Pengantar Kurikulum
Pengantar Kurikulum
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. SIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-
pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Werret W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit tentang
analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum.
Charlters lebih menekankan pada pendidikan vokasional. Ada dua hal
yang sama dari teori kurikulum Bobbit dan Cahrlters.
Pertama, keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam
memecahkan masalah-masalah kurikulum. Dalam hal ini mereka
dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori
oleh El.Thorndike, Charles Judd, dll. Kedua, keduanya bertolak pada
asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan
sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis
tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun
keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dll yang diperlukan untuk
dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-
hal tersebut mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk
yang sistematis.
2. Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis
Caswell. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembangan
kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, yang
mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat
atau pekerjaan (Society Centered) maka Caswell mengembangkan
kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan
kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru,
berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur
organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian
kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan
belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dsb.2
3. Johann Amos Comenus (1592)
Comrennus mengemukakkan teori untuk mengajar yang dikenal
dengan nama Didactia Magna, yang artinya “didaktik besar” yang
2
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Jakarta, PT. Remaja Rosdakarya, 1997, hlm. 29
3
berisikan teori-teori tentang cara mengajar yang dapat mudah diterima
oleh peserta didik.
4. Ralph W. Taylor (1949) sebagaimana dikutip Sukmadanata
mengemukakan 4 pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian
kurikulum: (1) Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai
oleh sekolah, (2) pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang
harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut?, (3) Bagaimana
mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif? (4)
Bagaimana menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai? empat
pertanyaan pokok tentang kurikulum dari teori ini banyak dipakai oleh
Para pengembang kurikulum berikutnya. Dalam Konferensi nasional
perhimpunan pengembangan dan pengawasan kurikulum tahun 1963
dibahas dalam makalah penting dari George A. Beauchamp dan
Othanel Smith.
5. Hilda Taba (1962)
Teori yang dikemukakkan oleh Hilda Taba tidak jauh beda dengan apa
yang dikemukakkan oleh Ralph Taylor, hanya saja ia membuat deretan
kegiatan sebagai rincian untuk masing-masing tahapan, sehingga
memperjelas bagi para pelaksana dalam mengembangkan pelaksanaan
pengembangan kurikulum.
6. Harlod B. Alberty (1962)
Berbeda dengan Taylor dan Hilda Taba yang mengemukakan
kurikulum dalam bentuk langkah-langkah pengembangan saja, Alberty
mengemukakkan sebagai unsur penting dalam pengembangan
kurikulum adalah sebagai sumber belajar yang disebut dengan istilah
resource unit.
7. David Warwick (1975)
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh David
Warwick adalah model pengembangan kurikulum dengan langkah-
langkah yang langsung berbicara tentang materi, tidak mulai dari
perumusan tujuan.
8. Evelina M. Vicencio (1995-1996)
4
Ia mengemukakan adanya empat tahapan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu designing-merancang, planning-merencanakan,
implementing-penerapan, dan evaluating-mengevaluasi.
9. George A. Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum
antara 1960 sampai dengan 1965. Ia menganalisis pendekatan ilmiah
tentang tugas-tugas pengembangan teori dalam kurikulum, menurut
Beuchamp, teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat
dengan pengembangan teori ilmu lain. Ia juga mengidentifikasi adanya
enam komponen kurikulum sebagai bidang studi, yaitu: landasan
kurikulum, isi kurikulum, design curriculum, rekayasa kurikulum,
evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
10. Alizabeth S. Maccia dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya
empat teori kurikulum yaitu: (1) teori kurikulum (Curriculum theory),
(2) teori kurikulum-formal (formal-curriculum theory), (3) teori
kurikulum valuational ( valuational curriculum theory), dan (4) teori
kurikulum praksiologi (praxiological curiculum theory).3
B. MACAM-MACAM TEORI KURIKULUM
Teori kurikulum dapat digunakan untuk melukiskan, menjelaskan,
dan meramalkan hal yang harus dilakukan atau kemungkinan baru yang
akan terjadi. Disamping itu, teori kurikulum juga mengadakan analisis
tentang keadaan pendidikan dan dampaknya terhadap masyarakat luas.
Menurut Pinar teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori
tradisionalis, konseptualis-empiris, dan rekonseptualis. Teori tradisionalis
adalah teori yang mementingkan transmisi sejumlah pengetahuan dan
pengembangan kebudayaan agar fungsi masyarakat berjalan sebagaimana
mestinya. Teori konseptualis-empiris adalah teori kurikulum yang
menerapkan metode penelitian dalam sains untuk menghasilkan
generalisasi yang memungkinkan pendidik untuk meramalkan dan
mengendalikan apa yang terjadi di sekolah. Sedangkan teori
rekonseptualis adalah teori yang menekankan pada pribadi, pengalaman
3
Ibid, hlm. 31
5
eksistensial dan interpretasi hidup untuk melukiskan perbedaan dalam
masyarakat.
Ahli lain yaitu Glatthorn mengklarifikasikan teori kurikulum
berdasarkan pada ranah penyelidikan kurikulum sehingga teori ini dapat
dikelompokkan menjadi:4
1) Teori yang berorientasi pada struktur
Teori ini berkaitan dengan usaha untuk menganalisis komponen-
komponen kurikulum dan hubungan antar komponen tersebut.
Tujuannya adalah untuk memberikan kejelasan interaksi atau
hubungan komponen kurikulum dengan lingkungan. Teori ini
menjelaskan fenomena kurikulum secara umum dan secara lembaga.
2) Teori yang berorientasi pada nilai
Teori ini didukung oleh para rekonseptualis yang membahas
masalah kemanusiaan. Analisis teori ini didasarkan atas analisis nilai
yang bersifat kritis. Tujuannya adalah untuk memperlancar
perkembangan individu secara otonom dalam mewuujudkan
pendidikan.
3) Teori yang berorientasi pada bahan
Sesuai dengan orientasinya, teori ini berkaitan dengan pemilihan
dan pengorganisasian bahan-bahan kurikulum. Semua kegiatan
pendidikan terpusat pada anak.
Dalam perkembangannya dikenal dengan dikenal ada tiga jenis
kurikulum yang terpusat pada anak, yaitu: pendidikan yang efektif,
pendidikan yang terbuka, pendidikan berdasar perkembangan.
4) Teori yang berorientasi pada proses
Teori ini menitikberatkan pada proses perkembangan kurikulum,
dengan mengadakan analisis sistem dan mengadakan pengkajian
strategi unsur pembentukan kurikulum.
C. FUNGSI TEORI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam hal ini, fungsi dari teori kurikulum meliputi:
4
Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum, Jakarta, Raja Grafindo persada, 1993, hlm.
6-9.
6
1. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan
memberikan alternatif secara rinci dalam perencanaan kurikulum
2. Sebagai landasan sistematis dalam pengambilan keputusan,
memilih, menyusun, dan membuat urutan isi kurikulum.
3. Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi
kurikulum yang sedang berjalan
4. Membantu orang (yang berkepentingan dengan kurikulum) untuk
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuannya sehingga
merangsang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.
Fungsi menurut para ahli
1. Menurut Alexander, seperti yang dikutip oleh Wiryokusomo,
bahwa kurikulum itu fungsinya adalah penyesuaian,
pengintegrasian, diferensiasi, persiapan pemilihan dan
diagonistic ( Wijoyokusumo,1988: 8-9)
2. Menurut Nurgiantoro (1988: 45-46), bahwa kurikulum
mempunyai fungsi tiga hal. Pertama, fungsi kurikulum bagi
sekolah dari dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Kurikulum juga dapat dijadikan pedoman untuk
mengatur kegiatan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah. Misalnya, bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan,
serta termasuk strategi pembelajaran. Kedua, kurikulum dapat
mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan.
Dengan mengetahui tingkat tertentu, kurikulum pada tingkat
atasnya dapat mengadakan penyesuaian, sehingga tidak terjadi
pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Ketiga,
kurikulum dimaksud untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat
atau lapangan kerja, sehingga kurikulum mencerminkan hal yang
menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu lulusan sekolah
paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan
(vokasional), dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang
sekolah berikutnya (akademis).5
5
https://www.silabus.web.id/teori-kurikulum/
7
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, saya sebagai penulis menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu
sama lain, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan
makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian. Sedangkan
teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah
2. Macam-macam teori diantaranya: (1). Teori yang berorientasi pada
struktur, (2). Teori yang berorientasi pada nilai, (3). Teori yang
berorientasi pada proses.
3. Fungsi terdiri dari dua yaitu menurut secara umum dan menurut
para ahli.
9
DAFTAR PUSTAKA
10