Anda di halaman 1dari 8

Lampiran Materi

KONSEP LUKA
Ester Inung Sylvia, Ns., M.Kep. Sp.MB

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul perubahan suhu, zat kimia, sengatan listrik atau gigitan hewan.

Luka operasi merupakan suatu bentuk luka yang sangat mudah dalam proses penyembuhannya.
Namun sering kali ditemui dalam praktek sehari-hari setelah empat belas hari yang seharusnya
luka dalam keadaan intact atau sempuma, temyata mengalami kegagalan dalam proses
penyembuharmya, baik luka tersebut mengalami infeksi maupun makin kedalam stadium menjadi
fistula.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka, untuk menghindari kerusakan yang
lebih lanjut pada luka, faktor-faktor tersebut haruslah dikontrol dan dimonitor untuk memberikan
lingkungan yang optimal pada penyembuhan luka.

Setiap kerusakan jaringan kulit atau organ atau luka, akan memberikan perubahan bentuk
(anatomi) dan fungsi. Perawat perlu memahami penyebab luka dan patofisiologi yang
mendasarinya serta proses penyembuhan luka. Hal ini penting untuk diketahui agar perawat
mampu mengkaji luka secara akurat dan mampu mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat
menunda penyembuhan luka. Sehingga akhimya perawat mampu memilih intervensi manajemen
luka yang tepat serta proses penyembuhan luka berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

A. INTEGRITAS KULIT

Kulit adalah salah satu organ tubuh yang terus menerus terpapar terhadap perubahan
lingkungan. Mempertahankan integritas adalah suatu proses yang kompleks, kerusakan pada
kulit yang mengganggu integritas kulit seperti: insisi pembedahan, injury, atau luka bakar jika
tanpa intervensi yang tepat akan dapat mengancam kehidupan.

Kulit yang merupakan pelindung tubuh beragam luas dan tebalnya dan menerima 1/3 sirkulasi
volume darah tubuh. Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua meter persegi.
Tebalnya antara 1,5 - 5 mm, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi.
Kulit paling tipis di kelopak mata, penis, labium minor, dan bagian lengan atas. Sedangkan
kulit tebal terdapat di telapak tangan dan kaki, punggung, bahu dan bokong.

Organ tambahan kulit pun berbeda menurut tempatnya. Kelenjar sebasea paling banyak
terdapat di muka tetapi tidak ada di telapak kaki atau tangan sementara kelenjar keringat
terdapat di seluruh tubuh. Asam laktat dalam keringat dan asam amino hasil keratinisasi
mempertahakan keasaman permukaan kulit antara 4 - 6, sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat. Namun, beberapa jenis streptokokus dan stafilokokus hidup komensal di kulit.
Bakteri tersebut berada di lapisan keratin, muara rambut serta kelenjar sebasea.

Lapisan kulit

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

1
 Epidermis
Adalah lapisan yang paling luar dan avaskular. Lapisan ini dibentuk oleh sel epitel
squamousa atau keratin dan dibagi dalam lima lapisan yaitu : stratum corneum, stratum
lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum germinativum.
 Dermis
Adalah lapisan kulit yang paling tebal. Protein utama yang ditemukan dalam lapisan ini
adalah kolagen dan elastin. Fibroblas adalah distribusi sel dalam lapisan ini yang
mensintesa dan mensekresi protein. Lapisan ini dibagi dalam dua area yaitu papillary
dermis dan reticular dermis.
 Jaringan subkutis
Lapisan ini tebal dan memberikan suport pada kulit. Terdiri dari jaringan adiposa dan
jaringan konektif yang memberikan perlindungan dibawahnya.

Fungsi Kulit :
1. Proteksi
Kulit memberikan proteksi terhadap serangan mekanik dan kimia, bakteri dan virus
patogen, serta radiasi ultra violet (UV). Juga mencegah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan untuk mempertahankan lingkungan yang homeostasis. Kolagen
merupakan protein yang paling banyak terdapat dalam mamalia, merupakan 25 % dari
total berat badan dan memberikan kekuatan, yang membuat kulit tahan terhadap
kekuatan robekan. Elastin jumlahnya lebih sedikit dari kolagen, konsentrasi terbesamya
terdapat dalam pembuluh darah khususnya lengkungan aorta dekat jantung.

Proteksi terhadap zat kimia, bakteri dan virus patogen diberikan oleh stratum corneum,
sekresi dari kelenjar keringat dan sistem imun tubuh. Garis pertahanan utama
terhadap serangan seluruh agent ini adalah stratum corneum. Proteksi terhadap radiasi
sinar ultra violet diberikan oleh pigmentasi kulit yang mana dihasilkan dari sintesa
pigmen melanin. Sistem Immune kulit juga memberikan proteksi terhadap masuknya
microorganisme dan antigen. Sel kulit yang memberikan proteksi imune adalah sel
langerhans, antigen-presenting sel ditemukan dalam epidermis, makrofak jaringan dan
mast sel yang mengandung histamin (dilepaskan oleh reaksi radang). Kedua makrofag
dan mast sel ditemukan dalam dermis.

2. Termoregulasi
Termoregulasi tubuh diatur oleh kulit yang mana merupakan barrier antara
lingkungan luar dan dalam untuk mempertahankan temperatur tubuh. Ada dua
mekanisme primer termoregulasi yaitu sirkulasi dan berkeringat. Pembuluh darah
melakukan dilatasi untuk mengeluarkan panas atau melakukan vasokontriksi untuk
menahan panas. Saat dilatasi pembuluh ini meningkatkan aliran darah & melepaskan
panas melalui konduksi, konveksi, radiasi & evaporasi.

3. Sensasi
Reseptor saraf terdapat pada kulit yang sensitif terhadap nyeri, sentuhan, temperatur
dan tekanan. Saat distimulasi, reseptor ini mengirim impuls ke korteks cerebral untuk
diinterpretasikan.

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

2
4. Metabolisme
Sintesa vitamin D terjadi dikulit dengan adanya sinar matahari. Vitamin ini
berpatisipasi dalam metabolisms kalsium dan phospat dan penting dalam mineralisasi
tulang.

5. Komunikasi
Kulit manusia fungsinya juga sebagai organ komunikasi dan identifikasi. Khususnya
kulit wajah penting untuk mengidentifikasi seseorang dan memainkan peranan pada
pengkajian internal dan ekstemal kecantikan. Injuri pada kulit mmgakibatkan tidak
hanya gangguan pada fisik dan fungsi tetapi juga perubahan pada "body image".

Fakfor-faktor yang mempengaruhi karakteristik kulit:


1. Umur
Umur merupakan faktor terpenting dalam perubahan karakteristik kulit. Pada saat baru lahir
kulit dan kuku sangat tipis dan akan meningkat secara berangsur-angsur ketebalannya sesuai
dengan penuaan. Perubahan selanjutnya terjadi pada remaja saat stimulasi hormon yang
meningkatkan aktivitas dari kelenjar sebasea dan folikel rambut. Kelenjar sebasea
meningkatkan sekresi, dan folikel rambut memberikan karakteristik seksual.
Dari remaja ke dewasa ada perubahan secara gradual pada karakteristik kulit. Kulit mencapai
kematangannya beberapa perubahan terjadi. Ketebalan dermis berkurang sekitar 20 %, dimana
epidermis relatif tidak berubah. Waktu turnover epidermal meningkat hal ini berarti
penyembuhan luka semakin memanjang. Fungsi barier menurun sehingga meningkatkan
resiko iritasi. Reseptor sensori menurun hal ini mengakibatkan persepsi terhadap stimulus
berkurang serta terjadi penurunan produksi vitamin D. Terjadi penurunan jumlah sel
langerhans yang mempengaruhi immunokompeten kulit dan meningkatkan risiko kanker kulit
dan infeksi.Terjadi pula penurunan jumlah kelenjar keringat, menurunnya vaskularisasi dan
menurunnya lemak di subkutan menyebabkan lapisan tersebut menjadi lebih tipis dan rentan
terhadap tekanan.

2. Matahari
Terpaparnya kulit dengan ultra violet secara berlebihan dapat memberi pengaruh yang
berbahaya yang meningkatkan penuaan pada kulit juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
kulit seperti sel basal atau squamosa carsinoma dan malignant melanoma.

3. Hidrasi
Adekuat hidrasi kulit normalnya diberikan oleh sekresi sebum dan keutuhan stratum corneum
dengan sel keratin. Beberapa faktor yang mempengaruhi hidrasi kulit selain hal tersebut diatas
juga dipengaruhi oleh kelembaban dan umur. Masing-masing faktor ini meningkatkan
kehilangan air dari kulit. Pemberian pelembab pada kulit menggantikan fungsi barier dari
kehilangan sebum atau menurunkan evaporasi saat kelembaban renda.

4. Sabun
Membersihkan atau mandi dengan sabun yang bersifat alkalin menurunkan ketebalan dan
jumlah sel pada lapisan di stratum comeum. Menggunakan sabun alkalin meningkatkan pH
kulit, yang membuat perubahan resistensi bakteri. Agen yang lain yang menyebabkan
delipidisasi dan dehidrasi pada kulit adalah alkohol dan aseton.
5. Nutrisi

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

3
Kesehatan integritas kulit dapat dipertahankan melaluli pemasukan diet yang adekuat dari
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Diet dari protein dipecah untuk mensuplai
asam amino untuk sintesa protein. Lemak dipecah kedalam asam lemak esensial yang
digunakan oleh sel untuk membentuk lapisan lemaknya. Karbohidrat dicerna untuk
memberikan energi dalam metabolisms sel. Vitamin C, D, dan A, vitamin B pyridoxine dan
riboflavin, element mineral besi, zinc, dan copper dibutuhkan untuk mempertahankan kulit.

6. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan diketahui mempengaruhi kulit. Salah satunya yang dipelajari adalah
kortikosteroid yang diketahui menggangu regenerasi epidermal dan sintesa kolagen.

Tipe-tipe kerusakan kulit


Faktor-faktor yang merusak Integritas kulit adalah
1. Kerusakan mekanik
2. Kerusakan vaskuler
3. Faktor-faktor infeksi
4. Alergi
Masing-masing tipe injuri memberikan respon seperti erythema, macule, papule, vesicle, erosi dan
ulcer.

B. PRINSIP PENYEMBUHAN LUKA


1. Proses penyembuhan luka
Respon vascular
Setelah terjadi injuri pembuluh darah konstriksi untuk menghentikan perdarahan & menurun-
kan masuknya bakteri. Otot halus pada dinding arteri berkontraksi untuk menurunkan aliran
darah. Proses pembekuan dimulai. Platelets diaktivasi oleh adanya luka, aggregate membentuk
bekuan & menghentikan perdarahan. Pada saat yang sama, sistem protein plasma dimulai
membentuk fibrin saling berikatan. Saat platelet kontak dengan fibrin melewati dinding
pembuluh darah yang terbuka, mereka menjadi lengket & melekat (aggregat) menjadi fiber
membentuk plug (penyumbatan).

Ikatan bekuan darah ini menutupi luka sehingga mencegah kehilangan darah dan plasma.
Platelet juga melepaskan zat kimia yang meningkatkan pembekuan seperti adenosine diphos-
phate (ADP) & prostaglandin. Platelets juga melepaskan "Growth factors" yang menstimulasi
penyembuhan 10 s/d 30 menit setelah injury. Pembuluh darah dilatasi setelah serotonin
dilepaskan oleh platelets. Dilatasi kapiler memungkinkan nutrient dibawa ke jaringan &
membawa fagosit ke dalam area. Saat pembuluh darah dilatasi aliran darah perlahan & ekstra
darah & oksigen dibawa ke daerah luka. Dilatasi kapiler menyebabkan tanda-tanda seperti
hangat & kemerahan.

Fase Penyembuhan Jaringan


a. Fase Inflamasi
Inflamasi akan terjadi beberapa saat setelah terjadi cedera dan lamanya tergantung dari luas dan
beratnya luka. Pembuluh darah yang mengalami cedera akan mengalami vasokonstriksi dan
terjadi hemostasis atau penghentian perdarahan. Akibat vasokonstriksi adalah aliran darah
ditempat tersebut akan berkurang dan mekanisme tubuh akan mengatasi hal tersebut dengan
melebarkan pembuluh darah atau vasodilatasi. Proses ini akibat sel lekosit yang bermigrasi

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

4
masuk kelapisan endothel kapiler seperti sel mast basofil dan platelet dan mengeluarkan
histamine. Kecuali mengakibatkan vasodilatasi substansi tersebut dapat meningkatkan
permeabilitas dinding kapiler sehingga cairan plasma dan protein intra vaskuler akan keluar ke
ekstra vaskuler/jaringan. Pada tahapan yang berlangsung 3 hari ini akan terjadi pembersihan
sel mati, benda asing dan mikro organisms.

Klinis tanda-tanda inflamasi dapat dijurnpai dalam bentuk: kemerahan (rubor), tumor
(pembengkakan), panas (color), dan nyeri (dolor). Monosit adalah salah satu jenis lekosit yang
menghasilkan sel makrofag yang mempunyai peranan penting dalam proses fagositosis yaitu
melakukan upaya lingkungan luka menjadi asepsis. Dengan enzim yang dihasilkan seperti
kolangenase sel makrofag mampu melakukan pernbersihan luka secara autolisis.

b. Fase Proliferasi
Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke 3. Pada fase ini
kerusakan kulit diisi dengan jaringan connective yang baru & luka ditutup dengan epitel yang
baru. Komponen utama dari fase ini adalah granulasi dan epitilasasi.

Merupakan pembentukan jaringan connective baru untuk mengisi kerusakan, termasuk


agiogenesis & sintesa kolagen. Pembentukan pembuluhan darah yang baru dibutuhkan untuk
memberikan oksigen & nutrient yang diperlukan untuk sintesa kolagen & jaringan. connective
yang lain pembuluh darah ini mudah pecah sehingga membutuhkan dukungan serat kolagen.
1) Granulasi
Mula-mula bekuan darah mengisi luka & anyaman fibrin terbentuk. Granulosit & monosit
fagositik memulai proses pembersihan. Tunas kapiler & fibroblas dengan cepat
berproliferasi ke bekuan darah. Tunas kapiler mengeluarkan enzim litik untuk
memecahkan fibrin & memungkinkan pembentukan anyaman. Tunas itu kemudian
mengalami kanalisasi, mem-bentuk lengkung vaskular yang menghasilkan penyediaan
darah yang kaya zat gizi, oksigen, granulosit & monosit yang dibutuhkan untuk
menghilangkan jaringan mati & bekuan darah.

Sel polimorfonuklear (PMN) yang banyak dalam jaringan interstisial manghasilkan


perlawanan primer terhadap infeksi & juga ikut mengeluarkan nanah dari jaringan
granulasi pada saat sel mati di bersihkan. Fibroblast yang berproliferasi menyertai
pembuluh ini mulai menimbun kolagen. Dalam waktu 4 - 6 hari jaringan granulasi sehat
berwama merah muda membentuk dasar untuk menyokong epitelium yang meluas.
Sejalan dengan waktu, fibroplasia akan terus berlangsung & terjadi ikatan.

2) Epitelisasi
Komponen terakhir pada fase proliferasi adalah epitelisasi. Ini meliputi migrasi sel epitel
dari pinggir luka untuk melapisi permukaan luka. Pada luka dengan minimal kerusakan
jaringan, seperti pada insisi pembedahan, migrasi epitel terjadi bersamaan dengan sintesa
kolagen. Pada luka terbuka, epitelisasi dihambat sampai jaringan granulasi dibentuk, sebab
sel epitel tidak akan bermigrasi ke permukaan yang kering atau pada jaringan yang
nekrotik.
c. Fase Maturasi
Fase terakhir pada proses penyembuhan luka adalah maturasi atau fase remodeling. Fase ini
dimulai pada saat luka telah tertutup oleh jaringan granulasi & epitelisasi. Pada fase ini terjadi

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

5
proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan
sesuai dengan gaya gravitasi & akhimya jaringan baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung
berbulan-bulan & dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh
berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.
Udem & sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup & diserap kembali,
kolagen yang berlebihan diserap & sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama
proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis & lemas serta mudah digerakkan dari
dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini penyembuhan luka kulit
mampu menahan regangan kira-kira 80 % kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira
3 bulan s/d 1 tahun atau lebih setelah penyembuh, kecepatan mencapai maturasi bervariasi
sesuai beban yang mengenai luka.

2. Klasifikasi Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, seperti yang telah diterangkan, berjalan
secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi & kemudian ditutup jaringan epitel.
Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder. Cara ini biasanya makan waktu cukup lama
& meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar. Jenis
penyem-buhan yang lain adalah penyembuhan primer yang terjadi bila luka segera
diusahakan bertaut biasanya dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus &
kecil. Namun penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi
berat & atau / tidak berbatas tegas. Luka yang compang camping atua luka tembak, misalnya
sering meninggal-kan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar
dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka
yang demikian akan dibersihkan & dieksisi (debrideman) dan kemudian dibiarkan selama 4 - 7
hari, baru selanjutnya dijahit & dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut
penyembuhan tertier atau primer tertunda.

3. Fakror-faktor yang mempengaruhi penyembuban luka


Penyembuhan luka adalah proses yang sistemik & oleh karena itu dipengaruhi oleh kondisi
sistemik. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam penyernbuhan
luka adalah :
a. Perfusi Jaringan & Oksigenisasi
Oksgenisasi merupakan faktor terpenting yang berpengaruh pada kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu kemampuan perfusi jaringan dengan jumlah oksigen yang adekuat adalah
penting untuk penyembuhan luka. Walaupun hipoksia pada luka memberikan stimulasi
untuk endotel & replikasi fibroblas, tetapi respon stimulasi ini tergantung pada adekuatnya
oksigeni-sasi pada luka.

Hipoksia jaringan mempengaruhi penyembuhan luka dengan cara


1) Gangguan sintesa kolagen
Kecepatan sintesa kolagen tergantung pada tersedianya oksigen. Ada beberapa tahapan
pada produksi kolagen yang tidak dapat dilengkapi tanpa adekuatnya level oksigen. PO 2
jaringan sekitar 40 mmHg dibutuhkan untuk memberikan dukungan pada proliferasi
fibroblas & sintesa kolagen.
2) Menurunkan migrasi & proliferasi epitel
3) Menurunkan resistensi jaringan terhadap infeksi

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

6
b. Status Nutrisi
Yang sama pentingnya untuk proses penyembuhan luka selain oksigen adalah status nutrisi.
Nutrisi memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memperbaiki luka & mencegah
infeksi. Dibawah ini, merupakan nutrient yang penting untuk proses penyembuhan luka.
1) Adekuat simpanan protein dibutuhkan untuk sintesa kolagen & proliferasi epidermis,
immunokompeten & mencegah infeksi.. Rata-rata dewasa muda membutuhkan 0,8
s/d 0,9 gr/kg/hari untuk maintenance. Jumlah yang lebih besar dibutuhkan pada
pasien tua & pasien dengan luka tertentu atau luka yang terinfeksi.
2) Kalori dibutuhkan untuk memberikan energi untuk pertahanan jaringan &
perbaikan luka. Biasanya kalori yang dibutuhkan untuk orang dewasa antara 1500
s/d 3500 kalori / hari. Bagaimanapun infeksi atau kerusakan jaringan meningkatkan
kebutuhan kalori.
3) Vitamin C, adalah kofaktor yang penting pada sintesa kolagen dan juga dibutuhkan
untuk mempertahankan integritas dinding kapiler. Suplemen vitamin C yang
direkomendasikan adalah 250 sampai 500 mg/hari.
4) Vitamin A, diindikasikan untuk pasien yang menerima kortikosteroid. Vitamin A
menghi-langkan sebagian efek dari steroid pada penyembuhan luka. Dosis yang
direkomendasikan adalah 20.000 - 25.000 IU/hari selama 10 hari
5) Vitamin B complex dibutuhkan untuk keefektifan ikatan serta kolagen.
6) Besi dibutuhkan untuk support transport oksigen dan juga merupakan kofaktor pada
sintesa kolagen
7) Tembaga, dibutuhkan untuk support ikatan serabut kolagen.
8) Zinc, merupakan kofaktor yang penting untuk pembentukan kolagen dan sintesa
protein. Stress dan penurunan BB akan menurunkan penyimpanan Zinc. Pemberian
steroid yang terus menerus juga diketahui menurunkan nilai zinc. Walaupun
suplemen zinc penting untuk mengkoreksi defisiensi keuntungan pemberian
suplemen zinc pada pasien dengan nilai zinc normal masih kontroversial.

Penyembuhan luka jelas tergantung pada tersedianya nutrient yang essensial


penatalaksanaan keperawatan harus termasuk pada pengkajian status nutrisi dan
pemasukan nutrient dan diga-bungkan dengan intervensi yang tepat.

c. Adanya faktor infeksi


Faktor ketiga yang panting dalam penyembuhan luka adalah ada/tidak adanya infeksi pada
luka. Luka yang terinfeksi menyebabkan fase peradangan memanjang. Luka yang terinfeksi
didefinisikan apabila terjadi peningkatan konsentrasi bakteri lebih dari 105 organisme/gram
pada jaringan luka.
Tanda - tanda luka yang terinfeksi adalah
1) Eritema yang makin meluas
2) Edema
3) Cairan pus
4) Peningkatan temperatur tubuh
5) Peningkatan jumlah sel darah putih
6) Nyeri yang lebih sensitif
7) Bau yang khas
Pseudomonas aureginase dan Staphylococcus aureus, keduanya merupakan
organisms patogen yang paling sering muncul saat perawatan luka. Namun selama

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

7
komponen sistemik tubuh mampu mengatasi hal ini dan kolonisasi bakteri tidak
melebihi dari jumlah normal teknik pencucian dan perawatan yang benar, cukup
mampu mengatasi hal tersebut.

Faktor yang dapat menimbulkan kejadian infeksi adalah


1) Tingginya level kontaminasi bakteri patogen > 105 per gram jaringan luka
2) Lingkungan pada luka yang buruk (nekrosis, eschar, benda asing lainnya)
3) Kondisi sistemik yang mempengaruhi pasien (usia lanjut, pemberian terapi sistemik,
kegemuk-an dan malnutrisi)
4) Penurunan daya tahan tubuh
Kejadian infeksi dapat diminimalkan dengan suport debridement, teknik pencucian
yang adekuat dan penggunaan balutan yang tepatguna (bebas dari kontaminasi dan
support autolisis debrideman dan support granulasi.

d. Diabetes Mellitus
DM merupakan faktor sistemik, terbesar penyebab menurunnya proses penyembuhan luka.
Kunci dalam perawatan luka DM adalah dengan pengontrolan gula darah yang adekuat.
e. Pemberian kortokosteroid
f. Immunosuppresan
g. Penuaan
Secara umum faktor usia berpengaruh terhadap proses penyembuhan disebabkan karena
adanya gangguan sistem fisiologis disertai adanya malnutrisi dan penurunan integritas
vaskularisasi.

Menurunnya proses penyembuhan ditandai dengan


1) Menururmya respon inflamasi
2) Rusaknya proses angiogenesis
3) Menurunnya sintesa kolagen
4) Lambatnya proses epitelisasi
5) Menurunnya ikatan antara lapisan epidermis dan dermis
6) Menurunnya fungsi jaringan lemak
7) Gangguan fungsi melanosit.

h. Faktor sistemik lainnya


Penyakit hati dan ginjal, keganasan dan sepsis merupakan faktor sistemik tubuh yang
menggangu proses penyembuhan luka. Abnormal hemapoeitic dapat mengganggu
penyernbuhan luka sebab sel darah merah dibutuhkan untuk transport oksigen, dan platelet
penting untuk homeostasis. Untuk penyembuhan luka yang maksimal perawat harus
mempertahankan pandangan holistik dan berusaha untuk meningkatkan status kesehatan
pasien secara menyeluruh.

i. Terapi Topikal

_Luka _KDM I_Prodi Sarjana Terapan Keperawatan_estfile

Anda mungkin juga menyukai