BAB II Ushul
BAB II Ushul
PEMBAHASAN
َوقَا ِتلُو هُ ْم َحتَّى َل تَ ُك َن فِ ْتنَةٌ َو يَ ُك ْو َن ال َّد ي ُْن هَّلِلا ِ فَإِ ِن ا ْنتَهَ ْوا
} ١٩٣ :٢/ ان إِ َّل َعلَى الظَّا لِ ِمي َْن {البقر ة
َ فَ َل ُع ْد َو
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. (QS. Al-
Baqarah:193).
Dari ayat ini dapat diketahui tujuan disyariatkan perang adalah
untuk melancarkan jalan dakwah bilamana terjadi gangguan dan
mengajak umat manusia untuk menyembah Allah.
b. Kebutuhan Hajiyat
Kebutuhan Hajiyat ialah kebutuhan-kebutuhan sekunder,
bilamana kebutuhan ini tidak terwujudkan tidak sampai
mengancam keselamatannya, namun akan mengalami kesulitan.
Syariat islam menghilangkan segala kesulitan itu. Adanya hukum
rukhsah (keringanan) seperti dijelaskan Abd al-Wahhab Khallaf,
adalah sebagai contoh dari kepedulian Syariat Islam terhadap
kebutuhan ini.
Dalam persoalan ibadah, islam mensyariatkan beberapa
hukum rukshah (keringanan) bilamana kenyataannya mendapat
kesulitan dalam menjalankan perintah-perintah taklif. Misalnya,
islam membolehkan tidak berpuasa jika dalam perjalanan jauh
dengan syarat diganti pada hari yang lain dan demikian juga halnya
dengan orang yang sedang sakit. Kebolehan meng-Qasar shalat
adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan hajiyat ini.
Dalam persoalan mu’amalat disyariatkan banyak macam
kontrak (akad), serta macam-macam jual beli,sewa menyewa,
syirkah(kerjasama) dan mudharabah(berniaga dengan modal orang
lain dengan perjanjian bagi laba) dan beberapa hukum rukshah
dalam mu’amalat.
Dalam persoalan ‘uqubat(sanksi hukum), islam
mensyariatkan hukuman diyat (denda) bagi pembunuhan yang
tidak sengaja, dan menangguhkan hukuman potong tangan atas
seseorang yang mencuri karena terdesak untuk menyelamatkan
jiwanya dari kelaparan. Suatu kesempitan menimbulkan
keringanan dalam Syariat Islam adalah ditarik dari petunjuk-
petunjuk ayat Al-Qur’an juga. Misalnya, ayat 6 Surat Al-Maidah :