Anda di halaman 1dari 10

Nama / NIM : Siti Wahdah / 190105020032

Hari/Tanggal : Rabu/ 3 Maret 2021

Kelas/Prodi : Lokal A/ Perbankan Syariah 2019

Matkul/Dosen : Ekonomi Makro Islam / Patimatu Jahra, S.Ag, M.Si

INFLASI

 Inflasi Dalam Perspektif Islam

Menurut, Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi merupakan


sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan seluruh masyarakat diseluruh
dunia sejak masa dahulu hingga sekarang. Menurutnya, Inflasi terjadi karena
harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus.
Pada saat ini, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen,
karena sangat membutuhkannya mereka (konsumen) harus mengeluarkan lebih
banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama. Al-Maqrizi
mengungkapkan bahwa sejatinya inflasi tidak terjadi karena faktor alam saja
melainkan karena faktor kesalahan manusia. Sehingga berdasarkan faktor
penyebabnya Al-Maqrizi menegaskan bahwa inflasi terbagi menjadi (dua), yaitu
faktor alamiah (Natural inflation) dan inflasi karena kesalahan manusia (Human
Error Inflation).

1. Natural Inflation
Inflasi jenis ini disebabkan berbagai faktor alamiah yang tidak bisa
dihindari umat manusia. Menurut Al-Maqrizi ketika suatu bencana alam
terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil bumi lainnya mengalami
penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelangkaan. Di lain pihak, karena
sifatnya yang sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap
berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga membumbung
tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Al-Maqrizi mengatakan bahwa
inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif
(AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).
2. Human Error Inflation
Selain karena faktor alam inflasi disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh manusia. Inflasi ini dikenal dengan istilah human error
inflationatau False Inflation. Hal ini juga terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar-
Rum : 41 “Telah tampaklah kerusakan di darat dan di laut disebebabkan
kearena perbuatan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”.Menurut Al-Maqrizi inflasi yang terjadi akibat kesalahan manusia
antara lain korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan dan
peningkatan sirkulasi mata uang uang fulus.1

 Kebijakan Islam Dalam Mengatasi Inflasi


1. Abdul Qodim Zallum dalam bukunya sistem keuangan di negara khalifah
mengungkapkan bahwa “ sistem moneter yang berbasis kepada emas dan
perak merupakan satu-satunya sistem moneter yang mampu menyelesaikan
inflasi besar- besaran yang menimpa seluruh dunia, dan mampu mewujudkan
stabilitas mata uang nilai tukar, serta bisa mendorong kemajuan perdagangan
internasional”.
2. Pelarangan impor jika memang produksi dalam negri masih mencukupi.
Hal ini pernah terjadi semasa pemerintahan khalifah Umar ibn Khattab r.a.
Pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya di luar negeri
membeli dari luar negeri lebih sedikit nilainya dari pada yang mereka jual
(positive net export). Adanya positive net export akan menjadikan
keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan

1
Fadilla. “Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam dan Konvensional”. Islamic
Banking, 2(2). (2017), h. 8-12
dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat
akan naik, membuat harga juga naik Solusi yang dilakukan Umar pada
masa itu ,beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-
barang komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya turunya
permintaan agregatif dalam perekonomian. Setelah pelarangan tersebur
berakhir maka tingkat harga kembali normal. 2
3. Dalam perspektif Islam kebijakan fiskal mempunyai peran penting, yaitu
pengaturan pengeluaran pemerintah dan peningkatan atau penurunan tarif
pajak. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan
stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung
dalam aturan Islam yaitu Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan
terwujudnya persamaan dan demokrasi sesuai dengan QS. 59:7.3

 Kebijakan Ekonomi Konvensional Dalam Mengatasi Inflasi


Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan
pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut
bidang moneter , fiskal, dan non moneter.

a. Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk


meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlag uang
yang beredar. Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia
melakukan beberapa kebijakan yaitu,
1) Politik Diskonto yang ditujukan untuk menaikan tingkat bunga
karena dengan bunga kredit tinggi maka aktivitas ekonomi
menggunakan dana pinjaman akan tertahan karena modal
pinjaman menjadi mahal.

2
Adiwarman Azwar. Karim. Ekonomi Makro Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007), h. 14
3
Ahmad Syakir.”Inflasi Dalam Pandangan Islam”. Inflasi Dalam Pandangan Islam, (2015), h. 15-17.
2) Politik pasar terbuka (open market operation), dilakukan dengan
cara menawarkan surat berharga ke pasar modal.
3) Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral
kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada
keputusan dari bank sentral/pemerintah.

b. Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan


finansial (penerimaan dan pengeluaran) pemerintah. Bentuk
kebijakan ini antara lain , Pengurangan pengeluaran pemerintah dan
Menaikan pajak.

c. Kebijakan Non-moneter, adapun kebijkan moneter dapat


dilakukan dengan beberapa cara antara lain menaikan hasil
produksi, kebijakan upah dan pengawasan harga dan distribusi
barang agar harga tidak mengalami kenaikan.
1) Menaikan hasil produksi, cara ini dilakukan pemerintah dengan
membuat prioritas produksi atau memberi bantuan subsidi
kepada sektor produksi bahan bakar dan produksi beras.
2) Kebijakan Upah, kebijakan ini dilakukan tidak lain merupakan
upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian upah tidak
sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan
akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan.4

4
Muhammad Ghofur.. Pengantar Ekonomi Moneter Tinjauan Ekonomi Konvensional dan
Islam, (Yogyakarta : Biruni Press, 2007). h. 135-141
NILAI TUKAR UANG

 Teori Nilai Tukar Uang Konvensional


Nilai tukar uang (Exchange Rates) adalah harga mata uang domestik
dalam mata uang asing, atau sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara
dua mata uang masing-masing negara atau wilayah yang digunakan dalam
berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang
melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
1) Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity), Paritas Daya Beli
adalah suatu kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat
diperdagangkan dalam suatu mata uang seharusnya sama dimana
pun barang itu dibeli.
2) Kebijakan Nilai Tukar Uang, Hanya ada dua negara yang
melakukan perdagangan internasional, yaitu domestik dan asing.
Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat
mengubah penawaran mata uangnya adalah Bank Sentral dari negara
tersebut. Setiap Bank Sentral dapat memilih antara dua rezim
kebijakan nilai tukar yang berbeda, yaitu, Rezim Nilai Tukar Dipagu
(Fixed Exchange Rate Regime) dan Rezim Nilai Tukar Fleksibel
(Flexible Exchange Rate Regime).
3) Rezim Nilai Tukar Dipagu (Fixed Exchange Rate Regime), Dalam
sistem kebijakan ini Bank Sentral suatu negara cukup
mengumumkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata uangnya
terhadap mata uang asing tertentu dimana Bank Sentral bersedia
membeli dan menjual mata uang asing dengan kuantitas berapapun.
4) Rezim Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate Regime),
Rezim ini adalah sistem yang dipakai oleh hampir sebagian besar
negara di dunia pada saat ini. Jika Bank sentral ingin menambah
penawaran uang, Bank Sentral dapat mencetak uang dan kemudian
membeli sesuatu aset (biasanya berbentuk obligasi pemerintah) dan
begitu juga sebaliknya
5) Penawaran Uang dan Nilai Tukar Uang dalam Jangka Pendek.
Keseimbangan dari nilai tukar uang ditentukan dalam pasar
pertukaran uang asing dengan tingkat suku bunga tertentu dan
ekspektasi tentang nilai tukar di masa depan. Kenaikan dalam
penawaran uang akan menurunkan tingkat suku bunga sementara
penurunan penawaran uang akan menaikkan tingkat suku bunga.5
 Teori Nilai Tukar Uang Islam
Dalam ekonomi Islam, aktivitas pertukaran mata uang atau
kurs disebut aktivitas sharf. Dimana aktivitas sharf tersebut hukumnya
mubah. Sharf adalah jual beli atau pertukaran antara satu mata uang
asing dengan mata uang asing lain, seperti rupiah dengan dolar, dolar
dengan yen dan sebagainya (Arifin, 2003). Dalam pertukaran mata uang
atau kurs, harus memenuhi syarat- syarat yang telah ditetapkan sebagaimana
hadist atau dalil kebolehan pertukaran tersebut adalah: “Juallah emas dengan
dengan perak sesuka kalian, dengan (syarat harus) kontan”. (Hr. Imam At-
Tirmidzi, dari Ubadah bin Shamit).Dari dalil tersebut, maka syarat-syarat
dari nilai tukar uang atau kurs antara lain,
1) Harus tunai, tidak dengan cara kredit.
2) Serah terima harus dilaksanakan dalam majelis kontak.
3) Bila dipertukarkan mata uang yang sama harus dalam
jumlah/kuantitas yang sama. Tapi jika dalam pertukaran antara dua
jenis mata uang hanya diisyaratkan kontan dan barangnya sama-
sama ada.6

5
Adiwarman, A. karim. Ekonomi makro islami. (Jakarta: PT Rajagrasindo Persada 2007), h. 158
Teori ekonomi Islam dalam nilai tukar uang yaitu Pertama, dalam
nilai tukar uang, baik di lakukan dalam satu negara ataupun antar negara,
wujud transaksi itu harus jelas, kontan, ada pada saat dilaksanakan transaksi,
dan jenis serta kuantitasnya harus sama (jika dilakukan dalam satu negara
yang mata uang sama atau negara yang mata uangnya berdasar emas dan
perak).

Kedua ,uang bukan komoditas, praktek penggandaan uang dan


spekulasi dilarang, sehingga bentuk-bentuk transaksi maya dapat dihindarkan.
Dalam sistem ekonomi Islam, segala bentuk transaksi maya dilarang, karena
pasar uang akan tumbuh jauh lebih cepat daripada pertumbuhan pasar
barang dan jasa. pertumbuhan yang tidak seimbang akan menjadi sumber
krisis seperti terjadi sekarang. Pelarangan riba pada hakikatnya merupakan
pelanggaran transaksi maya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-
Ruum : 39 yang artinya sebagai berikut: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang
kami berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang- orang yang melipat gandakan (pahalanya).7

 Sejarah Nilai Tukar Uang Di Indonesia


Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai
tukar, yaitu,
1) Sistem kurs tetap (1970-1978) Sesuai dengan Undang-Undang
No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap
kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung
berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga
6
Leni Saleh. “Perubahan Nilai Tukar Uang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal Studi
Ekonomi Dan Bisnis Islam. 1 (1). (2016), h.72-73
7
Leni Saleh. “Perubahan Nilai Tukar Uang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal Studi
Ekonomi Dan Bisnis Islam. 1 (1). (2016), h.75
kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia
melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
2) Sistem mengambang terkendali (1978 - 1997) Pada masa ini, nilai
tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket
of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan
dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem
ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan
membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu.
Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak
melebihi batas atas atau bawah dari spread.
3) Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak
pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin
melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka
mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang ma ka
pemerintah memutuskan untukmenghapus rentang intervensi
(sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut
sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)
pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini
juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi
pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan
kebijakan moneter dalam negeri.8

8
Zainul Muchlas, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar amerika pasca krisis
(2000-2010)”, Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 – 86, h.77,
DAFTAR PUSTAKA
 Materi 1
Fadilla. 2017. Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam dan Konvensional.
Islamic Banking, 2(2) . 8-12. [diunduh 2021 Mar 3] Tersedia pada :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/28
7378-perbandingan-teori-inflasi-dalam-perspek-
fa6cf8e2.pdf&ved=2ahUKEwisy-
Pi4O3uAhXh8HMBHc3rCFsQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw0JTRzKu-
NtGwxCjgvGpq72
Ghofur, Muhammad. 2007. Pengantar Ekonomi Moneter (Tinjauan Ekonomi
Konvensional dan Islam). Yogyakarta : Biruni Press.

Karim, Adiwarman Azwar, 2007, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Syakir, Ahmad. 2015. Inflasi Dalam Pandangan Islam. Inflasi Dalam Pandangan
Islam, 15-17. [diunduh 2021 Mar 3] Tersedia pada :
https://www.researchgate.net/publication/305730452_Inflasi_dalam_Islam

 Materi 2
Adiwarman, A. karim. 2007. Ekonomi makro islami. Jakarta: PT Rajagrasindo
Persada.
Saleh, Leni. “Perubahan Nilai Tukar Uang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal Studi
Ekonomi Dan Bisnis Islam. 1 (1). (2016), h.75[diunduh 2021 Mar 3] Tersedia
pada:https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/lifalah/article/download/475/4
66
Zainul Muchlas, Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar
amerika pasca krisis (2000-2010), Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari
2015: 76 – 86, 77. [diunduh 2021 Mar 3] Tersedia pada : http://repository.uin-
suska.ac.id/19659/9/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf

Anda mungkin juga menyukai