Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN LIMBAH

“Laporan Tentang Persampahan Kota Bandung”

Nama : Yusnita Sri Handayani


NIM : 181711032
Kelas : 3A – Teknik Konversi Energi
Nama Instruktur / Dosen : Dr. Ir. Sapto Prayogo, M. T

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
1. Artikel tentang Persampahan Kota Bandung

Produksi Sampah Kota Bandung Capai 1.600


Ton per Hari, 150 Ton di Antaranya Plastik
Senin, 3 Desember 2018 08:39

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung Deni Nurdyana


Hadimin mengatakan, produksi sampah yang dihasilkan warga Kota Bandung mencapai 1600 ton
per hari.
Di mana jumlah 30 persen di antaranya merupakan jenis sampah anorganik dan 10 persen lainnya
atau sekitar 100-150 ton merupakan sampah plastik.
Meski demikian, menurutnya tidak semua warga sadar akan produksi sampah plastik yang
dihasilkannya mampu bernilai ekonomis, seperti halnya kemasan makanan maupun botol
minuman yang dapat diubah menjadi produk bernilai jual melalui kreativitas kerajinan tangan.
"Melihat potensi itu, Pemkot Bandung terus berupaya menggelorakan semangat bank sampah,
yang tujuannya agar sampah dapat dipilah langsung dari sumbernya," ujarnya saat dihubungi
melalui telepon, Minggu (2/12).
Disinggung terkait kembali munculnya wacana aturan pengurangan penggunaan sampah
kantong plastik atau kresek, sebagaimana tercantum dalam Perda Nomor 17 tahun 2012, akan
mampu mengurangi jumlah produksi sampah plastik di Kota Bandung.
Hal tersebut menurutnya, bisa tewujud apabila pola perilaku masyarakat dapat berubah, karena
selama ini realisasi aturan tidak berbanding lurus dengan pelaksanaanya di lapangan.
"Oleh karena itu dalam waktu dekat kami akan mengundang asosiasi ritel untuk mengingatkan
kembali aturan tersebut, termasuk menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat," ucapnya.
Sebelumnya, meski informasi tentang aturan pela-rangan ritel memberikan kantong plastik
berbayar kepada konsumennya, mulai 1 Desember 2018 telah beredar luas di berbagai jejaring
media sosial, sejak beberapa minggu lalu.
Selain itu, beberapa komunitas pegiat lingkung-an pun telah mendorong agar pemerintah dan
semua pemangku kepentingan berusaha lebih sungguh-sungguh untuk memulai program
tersebut.
Namun Pemerintah Kota Bandung, melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota
Bandung, memastikan, program pela-rang-an penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan
dan ritel tersebut belum bakal diterapkan pada 1 Desember 2018. hal tersebut lantaran aturan
tersebut masih bersifat himbauan.
Kepala DLHk Kota Bandung, Salman Fauzi memastikan, informasi yang menyebar luas tersebut
bukanlah sikap resmi Pemkot Bandung.
Menurutnya, larangan penggunaan kantong plastik merupakan satu dari beberapa alternatif
strategi mengurangi sampah plastik yang masih dibahas dalam penyusunan rancangan
Per-atur-an Wali Kota (Perwal) sebagai turunan Peraturan Dae-rah (Perda) Nomor 17 Tahun
2012.

”Pelarangan itu bukan sikap resmi Pemkot. Untuk tahap awal ini, sifatnya masih berupa imbau­an
agar ritel dan masyarakat bersama-sama mengurangi peng­gunaan kantong plastik,” ujarnya saat
ditemui di Kantor DLHK Kota Bandung, Jalan Sadang Serang, Bandung, Jumat (30/11).

Salman menjelaskan, Pemkot Bandung menyadari betul desakan yang kuat untuk segera
memulai program-program nyata terkait pe-ngurangan konsumsi kantong plastik.

Namun, pada saat ber-samaan, Pemkot berpendapat, masih perlunya persiapan-persiapan di


level implementasi, salah satunya dengan menjalin komunikasi dengan berbagai pemangku
kepentingan dalam program pe-ngurangan konsumsi sampah plastik di Kota Bandung.

Bahkan, diakuinya pertemuan dengan Asosiasi Peng-usaha Ritel Indonesia (Aprin-do) Jawa Barat
pun telah dilakukan beberapa kali, dalam upaya merealisasikan pengurangan produksi sampah
plastik di Kota Bandung.
"Intinya kami sangat mengapresiasi bagi beberapa ritel yang secara mandiri telah menerapkan
kebijakan kantung plastik berbayar bagi para konsumennya, dan mudah-mudahan ini bisa diikuti
oleh yang lain," katanya. (Cipta Permana).

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Produksi Sampah Kota Bandung Capai 1.600
Ton per Hari, 150 Ton di Antaranya Plastik, link artikel dapat dilihat disini:

https://jabar.tribunnews.com/2018/12/03/produksi-sampah-kota-bandung-capai-1600-ton-
per-hari-150-ton-di-antaranya-plastik?page=all
Penulis: Cipta Permana
Editor: Ravianto
2. Opini tentang Produksi Sampah Kota Bandung Capai 1.600 Ton per Hari, 150 Ton di
Antaranya Plastik
Sampah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi oleh masyarakat.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Pada
masalah produksi sampah dikota Bandung yang mencapai 1600 Ton per hari, menurut pendapat
saya karena kurangnya kesadaran orang-orang akan hal tersebut akan berdampak buruk untuk
lingkungan kota Bandung itu sendiri. Dipaparkan dalam artikel bahwa produksi sampah Kota
Bandung diantaranya adalah ada sampah anorganik dan sampah plastik. Sampah anorganik yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk. Sampah anorganik merupakan musuh utama yang
cenderung diabaikan keberadaannya. Hal ini disebabkan karena sulitnya pengelolaan sampah
anorganik, selain itu juga sampah jenis ini tidak menyebabkan dampak yang secara langsung
dilihat manusia (tidak menimbulkan bau tidak sedap). Beberapa dampak sampah anorganik yaitu
dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan seperti penyakit yang daerah pengelolaan sampah
anorganiknya kurang memadai, dampak terhadap kualitas udara dan air yang dicemari oleh
sampah, dampak terhadap lingkungan sosial dan ekonomi yang dapat ditimbulkan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat dan pemandangan yang buruk karena
sampah bertebaran dimana-mana dan dampak lainnya yaitu terjadinya banjir.

Sedangkan sampah plastik adalah jenis sampah yang tidak dapat diuraikan begitu saja dan
butuh waktu bertahun-tahun untuk dapat menguraikannya. Tentunya sampah plastik akan
menyebabkan pencemaran bagi lingkungan sekitar kota Bandung. Penyebab pencemaran
sampah plastik ini dimulai dari masyarakatnya sendiri karena banyak dijumpai semua barang-
barang rumah tangga menggunakan bahan plastik. Harus diakui memang plastik memiliki harga
yang relatif murah, tetapi ketika dibuang kelokasi, plastik justru tidak dapat terurai dengan cepat
dan mudah. Hal ini secara langsung justru akan menjadikan tingkat pencemaran lingkungan
semakin drastis. Beberapa dampak sampah plastik diantaranya tercemarnya tanah dan air,
mengganggu jalur terserapnya air kedalam tanah, menurunkan kesuburan tanah, hewan-hewan
akan terjebak dalam tumpukan sampah plastik hingga mati, pembuangan sampah plastik yang
sembarangan akan mengakibatkan banjir, dan sampah plastik yang dibakar asapnya akan
mencemari lingkungan.
Dengan kesadaran masyarakat Kota Bandung akan bahayanya produksi sampah yang
banyak tersebut akan berdampak lebih baik, jika pengelolaan sampah dengan adanya bank
sampah seperti dipaparkan didalam artikel berjalan terus dengan baik, pencemaran lingkungan
pun akan berkurang.

Pada artikel pun terpapar bahwa adanya peraturan daerah kota Bandung no 17 tahun
2012 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik untuk menumbuhkembangkan
kesadaran masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, menjaga, dan
melestarikan lingkungan. Menurut opini saya, peraturan tersebut sangat mempengaruhi
kesadaran terhadap masyarakat sekitar kota Bandung dan harus benar-benar ditegakkan oleh
pemerintah kota Bandung agar terlaksana oleh masyarakat sekitarnya. Meskipun hanya
himbauan, akan lebih baik jika peraturan tersebut ditetapkan dengan baik dan semestinya untuk
setidaknya mengurangi sampah plastik di lingkungan kota Bandung.

3. Usulan terkait perbaikan/penyempurnaan cara pengelolaan sampah Kota Bandung


Pengelolan sampah harus segera dilakukan mengingat dampak buruk sampah bagi
kesehatan dan lingkungan. Sampah menjadi tempat berkembangbiaknya organisme sumber
penyakit. Sampah juga dapat mencemari dan mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga
diperlukan peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam upaya mengatasinya. Pengelolaan
sampah pada umumnya belum dilaksakan secara terpadu. Sampah dari berbagai sumber, baik
dari rumah tangga, pasar, industry dan lain-lain, langsung diangkut menuju Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) tanpa melalui pemilahan maupun pengelolahan, dari TPS, sampah kemudian
diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk kemudian ditimbun. Pengelolaan
sampah seperti ini mengabaikan nilai sampah sebagai sumber daya alam. Pengelolaan sampah
memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan
juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan
hidup. Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan yang
dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari rumah tangga, pasar, industri, fasilitas
umum, daerah komersial dan sumber lainnya. Sampah organik (sisa makanan, daun dan lain-lain)
dipisah dengan sampah anorganik (plasik, kaleng, kaca, botol dll). Sampah yang telah dipilah
dapat didaur ulang menggunakan metode yang sesuai. Metode pengelolaan sampah berbeda
beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, sampah organik atau sampah
anorganik. Beberapa upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan
beberapa metode atau cara sebagai berikut :
a. Pisahkan sampah sesuai jenisnya

Langkah pertama sistem pengelolaan sampah di rumah adalah memisahkan sampah berdasarkan
jenisnya. Secara garis besar kamu dapat memisahkan sampah menjadi dua jenis, yaitu sampah
organik dan anorganik. Siapkanlah dua tempat sampah yang berbeda di rumah yang dikhususkan
untuk setiap jenis-jenis sampah. Kalian pasti sudah tahu, sampah organik adalah sampah yang
berasal dari alam. Seperti sisa makanan atau daun. Dengan kata lain semua sampah yang dapat
terurai dengan mudah adalah sampah organik. Sementara sampah plastik, karet, kaca dan kaleng
masuk ke dalam kategori sampah anorganik.

Dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, akan memudahkan kamu untuk
memudahkan kamu dalam pengelolaan sampah di rumah kamu
b. Melakukan Metode Penggunaan Kembali (Reuse)
Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang
yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak
konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama. Contoh sederhana yang dapat
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah memilih wadah, kantong atau benda yang
dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan sapu tangan dari
pada menggunakan tissu, menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan kantong
plastic. Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis
c. Melakukan Metode Pengurangan (Reduce)
Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan sumber sampah atau
dikenal juga dengan “Pengurangan sampah”. Tahap ini meliputi pengurangan jumlah atau
tosisitas sampah. Hal ini sangat efektif dalam mengurangi kuantitas sampah, biaya penanganan,
serta dampak terhadap lingkungan yang dilakukan melalui perancangan dan fabrikasi bahan
pengemas produk dengan toksisitas yang rendah, volume bahan yang minimum serta tahan
lama. Beberapa hal yang dapat kita lakukan adalah dengan memilih produk dengan kemasan
yang dapat didaur ulang, menghindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah
dalam jumlah besar, menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang
bisa diisi ulang kembali). Menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat, sehingga
kertas bekas yang dihasilkan dapat diminimalisir.
d. Melakukan Metode Daur-Ulang (Recycle)
Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah
menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur ulang, sampah
dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan
baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi, mengurangi
kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca pada proses pembuat barang baru. Daur ulang
merupakan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) dan
dapat dilakukan pada sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.
Sebagai contoh, proses daur ulang alumunium diyakini mampu menghemat energi hingga 95
persen dan mengurangi polusi udara hingga lebih dari 90 persen dibandingkan proses pembuatan
alumunium dari bahan mentah (bijih tambang). Salah satu problem utama dalam
penanggulangan sampah anorganik adalah sampah plastik, mengapa plastik menjadi problem
utama? karena plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa didegradasi bahkan bisa
dibilang tidak mungkin karena membutuhkan beberapa generasi agar bisa terdegradasi,
sedangkan setiap generasi selalu menghasilkan sampah plastik. Konvensi plastik menjadi bahan
bakar minyak juga menjadi strategi yang jitu dalam pengelolaan sampah plastik. Plastik pada
dasarnya adalah rantai-rantai hidrokarbon yang panjang, dengan mengubah bentuknya menjadi
kaitan dan rantai yang diinginkan akan menghasilkan nilai bahan bakar yang tinggi.
e. Pengolahan biologis

Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan.
Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan
untuk membangkitkan listrik.

f. Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi
bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan
gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup
pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat
, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan
menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon
aktif. Gasifikasi danGasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas
ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

g. Peningkatan Kapasitas Peraturan

Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah yang berkaitan dengan ketentuan pengelolaan sampah
harus realistis, sistematis dan menjadi acuan dalam pelaksanaan penanganan sampah di
lapangan baik oleh pihak pengelola maupun masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai