Anda di halaman 1dari 41

Mata kuliah : Keterampilan Dasar Praktek Klinik

Topik : Kebutuhan Dasar Manusia


Sub Topik : 1. Prinsip dasar kebutuhan manusia
2. Kebutuhan psikososial
3. Kebutuhan fisik
Waktu : 2x2x50’ menit
Dosen : Gina Muthia, S.Si.T

Objektif Perilaku Siswa

Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat ;


1. Menjelaskan tentang prinsip dasar kebutuhan manusia, kebutuhan psikososial dan
kebutuhan fisik

Referensi

1. Alimul, Aziz & Musrifatul Uliyah. 2005. “Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta : EGC
2. Kusmiyati Y. 2010. “Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan” (BU 2).
Jogjakarta: Fitramaya
3. Mubarak, Wahid dan Chayatin. 2008. “Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia”. Gresik: EGC
4. Perry dan Potter. 2005. “Buku Ajar Fundamental Keperawatan”. Volume 1. Jakarta: EGC
5. Kozier. 2010. “Buku Ajar Fundamental Keperawatan”. Volume 1. Jakarta: EGC
6. Uliyah, Musrifatul dan Alimul. 2008. “Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Untuk Kebidanan Edisi 2”. Jakarta: Salemba Medika
Uraian Materi

PRINSIP DASAR KEBUTUHAN MANUSIA

HOMEOSTASIS DAN HOMEODINAMIK


A. Homeostasis
Homeostasis adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus untuk
memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostasis merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
dalam menghadapi berbagai kondisi yang di alaminya. Proses homeostasis ini dapat
terjadi secara alamiah apabila tubuh mengalami stres.
Homeostasis terdiri atas homeostasis fisologis dan psikologis .dalam tubuh mnausia
homeostasis fisiologis dapat di kendalikan oleh sistem endokrin dan sistem saraf
otonom. Proses homeostasis fisiologis ini terjadi melalui empat cara sebagai berikut ;
1. Pengaturan diri (self regulation); secara otomatif cara ini terjadi pada orang yang
sehat, seperti pengaturan fungsi organ tubuh
2. Kompensasi; tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam
tubuh sebagai contoh pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat
tubuh mengalami ancaman, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu
tubuh, serta penyempitan pembuluh darah perifer dan terangsangnya pembuluh
darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan yang dapat menghasilkan panas
(misalnya mengigil) sehingga suhu tubuh tetap stabil apabila lingkungan menjadi
dingin secara tiba- tiba.
3. Umpan balik negatif; cara ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam
keadaan abnormal, tubuh secara otomatif akan melakukan mekanisme umpan balik
negatif untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi. Contoh apabila tekanan
darah meningkat akan meningkatkan baroceptor kemudian akan menurunkan
rangsangan pada simpatik yang meningkatkan para simpatik, menurunkan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi terjadi dilatasi pembuluh darah dan akhirnya
menurunkan tekanan darah sampai keadaan normal melalui feedback mekanisme.
4. Umpan balik positif; untuk mengoreksi ketidak keseimbanagan fisiologis. Sebagai
contoh terjadinya proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan
oksigen yang cukup ke sel tubuh apabila seseorang mengalami hipoksia, kondisi
mekanisme tubuh tersebut terkait dengan kondisi dalam keadaan sakit .

Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan


mental. Proses ini di dapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta
di pengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contohnya adalah mekanisme
pertahanan diri seperti menangis , tertawa, berteriak, memukul, meremas, mencerca
dan lain lain.
Dengan demikian pada intinya proses homeostasis adalah keseimbangan dalam
tubuh. hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Input output

homeostasi
s

(Aziz Alimul, 2008)

B. Homeodinamik
Homeodinamik merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan
sekitarnya terus menerus. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan
penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu
mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang
merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki karakter yang berbeda beda, proses
hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dapat di pengaruhi dan
mempengaruhi, serta memiliki keunikan tersendiri. Dalam proses homeodinamik
terdapat beberapa prinsip menurut teori Rogers sebagai berikut ;
1. Prinsip integral, yaitu prinsip utama dalam hubungan yang tidak dapat di pisahkan
antara manusia dan lingkungan. Perubahan proses kehidupan ini secara terus terus
menerus karena adanya interaksi yang saling mempengaruhi antara manusia dan
lingkungan.
2. Prinsip resonansi yaitu prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama
dan frekuensinya bervariasi karena manusia memiliki pengalaman dalam
beradaptasi dengan lingkungan
3. Prinsip helicy yaitu, prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan
manusia berlangsung perlahan lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan
lingkungan
(Aziz Alimul, 2008)

KONSEP KEBUTUHAN DASAR PADA MANUSIA


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur -unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow


Abraham Maslow mengemukakan teori hierarki kebutuhan yang menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa
aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan harga diri, serta kebutuhan
akktualisasi diri
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia antara lain
pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan(minuman), nutrisi
(makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktifitas, keseimbangan suhu tubuh, serta
seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis:
a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup
seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan lain lain.
b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang
baru dan asing, misalnya kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah
pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan
orang lain dan lain lain.
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan memilik dan dimiliki antara lain memberi serta
menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga
serta kelompok sosial dan lain lain.
4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan di hargai oleh orang lain,terkait dengan
keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi , rasa percaya diri,
kemerdekaan diri, selain itu orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain
5. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hirarkie maslow
berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain / lingkungan serta mencapai
potensi diri sepenuhnya.

AKTUASAI
DIRI

KEBUTUHAN HARGA DIRI

KEBUTUHAN RASA CINTA MEMILIKI DAN


DIMILIKI

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGN

KEBUTUHAN FISIOLOGIS

(Aziz Alimul, 2008)


Ciri Kebutuhan Dasar Pada Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya setiap
orang memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya maka
kebutuhan tersebut pun ikut berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia
menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada, apabila gagal memenuhi kebutuhannya
manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Manusia


Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai
berikut:
1. Penyakit , adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan, baik secara fisiologis maupun secara psikologis, karena beberapa fungsi
organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih besar dari biasanya
2. Hubungan keluarga, hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada
rasa curiga dan lain lain
3. Konsep diri, konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Konsep diri yang positif memberi makna dan keutuhan (Wholeness) bagi seseorang.
Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri orang yang merasa
positif tentang dirinya dimana ia akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan
dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
4. Tahap perkembangan
a. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan
b. Berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses pematangan dengan aktifitas yang
berbeda pada setiap tahap perkembangan
c. Setiap tahap tersebut memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda, baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spritual.
(Aziz Alimul, 2008)
KONSEP SEHAT SAKIT
A. Sehat
Sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan
tidak semata terbebas penyakit atau kelemahan. Sebagian besar orang mendefinisikan
dan menggambarkan sehat sebagai berikut
1. Bebas dari gejala penyakit dan nyeri sebanyak mungkin
2. Dapat aktif dan melakukan apa yang diinginkan dan harus
dilakukan
3. Selalu bersemangat
(Kozier, 2010)

Menurut Kozier (2010) variabel yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan adalah


1. Variabel internal
a. Dimensi biologi : susunan genetik mempengaruhi karakteristik biologis,
temperamen dalam diri, tingkat aktivitas dan potensi intelektual. Jenis kelamin
mempengaruhi penyebaran penyakit, beberapa penyakit genetik dan yang
didapat lebih sering terjadi pada satu jenis kelamin dibanding yang lain. Usia
juga merupakan faktor yang penting, penyebaran penyakit bervariasi disetiap
usia. Tingkat perkembangan sangat berpengaruh pada status kesehatan
b. Psikologi : interaksi pikiran tubuh dapat berpengaruh positif atau negatif pada
status kesehatan. Respons emosi terhadap stress mempengaruhi fungsi tubuh.
Reaksi emosi juga terjadi sebagai respons terhadap kondisi tubuh. Misalnya
seseorang yang didiagnosis menderita penyakit terminal mungkin mengalami
ketakutan dan depresi
c. Kognitif : gaya hidup adalah cara hidup seseorang secara umum termasuk
kondisi kehidupan dan pola perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor
sosiokultural dan karakteristik personal. Pilihan gaya hidup dapat berdampak
positif maupun negatif pada kesehatan. Kepercayaan spiritual dan agama sangat
berpengaruh pada perilaku sehat
2. Variabel eksternal
a. Lingkungan : masyarakat
semakin sadar lingkungan dan menyadari pengaruh lingkungan tersebut
terhadap kesehatan dan derajat kesejahteraan mereka. Lokasi geografis
menentukan iklim dan iklim mempengaruhi kesehatan, radiasi, efek rumah kaca,
pestisida dan zat kimia yang digunakan untuk mengontrol guma dan penyakit
tanaman dapat mempengaruhi kesehatan
b. Standar hidup : standar hidup
individu (tercermin dalam pekerjaan, penghasilan dan pendidikan) berkaitan
dengan kesehatan, morbiditas dan mortalitas
c. Keluarga dan kepercayaan
budaya : keluarga mewariskan pola kehidupan dan gaya hidup sehari-sehari
pada keturunan mereka. Kesehatan emosi bergantung pada lingkungan sosial
yang bebas dari ketergantungan berlebihan dan tidak mengucilkan seseorang
dari orang lain. Tiap budaya memiliki gambaran yang berbeda tentang sehat dan
ini biasanya diwariskan dari orang tua kepada anaknya
d. Jaringan dukungan sosial :
memiliki jaringan dukungan dan kepuasan kerja membantu orang menghindari
sakit

B. Sakit
Sakit merupakan kondisi yang sangat personal yang ditandai dengan gangguan
fungsi fisik, emosi, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual
Penyakit adalah gangguan pada fungsi tubuh yang mengakibatkan penurunan
kemampuan atau pemendekan masa harapan hidup normal
Penyebab penyakit disebut etiologi penyakit. Gambaran etiologi penyakit meliputi
identifikasi semua faktor penyebab yang bekerjasama menimbulkan penyakit tertentu.
Sakit akut biasanya ditandai dengan gejala berat dengan waktu yang relatif pendek.
Gejala sering kali muncul tiba-tiba dan cepat ada dan bergantung pada penyebabnya,
dapat membutuhkan intervensi dari tenaga kesehatan atau tidak. Sakit kronis adalah
sakit yang berlangsung lama, biasanya 6 bulan atau lebih dan sering kali seumur hidup
individu tersebut
(Kozier, 2010)
Menurut Suchman (1979) dalam Kozier (2010) menguraikan lima tahap
1. Kemunculan gejala, pada tahap ini individu merasa ada yang tidak beres. Orang
yang sakit biasanya berkonsultasi dengan orang lain tentang gejala atau yang
dirasakannya, pada tahap ini orang yang sakit mungkin mencoba pengobatan
buatan rumah
Aspek yang ada pada tahap ini adalah
a. Kemunculan gejala fisik
b. Aspek kognitif (penafsiran gejala, apakah gejala bermakna bagi orang tersebut)
c. Respons emosi (misal ketakutan atau ansietas
2. Asumsi peran sakit, saat ini individu mengemban peran sakit dan memastikan
dengan keluarga dan teman. Sering kali individu melanjutkan pengobatan sendiri
dan menunda kontak dengan tenaga kesehatan selama mungkin
3. Kontak dengan asuhan medis, individu yang sakit mencari bantuan tenaga
kesehatan atas insiatif sendiri maupun didesak oleh orang terdekatnya
Jenis informasi yang dicari adalah
a. Kepastian benar-benar sakit
b. Penjelasan gejala dalam istilah yang dapat dipahami
c. Kepastian bahwa mereka akan baik-baik saja atau prediksi hasil yang akan
terjadi
4. Peran ketergantungan klien, setelah menerima kondisi sakit dan mencari
pengobatan, klien menjadi bergantung terhadap bantuan para profesional.
Kebanyakan individu menerima ketergantungan mereka pada dokter, meskipun
mereka masih mengatur sebagian kehidupan mereka. Bagi sebagian klien, sakit
dapat memenuhi kebutuhan ketergantungan yang belum terpenuhi sebelumnya
sehingga menimbulkan kepuasan. Sebagian lain mempunyai kebutuha
ketergantungan minimal dan melakukan segala cara untuk kembali berfungsi
mandiri. Sebagian kecil bahkan berusaha mempertahankan kemandirian hingga
mengganggu kesembuhannya
5. Pemulihan atau rehabilitasi, pada tahap ini klien diharapkan melepaskan peran
ketergantungan dan kembali mengemban peran dan tanggung jawab yang dimiliki
sebelumnya
Efek Sakit
Sakit menimbulkan berbagai perubahan baik pada individu yang sakit maupun pada
keluarganya yang bergantung pada sifat, keparahan, dan lama sakit, sikap terkait sakit
yang ditunjukkan klien dan orang lain, tuntutan finansial, perubahan gaya hidup yang
ditimbulkan
1. Dampak pada klien, klien yang sakit dapat mengalami perubahan perilaku dan emosi,
perubahan konsep diri dan citra tubuh dan perubahan gaya hidup. Perubahan
perilaku dan emosi yang terkait dengan sakit jangka pendek biasanya ringan dan
cepat. Sakit tertentu dapat mengubah citra tubuh atau penampilan fisik klien,
terutama bila ada jaringan parut yang parah atau kehilangan ekstremitas atau organ
indra tertentu. Harga diri dan konsep diri klien dapat terganggu. Individu sakit juga
rentan kehilangan otonomi, keadaan mandiri dan mampu mengarahkan diri tanpa
kendali dari luar. Sakit sering kali mengharuskan perubahan gaya hidup. Selain
mengikuti terapi dan minum obat, orang sakit perlu mengubah diet, aktivitas dan
latihan fisik dan pola tidur dan istirahat
2. Dampak pada keluarga
a. Perubahan peran
b. Pembagian tugas baru dan tuntutan waktu yang makin besar
c. Peningkatan stress akibat ansietas terhadap hasil sakit bagi klien dan konflik
akibat tanggung jawab yang tidak biasa dikerjakan
d. Masalah finansial
e. Kesepian akibat perpisahan dan kehilangan yang belum pasti
f. Perubahan kebiasaan sosial
(Kozier, 2010)

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

HAK KLIEN
Pengertian
Hak adalah tuntutan terhadap yang seseorang berhak, seperti kekuasaan atau hak
istimewa (Fagin,1975 dalam Aziz Alimul 2005 ). Hak dapat dilihat dari sudut pandang pribadi
dan hukum. Dari sudut pandang hukum adalah : hak-hak memberi kekuasaan tertentu
untuk mengontrol situasi, contoh seseorang mempunyai hak untuk masuk ke sebuah
restoran dan makan.
Dari sudut pandang pribadi adalah mengacu pada konsep pribadi dari hak mempunyai
banyak hal yang harus dikerjakan sesuai dengan perkembangan etis. Dengan cara seseorang
mengatur kehidupannya dengan keputusan yang dibuatnya dan dengan konsep benar dan
salah, serta baik dan buruk. (Fromer, 1981 dalam Aziz Alimul 2005)

Peranan Hak
1. Hak dapat digunakan untuk mengekspresikan kekuasaan dalam konflik antara
seseorang dengan kelompok.
2. Hak dapat digunakan untuk menjustifikasi tindakan
3. Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan.
(Aziz Alimul, 2008)

Hak Hak Pasien


Hak manusia merupakan bagian dari hak manusia, mengingat hak merupakan tuntutan
secara rasional dalam situasi tertentu. Setiap manusia mempunyai hak untuk di hargai
sebagai manusia. Beberapa hak pasien dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil,memadaidan berkualitas
2. Hak untuk diberikan informasi
3. Hak untuk di libatakan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan
perawatan
4. Hak untuk di berikan informed consent
5. Hak untuk menolak suatu connsent
6. Hak untuk mengetahui nama dan status teanga kesehatan yang menolong
7. Hak untuk mempunyai pendapat
8. Hak untuk di perlakukan secara hormat
9. Hak untuk konfidenlitas memperoleh kerahasiaan memperoleh kerahasiaan termasuk
privasi .
10. Hak untuk memperoleh integritas tubuh
11. Hak untuk konpensasi terhadap cidera yang tidak ilegal
12. Hak untuk mempertahankan kemuliaan
(Aziz Alimul, 2008)

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI)


Pengertian Nyeri
Mc. Coffery (1979) à suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri
dapat diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya
Wolf Weifsel Feurst (1974) à suatu perasaan menderita secara fisik & mental atau perasaan
yang bisa menimbulkan ketegangan
Artur C. Curton (1983) à suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak
sehingga individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak & diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis maupun emosional
(Aziz Alimul, 2008)

Tipe Nyeri (Kozier, 2010)


1. Nyeri akut; nyeri hanya berlangsung selama periode pemulihan yang telah digambarkan
2. Nyeri kronik; berlangsung lama, biasanya bersifat kambuhan atau menetap selama 6
bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh

Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik


Nyeri Akut Nyeri Kronik
 Ringan sampai berat  Ringan sampai berat
 Respon sistem saraf simpatik  Respons sistem saraf parasimpatik
Peningkatan denyut nadi Tanda-tanda vital normal
Peningkatan frekuensi pernafasan Kulit kering, hangat
Peningkatan tekanan darah Pupil normal atau dilatasi
Diaforesis
Diatas pupil
 Berhubungan dengan cedera jaringan:  Terus berlanjut setelah penyembuhan
hilang dengan penyembuhan
 Klien tampak gelisah dan cemas  Klien tampak depresi dan menarik diri
 Klien melaporkan rasa nyeri  Klien seringkali tidak menyebutkan rasa
nyeri kecuali ditanya
 Klien menunjukkan perilaku yang  Perilaku nyeri sering kali tidak muncul
mengindikasikan rasa nyeri: menangis,
menggosok area nyeri, memegang area
nyeri

Berdasarkan asalnya nyeri dapat dibagi atas


1. Nyeri kutaneus: berasal di kulit atau jaringan subkutan
Contohnya: teriris kertas yang menyebabkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar
2. Nyeri viseral: berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium dan
toraks. Nyeri viseral sering kali disebabkan oleh peregangan jaringan, iskemia atau
spasme otot
3. Nyeri somatik profunda: berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh darah dan
saraf

Berdasarkan tempat dirasakannya nyeri, nyeri dapat dibagi atas


1. Nyeri menjalar dirasakan di sumber nyeri dan meluas ke jaringan-jaringan disekitarnya,
misalnya nyeri jantung tidak hanya dapat dirasakan di dada tetapi juga dirasakan
disepanjang bahu kiri dan turun ke lengan
2. Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan di satu bagian tubuh yang cukup jauh dari
jaringan yang menyebabkan nyeri. Misalnya nyeri yang berasal dari sebuah bagian
visera abdomen dapat dirasaakan di suatu area kulit yang jauh dari organ yang
menyebabkan rasa nyeri
3. Nyeri tak tertahankan adalah nyeri yang sangat sulit untuk diredakan. Contohnya nyeri
akibat keganasan stadium lanjut
4. Nyeri neuropatik adalah nyeri akibat kerusakan sistem saraf tepi atau sistem saraf pusat
di masa kini atau masa lalu dan mungkin tidak mempunyai sebuah stimulus seperti
kerusakan jaringan atau saraf untuk rasa nyeri
5. Nyeri bayangan yaitu sensasi rasa nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang telah
hilang misalnya kaki yang telah diamputasi atau yang lumpuh akibat cedera tulang
belakang

Stimulus Nyeri
1. Trauma pada jaringan tubuh misal: karena bedah, akibat terjadinya kerusakan jaringan
& iritasi secara langsung pada reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh misal: karena edema, akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan misal: terjadi blokade pada arteria koronaria yang menstimulasi
reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik

Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


1. Arti nyeri; sebagian individu memberikan arti nyeri sebagai arti yang negatif seperti :
membahayakan, merusak dll. Faktor yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin,
lingkungan, pengalaman & sosial kultural
2. Persepsi nyeri ; merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pd korteks (pd
fungsi evaluatif secara kognitif)
3. Toleransi nyeri
Faktor yang mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri : alkohol, obat-obatan, dll
faktor yang menurunkan toleransi : kelelahan, rasa marah, bosan dll
4. Reaksi terhadap nyeri ; seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis & menjerit.
Faktor yang mempengaruhi yaitu arti nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya dll

KEBUTUHAN FISIK

PERSONAL HYGIENE
Pengertian
Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis
(Mubarak, 2008).

Tujuan Personal Hygiene


1. Untuk mempertahankan perawatan diri baik
secara sendiri maupun dengan bantuan
2. Untuk memelihara kebersihan diri
3. Menciptakan keindahan
4. Meningkatkan derajat kesehatan individu
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun
orang lain
5. Menciptakan penampilan yang sesuai
dengan kebutuhan kesehatan
6. Dapat melatih hidup sehat/bersih dengan
memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene


1. Budaya
Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat individu sakit
tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya
2. Status sosial-ekonomi
Sumber keuangan individu akan berpengaruh pada kemampuannya mempertahankan
hygiene personal yang baik, karena untuk melakukan hygiene personal yang baik
dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti kamar mandi, peralatan mandi
yang tentunya membutuhkan biaya
3. Agama
Agama juga berpengaruh pada keyakinan seseorang dalam melaksanakan kebiasaan
sehari-hari seperti dalam agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk selalu menjaga
kebersihan karena kebersihan itu sebagian dari iman
4. Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu
Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri orang
tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan itu penting
dalam meningkatkan status kesehatan individu. Contoh, agar terhindar dari penyakit
kulit, kita harus mandi dengan bersih setiap hari
5. Status kesehatan
Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan individu
6. Kebiasaan
Ini berkaitan dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk tertentu
dalam melakukan perawatan diri, misalnya menggunakan shower, sabun padat,
shampo dan lain-lain
7. Cacat jasmani/mental bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri

Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Tempat :


1. Perawatan diri pada kulit

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari
berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup)
dalam mempertahankan fungsinya.
2. Perawatan diri pada kuku dan kaki

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam


mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh
melalui kuku.
3. Perawatan diri pada rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu.
Indikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok,
sebagai akibat gizi kurang.
4. Perawatan diri pada mulut dan gigi

Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab
berbagai kuman dapat masuk melalui organ ini. Banyak organ yang berada dalam mulut
seperti oro faring, kelenjer paratiroid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual, kelenjar
submaksilaris dan lidah.
5. Perawatan diri pada alat kelamin perempuan

Merupakan perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak
didepan simpisis pubis, labia mayora: dua lipatan besar yang berbentuk vulva, labia
minora : dua lipatan kecil diantara labia mayora, klitoris: sebuah jaringan erektil yang
serupa dengan penis laki-laki. Kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti
uretra, vagina, perenium dan anus.

AMBULASI DAN MOBILITAS


Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah
tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. (Aziz Alimul, 2008)

JENIS MOBILITAS
1. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga
dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas, dan tidak
mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah
tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi
sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf yang reversibel. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,
paraplegi karena cedera tulang belakang, dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
(Aziz Alimul, 2008)
Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya :
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang, karena
gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit / injuri
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi system tubuh. Sebagai contoh orang yang menderita fraktur
femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Sebagai
contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit)
karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat energi seseorang
Energi adalah sumber melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas
dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.
(Aziz Alimul, 2008)

Rentang Gerak
Proses mobilisasi klien berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan, latihan dan toleransi
aktivitas, serta kesejajaran tubuh. Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan
yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh : sagital, frontal dan
transversal. Ketika mengkaji rentang gerak, tanyakan dan observasi dalam pengumpulan
data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang
tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit,
ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya
imobilisasi. Latihan tersebut yaitu latihan rentang gerak pasif. Dengan menggunakan setiap
sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.

Gaya Berjalan
Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan untuk membuat kesimpulan
tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.

Latihan dan Toleransi Aktivitas


Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningkatkan kesehatan
dan meningkatkan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan sebagai terapi membetulkan
deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke status kesehatan maksimal. Jika
seseorang latihan, maka akan terjadi perubahan fisiologis dalam sistem tubuh.
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan
seseorang.

Kesejajaran Tubuh
Tujuan dari pengkajian tubuh adalah :
1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur
tubuh yang buruk.
3. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengobservasi posturnya.
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kesejajaran
tubuh yang benar.
5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
6. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Berdiri Duduk

Berbaring

Prinsip Penatalaksanaan Mobilitas Terbatas


Imobilisasi
Imobilisasi mengacu kepada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan sebagai suatu keadaan ketika individu
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan
gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu
eksternal (misal gips atau traksi rangka), pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan
fungsi motorik.
Tirah baring merupakan suatu intervensi di mana klien dibatasi untuk tetap berada di
tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Klien dalam kondisi bervariasi dimasukkan ke dalam
kategori tirah baring. Lamanya tirah baring tergantung penyakit atau cedera dan status
kesehatan klien sebelumnya.

Pengaruh Fisiologis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan tersebut tergantung umur klien, dan kondisi kesehatan secara
keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami.
1. Perubahan Metabolik
Sistem endokrin, merupakan produksi hormon-sekresi kelenjar, membatu
mempertahankan dan mengatur fungsi fital seperti : respons terhadapt stres dan
cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, homeostasis ion dan
metabolisme energi. Ketika cedera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu
serangkaian respons yang bertujuan mempertahankan tekanan darah dan memelihara
hidup.
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik :
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan.
2. Perubahan Sistem Respiratori
Klien pascaoperasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi paru-paru.
Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah atelektasis dan pneumonia hipostatik.
Komplikasi ini sama-sama menurunkan oksigenasi, memperlama penyembuhan dan
ketidaknyamanan klien.
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada tiga perubahan utama
yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan trombus.
Pada klien imobilisasi, terjadi penurunan sirkulasi volume cairan, pengumpulan darah
pada ekstremitas bawah dan penurunan respons otonom. Jika beban kerja meningkat
maka konsumsi oksigen juga meningkat. Oleh karena itu jantung bekerja lebih keras dan
kurang efisien selama masa istirahat yang lama. Jika imobilisasi meningkat maka curah
jantung menurun, penurunan efisiensi jantung yang lebih lanjut dan peningkatan beban
kerja.
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan,
penurunan masa otot, atrofi dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan
mobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium
dan gangguan mobilisasi sendi.
Penurunan mobilisasi dan gerakan mengakibatkan kerusakan muskuloskeletal yang
besar, yang perubahan patofisiologi utamanya adalah atrofi. Atrofi adalah suatu
keadaan yang dipandang secara luas sebagai respons terhadap penyakit dan penurunan
aktivitas sehari-hari, seperti respons pada imobilisasi dan tirah baring.

ISTIRAHAT DAN TIDUR


Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan
tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya.

Konsep Dasar
A. Pengertian istirahat
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga berhenti sejenak kondisi yang
tersebut membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam
setelah melakukan kerja keras atau suatu keadaan untuk melepaskan lelah bersantai
untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala apa yang
membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan.
Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar
B. Pengertian tidur
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sensual atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan
tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri
adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan
proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Tidur adalah suatu keadaan relaif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang menyatakan fase kegiatan
otak dan badaniah yang berbeda.

Karakteristik Istirahat
Terdapat beberapa karakteristik istirahat. Narrow (1967) dikutip Perry dan Potter (1997)
dalam Aziz Alimul (2008) mengemukakan ada enam karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat, di antaranya :
1. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi
2. Merasa diterima
3. Mengetahui apa yang sedang terjadi
4. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
5. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat
terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat
diatasi, adanya pengawasan dan penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga dapar memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria
tersebut di atas, maka kebutuhan istirahatnya belum terpenuhi sehingga diperlukan
tindakan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya
mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba
meringankannya jika memungkinkan.
Pasien yang mempunyai perasaan yang tidak diterima tidak mungkin dapat beristirahat
dengan tenang. Oleh sebab itu maka bidan harus sensitif terhadap kekhawatiran pasien.
Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi adalah keadaan lain, yang penting agar
dapat beristirahat. Adanya ketidaktahuan akan menimbulkan kecemasan dengan tingkat
yang berbeda-beda dan dapat menimbulkan gangguan pada istirahat pasien. Bidan harus
membantu memberikan penjelasan kepada pasiennya.
Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien dilibatkan
dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan sehingga pasien merasa
diterima dan merasa dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien akan
merasa aman jika ia mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan sesuai dengan yang
diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat bantuan tidak akan
dapat beristitahat, sehingga bidan harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak
merasa terisolasi dengan cara melibatkan keluarga dan teman-teman pasien. Keluarga dan
teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dengan cara
membantu pasien dalam tugas sehari-hari dan membantu pasien dalam mengambil
keputusan yang sukar.

Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin
kardiovaskuler, respirasi dan musculoskeletal (Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk
aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG)
dan Electrooculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Reticular Activating System (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel
kusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus dari
korteks serebri (emosi, proses pikir).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya epinephrine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum
serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing
regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang
diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan
system limbiks seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotin yang menyebabkan tidur.

Jenis-jenis Tidur dan Tahapan Tidur


1. Tidur gelombang lambat (Slow wave sleep) / NREM (Non Rapid Eye Movement)
Jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam system pengativasi
retikularis atau disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya
sangat lambat atau disebut tidur NREM. Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam,
istirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan
tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur
dengan gelombang delta. Ciri lainnya berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan
darah menurun, Frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi
berkurang, metabolisme turun.
Perubahan selama proses NREM tampak melalui electroensephalografi dengan
memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur. NREM, yaitu pertama,
kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase
rendah; kedua, istirahat tenang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa; ketiga, tidur
ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang
bervoltase rendah; dan keempat, tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang
delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik
Tahapan tidur jenis NREM :
a. Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut :
rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari
samping ke samping, frekuensi nadi dan dan nafas sedikit menurun, dapat bangun
segera, tahap ini berlangsung selama 5 menit.
b. Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri
sebagai berikut : mata pada umumnya menutup, denyut jantung dan frekuensi nafas
menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek
dan berakhir 10-15 menit
c. Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas dan
proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya dominasi sistem saraf
parasimpatis sulit untuk bangun.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernafasan turun, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat,
sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.

2. Tidur Paradoks / tidur REM (rapid eye movement)


Jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak
meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti atau disebut dengan
jenis tidur paradoks atau tidur REM. Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam
yang terjadi selama 5 – 20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-
100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat
bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivitasi retikularis
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur,
tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan
metabolisme meningkat
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori dan adaptasi

Secara umum siklus tidur normal adalah sebagai berikut :

Bangun (pratidur)
NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Fungsi dan Tujuan Tidur


Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga
bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu,
stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun
aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang
penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran
dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh
tersebut selama tidur.

Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkembangan. Berikut
kebutuhan tidur manusia :
UMUR TINGKAT JMLH KBTHAN
PERKEMBANGAN TIDUR
0 – 1 bulan Bayi baru lahir 14 – 18 jam/hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa 7 – 8 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat
menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah isirahat
sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat mempengaruhinya adalah :
1. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat
memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama
infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan sehingga penderitanya
membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan
sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2. Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal terebut terlihat pada seseorang yang
telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih
cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek.
3. Stres Psikologis
Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang
yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk
tidur.
4. Obat
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi
proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan
dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan
kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan
golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi pada seseorang akan mempercepat proses terjadinya
tidur, karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan
protein yang dicerna yang dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya,
kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang
sulit untuk tidur.
6. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses
terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang
dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat
mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat
menimbulkan gangguan proses tidur.

Gangguan / Masalah Kebutuhan Tidur


1. Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik
kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur.
Insomnia terbagi menjadi tigas jenis yaitu :
a. Inisial insomnia yang merupakan ketidakmampuan untuk
jatuh tidur atau mengawali tidur
b. Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur,
karena selalu terbangun pada malam hari
c. Terminal insomnia yang merupakan ketidakmampuan untuk
tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini
kemungkinan besar disebabkan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.

2. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada umumnya lebih dari
sembilan jam pada malam hari, yang disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah
psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati dan gangguan
metabolisme.

3. Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti
somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak yaitu
pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.

4. Enuresis
Merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur atau istilah lain
dikenal dengan nama mengompol. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nokturnal,
mengompol pada waktu tidur dan enuresis diurnal, mengompol pada saat bangun tidur,
enuresis nokturnal umumnya sebagai gangguan tidur NREM

5. Apnea Tidur dan Mendengkur


Mendengkur pada umumnya tidak termasuk gangguan dalam tidur, tetapi mendengkur
yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur disebabkan
adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur
seperti adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot di belakang mulut.
Terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernafas dan bahkan bisa menyebabkan
henti napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar
oksigen dalam darah dapat menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur

6. Narcolepsi
Merupakan keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan, seperti saat seseorang tidur
dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di tengah suatu pembicaraan.
Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis

7. Mengigau
Merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan di luar kebiasaan. Hasil
pengamatan dapat menunjukkan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan
terjadi sebelum tidur REM

8. Gangguan Pola Tidur Secara Umum


Merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai resiko
perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat pada pasien yang
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata
perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap dan mengantuk.
Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transpor oksigen, gangguan
metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut
operasi, terganggu oleh teman sekamar, dan lain-lain.

Mata kuliah : Keterampilan Dasar Praktek Klinik


Topik : Kebutuhan Dasar Manusia
Sub Topik : 1. Memandikan pasien di tempat tidur
2. Mencuci rambut
3. Oral hygiene
4. Vulva hygiene
Waktu : 2x2x50’ menit
Dosen : Gina Muthia, S.Si.T

Objektif Perilaku Siswa


Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat ;
1. Memperagakan tindakan memandikan pasien di tempat tidur, mencuci rambut, oral
hygiene dan vulva hygiene

Referensi

1. Alimul, Aziz & Musrifatul Uliyah. 2005. Kebutuhan dasar manusia. Jakarta : EGC
2. Kusmiyati Y. 2010. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan (BU 2.
Jogjakarta: Fitramaya
3. Mubarak, Wahid dan Chayatin. 2007. “Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia”. Gresik:
EGC
4. Uliyah, Musrifatul dan Alimul. 2008. “Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan Edisi 2”. Jakarta: Salemba Medika

Uraian Materi

MEMANDIKAN PASIEN

A. Pengertian
Merupakan prosedur yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan perawatan diri dengan mandi secara mandiri.

B. Tujuan
1. Untuk menjaga kebersihan tubuh
2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor
3. Memperlancar sistem peredaran darah
4. Menambah kenyamanan pasien
5. Mengurangi bau badan
6. Mendidik klien mengenal kebersihan perorangan.

C. Indikasi
1. Pasien tidak sadar
2. Pasien yang Bed Rest total
3. Klien yang tidak dapat mandi sendiri

D. Prosedur kerja
Persiapan alat
1. Sampiran
2. Ember tempat kain kotor
3. Kain penutup
4. Handscone
5. Waslap
6. Sabun
7. Baskom mandi 2 buah masing – masing berisi air biasa dan air hangat
8. Handuk 2 buah
9. Pakaian pengganti

Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Tutup jendela dan pasang sampiran
4. Atur posisi pasien dengan posisi telentang atau setengah duduk
5. Mencuci muka pasien
a. Handuk bagian atas dibentangkan dibagian kepala
b. Membersihkan mata pasien tanpa menggunakan sabun
c. Mencuci muka dan telinga dengan waslap dan mengeringkan dengan handuk
atas
6. Mencuci lengan
a. Pakaian bagian atas ditanggalkan
b. Handuk diletakkan memajang disisi kanan dan handuk bawah disisi kiri
sehingga menutup bagian depan dan kedua lengan diatas handuk
c. Mencuci lengan dan ketiak, membilas minimal 2 kali
d. Mengeringkan dengan handuk atas
7. Mencuci dada dan perut
a. Kedua lengan dikeataskan dan diletkkan disamping kepala
b. Merubah letak kedua handuk sampai batas leher, dada dan perut dapat dicuci
c. Mencuci dada dan perut serta leher kemudian mengeringkan dengan handuk
d. Menberikan bedak tipis – tipis pada leher, dada dan ketiak.
8. Mencuci punggung
a. Menutup bagian depan dengan handuk bawah
b. Menurunkan celana dalam pasien
c. Menganjurkan pasien untuk miring kekiri
d. Membentangkan handuk memanjang dibawah punggung
e. Mencuci punggung dengan waslap bawah
f. Mengeringkan punggung dengan handuk atas
g. Mengosokkan bedak tipis – tipis
h. Menganjurkan pasien untuk miring kekanan
i. Mencuci punggung, paha dan bokong sebelah kiri ( terakhir anus ) seperti
sebelah kanan
j. Memberikan bedak tipis – tipis
k. Mengenakan pakaian bagian atas
9. Mencuci paha dan kaki
a. Membentangkan handuk dibagian atas sehingga menutupi bagian bawah
b. Handuk bawah memanjang dibawah kaki
c. Mencuci kaki dimulai dari jari, betis , paha dan menyabuninya
d. Membilas dena mengeringkan dengan handuk bawah
10. Mencuci bagian bawah depan
a. Menanggalkan pakaian dalam pasien
b. Handuk bawah melintang dibawah bokong, separoh menutupi bagian atas
c. Mencuci bagian bawah depan dengan waslap
d. Mengeringkan dengan handuk bawah
e. Mengenakan pakaian bawah
11. Menyisir rambut pasien
12. Membereskan alat – alat
13. Mencuci tangan
E. Sikap
1. Beritahu pasien dengan komunikasi yang baik
2. Hati – hati
3. Perhatikan keadaan umum pasien

MENCUCI RAMBUT PASIEN

A. Pengertian

Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan


perawatan diri dengan mencuci dan menyisir rambut.
Mencuci rambut dapat menghilangkan kotoran pada kulit kepala dengan
menggunakan shampoo atau sabun yang kemudian dibilas dengan air bersih sampai
bersih.
B. Tujuan
1. Membersihkan kuman-kuman yang ada pada kulit kepala
2. Menambah rasa nyaman
3. Membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit
4. Memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
5. Memberikan perasaan senang pada klien.
6. Rambut tetap bersih dan terpelihara.

C. Indikasi
1. Pasien dengan rambut berkutu dan berketombe
2. Pasien tidak sadar
3. Pasien dengan bed rest total

D. Kontra Indikasi
1. Alopecia (botak)
2. Sborrheic dermatitis (radang pada kulit rambut)
E. Prosedur Kerja

Persiapan Alat
1. Handuk
2. Pelak pengalas
3. Baskom berisi air hangat
4. Shampo
5. Kassa dan kapas
6. Sisir
7. Bengkok
8. Gayung
9. Ember kosong

Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Tutup jendela dan pasang sampiran
4. Atur posisi pasien dengan posisi telentang atau setengah duduk
5. Setelah posisi tidur lalu letakkan perlak/ pengalas dibawah kepala pasien dan perlak/
pengalas diarahkan kebawah dengan digulung bagian tepi menuju tempat
penampung (baskom)
6. Letakkan baskom dibawah tempat tidur tepat dibawah kepala pasien
7. Tutup telinga dengan kapas
8. Tutup dada dengan handuk sampai leher
9. Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat selanjutnya
menggunakan sampo dan bilas dengan air hangat sambil dipijat
10. Setelah selesai keringkan rambut dan sisir
11. Setelah selesai penutup mata dan telinga dibuka
12. Perlak diangkat dan dimasukkan ke dalam ember
13. Merapikan asien dan alat
14. Mencuci tangan
F. Sikap
1. Beritahu pasien / berkomunikasi dengan klien
2. Hati – hati
3. Perhatikan keadaan umum klien

ORAL HYGIENE

A. Pengertian

Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mempertahankan


kebersihan mulut dan gigi dengan membrsihkan serta menyikat gigi dan mulut secara
teratur.

B. Tujuan
1. Untuk mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut.
2. Membantu menambah nafsu makan.
3. Membri rasa nyaman.
4. Menjaga kebersihan gigi dan mulut.
5. Menghindari bau mulut.

C. Indikasi
1. Pasien tidak sadar
2. Pasien bed rest total
3. Halitosis, bau napas tidak sedap karena adanya kuman dan lainnya.
4. Stomatitis berat
5. Pasien pos operasi bedah
6. Pasien yang patah tulang rahang.

D. Kontra Indikasi
1. Ginggivitas, radang gusi
2. Peridontal, gusi yang mudah berdarah dan bengkak
3. Glostitis, radang lidah
4. Stomatitis, radang mukosa atau rongga mulut

E. Prosedur kerja

Persiapan alat
1. Perlak dan kain pengalas
2. Borak gliserin
3. Gelas kumur berisi air matang
4. Spatel lidah
5. Kain kassa
6. Bengkok
7. Kapas lidi
8. Sikat gigi
9. Pasta gigi
10. Bak instrument
11. Handscone

Cara kerja
1. Jelaskan keada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Tutup jendela dan pasang sampiran
4. Memiringkan kepala pasien diatas pinggir bantal
5. Membuka mulut pasin dengan spatel yang telah dibungkus dengan kassa bersih
( untuk pasien yang tidak sadar )
6. Oleskan pasta gigi ke sikat gigi
7. Membersihkan rahang dengan spatel yang telah dilit dengan kassa ( untuk pasien
tidak sadar )
8. Bersihkan rahang dengan sikat gigi
9. Sela – sela gigi dibersihkan dengan kapas lidi
10. Mengolesi mukosa bibir dan mukosa mulut dengan boraks gliserin
11. Merendam spatel dengan larutan desinfektan kedalam bengkok ( untuk pasien
tidak sadar )
12. Pasien disuruh kumur – kumur dan air bekas kumur dimasukkan kedalam bengkok
13. Mencuci tangan
14. Membereskan pasien

F. Sikap
1. Sabar dan sopan
2. Tidak tergesa gesa
3. Tidak menunjukkan rasa jijik
4. Bekerja dengan hati – hati

VULVA HYGIENE

A. Pengertian
Vulva hygiene merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu membersihkan
vulva sendiri.

B. Tujuan
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva
2. Menjaga kebersihan vulva
3. Memberikan persaan nyaman dan senang pada klien
C. Indikasi
1. Pasien koma
2. Pasien yang tidak dapat membersihkan vulva sendiri
3. Pasien post operasi

D. Prosedur kerja
Persiapan alat
1. Kapas sublimat
2. Kom kapas cebok
3. Selimut mandi
4. Perlak pengalas
5. Sarung tangan
6. Bak instrument
7. Larutan desinfektan (savlon, air DTT)
8. Bengkok

Cara kerja
1. Jelaskan prosedur atau tujuan tindakan kepada pasien
2. Tutup sampiran
3. Dekatkan alat
4. Pasang perlak pengalas
5. Atur posisi pasien dengan posisi telentang dan kedua kaki ditekuk (dorsal
recumbent)
6. Buka pakaian bawah
7. Mencuci tangan
8. Gunakan sarung tangan
9. Bersihkan daerah vulva dengan kapas cebok yang telah dibasahi dengan larutan
desinfektan, kemudian bersihkan labia mayora kanan dan kiri, setelah itu beberkan
labia minora kanan dan kiri, serta vestibulum sampai ke anus. Lakukan masing-
masing dengan 1 kapas dan sekali usap. Hal ini dilakukan hingga bersih.
10. Lepaskan sarung tangan
11. Buka perlak pengalas
12. Bantu klien menggunakan pakaian bawahnya
13. Rapikan dan atur posisi pasien agar nyaman
14. Bersihkan alat-alat dan mencuci tangan
15. Dokumentasikan tindakan

E. Sikap
1. Hati-hati
2. Perhatikan privacy klien
3. Kerja sistematis, efektif, efisien dan bersih

Anda mungkin juga menyukai