Anda di halaman 1dari 8

Nama : 1.

Ukhud Yulia Mulyaningsih (4401417061)

2. Luthfika Arizza Pramesti (4401417093)

Kelompok : 10

Rombel : 3 Pendidikan iologi 2017

Mata Kuliah : Biologi Molekuler

Materi Proves DNA

A. Jawaban dari slide PPT


1. Pertanyaan mengenai percobaan Griffith, Avery, dan Harsey
a. Pertanyaan mengenai percobaan Griffith
1) Adakah perbedaan smooth strain danrough strain apabila dilihat dari percobaan 1
dan percobaan 2 ?
2) Bagaimana mekanisme recovery living S dari heat-killed S dengan rough strain ?
3) Menurut video, smooth strain memiliki kapsul sedangkan rough strain tidak .
apakah keberadaan kapsul ini berpengaruh terhadap penelitian ini ?
4) Mengapa percobaan kedua terjadi mutasi S strain ke R strain ?
5) Apakah R strain hanya dapat dihasilkan dari mutasi S strain ?

b. Pertanyaan mengenai percobaan Avery


1) Bagaiamana mekanisme pengrusakan polisakarida, lipid, protein, Rna, dan DNA
tikus ?
2) Pada tikus yag hidup DNA telah dirusak. Apakah kerusakan DNA ini
berpengaruh pada keturunannya ?
3) Bagaiamana cara pembuatan ekstrak S strain ?
4) Mengapa jika terjadi pengrusakan DNA tikus S strain tidak bisa terecovery ?
sedangkan jika DNA masih ada justru S strai dapat recovery ?
5) Mengapa S strain yang terrecovery dapat menyebabkan kematian tikus ?
c. Pertanyaan megenai percobaan Harsey
1) Mengapa yang digunakan dari 32P adalah DNA dan 35S ada;ah protein ? mengapa
tidak menggunakan label radioaktif yang sama ?
2) Mengapa bagian yang diinjeksi berbeda 32P di inner sel dan 35S di kapsid ?
3) Bagaiamana DNA dapat menyebabkan poliferasi phage yang baru ?
4) Mengapa yang diinjeksi pada percobaan ini adalah bakteriofag ? apakah ada
mikroorganisme yang lain yang dapat digunakan dalam percobaan ini ?
5) Bagaiaman mekanisme pelepasan phage ghosts dan bakteriophage setelah
menginjeksikan komponennya ?

2. Kesimpulan pada masing – masing penelitian


a. Percobaan Griffith : Perubahan bakteri nonvirulen menjadi bakteri virulen adalah
suatu proses transformasi.
b. Percobaan Avery : Senyawa yang bertanggungjawab/berperan dalam fenomena
transformasi sel R menjadi S pada percobaan Griffith adalah DNA.
c. Percobaan Hersey : Yang diinjeksikan oleh virus ke dalam sel inang adalah DNA,
sementara sebagian besar protein virus tetap berada di luar. Masuknya molekul DNA
virus ke sel inang menyebabkan sel-sel memproduksi DNA dan protein virus baru.

3. Pembeda dari masing – masing penelitian

Pembeda Griffith Avery Hersey


Bahan uji Bakteria S. Bakteri S. Materi bakteriofag
pneumoniae virulen pneumoniae virulen (T2), bakteri E. coli,
dan nonvirulen yang dan nonvirulen yang dan isotop radioaktif
35
diinjeksikan ke diinjeksikan ke S dan 32P.
hewan tikus normal. hewan tikus yang
telah dirusak
polisakarida, lipid,
RNA, protein,
DNA, dan normal.
Tujuan Membuktikan jenis Membuktikan Membuktikan
percobaan materi genetik yang materi genetik yang bahwa DNA
terkandung di berperan dalam merupakan materi
kromosom proses transformasi genetik/materi
(komponen pada percobaan herediter.
kimiawi, DNA, Griffith.
protein).
Hasil uji Terbukti terjadi Senyawa yang Yang diinjeksikan
proses transformasi berperan dalam virus ke dalam
meskipun belum transformasi pada tubuh sel inang
diketahui jenis percobaan Griffith adalah DNA,
materi yang adalah DNA. protein masih tetap
berperan dalam berada di luar.
proses transformasi
tersebut.

B. Pertanyaan dari Kelompok 9

Pertanyaan Soal Griffth

1. Apakah dalam experiment griffth dapat digunakan bakteri selain Streptococcus


pneunomiae ?
Jawaban :
Dalam penelitian ini tidak disebutkan dapat menggunakan bakteri lain seain S.
Pneunomiae. Menurut kelompok kami dengan seiring berkembangan zaman dapat
menggunakan bakteri lain namun bakteri yang memiliki struktur yang sama dengan
S. Pneunomiae. Karena Tidak semua bakteri mampu mentransformasi DNA
eksogenous kedalam genom mereka. Bakteri disebut kompeten secara alami apabila
memiliki kemampuan mengambil DNA eksogenous kedalam sel dan
mentransformasikannya dalam genom.

2. Bagaiamana mekanisme yang terjadi saat strain S mati ditambah dengan strain R
tikus bisa hidup ?
Jawaban :
Mekanisme yang terjasi pada percobaan kedua Griffith adalah dengan menggunakan
percobaan bakteri S. Pneunomiae Strain S yang telah bermutasi menjadi strain R
yang bersifat avirulent, maka bakteri R strain menjadi kekurangan kapsul dan
membentuk koloni yang kasar. Bakteri R strain ini bersifat non-patogenik dan ketika
diinjeksikan ke tubuh tikus, strain ini akan dibunuh oleh sel darah putih tikus,
sehingga tikus tetap hidup.

3. Bagaimana prinsip transformasi pada percobaan Griffith?


Jawaban :
Prinsip transformasi percobaan Griffith adalah perubahan bakteri avirulent atau R
strain menjadi bakteri virulen atau S strain. Tetapi cara transformasi ini belum dapat
dipastikan dengan cara pemberian DNA.

4. Berapa lama bakteri tipe S pada percobaan ini dipanaskan ? dan berapa suhu
maksimalnya ? apa yang trjadi jika suhu pemanasan tidak maksimal ?
Jawaban :
Pada buku ajar genetika molekuler UNY (2013) disebutkan bahwa bakteri tipe S
dimatikan dengan pemanasan 60ᴼ C selama 3 jam. Jika pemasnasan tidak dilakukan
secara maksimal, maka dimungkinkan bakteri strain S tidak dapat mati sehingga
dapat menyebabkan penyakit pada tikus.

5. Terkait dengan adanya bakteri virulent, bagaimana fungsi sistem imun pada hewan
coba terhadap hasil penelitiannya ?
Jawaban :
Sistem imun pada tikus atau hewan coba hanya dapat menghambat terhadap bakteri
non virulent atau R strain yan bersifat non patogenik dan tidak memiliki kapsul.
Penghambatan ini dilakukan dengan cara menggunakan sel darah putih pada tubuh
tikus. Sedangkan pada bakteri virulent atau S strain sistem imun tikus yang berupa
sel darah putih tidak dapat menghambat, karena S strain bersifat patogenik dan
memiliki kapsula.

Pertanyaan Soal Avery

1. Bagaimana mekanisme penghancuran masing – masing komponen dari strain S ?


Jawaban :
Mekanisme penghancuran masing – masing komponen pada percobaan Avery yaitu
dilakukan dengan cara penambahan enzim yang bersifat spesisfik untuk membantu
proses pemecahan atau penghancuran suatu komponen. Setiap komponen memiiki
masing – masing jenis enzim yang sesuai yangdapat bekerja secara sesifik dan
optimal.

2. Enzim apa saja yang digunakan dan bagaimana kerja enzim ?


Jawaban :
Ezim yang digunakan ang sesuai dengan masing – masing komponennya yaitu
a) Enzim Protease  penghancuran protein
b) Enzim ribonuklease  penghancuran RNA
c) Enzim deoksiribonuklease  penghancuran DNA
d) Enzim amilase  penghancuran polisakarida
e) Enzim lipase  pengahancuran lipid

Mekanisme kerjanya

Pada enzim proteas, amilase, lipase akan bekerja secara spesisfik sesuai dengan
substratnya. Masing – masing enzim akan mengkatalisis reaksi – reaksi hidrolisis,
yaitu reaksi yang melibatkan unsur air pada ikatan spesifik substrat. Protease akan
menghidrolisis ikatan peptida pada molekul protein yang menghasilkan peptida atau
asam amino. Mekanisme kerja amilase pada amilosa dibagi menjadi dua tahap,
pertaa degradasi secara cepat molekul amilosa manjedi maltosa dan maltoriosa yang
terjadi secara acak. Tahap kedua, degradasi amilase pada amilosa menghasilkan
glukosa dan maltosa dengan laju lebih lambat dan tidak secara acak. Lipase akan
menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 yang hasilnya asan lemak
bebas dan monoasil gliserol. Sedangkan pada DNA dan RNA enzim DNAse dan
RNAse merupakan suatu enzim nuklease yang mekanisme kerjanya dengan cara
memotong urutan nukleat yang single strand maupun double strand.

3. Bagaiaman mekanisme transformasi DNA?


Jawaban :
Transformasi DNA merupakan metode yang digunakan untuk memasukkan DNA ke
dalam sel bakteri. Transformasi DNA juga diartikan sebagai  proses integrasi stabil
DNA bebas (tidak berasosiasi dengan protein atau sel lain) oleh bakteri kompeten
untuk meningkatkan keragaman gen atau proses perbaikan kerusakan DNA dalam
bakteri tersebut. Transformasi DNA ini dilakukan dengan cara ekstraksi DNA
dari sel donor terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan sel resipien yang telah
dibuat rentan terhadap masuknya molekul DNA melalui pori atau saluran dalam
dinding dan membran sel. Bila molekul DNA yang masuk berupa plasmid,
maka replikasi plasmid dapat dimungkinkan dengan genom inang yang baru selama
transformasi.

4. Apakah yang dilakukan memiliki hasil yang sama pada semua hewan atau hanya
berlaku pada mamalia ?
Jawaban :
Penelitian ini dimungkinkan hanya berlaku pada mamalia, karena pada prinsipnya
percobaan Hersey ini merupakan percobaan lanjutan Griffith yang menggunakan
tikus sebagai bahan uji. Tikus dipilih sebagai bahan uji karena dalam percobaan
Griffith ingin mempelajari penyebab penyakit pneumonia pada mamalia. Percobaan
ini dilakukan pada hewan uji tikus karena tikus merupakan hewan kelas mamalia
(yang satu kelas dengan manusia) dengan biaya yang murah, dan kemampuan
berkembangbiak yang cepat. Sehingga tikus menjadi bahan yang umum untuk uji
coba penelitian biologi. Selain itu, hasil percobaan ini hanya dimungkinkan berlaku
pada mamalia karena sistem metabolisme (seperti respirasi dll) pada hewan mamalia
sudah kompleks, sehingga penyakit pneumonia dapat dideteksi pada hewan mamalia
tersebut, bukan di hewan kelas lain.

5. Bagaiama fungsi sistem imun pada hewan coba ?


Jawaban :
Fungsi sistem imun pada hewan uji coba dalam percobaan ini sama dengan pada
percobaan Griffith, yaitu sistem imun pada tikus berupa SDP hanya akan rentan
terharap bakteri S. pneumoniae non virulent (R strain) yang tidak memiliki kapsula
dan bersifat non patogenik, dan tidak rentan terhadap bakteri S. pneumoniae virulent
(S strain). Akan tetapi dalam percobaan Avery ini yang disoroti bukanlah sistem
imun dari hewan uji coba, melainkan jenis dari komponen penyusun sel yang
menyebabkan transformasi (polisakarida, protein, RNA, dan DNA).

Pertanyaan Soal Hersey


1. Mengapa dalam eksperimen yang diinjeksi bagian kapsid dan inner ?
Jawaban :
Karena pada bagian protein dilabel dengan sulfur radioaktif 35S karena protein
mengandung sulfur dan juga kapsida adalah tersusun daro protein. Sedangkan materi
didalamnya atau inner yakni DNA yang kaya akan fosfor dilabeli dengan fosfat
radioaktif 32P.

2. Mengapa pada eksperimenn digunakana label radioaktif 32P dan 35S ?


Jawaban :
Kareana radioisotopo 32P dan 35S dapat melacak molekul yang masuk ke dalam
bakteri. Selama injeksi 32P efisien untuk melabeli DNA, karena DNA mengandung
fosfor dan tidak mengandung sulfur. Begitupun sebaliknya 35S efisien untuk melabeli
protein karena protein mengandung sulfur dan tidak mengandung fosfor.

3. Mengapa pada percobaan Harsey asam nukleat merupakan materi herediter bukan
protein ?
Jawaban :
Pada percobaan Hersey, asam nukleat merupakan materi herediter dan bukan protein
karena asam nukleat merupakan penyusun / komponen dari DNA. Dari percobaan
Hersey dapat disimpulkan bahwa yang diinjeksikan atau yang masuk ke dalam sel
inang adalah DNA virus, bukan protein (sebagian besar protein tetap berada di luar).
Percobaan ini dapat disimpulkan demikian karena dengan adanya DNA yang masuk
ke dalam sel inang menyebabkan sel-sel memproduksi DNA dan protein virus baru.
Oleh karena itulah asam nukleat merupakan materi herediter, yaitu materi yang
membawa sifat hereditas/keturunan dari induk ke turunannya, bukan merupakan
protein karena protein tidak memiliki kemampuan untuk bersifat sebagai materi
herediter/hereditas.

4. Mengapa pada percobaan ini digunakan bakteriphage / bakteriofag ?


Jawaban :
Bakteriofag artina pemakan bakteri. Dalam penelitian ini bakteriofag atau fage yaitu
virus yang menginfeksi bakteri untuk memperbanyak diri. Sehingga virus harus
menginfeksi sel dan mengambil alih perangkat metabolisme sel tersebut dalam
percobaan ini E. Coli.

5. Terkait dengan adanya bakteri, bagaiamana fungsi sistem imun pada hewan coba
terhadap hasil penelitiannya ?
Jawaban :
Dalam praktikum Hersey tidak digunakan hewan coba. Yang digunakan sebagai
bahan coba adalah bakteriofag berupa materi genetiknya yaiu T2 (yang merupakan
35 32
DNA), bakteri E. coli, dan isotop radioaktif S dan P. Sehingga dari hasil
percobaan Hersey ini tidak dapat disimpulkan tentang bagaimana sistem imun pada
hewan coba terhadap hasil percobaannya.

Anda mungkin juga menyukai