Anda di halaman 1dari 3

NAMA : WARDALISAH

GOLONGAN: MIPA 1

RESUME : KESALAHAN BERFIKIR

ANGKATAN : HORIZONTAL 2020

KESALAHAN BERPIKIR

Pengertian Berpikir

Berpikir adalah sesuatu yang pasti dilakukan oleh manusia bahkan menjadi pembeda yang paling
mendasar antara hewan dengan manusia. Kesalahan berpikir dapat terjadi pada seluruh jenjang
usia, dari anak sekolah, pegawai bahkan ilmuwan pun bisa terjebak dalam kelalaian berpikir.
Akan selalu ada kejadian yang tidak diharapkan dan mood negatif disetiap masa kehidupan
sehingga setiap individu pasti pernah mengalami kesalahan berpikir. David Burns seorang
Psikiater dan ahli Cognitive Behavioral Therapy dari Stanford University menyebutnya sebagai
Thinking Errors Pattern atau dalam istilah psikologi disebut Cognitive Distortions.

Bagaimana Mekanisme Berpikir

Karunia tuhan yang pertama kali digunakan untuk menerima informasi adalah panca indera.
Melalui indera tersebut informasi dilangsungkan ke dalam internal map, otak akan memberikan
makna terhadap masing masing informasi yang kita terima. Pemberian makna oleh otak merujuk
pada Historical Filesindividu yang berisi tentang keyakinan suatu norma perilaku berdasarkan
pengalaman masa lalu. Keyakinan masa lalu ini menciptakan nilai atau frame of mind yang
terulang ulang di bawah alam sadar manusia. Makna yang diproses melalui otak tadi akan
berhubungan dengan central nervous system atau pusat syaraf. Dari pusat syaraf akan
menghasilkan sebuah perasaan yang menghantarkan individu pada suatu reaksi berbentuk
perilaku. Dapat disimpulkan bahwa tindakan kita saat ini dalam pengambilan keputusan sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

Bagaimana Terjadinya Kesalahan Berpikir


Pertama, Dalam proses pemberian makna yang sudah di jelaskan tersebut, terdapat celah
terjadinya suatu kesalahan dalam penerjemahaan makna yang disebut thinking error pattern.
Terdapat foggy atau kabut yang menyebabkan otak meleset dalam pemberian makna sehingga
sesuatu yang kita yakini tidak sesuai dengan realita. Banyak faktor yang memicu terbentuknya
foggy, selain berasal dari ingatan realita masa lalu, foggy bisa disebabkan oleh stress, kurang
energi, gaya berpikir childish, cemas dan kondisi negatif.

Ketika gaya berpikir individu semakin dominan dalam melibatkan masa lalu maka foggy akan
semakin tinggi, sebab realita masa lalu dan kini merupakan hal yang berbeda. Masa lalu memang
bisa digunakan sebagai prediksi pengambilan keputusan namun perlu diimbangi dengan
identifikasi fakta dan realita yang sedang terjadi sehingga kesalahan interpretasi informasi bisa
dihindarkan.

Kedua adalah Black and White Thinking. Gaya berpikir ini terjadi ketika individu membagi
dirinya dalam dua kategori yaitu “ aku benar benar baik” atau “ aku benar benar buruk”. Hal ini
teradi karena sikap perfeksionis yang dominan, memikirkan diri sendiri ditambah lagi merasa
dirinya harus berpengaruh dalam kelompoknya, sehingga ketika suatu hal terjadi tidak sesuai
standar atau ekpektasi, maka individu akan menganggap dirinya tidak berguna. Tidak ada pilihan
ketiga dan tidak ada tempat untuk berbuat salah.

Ketiga ialah Jumping to Conclusion atau labeling. Menjustifikasi orang lain tanpa di dukung
informasi yang jelas yang disebut labeling. Individu mendeskripsikan seseorang dengan fakta
yang tidak sempurna, ada sebagian realita seseorang yang disembunyikan. Hal ini adalah
proyeksi bahwa diri kita sedang marah , cemas , frustasi atau sedang tidak percaya diri. Bahkan,
ketika anda memberi label negatif kepada seseorang, hal itu akan membuat anda tidak nyaman
dan sulit membangun komunikasi yang positif. Pada kasus ekstrim, memberi label negatif
terhadap seseorang mampu mengubah identitas sosial dan konsep diri individu.

Ke Empat adalah Victim Mentality atau Blaming. Kesalahan berfikir pada jenis ini akan
membuat orang hidup dengan sejuta keluhan. Individu akan mengkritik dan menyalahkan orang
lain atas hal buruk yang menimpa dirinya. Artinya tidak ada niatan untuk memperbaiki diri justru
menganggap orang lain lah akar dari semua masalah.
Ke Lima adalah Discounting, orang yang memiliki kecenderungan seperti ini akan selalu
mengeluarkan statement negatif tentang kelebihan dirinya. Maksudnya ialah individu tidak
apresiatif terhadap prestasinya sendiri, mendiskon segala pencapaian yang ia buat. Pribadi ini
menunjukkan bahwa ia memiliki konsep diri yang lemah dan kepercayaan diri rendah.

Anda mungkin juga menyukai