan demikian,
kebenaran adalah apa• apa yang bisa dijelaskan oleh nalar manusia, di
luar itu hanya impian dan khayalan. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain
Rene Descartes (1596--1650), Nicholas Malerbranche, B. De Spinoza, G. W.
Leibniz, Blaise Pascal.
c. Empirismc, merupakan aliran filsafat yang menekankan bahwa kebenaran
yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau
bersumber dari pancaindra manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan
hidung. Dalam ani, kebenaran bukan hanya sesuatu yang diyakini dan
dapat dijelaskan oleh nalar, namun senyatanya harus terbukti dan teralami.
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain, Francis Bacon (1210-1292), Thomas
Hobes, John Locke dan David Hume.
d. Eksistensialismc, merupakan aliran filsafat yang mengusung ide bahwa
manusia menciptakan makna dan hakikat hidup mereka sendiri. Ide,
nalar, maupun pengalaman bukan sesuatu yang esensial dalam menemukan
kebenaran, namun sangat tergantung pada pemegang eksistensi atas
manusia. Tokoh-tokohnya antara lain, Kierkegaard (1813-1855), Nietzsche,
Berdyaev, Jaspers, Heidegger, Sartre, dan Camus.

Pada hakikatnya setiap aliran tidak berjalan secara parsial dalam


kehidupan manusia. Namun sangat dimungkinkan terjadi saling
memengaruhi antara keempatnya, atau bisa merupakan koloborasi antar-
keempatnya. lni juga terjadi dalam menemukan kebenaran, dan dalam
perkembangannya memengaruhi cara berpikir manusia dalam menemukan
kebenaran melalui pendekatan keilrnuan (metode ilmiah). Metode ilmiah
yang merupakan perpaduan dari rasionalisme dengan empirisme, tetap
tidak bebas nilai. Rasionalitas yang dikembangkan dipandu secara
harmonis oleh akal budi manusia yang berasal dari norma dan budaya yang
berkembang. Tentang perpaduan keempat aliran filsafat dalarn
menemukan kebenaran dapat disederhanakan dalam gambar berikut
ini.
..

Anda mungkin juga menyukai