487 2283 1 PB
487 2283 1 PB
Abstract
Communication between nurses and doctors is one of the important elements of collaborative
healthcare practices. Good communication between doctors and nurses is expected to be a means of
communicating the important things, discussing, resolving something together and minimizing the
barriers which are present in the patient’s treatment. The SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation) communication model helps nurses to organize ways of thinking, organize information,
facilitate in delivering some messages and discuss when on communicating with the doctor. This study
examined the implementation of SBAR communication to improve the nurses’ abilities in communicating
with doctors. This study used quasi experimental research with design of pre-post test with control group.
The samples were 18 participants in the intervention group and 18 participants in the control group taken
by purposive sampling technique. The results showed that in the control group shows there is no
significant in the ability of nurse in communicating with the doctor was indicated by P value 0.430, while
in the intervention group there was a significant increase after intervention with the value of P value
0.000. The study found that the application of SBAR communication could improve the ability of nurses in
communicating with physicians. This study show that implementation of SBAR communication is able to
improve the ability of nurses to communicate with doctors.
nama anda dan nama departemen, Sebutkan jumlah total sampel pada kelompok kontrol
nama pasien, umur, diagnose medis, dan dan kelompok intervensi pada penelitian 36.
tanggal masuk , Jelaskan secara singkat Penelitian dilakukan di ruang rawat inap
masalah kesehatan pasien atau keluhan utama, RS PKU Muhammadiyah Mayong sebagai
termasuk pain score, B : Background , Latar kelompok intervensi dan RS Aisyiyah Kudus
Belakang, Sebutkan riwayat alergi, obat- sebagai kelompok kontrol pada bulan Maret -
obatan dan cairan infuse yang digunakan April 2018
Jelaskan pemeriksaan yang mendukung dan Dalam pengumpulan data penelitian ini
hasil laboratorium Jelaskan informasi klinik menggunakan checklist lembar observasi
yang mendukung Tanda vital pasien, A : untuk menilai kemampuan perawat dalam
Assessment, Penilaian, Jelaskan secara berkomunikasi dengan dokter dan
lengkap hasil pengkajian pasien terkini kemampuan perawat dalam berkomunikasi
seperti status mental, status emosional, SBAR.
kondisi kulit dan saturasi oksigen, dll , Checklist untuk kemampuan perawat
Nyatakan kemungkinan masalah, seperti dalam berkomunikasi dengan dokter disusun
gangguan pernafasan, gangguan neurologi , berdasarkan komponen karakter komunikasi
gangguan perfusi dan lain-lain. R: interprofessional menurut Claramita 2012
Recommendation, Rekomendasi : dalam buku acuan umum CFCH-IPE.FK
mengusulkan dokter untuk melihat pasien, UGM dan dimodifikasi dengan kuesioner
pastikan jam kedatangan dokter, Tanyakan dari ICU Nurse-Physician Questionnaire
pada dokter langkah selanjutnya yang akan yang meliputi aspek respek, keterbukaan,
dilakukan (Schadewaldt dkk, 2016). kejelasan, inisiatif, dan diskusi.31,42
Pernyataan memiliki 2 jawaban dengan skala
METODE PENELITIAN guttman yaitu Ya nilai 1 dan Tidak nilai 0.
Penelitian ini merupakan quasi Skor terendah kemampuan perawat dalam
experimental dengan rancangan yang berkomunikasi dengan dokter adalah 0 dan
digunakan adalah pretest-posttest with skor tertinggi 13 dengan pembagian rentang
control group design untuk menganalisis hasil ukur > mean dikategorikan baik, <
peningkatan kemampuan perawat dalam mean dikategorikan tidak baik.42
berkomunikasi dengan dokter setelah Checklist untuk kemampuan komunikasi
diberikan intervensi penerapan komunikasi SBAR merupakan lembar observasi tentang
SBAR secara rutin. kemampuan perawat pada saat pelaksanaan
Populasi pada penelitian ini adalah komunikasi SBAR. Lembar observasi berupa
seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat checklist yang berisi daftar pernyataan
inap di RS PKU Muhammadiyah Mayong 60 tentang perilaku perawat pada saat
orang dan RS Aisyiyah Kudus berjumlah 66 pelaksanaan komunikasi SBAR yang disusun
orang. Tehnik sampling dalam penelitian ini berdasarkan tool komunikasi SBAR dengan
adalah purposive sampling. Pemilihan pilihan jawaban ya dan tidak dengan butir
kelompok intervensi dan kelompok kontrol pernyataan 14 pernyataan yang terdiri dari
dilakukan secara acak yaitu RS PKU situation, background, assessment, dan
Muhammadiyah Mayong sebagai kelompok recommendation. Pernyataan memiliki 2
intervensi dan RS Aisyiyah Kudus sebagai jawaban yaitu Ya nilai 1 dan Tidak nilai 0.
kelompok kontrol. Skor Terendah adalah 0 dan skor tertinggi
Kriteria inklusi : Pendidikan perawat adalah 14.
minimal D3 Keperawatan , Tenaga Uji validitas dalam penelitian ini
keperawatan yang tidak sedang cuti dan sakit, menggunakan uji validitas content dengan
Lama kerja minimal 1 tahun. Kriteria meminta pendapat ahli dan reabilitas dengan
eksklusi : Menolak menjadi subyek mengunakan uji kappa untuk menilai
penelitian. konsistensi lembar observasi dalam
Perhitungan sampel pada penelitian penelitian ini. Hasil uji kappa yaitu 0,755 dan
menggunakan uji hipotesa beda 2 mean 0,806 sedangkan p-value 0,005 dan 0,003
kelompok independen didapatkan sampel 18 dengan hasil ini berarti koefisien kappa > 0,6
untuk masing-masing kelompok sehingga
278 | Sri Siska M., Tri Nur K., Madya Sulisno/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 273-282
dan p-value < 0,05. Hal ini dapat dengan dokter. Analisis bivariat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan dilakukan untuk membuktikan hipotesa
persepsi mengenai kemampuan perawat penelitian yaitu penerapan komunikasi
dalam berkomunikasi dengan dokter yang SBAR di lingkungan kerja Rumah RS
diamati oleh observer yang lain maupun PKU Muhammadiyah Mayong terhadap
peneliti. kemampuan berkomunikasi perawat
Penelitian ini dilakukan selama 5 minggu dengan dokter. Nilai confidence interval
yang terbagi menjadi pretest, intervensi, yang ditetapkan adalah 95% dengan
pendampingan dan posttest, dapat dijabarkan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05).
menjadi beberapa langkah sebagai berikut : Uji statistik pada normalitas data pada
a. Pengukuran awal terhadap kemampuan kemampuan perawat dalam
berkomunikasi perawat dengan dokter dan berkomunikasi dengan dokter dan
kemampuan komunikasi SBAR perawat kemampuan perawat dalam pelaksanaan
sebelum dilakukan intervensi pelatihan komunikasi SBAR dengan menggunakan
komunikasi SBAR pada kelompok kontrol saphiro wilk dikarenakan sampel pada
dan kelompok intervensi. Pengamatan penelitian ini sejumlah 36 yaitu kurang
pelaksanaan komunikasi SBAR pada dari 50 dan data terdistribusi normal.
kelompok intervensi dan kelompok Perbedaan kemampuan perawat dalam
kontrol masing-masing dilakukan 1 kali berkomunikasi dengan dokter dan
observasi. Pengukuran awal dilakukan kemampuan perawat dalam melakukan
pada tanggal 7 Maret 2018. komunikasi SBAR sebelum dan sesudah
diberikan intervensi pada penelitian ini
b. Intervensi. Kelompok intervensi diberikan
dengan menggunakan paired sample t-test.
pelatihan SBAR oleh expert dan peneliti.
Pada variabel kemampuan perawat
Pelaksanaan intervensi pemberian materi
dalam berkomunikasi dengan dokter dan
tentang komunikasi SBAR dilakukan
kemampuan perawat dalam pelaksanaan
pada tanggal 9 – 10 Maret 2018. Metode
komunikasi SBAR pada pengukuran
yang digunakan adalah ceramah tanya
sebelum dan sesudah pada kelompok
jawab (CTJ), diskusi dan role play.
intervensi dan kelompok kontrol
Pendampingan terhadap kemampuan
menggunakan independent sample t-test.
komunikasi SBAR dilakukan oleh peneliti
kepada peserta penelitian pada tanggal 12 HASIL DAN PEMBAHASAN
– 17 Maret. Peserta penelitian pada
kelompok intervensi dibiarkan tanpa Hasil penelitian didapatkan data
pendampingan 19 – 24 Maret. Kelompok karakteristik peserta penelitian yaitu usia,
Kontrol tanpa dilakukan intervensi jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa
komunikasi SBAR sejak tanggal 8 – 24 kerja. Jumlah sampel dalam penelitian
Maret 2018. sebanyak 36 perawat yang terdiri dari 18
c. Pengukuran akhir terhadap kemampuan perawat sebagai kelompok intervensi dan 18
berkomunikasi perawat dengan dokter dan perawat sebagai kelompok kontrol. Data
kemampuan komunikasi SBAR yang karakteristik peserta penelitian dapat
dilakukan pada kelompok kontrol dan dijelaskan sebagai berikut.
kelompok intervensi oleh peneliti dan Tabel. 1 Perbandingan karakteristik peserta penelitian
observer pada tanggal 23 – 6 April 2018. antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Rerata ± SD Total P value
Penelitian ini menggunakan analisa No Variabel Intervensi Kontrol (n =
data univariat dan bivariat. Analisis 36)
1 Usia
univariat bertujuan untuk menjelaskan Mean 26,50±3.5 26,6±3,4 - 0,157
atau mendiskripsikan karakteristik Min – Max 23-35 24-36 -
2 Masa
perawat (usia, jenis kelamin, pendidikan kerja 3,1±2.55 3,5±2.711,0- - 0,611
dan masa kerja), kemampuan pelaksanaan Mean 1,1-12,0 10,0 -
Min – Max
komunikasi SBAR perawat, dan 3 Jenis
kemampuan berkomunikasi perawat Kelamin 2 3 5 0,201
Laki-Laki 16 15 31
Sri Siska M., Tri Nur K., Madya Sulisno/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 273-282 | 279
Dari hasil wawancara dengan beberapa Basuki E. Komunikasi antar Petugas Kesehatan
peserta penelitian didapatkan pernyataan Communication between Health
bahwa mereka masih merasa agak kurang Professionals. Tinj Pustaka Maj Kedokt
percaya diri dan canggung apabila harus Indon. 2008;58(9).
menyertakan humor pada saat berkomunikasi Davey N, Cole A. Safe Communication Design ,
implement and measure : A guide to
dengan dokter dikarenakan faktor kedekatan
improving transfers of care and handover
hubungan interpersonal maupun pengalaman Contents : 2015;(August).
bertatap muka. Hal tersebut sesuai dengan Diniyah K. Pengaruh Pelatihan SBAR Role-Play
hasil penelitian Fajar yang menyatakan terhadap Skill Komunikasi Handover
bahwa dalam melakukan komunikasi SBAR Mahasiswa Kebidanan. 2017;6(1):35–44.
dengan dokter terdapat faktor yang menjadi Fitria, C. N. Efektifitas Pelatihan Komunikasi
hambatan diantaranya pengalaman perawat SBAR dalam Meningkatkan Motivasi dan
dan perasaan keengganan untuk mengganggu Psikomotor Perawat di Ruang Medikal
maupun membuat dokter tersinggung Bedah RS PKU Muhammadiyah
(Klarare, 2013). Renz juga menyatakan Surakarta. PSIK Fak Kedokt Univ
bahwa diperlukan kedekatan hubungan Diponegoro. 2013;135
Huron Perth Healthcare Alliance. HPHA
interpersonal dalam berkomunikasi sehingga
Interprofessional Practice Model.
dapat terjalin komunikasi yang lancar dan 2011;(January 2011).
efektif (Thislethwaite, 2012). Kesrianti AM, Bahry N, Maidin A. Faktor-Faktor
KESIMPULAN yang Mempengaruhi Komunikasi pada
Saat Handover di Ruang Rawat Inap
Berdasarkan hasil penelitian, konsep serta Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
penelitian terkait dapat disimpulkan bahwa 2015;13.
terdapat perbedaan yang signifikan antara Klarare A. INFLUENCE OF
kemampuan pelaksanaan SBAR perawat dan COMMUNICATION BETWEEN
kemampuan berkomunikasi perawat dengan NURSES AND PHYSICIANS ON
dokter setelah diberikan pelatihan PATIENT OUTCOME IN HOSPITAL
komunikasi SBAR. Terdapat peningkatan SETTINGS : A LITERATURE REVIEW
kemampuan perawat dalam berkomunikasi Ali Hakami and Othman Hamdi Advisor :
dengan dokter sesudah diberikan pelatihan 2013;
SBAR pada kelompok intervensi dengan p
Muay LG, Annellee C, Pong HW, Rico CL, Kit
value 0,000. Kemampuan perawat dalam
CP, Lielane RA, et al. Improving Clinical
berkomunikasi dengan dokter pada kelompok Handover Through Effective
intervensi lebih baik daripada kelompok Communication for Patient ’ s Safety.
kontrol setelah diberikan pelatihan SBAR 2012;85.
dengan p value 0,000
Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi Rofi’i M, Ui FIK. Universitas Indonesia Analisis
penelitian selanjutnya dalam Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
mengembangkan pelatihan komunikasi Perawat Di Rumah Sakit Islam Sultan
SBAR yang dapat meningkatkan kemampuan Agung Semarang Oleh : Muhamad Rofi ’
komunikasi perawat sehingga dapat I Kepemimpinan & Manajemen
berkolaborasi dengan dokter. Hasil penelitian Keperawatan Depok. 2011;
Supinganto, Agus, Misroh M, Suharmanto.
ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk
Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR
penelitian selanjutnya. Diharapkan peneliti (Situation, Background, Assesment,
dapat melibatkan dokter secara langsung di Recommendation). Stikes Yars mataram.
dalam penelitian selanjutnya. 2015;