Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Model-Model Pengembangan Media Dan Teknologi Pembelajaran

Disusun oleh:

Erma Mukti (2018.13.1311)

Putra junior pelani (2018.13.1323)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PARIS BARANTAI

KOTABARU

2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, makalah yang berjudul “Model-
Model Pengembangan Media Dan Teknologi Pembelajaran” dapat terselesaikan tanpa ada hambatan
yang berarti.

Penulis menyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, namun penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran agar dapat melanjutkan penyusunan tugas berikutnya .

i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN MAKALAH 2

BAB II PEMBAHASAAN 3

A. Definisi Model 3
B. Definisi Pengembangan 3
C. Macam-Macam Model Pengembangan Media Teknologi Pembelajaran 4

BAB III PENUTUP 18

KESIMPULAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang
dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan pekembangan ini telah mengubah
paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas
pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi
lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet.
Salah satu bidang yang mendapat dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu
proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-
informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media
sebagai sarana penyedian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri
(Oetomo dan Priyogutomo, 2004), beberapa bagian unsur ini mendapat sentuhan media
teknolgi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001).
Media pembelajaran adalah salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu
guru memperkaya wawasan siswa. Berbagai bentuk dan jenis media pembelajaran yang
digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran.
Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah
mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan
pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada
penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-
sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk menyerap informasi, menjadikan
pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin
meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika
proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan
memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Apa yang dimakssud dengan model ?
b. Apa yang dimaksud dengan pengembangan?
c. Apa saja macam-macam model pengembangan media teknologi pembelajaran yang di
gunakan?

C. Tujuan makalah
Berdsarkan rumusan makalah maka tujuan makalah untuk makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud model.
d. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengembangan.
e. Untuk mengetahui saja macam-macam model pengembangan media teknologi
pembelajaran yang di gunakan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MODEL
Model adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model di gunakan untuk menyeleksi dan
menyusun strategi pembelajaran, metode keterampilan, dan aktivitas pembelajaran untuk
memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran. Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Pengambilan model pembelajaran haruslah disesuaikan dengan materi
pelajaran, tingkat perkembngan kognitif peserta didik, sarana dan prasarana yang tersedia,
sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirancang akan tercapai.
Model merupakan gambaran yang membantu untuk menjelaskan sesuatu dengan
lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung.
Model menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang
disajikan secara utuh. Model juga dapat membantu melihat kejelasan dan keterkaitan secara
lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini di sebabkan suatu model disusun dalam
upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau
table.

B. DEFINISI PENGEMBANGAN
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan.
Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis
dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses
kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta didik.
Maka pengembangan pembelajaran lebih realistik, bukan sekedar idealisme
pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan. Pengembangan pembelajaran adalah
usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan
subtitusinya. Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan
perkembangan pengetahuan, sedangkan secara metodologis dan subtansinya berkaitan
dengan pengembangan strategi pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis.
Penelitian pengembangan adalah suatu atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang

3
dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan produk
baru melalui pengembangan. Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan
yang dimaksud dengan pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan potensi yang
ada menjadi sesuatu yang lebih baik dan berguna sedangkan penelitian dan pengembangan
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau
menyempurnakan produk yang telah ada menjadi produk yang dapat dipertanggung
jawabkan

C. MACAM MACAM PENGEMBANGAN MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural
dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain
pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.
Contohnya adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain
pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya
video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck. Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti
desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE.
Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar.
Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh model
melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat
menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan
menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita
hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan
dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan
desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Kesemua model tersebut juga dapat
dimodifikasi untuk melakukan pengembangan bahan ajar.

1. MODEL ASSURE

Model ASSURE merupakan langkah merencanakan pelaksanaan pembelajaran diruang


kelas secara sistematisdengan memadukan penggunaan teknologidan media. Model ASSURE
menggunakan tahap demi tahap untuk membuat perancangan pembelajran yang dapat dilihat
dari nama model tersebut, yaitu ASSURE menurut smaldion (2007:86) A yang berarti
Analyze learners, S berarti State standard and objectives, S yang kedua berarti Select

4
strategi, technology,, media, and materials. U berarti Utilize technology, media and
materials, R berarti Require learner participation dan E berarti Evaluated and revise

Gambar: ASSURE

a. Analisis Pebelajar
Menurut Anitah (2009: 210) langkah yang pertama adalah mengidentifikasi
karakteristik pebelajar. Smaldino, dkk. (2005: 49) mengatakan bahwa media dan
teknologi dikatakan efektif bila ada kesesuaian antara karakteristik pebelajar dengan
metode, media, dan materi pembelajaran. Dalam praktik guru tidak mungkin
menganalisis setiap individu pebelajar. Oleh karena itu, Anitah (2009: 210)
mengemukakan ada beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam
membuat keputusan tentang penggunaan metode dan media, yaitu:
1) Karakteristik umum (General Characteristics )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan/ posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi. Dengan analisis pebelajar akan
membantu pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai.
Misalkan, pebelajar yang lemah dalam keterampilan membaca, lebih tepat
diberi media non cetak. Jika pebelajar kurang tertarik dengan materi yang disajikan,
maka media yang tepat misalnya videotape, simulasi, atau kegiatan-kegiatan yang
berbasis teknologi.Bila pebelajar pertama kali belajar suatu konsep baru, maka
dibutuhkan pengalaman belajar langsung dan konkrit seperti karyawisata atau
latihan bermain peran (mengacu pada kerucut pengalaman Edgar Dale).
2) Kemampuan Awal atau Mendiagnosis kemampuan dasar spesifik pembelajar

5
Disarankan bagi guru untuk melakukan ferifikasi tentang kemampuan awal
pebelajar secara informal (seperti interview atau pertanyaan-pertanyaan dalam
kelas), atau secara formal (seperti tes terstandar atau tes buatan guru). Tes
kemampuan awal merupakan penilaian, baik formal maupun informal, yang
menentukan apakah pebelajar memiliki kemampuan awal ang diperlukan. Dengan
menganalisis kemampuan yang telah dimiliki pebelajar, guru dapat memilih metode
dan media yang sesuai.  Dick & Carey mengungkapkan bahwa pengetahuan
sebelumnya yang dimiliki siswa akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang bisa
dipelajari lebih banyak daripada yang dilakukan sifat psikologi apapun.

3) Gaya Belajar
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis yang
menentukan bagaimana seorang individu merasakan berinteraksi dengan, dan
merespon secara emosional pada lingkungan belajar. Gardner (1999) dalam Anitah
(2009: 211) mengemukakan tiga jenis gaya belajar seseorang, yaitu visual, auditory,
dan kinestetik.
Teori Gardner mengimplikasikan bahwa guru yang efektif perlu sadar akan
adanya gaya bbelajar yang berbeda di antara para pebelajar. Cara yang terbaik untuk
mengatasinya yaitu dengan memberikan variasi pembelajaran. Guru, perancangan
kurikulum, dan spesialis media harus bekerjasama mendesain kurikulum sehingga
pebelajar memiliki kesempatan mengembangkan perbedaan gaya tersebut. Variabel
gaya belajar dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu kekuatan persepsi,
kebiasaan memproses informasi, faktor-faktor motivasi, dan faktor-faktor
psikologis.

4) Kekuatan Persepsi
Pebelajar sangat bervariasi dalam penggunaan inderanya yang meliputi
auditory, visual, taktil dan kinestetik. Pendukung pentingnya variabel ini
mengatakan bahwa sebagian besar pebelajar tidak mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menangkap pelajaran melalui pendengaran, dan menyangsikan keluasan
penggunaan metode guru. Dikatakan pula bahwa pebelajar yang agak lambat belajar
cenderung menyukai pengalaman taktil atau kinestetik, duduk dan mendengarkan
sukar baginya. Gaya belajar kinestetik lebih melibatkan gerakan. Siswa bertipe ini
lebih mudah memahami sesuatu dengan mempraktekkannya. Tipe ini
menitikberatkan pada pengalaman langsung dengan obyek yang dipelajari.

6
b.  Menentukan standar dan tujuan

Tujuan pembelajaran menurut Muhaimin pada hakikatnya mengacu pada hasil


pembelajaran yang diharapkan. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah
yang sudah dipelajari siswa dari sebuah pembelajaran. Sebagai hasil yang diharapkan,
tujuan pembelajaran harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga semua upaya
pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan harus difokuskan kepada
pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari. Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran juga perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan
media yang tepat. Sehingga dapat disimpulkan, sebuah tujuan belajar merupakan
pernyataan dari apa yang akan dicapai oleh pembelajar, bukan bagaimana mata pelajaran
diajarkan.

Tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran, alasannya


seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya antara lain: 1). Rumusan tujuan yang jelas
dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. 2).
Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar
siswa. 3). Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran.
4). Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas
dan kualitas pembelajaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perumusan tujuan ialah menentukan
tujuan ABCD. ABCD yang dimaksud antara lain:

1) Audience. Artinya pembelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya.


Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta
kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
2) Behavior/perilaku. Yakni perilaku belajar yang dikembangkan dalam
pembelajaran. Perilaku belajar mewakili kompetensi yang tercermin dalam
penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur
dan dapat diamati.
3) Condition/kondisi. Yaitu situasi dan kondisi atau lingkungan yang memungkinkan
bagi pelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber
belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk
pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar
mengajar berlangsung.

7
4) Degree/tingkat. Yakni persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai
bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini
dapat dinyatakan dalam bentuk presentase (%), menggunakan kata-kata seperti
tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, dan kelengkapan persyaratan yang
dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi.
Tujuan belajar juga harus mempertimbangkan perbedaan individual. Tujuan
belajar tidak dimaksudkan untuk membatasi apa yang para siswa pelajari, tetapi
dimaksudkan untuk menyediakan tingkat minimum dari pencapaian yang
diharapkan. Belajar yang tidak sengaja atau insidental sebaiknya diharapkan terjadi.
Karena setiap pembelajar memiliki karakteristik yang berbeda. Individu yang tidak
memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki
waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung
dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu

c. Memilih strategi dan sumber


Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah pemilihan
strategi/metode pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar atau bahan ajar, dan
penggunaan teknologi dan media. Metode, media dan bahan ajar harus dipilih secara
sistematis. Bila metode, media dan bahan ajar yang dipilihnya tepat dan sesuai, menurut
Pribadi, akan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran. Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang
ada, ada baiknya terlebih dahulu memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
1) Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat
mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran sebaiknya merujuk pada model
ARCS. Model ARCS dapat membantu strategi mana yang dapat membangun
perhatian (Attention) siswa, pembelajaran dianggap relevan (Relevance) bagi
kebutuhan dan tujuan mereka terhadap pembelajaran, sehingga dapat membangun
rasa percaya diri (Confidence), dan menghasilkan kepuasan (Satisfaction) dari apa
yang mereka pelajari dan hasil belajar yang mereka dapat. Tujuan pemilihan strategi
ialah mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri (self-regulated learning).
Menurut Arends dalam Trianto, siswa yang mandiri adalah siswa yang mampu
melakukan hal penting dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Mendiagnosis secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu

8
 Memiliki pengetahuan strategi-strategi belajar efektif, bagaimana serta kapan
menggunakannya.
 Dapat memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivator eksternal
 Mampu tetap tekun dalam tugassehingga tugas itu terselesaikan
 Belajar secara efektif dan memiliki motivasi abadi untuk belajar.

2) Menyiapkan teknologi dan media yang sesuai dengan bahan ajar


Teknologi bisa menjadi sebuah perangkat ampuh untuk membantu guru
mencapai tujuan kognitif yang bermacam-macam. Teknologi bisa membantu siswa
mempelajari fakta, memahami abtraksi dan mencapai tujuan-tujuan dalam tingkatan
taksonomi kognitif yang lebih tinggi atau bisa kita sebut dengan literasi visual dan
audio-visual. Maka dari itu guru harus menjelaskan secara rinci bagaimana guru
akan menerapkannya ke dalam pelajaran. Ada beberapa hal penting dan perlu
dipertimbangkan dalam memilih media, seperti seberapa pentingkah peran media
dalam kegiatan pembelajaran, media apakah yang paling mudah dan praktis untuk
diterapkan pada sebuah pembelajaran, apakah diperlukan piranti khusus dalam
menerapkan media tersebut, seberapa jauhkah hasil yang diharapkan dari
penggunaan media tersebut, dan bagaimanakah efektifitas penggunaan media dalam
pembelajaran.

3) Memilih dan menyiapkan materi pelajaran


Materi menurut Yasin biasanya dikemas dalam kurikulum yang lebih
kompleks dengan nama mata pelajaran, sebab kurikulum merupakan serangkaian
program pendidikan yang diperlukan untuk proses pendidikan, baik yang nyata
maupun tidak nyata. Setelah memilih teknologi dan media yang diperlukan dalam
mata pelajaran, maka tahap berikutnya ialah memilih materi yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan mata pelajaran dengan menggunakan tiga langkah, yaitu:
 Memilih materi yang tersedia
Selain materi yang sudah tersedia (siap pakai), perlu dipertimbangkan juga
dalam memilih yang tepat terkait materi yang akan digunakan dengan cara:
Melibatkan peran para spesialis teknologi dan media yang terkoordinasi dengan
pengguna dalam pemilihannya; Melibatkan guru-guru lainnya, keuntungannya
adalah selain mereka yang dimmungkinkan lebih kritis, juga dapat berbagi
gagasan mengenai penggunaan materi di ruang kelas dan secara kolektif
memiliki waktu yang lebih cepat dalam memperoleh; dan Mensurvei panduan

9
referensi sumber dan media dengan meninjau materi yang gratis dan murah
secara on line.
 Mengubah materi yang sudah ada, dengan cara memindai bentuk materi yang
ada. Misal mengubah materi yang masih berbentuk file ke bentuk cetak (print)
ataupun sebaliknya.
 Merancang materi baru, artinya dalam membuat materi perlu dipertimbangkan
kebutuhan dan tujuan belajar.

d. Memanfaatkan sumber
Langkah keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan
penggunaan teknologi, media dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Langkah ini
menjelaskan bagaimana pendidik akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis
media dan materi yang tercantum di bawah dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Pada
tahap ini melibatkan perencanaan guru dalam menggunakan teknologi, media dan materi
dengan proses 5P, yaitu;
1) Pratinjau (preview) teknologi, media dan materi. Dalam peninjauannya harus sesuai
dengan tujuan yaitu memilih yang langsung selaras dengan mata pelajaran yang
akan diajarkan.
2) Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan materi. Yaitu mengumpulkan seluruh
perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
3) Menyiapkan (prepare), Yaitu tempat dimana saja melakukan aktivitas
pembelajaran, misal di ruang kelas, laboratorium, dan lain sebagainya, semuanya
harus diatur secara efektif. Seperti contoh memastikan alat yang disiapkan berfungsi
dengan baik dengan daya dukung yang memadai (misalkan listrik dan ruang belajar)
disesuaikan dengan kriteria teknologi yang disiapkan.
4) Menyiapkan (prepare) peserta didik. Keefektifan dari apa yang dipelajari
bergantung pada kesiapan para pembelajar dalam aktivitas belajar tersebut dengan
beberapa hal, yaitu: 1) Pengantar tentang tinjauan luas mengenai content mata
pelajaran; 2) Sebuah alasan pemikiran yang menjelaskan bagaimana pelajaran itu
terkait dengan topik yang sedang dipelajari; 3) Memotivasi peserta didik, yakni
dengan menyampaikan pesan terhadap pentingnya materi yang akan diajarkan
sehingga akan menuntut mereka untuk mengetahui materi yang akan dipelajari
dengan cara menyimak mata pelajaran; dan 4) Isyarat-isyarat yang mengarahkan
perhatian pada aspek-aspek spesifik (intisari) dari mata pelajaran.
5) Menyediakan (provide) pengalaman belajar. Jika pengalaman belajar berpusat pada
guru, maka akan melibatkan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, dan atau
tutorial. Oleh karenanya guru harus benar-benar mempersiapkan hal tersebut.

10
e. Mengaktifkan Keterlibatan Peserta Didik

Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif dengan


materi dan substansi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara
melibatkan aktivitas mental siswa dengan meteri yang dipelajari. Siswa yang terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran menurut Pribadi, akan dengan mudah mempelajari
materi pembelajaran. Setelah aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan
balik berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebelum dinilai secara formal, peserta didik perlu
dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau
presentasi. Dalam hal ini guru harus menyiapkan pengalaman pembelajaran bagi siswa.
Jika materi berbasis guru, seharusnya guru lebih bersifat  professional. Jika berpusat pada
siswa, guru harus berperan sebagai fasilitator, membantu siswa untuk mengeksplorasi
materi, mendiskusikan isi materi, menyiapkan materi seperti fortopolio, atau
mempresentasikan dengan teman sekelas mereka.

Belajar yang paling baik bagi siswa yaitu jika mereka secara aktif terlibat dalam
pembelajaran. Siswa yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan dalam belajar,
karena guru hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon
dari siswa. Apapun strategi pembelajarannya guru harus dapat menggabungkan strategi
satu dengan yang lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan
strategi lainnya agar siswa aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, seorang guru
harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap siswa belajar secara aktif.

f. Mengefaluasi dan merevisi

Tahap keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran serta


pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa jauh teknologi,
media dan materi yang dipilih/digunakan terhadap pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan, apakah teknologi,
media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki lagi. Berkaitan dengan
evaluasi, evaluasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah pembelajaran. Sebagai contoh,
sebelum proses pembelajaran, karakteristik siswa diukur guna memastikan apakah ada
kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan metode dan bahan ajar yang
akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran,evaluasi bisa dilakukan
menggunakan umpan balik, evaluasi diri atau kuis pendek siswa. Evaluasi yang
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan diagnosa yang

11
didesain untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan kesulitan-
kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan untuk
mengetahui pencapaian siswa. Evaluasi bukanlah tujuan akhir pembelajaran, namun
sebagai titik awal menuju siklus berikutnya.

Langkah terakhir dalam siklus pembelajaran ini adalah melihat kembali dan
mengamati hasil data evaluasi yang telah terkumpul. Pengajar harus melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan serta masing-masing komponennya.
Dalam melakukna evaluasi dan revisi sangat perlu mempertimbangkan :

 Gunakan penilaian autentik dan tradsional untuk menentukan prestasi siswa


berdasarkan standard an tujuan.
 Memeriksa keseluruhan proses pembelajaran dan dampak dari penggunaan media
dan teknologi dalam pembelajaran.
 Jika terdapat perbedaan antara tujuan dan hasil belajar, revisi perencanaan
pembelajaran untuk lebih menekankan pada focus yang menjadi perhatian utama.

ketiga tahap ini dapat dilakukan secara berulang-ulang jika hasil belajar tidak sesuai
dengan tujuan yang telah dirumskan dalam perencanaan pembelajaran.

2. MODEL ADDIE
Salah satu model desain pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan desain
yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model ADDIE (Analysis-Design-Develop-
Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh
Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya yaitu menjadi pedoman dalam membangun
perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung
kinerja pelatihan itu sendiri. Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a. Analysis
Analisis merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh seorang pengembang
pembelajaran. Kaye Shelton dan George Saltsman menyatakan ada tiga segmen yang harus
dianalisis yaitu siswa, pembelajaran, serta media untuk menyampaikan bahan ajarnya.
[2] Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini setidaknya adalah: menganalisis siswa;
menentukan materi ajar; menentukan standar kompetensi (goal) yang akan dicapai; dan
menentukan media yang akan digunakan.
b. Design

12
Pendesainan dilakukan berdasarkan apa yang telah dirumuskan dalam tahapan
analisis. Tahapan desain adalah analog dengan pembuatan silabus. Dalam silabus tersebut
harus memuat informasi kontak, tujuan-tujuan pembelajaran, persyaratan kehadiran,
kebijakan keterlambatan pekerjaan, jadwal pembelajaran, pengarahan, alat bantu
komunikasi, kebijakan teknologi, serta desain antar muka untuk pembelajaran.
[3] Langkah-langkah dalam tahapan ini adalah membuat silabus yang di dalamnya
termasuk: memilih standar kompetensi (goal) yang telah dibuat dalam tahapan analisis;
menentukan kompetensi dasar (objektive); menentukan indikator keberhasilan; memilih
bentuk penilaian; menentukan sumber atau bahan-bahan belajar; menerapkan strategi
pembelajaran; membuat storyboard; mendesain antar muka;
c. Development
Tahapan ini merupakan tahapan produksi dimana segala sesuatu yang telah dibuat
dalam tahapan desain menjadi nyata. Langkah-langah dalam tahapan ini diantaranya
adalah: membuat objek-objek belajar (learning objects) seperti dokumen teks, animasi,
gambar, video dan sebagainya; membuat dokumen-dokumen tambahan yang mendukung.
d. Implementation
Pada tahapan ini sistem pembelajaran sudah siap untuk digunakan oleh siswa.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mempersiapkan dan memasarkannya ke
target siswa.
e. Evaluation
Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk evaluasi yaitu formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara tahapan-tahapan tersebut. Tujuan dari
evaluasi ini adalah untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang dibuat sebelum versi
terakhir diterapkan. Evaluasi sumatif dilakukan setelah versi terakhir diterapkan dan
bertujuan untuk menilai keefektifan pembelajaran secara keseluruhan. Pertanyaan-
pertanyaan yang dapat diajukan dalam tahapan evaluasi adalah: Apakah tujuan belajar
tercapai oleh siswa?; Bagaimana perasaan siswa selama proses belajar? suka, atau tidak
suka; Adakah elemen belajar yang bekerja dengan baik atau tidak baik?; Apa yang harus
ditingkatkan?; Apakah informsi dan atau pesan yang disampaikan cukup jelas dan mudah
untuk dimengerti?; Apakan pembelajaran menarik, penting, dan memotivasi?

3. MODEL HANNAFIN DAN PECK

13
Model Hannafin dan Peck adalah model desainp embelajaran yang terdiri dari pada
tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, fase pengembangan dan implementasi
(Hannafin&  Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan
dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk, melalui tiga fase: berikut adalah
gambar hannafi and peck design model

Gambar : Hannafin Dan


Peck

a. Fase pertama

Adalah analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan


dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan
oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.

b. Fasa kedua

Adalah fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase desain
bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk
mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam
fase ini adalah dokumen story board yang mengikut urutan aktifitas  pembelajaran
berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media  pembelajaran seperti yang diperoleh
dalam fase analisis keperluan.

14
c. Fase ketiga

Adalah fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari  penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.  Dokumen story board akan
dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan
media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti
kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Model
Hannafindan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikut
sertakan proses-proses pengujian dan  penilaian media pembelajaran yang melibatkan
ketiga fase secara berkesinambungan.

4. Model Dick & Carey


Model Dick & Carey adalah model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh
Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model
prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran
disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model Dick
& Carey tertuang dalam bukunya “The Systematic Design of Instruction” edisi 6 tahun
2005. Desain pembelajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey terdapat
beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan
tersebut, yaitu memberikan pedoman untuk mengembangkan pembelajaran, seperti dapat
dilihat pada Berikut adalah langkah pengembangan desain pembelajaran menurut Dick &
Carey:

a. Identity Instructional Goal (tujuan pembelajaran identitas)


Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan siswa ketika mereka
telah menyelesaikan program pembelajaran. Tujuan pembelajaran mungkin dapat
diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari penilaian
kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar siswa,
dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (job analysis), atau dari persyaratan
lain untuk instruksi baru.

b. Conduct Instructional Analysis ( melakukan analisis pembelajaran)


Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah belajar Gagne,
menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan
tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan/subordinat). Langkah terakhir dalam

15
proses analisis pembelajaran adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan peserta
didik untuk dapat memulai Pembelajaran. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di
antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.

c. Analyze Learners and Contexts (menganalisis peserta didik dan konteksnya)


Langkah ini melakukan analisis siswa, analisis konteks di mana mereka akan belajar,
dan
analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan siswa, pilihan,
dan
sikap yang telah dimiliki siswa akan digunakan untuk merancang strategi
pembelajaran.

d. Write Performance Objectives (menulis tujuan peforma)


Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam
analisis pembelajaran, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi
di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.

e.  Develop Assessment Instruments (mengembangkan instrumen penilaian)


Langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan
patokan) untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dari tujuan.
Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam
tujuan dan penilaian yang diminta.

f. Develop Instructional Strategy ( mengembangkan setrategi pembelajaran)


Bagian-bagian strategi pembelajaran menekankan komponen untuk mengembangkan
belajar pebelajar termasuk kegiatan sebelum pembelajaran, presentasi isi, partisipasi siswa,
penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.

g. Develop and Select Instructional Materials ( mengembangkkan dan memilih


bahan ajar)
Bahan pembelajaran sudah termasuk segala bentuk pembelajaran seperti panduan
guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan
halaman web untuk pembelajaran jarak jauh
h. Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction (merancang dan
melakukan evaluasi formatif instruksi)

16
Evaluasi formatif yaitu evaluasi ahli, evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil, dan
ujicoba lapangan. Setiap jenis evaluasi memberikan informasi yang berbeda bagi desainer
untuk digunakan dalam meningkatkan pembelajaran. Teknik serupa dapat diterapkan pada
penilaian formatif terhadap bahan atau pembelajaran di kelas.

i.  Revise Instruction ( merevisi instruksi)


Strategi pembelajaran ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini
dimasukkan ke dalam revisi pembelajaran untuk membuatnya menjadi alat pembelajaran
lebih efektif.

j. Design And Conduct Summative Evaluation ( desain dan lakukan evaluasi


sumatif)
Hasil-hasil pada tahap sebelumnya dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan dikelas
/diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
 

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Model merupakan gambaran yang membantu untuk menjelaskan sesuatu
dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara
langsung. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan
latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan
sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan
dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta
didik.
Macam macam model pengembangan media dan teknologi pembelajaran ada
empat, yaitu Model ASSURE, Model ADDIE, Model Hannafin Dan Peck, dan Model
Dick & Carey.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 120.

https://ummulhasannah46.blogspot.com/2017/04/model-pengembangan-pembelajaran.html

http://dilihatya.com/3284/pengertian-model-menurut-para-ahli-adalah

http://belajarpendidikanku.blogspot.com/2013/02/model-model-pengembangan-bahan-ajar.html

https://irfanyudhistira.wordpress.com/2019/05/01/penggunaan-model-assure-dalam-
pengembangan-media-belajar/

http://belajarpendidikanku.blogspot.com/2013/02/model-model-pengembangan-bahan-ajar.html

Sugiarta, Awandi Nopyan.  (2007). Pengembangan Model Pengelolaan Program

Yaum Muhammad, 2018, Media & Teknologi Pembelajaran , Jakarta: Prenadamedia Group,

19

Anda mungkin juga menyukai