Kelompok : 10
2. Bagaiamana mekanisme yang terjadi saat strain S mati ditambah dengan strain R
tikus bisa hidup ?
Jawaban :
Mekanisme yang terjasi pada percobaan kedua Griffith adalah dengan menggunakan
percobaan bakteri S. Pneunomiae Strain S yang telah bermutasi menjadi strain R
yang bersifat avirulent, maka bakteri R strain menjadi kekurangan kapsul dan
membentuk koloni yang kasar. Bakteri R strain ini bersifat non-patogenik dan ketika
diinjeksikan ke tubuh tikus, strain ini akan dibunuh oleh sel darah putih tikus,
sehingga tikus tetap hidup.
4. Berapa lama bakteri tipe S pada percobaan ini dipanaskan ? dan berapa suhu
maksimalnya ? apa yang trjadi jika suhu pemanasan tidak maksimal ?
Jawaban :
Pada buku ajar genetika molekuler UNY (2013) disebutkan bahwa bakteri tipe S
dimatikan dengan pemanasan 60ᴼ C selama 3 jam. Jika pemasnasan tidak dilakukan
secara maksimal, maka dimungkinkan bakteri strain S tidak dapat mati sehingga
dapat menyebabkan penyakit pada tikus.
5. Terkait dengan adanya bakteri virulent, bagaimana fungsi sistem imun pada hewan
coba terhadap hasil penelitiannya ?
Jawaban :
Sistem imun pada tikus atau hewan coba hanya dapat menghambat terhadap bakteri
non virulent atau R strain yan bersifat non patogenik dan tidak memiliki kapsul.
Penghambatan ini dilakukan dengan cara menggunakan sel darah putih pada tubuh
tikus. Sedangkan pada bakteri virulent atau S strain sistem imun tikus yang berupa
sel darah putih tidak dapat menghambat, karena S strain bersifat patogenik dan
memiliki kapsula.
Mekanisme kerjanya
Pada enzim proteas, amilase, lipase akan bekerja secara spesisfik sesuai dengan
substratnya. Masing – masing enzim akan mengkatalisis reaksi – reaksi hidrolisis,
yaitu reaksi yang melibatkan unsur air pada ikatan spesifik substrat. Protease akan
menghidrolisis ikatan peptida pada molekul protein yang menghasilkan peptida atau
asam amino. Mekanisme kerja amilase pada amilosa dibagi menjadi dua tahap,
pertaa degradasi secara cepat molekul amilosa manjedi maltosa dan maltoriosa yang
terjadi secara acak. Tahap kedua, degradasi amilase pada amilosa menghasilkan
glukosa dan maltosa dengan laju lebih lambat dan tidak secara acak. Lipase akan
menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 yang hasilnya asan lemak
bebas dan monoasil gliserol. Sedangkan pada DNA dan RNA enzim DNAse dan
RNAse merupakan suatu enzim nuklease yang mekanisme kerjanya dengan cara
memotong urutan nukleat yang single strand maupun double strand.
4. Apakah yang dilakukan memiliki hasil yang sama pada semua hewan atau hanya
berlaku pada mamalia ?
Jawaban :
Penelitian ini dimungkinkan hanya berlaku pada mamalia, karena pada prinsipnya
percobaan Hersey ini merupakan percobaan lanjutan Griffith yang menggunakan
tikus sebagai bahan uji. Tikus dipilih sebagai bahan uji karena dalam percobaan
Griffith ingin mempelajari penyebab penyakit pneumonia pada mamalia. Percobaan
ini dilakukan pada hewan uji tikus karena tikus merupakan hewan kelas mamalia
(yang satu kelas dengan manusia) dengan biaya yang murah, dan kemampuan
berkembangbiak yang cepat. Sehingga tikus menjadi bahan yang umum untuk uji
coba penelitian biologi. Selain itu, hasil percobaan ini hanya dimungkinkan berlaku
pada mamalia karena sistem metabolisme (seperti respirasi dll) pada hewan mamalia
sudah kompleks, sehingga penyakit pneumonia dapat dideteksi pada hewan mamalia
tersebut, bukan di hewan kelas lain.
3. Mengapa pada percobaan Harsey asam nukleat merupakan materi herediter bukan
protein ?
Jawaban :
Pada percobaan Hersey, asam nukleat merupakan materi herediter dan bukan protein
karena asam nukleat merupakan penyusun / komponen dari DNA. Dari percobaan
Hersey dapat disimpulkan bahwa yang diinjeksikan atau yang masuk ke dalam sel
inang adalah DNA virus, bukan protein (sebagian besar protein tetap berada di luar).
Percobaan ini dapat disimpulkan demikian karena dengan adanya DNA yang masuk
ke dalam sel inang menyebabkan sel-sel memproduksi DNA dan protein virus baru.
Oleh karena itulah asam nukleat merupakan materi herediter, yaitu materi yang
membawa sifat hereditas/keturunan dari induk ke turunannya, bukan merupakan
protein karena protein tidak memiliki kemampuan untuk bersifat sebagai materi
herediter/hereditas.
5. Terkait dengan adanya bakteri, bagaiamana fungsi sistem imun pada hewan coba
terhadap hasil penelitiannya ?
Jawaban :
Dalam praktikum Hersey tidak digunakan hewan coba. Yang digunakan sebagai
bahan coba adalah bakteriofag berupa materi genetiknya yaiu T2 (yang merupakan
35 32
DNA), bakteri E. coli, dan isotop radioaktif S dan P. Sehingga dari hasil
percobaan Hersey ini tidak dapat disimpulkan tentang bagaimana sistem imun pada
hewan coba terhadap hasil percobaannya.