Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH K-3D TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP JARAK

TOPIK GEOMETRI KELAS X

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

SYAIFUL BAKHRI (140111014)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AL


HIKMAH SURABAYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bukanlah suatu proses yang sederhana karena siswa tidak hanya
dituntut untuk menyerap informasi dari guru tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan
dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Proses pembelajaran tersusun atas beberapa komponen atau unsur yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya
bagaimana peran guru dalam mengajar serta interaksi antara guru dengan peserta
didik pada saat proses belajar mengajar yang sangat memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, kegagalan adalah suatu hal yang
tidak dapat dihindari dalam pembelajaran. Kemungkinan gagal menjadi suatu hal
lumrah yang harus dipersiapkan seorang guru. Salah satu penyebab kegagalan
tersebut adalah kurangnya peran guru untuk meningkatkan perhatian dan aktivitas
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Mayoroitas, pembelajaran berpusat
pada guru, akibatnya adalah siswa pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal
ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kepada minat belajar
siswa. Secara sederhana, minat belajar akan tumbuh dan terpelihara jika kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi misalnya menggunakan media
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam
pengembangan kemampuan matematis siswa dan tercapainya tujuan matematika itu
sendiri yaitu terbentuknya kemampuan bernalar secara objektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain,
maupun kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Namun, matematika bukan hanya
suatu ilmu yang digunakan untuk mencapai tujuan saja, melainkan juga untuk
mengarahkan siswa agar memiliki kepribadian berupa berfikir kritis, mandiri, kreatif
serta memiliki keterampilan dalam menggunakan media-media pembelajaran berupa
alat peraga sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran.

Kenyataanya, banyak orang memandang matematika sebagai salah satu mata


pelajaran yang sulit dipahami sehingga berdampak pada hasil belajar. Keberhasilan
proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari
keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu
dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa.
Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya
prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa peningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep matematika pelu diperbaiki. Hal ini dikarenakan matematika memiliki
objek-objek yang abstrak sehingga diperlukan benda-benda konkret untuk
memahaminya. Berbagai kesulitan dalam pelajaran matematika sering terjadi pada
semua jenjang pendidikan, Abdurrahman (1999) mengatakan bahwa kesulitan yang
umumnya terjadi adalah pada saat siswa mengukur benda, menghitung banyaknya
benda, memahami bahasa yang dipakai dalam suatu hitungan, dan menghitung dengan
menggunakan konsep-konsep rasional. Ternyata, hal ini dialami pula oleh siswa SMA
Negeri 21 Surabaya. Berdasarkan diskusi peneliti dengan salah satu guru matematika
yang mengajar kelas X SMA Negeri 21 Surabaya, diperoleh informasi bahwa
mayoritas siswa merasa kesulitan dalam memahami topik dimensi tiga, diantaranya ;
(1) kesulitan dalam menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam bangun
ruang, (2) kesulitan untuk menentukan jarak dan besar sudut dalam bangun ruang, (3)
kesulitan untuk membayangkan objek geometri dimensi tiga yang disajikan dalam
gambar dua dimensi.
Apabila dikaitkan dengan teori belajar Piaget, Resnick (1981) menyimpulkan
sebagai berikut.

“According to Piaget, there is a stage of intellectual development


beyond concreteoperations, in which people able to reason
hypothetically and to take into account all logical possibilities. Called
the period of formal operations, this stage typically develops with the
onset of adolescence, and it involves the kind of thinking
characteristic of the most advanced forms of mathematical and
scientific reasoning”

Teori di atas menunjukkan bahwa siswa SMA yang berusia lebih dari 12 tahun
tergolong pada fase operasional formal dimana di usia tersebut harusnya siswa tidak
hanya terfokus pada sesuatu yang dilihat, melainkan situasi-situasi hipotesis atau
pengandaian. Selain itu, di usia tersebut mereka juga mampu mengembangkan suatu
pernyataan untuk menegaskan atau menyangkal suatu dengan berfikir secara logis.
Berdasarkan uraian di atas, seharusnya siswa SMA tekah mampu berfikir secara
abstrak sehingga dapat menguasai topik geometri dengan baik. Namun, kenyataannya
siswa masih merasa kesulitan dengan hal tersebut sehingga membutuhkan media
pembelajaran konkret yang dapat memodelkan materi dimensi 3.

Upaya yang dianggap peneliti dapat membantu mengatasi permasalahan di


atas yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Untuk itu peneliti menggunakan
media pembelajaran berupa alat peraga K-3D (Kerangka 3 dimensi). Harapannya
dengan menggunakan alat peraga ini siswa dapat memahami konsep jarak pada topik
Geometri sehingga kesulitan dan kesalahan yang dialami siswa dapat teratasi.

Kondisi tersebut membuat peneliti sangat tertarik membuat peneltian dengan


judul “Pengaruh K-3D Terhadap Pemahaman Konsep Jarak Topik Geometri
Kelas X”

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh K-3D terhadap
pemahaman konsep jarak topik Geometri kelas X
C. Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup yang dibahas pada penelitian ini hanya pada konsep
jarak Topik geometri yang meliputi :

1. Jarak dua titik


2. Jarak titik ke garis
3. Jarak dua garis sejajar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh atau


kontribusi kepada pembelajaran matematika terutama pada peningkatan pemahaman
konsep jarak topik geometri menggunakan K-3D. Salah satu cara yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu tahapan pemahaman ialah proses belajar. Menurut
(Sudjana, 2000:28)

“Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah


suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya
dan lain-lain aspek yang ada pada individu”

Berdasarkan uraian di atas, proses yang dibutuhkan siswa dalam belajar harusnya
diarahkan ke arah yang lebih luas, tidak hanya fokus pada satu sisi saja. Kelemahan
yang terjadi jika proses belajar diarahkan hanya pada aspek pengetahuan ialah siswa
hanya memiliki kompetensi yang parsial atau tidak menyeluruh. Lebih lanjut, dalam
memahami konsep siswa membutuhkan proses belajar yang dapat memaksimalkan
kompetensi yang dimiliki.
Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan
dalam suatu kata atau simbol atau juga sering dinyatakan sebagai bagian dari
pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik (Wikipedia.org).
Secara sederhana, pemahaman Konsep adalah pemahaman ide-ide abstrak untuk
mengelompokkan benda-benda (objek) kedalam dua bagian yaitu contoh dan non
contoh. Jika dikaitkan dalam topik geometeri, siswa dikatakan memhamai konsep
jarak jika siswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan berkaitan jarak
dua titik, jarak titik ke garis, jarak dua garis sejajar yang diproyeksikan atau dengan
bantuan suatu garis yang tegak lurus dari 2 elemen tersebut. salah satu cara untuk
mencapai hal tersebut ialah dengan bantuan media pembelajaran.
Media pembelajaran berasal dari Kata Media yang berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “Perantara”
atau “Penyatu”. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan (Gerlach dan Ely, 1971). Pengertian lain disebutkan media adalah sebuah alat
yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Sehingga, media
pembelajaran adalah segala sesuatu berupa bahan pembelajaran yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan yang dikakukan baik di dalam maupun di luar kelas demi
tercapainya tujuan pembelajaran.

Media pembelajaran menjadi komponen yang sangat pentng karena dalam setiap
pembelajaran membutuhkan proses komunikasi antara guru dengan siswa, begitu juga
sebaliknya. Menurut Sanjaya (2006) media pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi tujuh, yaitu : (1) media audio visual gerak (2) media audio visual diam (3)
audio semi gerak (4) media visual bergerak (5) media visual diam (6) media audio (7)
media cetak. Secara umum, Sadiman (1993) mnyatakan media mempunyai fungsi :
(1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisis (2) Mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga dan daya indera (3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih
langsung natar siswa dengan sumber belajar (4) Memungkinkan anak belajar mandiri
sesuai bakat dan kemampuan (5) Memberi rangsangan yang sama, menyamakan
pengalaman, dan meninmbulkan presepsi yang sama (6) Penyampaian pesan
pembelajaran dapat lebih terstandar (7) Pembelajaran dapat lebih menarik (8)
Pembelajaran dapat lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar (9) Waktu
pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek (10) Kualitas pembelajaran dapat
ditingatkan (11) Proses pembelajaran dapat berlansgung kapanpun dan dimanapun
diperlukan (12) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembeajaran dapat ditingkatkan.

Lebih lanjut, dalam mata pelajaran matematika diperlukan media pembelajaran


berupa alat peraga. Iswadji (2003) mengatakan “alat peraga adalah seperangkat benda
konkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
dalam matematika”.

Menurut (Sundayana, 2015) alat peraga matematika dapat digunakan ke dalam


beberapa konsep, yaitu : (1) konsep luas (2) konsep panjang (3) konsep volume (4)
konsep pengukuran (5) konsep aritmatika (6) konsep geomteri.

Menurut Rusefendi (1991), beberapa syarat dan krietria alat peraga, yaitu : (1)
Tahan lama (2) Bentuk dan warnanya menarik (3) Sederhana dan mudah dikelola (4)
Ukurannya sesuai (5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real,
gambar atau diagram (6) Sesuai dengan konsep matematika (7) Dapat memperjelas
konsep matematika dan bukan sebaliknya (8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi
timbulnya konsep berfikir abstrak bagi siswa (9) Menjadikan siswa belajar aktif dan
mandiri dengan memanipulasi alat peraga (10) Bila mungkin alat peraga bisa
berfaedah lipat (banyak).

k-3D (Keranga 3 dimensi) adalah salah satu alat peraga berbasis konsep geometri
berbahan besi yang berfungsi merepresentasikan sebuah bangun ruang 3 dimensi
berupa kerangka bangun ruang. Untuk menggunakan K-3D, diperlukan beberapa
bahan sebagai pendukung seperi benang berwarna sebagai representasi garis bantu
untuk mementukan jarak antara dua titik atau dua garis serta plasitisin untuk
pemberian nama bangun di tiap-tiap titik sudut, seperti kubus ABCD.EFGH. Berikut
ini adalah contoh penggunaan k-3D

H G

E F

D
C

B A

Gambar.1 K-3D

Jika siswa hendak menentukan jarak dari titik A ke C, maka siswa dapat
menggunakan benang dan menempelkannya pada titik A yang telah direkatkan oleh
plasitisin hingga ke titik C. benerapa kelebihan penggunaan K-3D dalam
pembelajaran matematika topik geometri ialah sebagai berikut :

1. Kuat dan tahan lama, dikarenakan K-3D terbuat dari bahan yang kuat yaitu besi,
selaon itu alat ini juga tahan air, tahan panas dan tidak mudah rusak. Alat peraga
ini juga tergolong aman digunakan siswa
2. Dapat digunakan kapanpun dan dimanapun, dikarenakan K-3d adalah alat peraga
yang memiliki ukuran sesuai sehingga dapat digunakan KBM baik di dalam
maupundi luar kelas. Selain itu, K-3D sangat fleksibel dan dapat dibawa kemana-
kemana. Alat ini juga dapat digunakan meskipun tidak ada alat bantu apapun
3. Menyajikan atau merepresentasikan bangun ruang dimensi 3 secara konkret
sehingga dapat membantu siswa yang memiliki daya abstraksi rendah
4. Memperjelas informasi berupa hal-hal yang diketahui pada soal, sehingga siswa
dapat menunjukkan secara langsung jarak yang akan dicari.
5. Memberikan ruang kepada siswa untuk berkreasi dengan memanipulasi alat
peraga. Semakin banyak soal yang dikerjakan, siswa akan semakin sering
membuat garis bantu dari benang berwarna untuk memnentukan jarak yang dicari
6. Meningkatkan interaksi dan keaktifan siswa baik dengan alat peraga itu sendiri,
guru ataupun siswa lain saat menggunakan alat peraga, diskusi atau presentasi di
depan kelas dengan memperagakan alat tersebut
7. Meningkatkan daya tarik siswa terhadap pembelajaran geometri, karena siswa
terlibat secara langsung dengan alat peraga

Penggunaan alat peraga K-3D dapat membuat siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran. Keterlibatan secara langsung dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajaran sehingga dapat membantu siswa mengingat dan memahami setiap
kejadian dan materi yang dialami. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivistik
(Budiningsih, 2007) yang mengatakan bahwa “siswa aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari”. Dengan menggunakan alat peraga, peneliti berharap siswa tidak mudah
lupa dan dapat memahami dan menguasai konsep jarak dengan baik.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran atau alat peraga juga pernah
digunakan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan Hamzah
(2014) dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa penggunaan model
pembelajaran langsung berbantuan google sketchup 8 dapat meningkatkan
pemahaman siswa X SMA Negeri 1 Turen tentang jarak pada dimensi tiga dan dapat
meningkatkan ketuntasan klasikal serta Kanto (2013) dengan hasil penelitian yang
diperoleh bahwa penggunaan alat peraga papan geometri dengan metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas belah ketupat dan
layang-layang di kelas VII SMP Negeri 19 Palu.
Berdasarkan uraian landasan teori di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah “Prnggunaan alat peraga K-3D dapat meningkatkan pemahaman
konsep jarak pada siswa SMA Negeri 21 Surabaya”

BAB III
METODE PENELITIAN

a. Subjek penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah 31 siswa kelas X IIS 2 SMA Negeri 21
Surabaya.

b. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara individu oleh


peneliti yaitu Mahasiswa semester 4 dengan metode peneltiain kuantitatif dalam
menguji pengaruh penggunaan alat peraga K-3D dalam pemahaman konsep jarak
topik Geometri. Menurut (Sugiyono , 2015) peneltitian kuantitatif adalah
penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan atau meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan partisipan karena peneltiti


terlibat langsung dari awal hingga akhir penelitian. Peneliti membuat
perencanaan, menerapkan pembelajaran menggunakan K-3D, mengumpulkan
data, dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian.

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang media pembelajaran berupa


alat peraga K-3D, membuat lembar kerja dan instrumen penelitian. Langkah-
langkah penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Taggart, yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
pengamatan, (4) refleksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
yang berhubungan dengan hasil pembelajaran menggunakan K-3D pada konsep
jarak. Data hasil postes siswa digunakan untuk melihat apakah penggunaan K-3D
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jarak pada topik geometri.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa


berdasarkan postes dalam penelitian ini adalah: (1) Siswa mampu
mengidentifikasi data-data yang terkait dengan jarak pada dimensi tiga, (2) Siswa
mampu menentukan apa yang ditanyakan dalam soal, (3) Siswa mampu membuat
strategi yang tepat untuk menentukan jarak pada dimensi tiga, dan (4) Siswa
mampu mengaplikasikan konsep jarak dalam memecahkan masalah yang
dikerucutkan pada 3 pembahasan yaitu jarak dua titik, jarak titik ke garis serta
jarak dua garis yang sejajar.

Pada tahap penerapan pembelajaran (treatment), peneliti mnggunakan K-


3D dalam pembelajaran matematika topik geometri. Peneliti menjelaskan materi
secara langsung dan menunjukkan berbagai jarak dengan alat peraga tersebut. K-
3D akan diletakkan di depan kelas, sehingga siswa dapat memperhatikan
penjelasan dengan seksama. Namun, guru peneliti juga akan membawa alat
tersebut berkeliling ke seluruh siswa. Pada akhir tratment siswa diberi postes yang
akan digunakan untuk melihat pemahaman siswa dan ketuntasan yang
berpedoman pada nilai KKM sekolah dan mata pelajaran tersebut

Pada tahap pengumpulan data, peneliti memberikan postes yang terdiri dari
8 soal dengan alokasi waktu 20 menit setelah menerapkan pembelajaran
(treatment). Peneliti menekankan kepada siswa untuk mengerjakan postes secara
jujur dan tidak bekerja sama satu sama lain. Hal ini bertujuan agar menghindari
bias. Instrumen pos tes diambil dari Buku Matematika Kurikulum 2013 Kelas X
Edisi Revisi 2014. Peneliti berasumsi bahwa instrumen postes yang diambil dari
sumber tsersebut telah valid dan reliabilitas.

Pada tahap analisis data, data dianalisis dengan langkah-langkah:


mendeskripsikan data, menganalisis secara kuantitatif untuk data berupa skor, dan
menyimpulkan data. Sedangkan data postes dilakukan analisis kuantitatif yaitu
dengan Uji-t Satu Pihak Kanan.

1. Uji hipotesis ini menggunakan rumus t-test dengan ketentuan sebagai


berikut.

Hipotesis nol : “Prnggunaan alat peraga K-3D tidak dapat meningkatkan


pemahaman konsep jarak pada siswa SMA Negeri 21 Surabaya yaitu kurang
dari 75 (KKM)”
Hipotesis alternatif : “Prnggunaan alat peraga K-3D dapat meningkatkan
pemahaman konsep jarak pada siswa SMA Negeri 21 Surabaya yaitu lebih
dari 75 (KKM)”
Atau dapat ditulis
H o : μo ≤75( KKM)
H a : μo >75(KKM )

Dengan :
μo : rata-rata hasil belajar siswa yang diberi treatment dengan K-3D
KKM : Krietria Kekuntasan Minimum

2. Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya :


x́=
∑x
n
∑ f i ( xi −x́)2
s=
√(n−1)

x́ = nilai rata-rata hasil belajar siswa

∑ x = jumlah nilai hasil belajar siswa


n = banyak siswa

s = simpangan baku

∑ f i ( x i− x́ )2
= jumlah frekuensi kelas I dikalikan kuadrat tanda kelas atau
nilai tengah kelas dikurangi nilai rata-rata

3. Menghitung t_hitung dengan rumus :


Rumusan hipotesis di atas pengujiannya dilakukan dengan uji pihakkanan,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
x́−μo
t=
s
√n
Keterangan :
x́ : skor rata-rata dari kelompok eksperimen
t : nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung
μo : nilai yang dihipotesiskan
s : simpangan baku
n : jumlah anggota sampel
4. Mencari t_tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1,
dengan n adalah banyak sampel, taraf signifikan 5 %.

5. Menggambar kurva

6. Menentukan kriteria pengujian pihak kanan :

Jika t_hitung jatuh pada daerah penolakan μo lebih besar


dari t_tabel, maka H0 ditolak dan μa diterima

7. Membandingkan t _hitung dengan t _tabel

diterima : t _hitung > t _tabel


Ho diterima : t _hitung < t _tabel

8. Menarik kesimpulan

Menurut (Sugiyono : 2015) desain penelitian yang digunakan dalam penelitian


ini adalah “One-Shot case study” yaitu pemberian perlakuan atau treatment
(variabel Independent), lalu observasi hasil (variabel dependent) yang dilakukan
dengan pemberian postes. Treatment dan postes diberikan pada hari yang sama
dengan tujuan menghindari bias dan melihat pengaruh treatment yang dilakukan
yang kemudian akan dibandingkan dengan KKM mata pelajaran Matematika.

Pada tahap akhir , laporan dilakukan setelah penelitian berlangsung

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta
Bovee. Courland. 1997. Bussiness Communication Today. Prentice Hall : New
York
Budiningsih, Asri. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A. Systematic Approach.
Englewood Cliffs : Prentice-Hill, Inc.
Hamzah, Syaiful., dkk. 2014. Pemahaman Konsep Jarak pada Topik
Dimensi Tiga Kelas x Menggunakan Model Pembelajaran Langsung
Berbantuan Google Sketchup. Indonesian Digital Journal of Mathematics and
Education Volume 2 Edisi 2
https://id.wikipedia.org/wiki/Geometri diakses pada 10 April 2016 pukul 10 : 02
WIB
Iswadji, Djoko. (2003). Pengembangan Media/Alat Peraga Pembelajaran
Matematika Di SLTP. Makalah tidak dipublikasikan.
Kantohe, Elisabeth. 2013. Penggunaan Alat Peraga Papan Geometri dengan
Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Luas Belah Ketupat dan Layang-layang. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 01
Resnick, Lauren dan Ford, Wendy W. 1981. The Psychology of Mathematics for
Instruction. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung : Tasito
Sadiman, Arief S dkk. 1993, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatan. Jakarta : Rajawali
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan . Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sundayana, Rostina. 2015. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika. Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai