PENDAHULUAN
berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium menurut
histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Tumor ovarium terbagi atas tiga
kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal, yaitu tumor epitelial
ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord-stromal. Kanker ovarium adalah kanker ketujuh
yang paling sering terjadi pada wanita dan penyebab kematian ke delapan yang paling
sering dari kanker pada wanita di dunia Pada 2018 ada 300.000 kasus baru. Berdasarkan
data Globocan 2018, kasus baru kanker ovarium di Indonesia mencapai 13.310 kasus
setiap tahunnya. Jumlah ini mewakili 4,3% dari total kasus kanker baru dan menempati
urutan No. 10 kasus kanker baru terbanyak. Berdasarakan data gambaran penderita
kanker di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang tahun
kanker terbanyak di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes dengan jumlah 93 orang (33,2%).
pertumbuhan yang terkontrol pada kehamilan dan pertumbuhan yang tidak terkontrol
pada keganasan. Tumor ovarium ganas adalah kanker ginekologi kedua yang paling
sering didiagnosis selama kehamilan setelah karsinoma serviks. Kejadian kanker ovarium
0,02-0,38 per 10.000 kehamilan, dan massa ovarium dengan potensi keganasan rendah
adalah 0,11-0,24 per 10.000 kehamilan. Meskipun insiden keganasan ovarium gestasional
rendah, hal ini menjadi tantangan dalam manajemen ibu dan perinatal. Di Indonesia data
mengenai kehamilan dengan keganasan ovarium belum terdokumentasi dengan baik,
terjadi pada usia reproduktif. Dari berbagai jenis keganasan ovarium, jenis sel epitel
terbanyak. Tumor epitel serous memiliki insidensi tertinggi sekitar 70% jenis tumor epitel
origin dan selebihnya subtipe lain yang paling sering mucinous, endometrioid dan clear
cell.
Kehamilan yang terjadi pada wanita yang menderita keganasan ovarium memiliki
PENDAHULUAN
2.1.1 Ovarium
serta melepaskan oosit dan hormon. Ovarium normal memiliki lebar 2,0 cm, panjang 3,5
cm, dan ketebalan 1,0 cm sebanding dengan ukuran bola golf. Biasanya ovarium
ditemukan di dekat tuba falopi di dalam fossa ovarium. Di anterior ovarium adalah
ligamentum umbilikalis medial. Di posterior ada ureter dan arteri iliaka interna. Di atas
ovarium terdapat infundibulum tuba uterus bersama dengan suspensori atau ligamentum
infundibulopelvis, yang merupakan ekstensi posterior ligamentum latum uterus dan juga
membawa arteri dan vena ovarium serta pleksus simpatis dan parasimpatis. Ligamentum
Secara histologi dari luar ovarium terdiri dari lapisan epitel germinal, tunika
albugenia, korteks yang berisi folikel ovarium, dan bagian terdalam yaitu medulla yang
terdiri dari jaringan ikat longgar dan terdapat pembuluh darah utama.
Ovarium memiliki suplai darah ganda dari arteri ovarium dan arteri uterine. Arteri
mesovarium. Arteri ovarium dapat membuat anastomosis dengan arteri uterina di dalam
ligamentum latum. Vena ovarium yang berjalan ke ovarium oleh ligamentum suspensori
pampiniformis. Vena ovarium kiri mengosongkan isinya ke vena ginjal kiri, sedangkan
Ada dua sumber persarafan simpatis pada ovarium; salah satunya melalui pleksus
ovarium. Asal usul pleksus ovarium adalah pleksus ginjal yang juga menginervasi bagian
fundus rahim. Sumber kedua dari persarafan simpatis adalah melalui saraf ovarium
Gambar 1. Ovarium
memproduksi satu folikel dominan yang akan mengalami ovulasi pada setiap siklus
menstruasi. Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari
releasing hormone (GnRH) suatu deka-peptide yang disekresi secara pulsatif oleh
hipotalamus. Pulsasi sekitar 90 menit, mensekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil di
sistem portal kelenjar hipofisis anterior, gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan
hormon glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama fase folikuler dari siklus.
FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid, terutama estrogen oleh sel
granulosa dari folikel matang. LH berperan dalam steridogenesis dalam folikel dan
penting dalam ovulasi yang tergantung pada mi-cycle surge dari LH. Aktivitas siklik
dalam ovarium atau siklus ovarium dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang
ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di
endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase
1. Siklus Ovarium
a. Fase Folikuler
Siklus pertama terjadi dari hari 0-14 dari siklus menstruasi, selama fase ini,
luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini khususnya FSH dapat mempercepat
pertumbuhan 10-20 folikel ovarium primer setiap bulan yang menyebabkan terjadinya
membentuk jumlah reseptor FSH yang semakin banyak, keadaan ini menyebabkan suatu
efek umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel granulose lebih sensitif
terhadap FSH. FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH
sel-sel granulosa sehingga terjadi peningkatan jumlah estrogen. Peningkatan estrogen dan
FSH/LH akan merangsang pertumbuhan folikel lebih banyak lagi. Dimana setiap 1
folikel mengandung 1 ovum tetapi hanya satu folikel yang akan terus tumbuh.
b. Fase Ovulasi
Fase kedua, yaitu fase ovulasi terjadi pada 14 hari setelah menstruasi dimulai.
Pada fase ini, terjadi peningkatan kadar LH yang mengakibatkan pembengkakan folikel
yang berlangsung cepat dan juga terjadi penonjolan pada stigma (daerah kecil pada
bagian tengah kapsul folikel) selama beberapa hari sebelum ovulasi. Setelah
pembengkakan, cairan akan mengalir dari folikel melalui stigma dan sekitar 2 menit
kemudian stigma akan robek yang menyebabkan cairan yang lebih kental akan
mengalami evaginasi keluar. Cairan kental ini membawa ovum bersamanya, yang
dikelilingi oleh massa dari beberapa ratus sel granulose kecil yang disebut korona radiate.
c. Fase Luteal
Fase ketiga yaitu fase luteal. Setelah beberapa jam ovum dikeluarkan dari folikel, sel-sel
granulose dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein yang
Korpus luteum ini mengeluarkan hormon progesterone dan estrogen. Setelah 2 minggu
kemudian, korpus luteum akan berdegenerasi, sedangkan hormon ovarium yaitu estrogen
dan progesteron akan berkurang jumlahnya dan akan terjadi menstruasi. Keadaan ini
diikuti dengan siklus ovarium yang baru. Selama fase luteal, kadar gonadotropin akan
tetap rendah sampai terjadinya regresi korpus luteum pada hari ke 26-28. Bila terjadi
konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak akan mengalami regresi oleh karena
keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas. Namun
bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum akan mengalami regresi dan
2. Siklus Endometrium
a. Fase proliferatif
dibentuk kembali dengan metaplasia sel-sel stroma dan dengan pertumbuhan keluar sel-
sel epitel kelenjar endometrium. Pada fase proliferative dini yang berlangsung antara hari
ke-4 sampai hari ke-7 dengan keadaan endometrium tipis, kelenjarnya sedikit, sempit,
lurus, dilapisi sel kuboid, dan stromanya padat. Pada fase lanjut, proliferasi terjadi
semakin cepat, kelenjar-kelenjar epitelial bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak
lurus terhadap permukaan. Sel-selnya menjadi kolumnar dengan nuklei di basal. Sel-sel
stroma berproliferasi, tetap padat dan berbentuk kumparan. Mitosis terjadi pada kelenjar
dan stroma. Endometrium disuplai oleh arteri-arteri basal di miometrium. Fase ini
diperngaruhi oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel baru yang sedang
b. Fase Sekresi
Fase sekresi Setelah ovulasi, pada saat korpus luteum terbentuk, uterus memasuki
fase sekretorik atau progestasional, yang bersamaan waktunya dengan fase luteal
Progesteron berkerja mengubah endometrium yang tebal menjadi jaringan yang kaya
pembuluh darah dan glikogen. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
c. Fase Menstruasi
Fase ini bersamaan dengan berakhirnya fase luteal ovarium dan permulaan fase
kontraksi ritmik ringan miometrium untuk mengeluarkan darah dan debris endometrium
dari rongga uterus melalui vagina. Menstruasi biasanya berlangsung selama lima sampai
tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase folikel
ovarium
Gambar 5. Siklus Mestruasi
Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium, berdasarkan
konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium menurut histopatologinya
bisa bersifat jinak atau ganas. Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok berdasarkan
struktur anatomi dari mana tumor itu berasal, yaitu tumor epitelial ovarium, tumor germ
2.3 Epidemiologi
Kanker ovarium adalah kanker ketujuh yang paling sering terjadi pada wanita dan
penyebab kematian ke delapan yang paling sering dari kanker pada wanita di dunia. Pada
2018 ada 300.000 kasus baru. Berdasarkan studi baru-baru ini yang mengumpulkan data
dari 1.000 wanita di 39 negara menyatakan bahwa jumlah wanita yang didiagnosis
dengan kanker ovarium kemungkinan akan meningkat menjadi 371.000 kasus baru per
tahun pada tahun 2035. Kanker ovarium menempati urutan ketiga kejadian kanker
ginekologi paling sering setelah kanker serviks dan uterus. Kanker ovarium juga
memiliki prognosis terburuk dan tingkat kematian tertinggi. Meskipun kanker ovarium
memiliki prevalensi yang lebih rendah dibanding kanker payudara, kanker ini tiga kali
lebih mematikan dan diperkirakan bahwa pada tahun 2040 angka kematian kanker
Berdasarkan data Globocan 2018, kasus baru kanker ovarium di Indonesia mencapai
13.310 kasus setiap tahunnya. Jumlah ini mewakili 4,3% dari total kasus kanker baru dan
menempati urutan No. 10 kasus kanker baru terbanyak. Sedangkan jika diurutkan dalam
kategori kanker yang diderita oleh wanita, kanker ovarium menempati urutan No. 3
kanker terbanyak setelah kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia. Sedangkan
tingkat kematiannya, tiap tahun diperkirakan terdapat 7.842 wanita yang meninggal
akibat kanker ovarium, mewakili 4,34% kematian akibat kanker. Kematian akibat kanker
Berdasarkan data laporan Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit periode Januari 2020
yang memuat akumulasi data pasien yang terdiagnosis kanker di RSUP Dr Sardjito dalam
kurun waktu 2008-2017 kanker ovarium umumnya ditemukan pada usia 41-50 tahun
(33,1% atau 403 kasus) dan 51-60 tahun (30,8% atau 777 kasus). Di antara pasien yang
diketahui hasil pemeriksaan jaringannya (30,5% atau 384 kasus), sebagian besar pasien
memiliki hasil pemeriksaan dengan diferensiasi jaringan buruk (61.0% atau 227 kasus).
Gambar 6. Distribusi kasus Kanker Ovarium
RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang tahun 2015-2018 didapatkan jumlah penderita
kanker ovarium menempati urutan ke 2 jumlah kanker terbanyak di RSUD Prof. Dr. W.Z.
a. Usia
Januari 2011-Desember 2012, penderita tumor ovarium terbanyak pada umur 31-50
tahun, sedangkan menurut literature bahwa penderita tumor ovarium banyak ditemukan
pada umur 30-50 tahun dan meningkat dengan cepat sesudah usia 40 tahun, usia puncak
adalah 50-60 tahun. Hal ini disebabkan karena aktivitas ovarium dikontrol oleh
keganasaan ovarium yang meningkat. Pengaruh gonadotropin dapat baik secara langsung
transformasi maligna atau tidak langsung melalui stimulasi produksi ovarium steroid seks
endokrin.
b. Genetik
Factor genetic tueut adil dalam pathogenesis terjadinya kanker ovarium, dimana terjadi
berasal dari kista jinak kemudian bermodifikasi menjadi tumor yang berpotensi
invasive.vpada jenis tumor ini ditemukan mutase dari K-ras, H-ras dan N-ras.
Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 10% penderita kanker ovarium
ternyata memiliki anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama. Umumnya, pasien
yang memiliki sejatah keluarga yang menderita kanker akibat gen mutasi BRCA1 dan
BRCA2 memiliki risiko sangat tinggi menderita kanker ovarium dan diperkirakan
mencapai 50-70% pasien kanker ovarium. Menurut Winata (2014) di FK Udayana bahwa
adanyamutasi gen BRCA berhubungan dengan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar
27-44% dibandingkan dengan risiko terjadinya kanker ovarium pada populasi normal
yakni 1,4%.
Beberapa studi genetik mengungkapkan bahwa adanya riwayat keluarga yang menderita
kanker ovarium atau kanker payudara telah menyebabkan terjadinya mutasi pada gen
BRCA 1 dan BRCA 2. Gen BRCA 1 dan BRCA 2 merupakan gen yang memiliki fungsi
untuk mendeteksi terjadinya kerusakan dalam untai ganda DNA sel, mekanisme kerjanya
adalah berikatan dengan protein RAD51 selama perbaikan untai ganda DNA, dimana gen
ini mengadakan perbaikan didalam inti sel dengan mekanisme rekombinasi homolog
yang berdasarkan dari sel sebelumnya, rekombinasi ini menyesuaikan dengan kromosom
dari sel induk, sehingga kerusakan pada gen ini menyebabkan tidak terdeteksinya
kerusakan gen didalam sel dan sel yang mengalami mutasi tidak dapat diperbaiki
sehingga tumbuh sel yang bersifat ganas yang berpoliferasi menjadi jaringan kanker.
c. Paritas
Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium sehingga menyebabkan produksi
estrogen untuk poliferasi epitel ovarium. Walaupun ada beberapa hipotesis yang
menghubungkan antara paritas dengan kanker ovarium namun etiologi pasritas dengan
kanker ovarium belum begitu jelas. Beberapa hipotesis mengungkapkan bahwa tingginya
paritas justru menjadi faktor protektif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah
adalah hipotesis incessant ovulation yang menyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan kerusakan ini
diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika
sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel tidak
adekuat,maka proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi
transformasi menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita yang
memiliki paritas ≥ 2 kali akan menurunkan risiko terkena kanker ovarium Peningkatan
paritas diduga dapat mengurangi risiko terkena kanker ovarium ini dikaitkan dengan teori
menurunkan paparan ovarium terhadap kemungkinan mutasi gen akibat perbaikan sel
epitel setelah ovulasi yang terus – menerus. Pada masa kehamilan terjadi penghambatan
proses ovulasi dan peningkatan hormon progesteron yang diduga protektif terhadap
kanker ovarium, serta pembersihan sel – sel yang telah mengalami malignansi di
ovarium. Pada masa laktasi juga terjadi peningkatan kadar hormon prolaktin yang
peningkatan paritas juga dikaitkan dengan teori hormon gonadotropin, dimana rendahnya
konsentrasi hormon gonadotropin saat masa kehamilan dan menyusui membuat risiko sel
2.5 Patofisologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari tumor ovarium. Namun
beberapa teori yang digunakan utuk menjelaskan pathogenesis terjadinya tumor ovarium,
Teori incessant ovulation, dimana sel kanker berasal dari epitel permukaan ovarium
sendiri, saat terjadi ovulasi akan terjadi trauma pada epitel permukaan ovarium yang
perlu di reparasi. Selama siklus reproduksi wanita siklus ini akan terus terjdi sehibgga
epitel permukaan ovarium akan rentan mengalami kerusakan DNA dan transformasi.
kedalam stroma dan menjadi kista inklusi. Akibat paparan hormone-hormon ovarium,
kista inklusi tersebut dapat berproliferasi dan jika terjadi kerusakan DNA akan mengarah
Teori inflamasi, hal ini akibat terjadinya paparan karsinogen yang dapat mencapai
ovarium melalui saluran genitalia. Contoh akibat keadaan infeksi radang panggul.
Teori gonadotropin, kadar gonadotropin yang tinggi berkaitan dengan lonjakan yang
terjadi selama ovulasi dan hilangnya negative feedback pada menopause serta kegagalan
Adanya sekresi dari gonadotropin dalam jumlah yang banyak mengakibatkan stimulasi
2.6 Klasifikasi
WHO membagi klasifikasi tumor ovarium menurut gambaran histologi yaitu yang bersala
dari surface epithelial (65%), germ cell, (15%) , sex cord stromal (10%), metastases
(5%). Tumor epitel permukaan diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan jenis sel (serous,
musinous, endometrioid, dll) dan atipia (jinak, borderline [proliferasi atipikal, potensi
ganas rendah] atau ganas; ganas mungkin invasif atau non-invasif). Kebanyakan tumor
o Benign (cystadenoma)
o Benign (cystadenoma)
Endometrioid tumors:
o Benign (cystadenoma)
o Benign
o Borderline tumors
o Brenner tumor
Epithelial-stromal:
o Adenosarcoma
Granulosa tumors:
o Fibromas
o Fibrothecomas
o Thecomas
o Gynandroblastoma
o Teratoma:
Immature
Mature
Solid
o Dysgerminoma
Stadium awal kanker ovarium menunjukan gejala yang minimal, tidak spesifik, atau tidak
ada gejala sama sekali. Pasien mungkin merasakan massa perut. Sebagian besar kasus
didiagnosis pada stadium lanjut. Kanker ovarium muncul dengan berbagai gejala yang samar
o Sembelit
o Pendarahan vagina
o Sesak napas
o Kelelahan
Gejala yang secara independen terkait dengan keberadaan kanker ovarium termasuk nyeri
panggul dan perut, peningkatan ukuran perut dan kembung, dan kesulitan makan atau merasa
kenyang. Gejala yang terkait dengan penyakit stadium lanjut termasuk gejala gastrointestinal
pertumbuhan yang terkontrol pada kehamilan dan pertumbuhan yang tidak terkontrol pada
keganasan.
Tumor ovarium ganas adalah kanker ginekologi kedua yang paling sering didiagnosis
selama kehamilan setelah karsinoma serviks. Kejadian kanker ovarium 0,02-0,38 per 10.000
kehamilan, dan massa ovarium dengan potensi keganasan rendah adalah 0,11-0,24 per
10.000 kehamilan. Meskipun insiden keganasan ovarium gestasional rendah, hal ini menjadi
tantangan dalam manajemen ibu dan perinatal. Di Indonesia data mengenai kehamilan
dengan keganasan ovarium belum terdokumentasi dengan baik, khususnya di RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta. Kehamilan dengan keganasan ovarium terjadi pada usia reproduktif.
Dari berbagai jenis keganasan ovarium, jenis sel epitel merupakan varian paling sering
dan menyumbangkan morbiditas dan mortalitas terbanyak. Tumor epitel serous memiliki
insidensi tertinggi sekitar 70% jenis tumor epitel origin dan selebihnya subtipe lain yang
paling sering mucinous, endometrioid dan clear cell. Keganasan ovarium menjadi jenis
kanker ke-5 yang terdiagnosis selama kehamilan. Meskipun prevalensi EOC rendah pada
wanita usia reproduksi, jenis sel epitel memberikan sekitar 25–50% keganasan ovarium yang
Kehamilan yang terjadi pada wanita yang menderita keganasan ovarium memiliki risiko
2.9 Diagnosa
a. Anamnesis
Perlu ditanyakan gejala-gelaja klinis dan faktor-faktor risiko yang mendukung seperti
adanya onset munculnya perut membesar ataupun munculnya benjolan di perut, perdarahan
dari jalan lahir, siklus menstruasi, berapa usia menarke, nyeri perut khususnya nyeri perut
bagian bawah dan nyeri pelvis, riwayat keluarga dengan kanker ovarium, dan lain
sebagainya.
b. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik jarang ditemukan pada pasien dengan stadium awal. Pasien dengan
penyakit yang lebih parah mungkin datang dengan massa ovarium atau pelvis, asites, efusi
pleura, atau massa abdomen atau obstruksi usus dan gangguan ginjal. Kanker ovarium
c. USG
USG transvaginal dan abdomen adalah teknik pencitraan yang lebih disukai untuk
mengevaluasi massa panggul pada kehamilan, karena aman, dapat dinilai secara luas dan
d. Tumor marker
Dari berbagai macam modalitas ini, CA 125 paling banyak digunakan karena tidak
invasif, relatif murah, dan paling sering digunakan. CA 125 jika digunakan sebagai
marker untuk penapisan mempunyai nilai positif prediktif value yang rendah. Sebagai
mempunyai positive predictive valuesebesar 2,3 %. Hal ini berarti bahwa 50 wanita
2.10 Tatalaksana
Perawatan standar untuk wanita dengan kanker ovarium melibatkan operasi debulking
yang agresif dan kemoterapi. Tujuan dari operasi sitoreduktif adalah untuk memastikan
diagnosis, menentukan tingkat penyakit, dan mereseksi semua tumor yang terlihat.
2.11 Prognosis
Meskipun tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker ovarium telah meningkat
secara signifikan dalam 30 tahun terakhir, prognosis untuk kanker ovarium tetap buruk
secara keseluruhan, dengan tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun sebesar 48,6%.
Prognosis kanker ovarium terkait erat dengan stadium saat diagnosis, [31, 32]
Stage IB - 71%
Stage IC - 79%
Stage IV - 11%
ini. Yang lain telah melaporkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dengan
kelangsungan hidup 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun untuk pasien dengan
Tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk tumor LMP menurut stadium FIGO
berikut:
Stage IA - 93%
Stage IB - 90%
Stage IC - 91%
Stage IV - 30%
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. RM
Umur : 35 tahun
Alamat : Larantuka
Agama : Islam
NO. MR : 54 13 76
RPS: Pasien rujukan dari RSUD Larantuka dengan diagnosis G2P1A0 gravid 28-29
Desember 2020 : Pasien pergi ke dr. SpOG untuk memeriksa kehamilan. Hasil USG
menunjukkan hamil dengan kista pada indung telur sebelah kanan. Dokter menyarankan untuk
segera dirujuk ke Kupang tetapi keluarga masih berunding . Pasien juga mengeluh nyeri perut
Januari 2021 : Perut dirasakan membesar dengan cepat, kedua kaki makin bengkak sehingga
pasien sulit berjalan, serta sesak yang muncul hilang timbul dan memberat bila pasien berbaring.
19 Februari 2021 : Pasien mengeluh sesak yang makin memberat sehingga pasien dibawa ke
RSUD Larantuka. Pasien dirawat selama 1 minggu dan dilakukan punksi ascites dengan volume
± 1800 cc. Setelah itu dilakukan USG kembali dan didapatkan masih terdapat cairan. Pasien
Nyeri kepala (-), kencang-kencang (-), keluar darah dari jalan lahir (-), pandangan berkabur (-),
nyeri ulu hati (-), mual/muntah (-), gerakan janin dirasakan aktif . BAB (+) sulit , BAK (+) nyeri.
Pasien tidak merasakan penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir. Batuk (+) sesekali, lendir
RPD : HT (-), DM (-), Asma (-), Kista Ovarium Sinistra tahun 2019
R. Pengobatan :
RSUD Larantuka :
o Punksi Ascites
o IVFD RL 16 tpm
o SF 1x1
o Kalk 1x1
o Transfusi albumin
• Riwayat Imunisasi : -
• Menarche : 15 tahun
• Riwayat Persalinan :
1. 9 bulan/PKM/Bidan/Spontan/Laki-laki/3200gram/2012/sehat
2. Hamil ini :
HPHT : 07-08-2020
TP : 14-05-2021
UK : 29-30 minggu
• TTV :
• TD : 126/101 mmHg
• S : 36.5°C
• N : 102x/menit
• RR : 26x/menit
• SpO2 : 99%
Status generalis :
• Thoraks :
Wheezing -/-
• Abdomen :
– Inspeksi : Tampak cembung, venektasi (+), bekas luka operasi, pus (+)
– Palpasi : Nyeri tekan (+) regio lumbalis dextra. Shifting dullnes (-). Hepar dan
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), Edema ekstremitas inferior (+/+) pitting setinggi
• Status Obstetri :
• DJJ :-
• HIS :-
• Janin ….
UK : 18-19 minggu
TP : 3-5-2021
BB : 262 gr
Plasenta di corpus
3.4 Terapi
Planning DPJP:
Kaltrofen supp
Boleh MRS di VK
S : Sesak (+), mual (-), muntah (-), batuk (+) sesekali, lendir (-), gerak janin dirasakan aktif (+).
TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 103 x/menit
Suhu : 36,5C
RR : 28 x/menit
Abdomen : Tampak cembung, venektasi (+), bekas luka operasi, pus (-), BU (+),
Laboratorium :
Protein : +3
Darah : +3
A: G2P1-1 29-30 minggu T/H + Neoplasma ovarium kistik (STGO) + Post salfingoooforektomi
sinistra + Ascites + susp.efusi pleura + Hipoalbuminemia + ILO + ISPA + Usia Ibu ≥ 35 tahun +
P:
- Kaltrofen supp
S : Sesak berkurang, batuk (+) sesekali, lendir (-), gerak janin dirasakan aktif (+), nyeri
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 108 x/menit
Suhu : 36,5C
RR : 25 x/menit
o Abdomen : Tampak cembung, venektasi (+), bekas luka operasi, pus (-), BU (+),
Lab DL 01/03/21:
P : Planning DPJP :
o O2 4 lpm
S : Sesak (+), batuk (+) sesekali,, gerak janin dirasakan aktif (+), nyeri pada tempat
pemasangan kateter(+)
O : KU : tampak sakit sedang
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 105 x/menit
Suhu : 36,5C
RR : 26 x/menit
o Abdomen : Tampak cembung, venektasi (+), bekas luka operasi, pus (-), BU (+),
P : Planning
DPJP Obgyn:
o O2 4 lpm
o Konsul TS Paru
Visite Sp.PD :
• Hipoalbuminemia Ringan
• Bronkopneumonia
Visite Sp.JP :
• Bronkopneumonia
Saat ini tidak ada tatalaksana dibidang kardio. Pasien dapat dilakukan tindakan sesuai TS Obgyn
S : Sesak (+), batuk (+) sesekali,, gerak janin dirasakan aktif (+), nyeri pada tempat
pemasangan kateter(+)
TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 111 x/menit
Suhu : 36,3C
RR : 25 x/menit
P : Planning
DPJP Obgyn:
- Konsul Sp.An
- O2 4 lpm
A:
• Congestive Pulmonary
• Bronkopneumonia
P:
Dengan hormat
Durante Operasi : Pada tanggal 04/03/2021 jam 09.03 WITA telah lahir bayi jenis kelamin laki-
laki secara SC + Surgical Staging a.i NOK dengan BBL 1100 gram, PB 38 cm, A/S 1/3/8, BS
28-29 minggu.
S : Pasien tidak sadar , terpasang ventilator
Kesadaran: coma
TTV :
TD : 86/54 mmHg
N : 131 x/menit
Suhu : 35,8C
RR : 12 x/menit
SpO2 : 92%
P : Planning :
Terpasang :Ventilator
Planning DPJP :
IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 3 x1 g IV
Ketorolac 3 x1 amp IV
Kalnex 3 x 500 mg IV
Metoclopramid 3 x 1 amp IV
Omeprazole 2 x 40 mg IV
dr. Sp An
-Matikan Atracurium
-midazolam 1 mg/jam
terapi terapi
Tg Senin, 08 Maret 2021 (ICU) Selasa, 09 Maret 2021 Rabu,10 Maret 2021
l (ICU)
terapi
Tg Kamis, 11 Maret 2021 Jumat , 12 Maret 2021 Sabtu ,13 Maret 2021
l (ICU) (ICU)
terapi
l (ICU) 13.30
DL 08/03/21:
Hb: 8,6 g/dl WBC :
27,19X103/ul
Ht : 27,0% PLT :
47.000/ul
Mcv : 90,3 fl Cr: 4,70
mg/dl
Mch : 28,8 pg Bun : 83,20
mg/dl
P - RJP + Epinefrin
Terpasang :Ventilator
Planning DPJP: sesuai TS
IPD, Paru, Anestesi
- Kumbah Lambung /6
jam
- NGT dialirkan
- Inj. Omeprazole
2x40 mg
- Inj. Metoclopramide
2x10mg (stop)
- Inj.
Methylprednisolon
1x62,5 mg
- Transfusi PRC 1
labu/ hari
+ premedikasi
- Per NGT sucralfat 4x
c II
(paska Kumbah Lambung)
- Transfusi albumin 2,5% 1
botol/ hari
Sp.P:
Pemeriksaan DL Ulang (Cek
Evaluasi)
- Meropenem 3x1 gr
IV Stop
- Moxifloxacin
1x400mg (IV) (5)
- NAC 3x200 mg
dr. Sp An :
- VC SIMV TV : 400
ml, RR : 12x/menit,
PEEP 3, FiO 60%
- NaCl 0.9% 1500ml/
24 jam
- Dobutamin 5
mcg/kgbb/syringe
pump
- Vascon 0,1
mg/kgbb/syringe
pump
- Omperazole 2x40
mg
- KIE Keluarga
Sp.PD hasil lab
Advis:
- Infus ganti NS
- Koreksi
hiperkalemia 2 siklus
- Injeksi Ca Glukonas
1 amp, D40% 50ml,
Novorapid 10iu/iv
interval 2 jam ->
layani siklus ke dua
- 4 jam post siklus ke
2 cek elektrolit (hasil
lapor dokter)
- Selanjutnya Ca
Glukonas 1x 1
amp/iv (regular)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien berusia 32 tahun, sudah menikah. rujukan dari RSUD Larantuka dengan diagnosis
G2P1A0 gravid 28-29 minggu + Neoplasma ovarium curiga ganas. Tumor ovarium adalah
neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium, berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid
atau kistik. Tumor ovarium menurut histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Menurut
Desember 2012, penderita tumor ovarium terbanyak pada umur 31-50 tahun, sedangkan menurut
literature bahwa penderita tumor ovarium banyak ditemukan pada umur 30-50 tahun. Hal ini
disebabkan karena aktivitas ovarium dikontrol oleh gonadotropin. Pengaruh gonadotropin dapat
baik secara langsung melalui aktivasi gen gonadotropin-responsive dalam sel-sel yang
mengalami transformasi maligna atau tidak langsung melalui stimulasi produksi ovarium steroid
seks yang bisa mempengaruhi transformasi maligna melalui paarakrin atau mekanisme endokrin.
Pasein mengatakan saat ini sedang hamil anak kedua, Tumor ovarium ganas adalah
kanker ginekologi kedua yang paling sering didiagnosis selama kehamilan setelah karsinoma
serviks. Kejadian kanker ovarium 0,02-0,38 per 10.000 kehamilan, dan massa ovarium dengan
potensi keganasan rendah adalah 0,11-0,24 per 10.000 kehamilan. Meskipun insiden keganasan
ovarium gestasional rendah, hal ini menjadi tantangan dalam manajemen ibu dan perinatal. Di
Indonesia data mengenai kehamilan dengan keganasan ovarium belum terdokumentasi dengan
baik, khususnya di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Kehamilan dengan keganasan ovarium terjadi
pada usia reproduktif. Kehamilan yang terjadi pada wanita yang menderita keganasan ovarium
memiliki risiko terhadap janin berupa terjadinya keguguran, kelahiran prematur, pertumbuhan
Pasien mengeluhkan perut dirasakan membesar dengan cepat, kedua kaki makin bengkak
sehingga pasien sulit berjalan, serta sesak yang muncul hilang timbul dan memberat bila pasien
berbaring. Stadium awal kanker ovarium menunjukan gejala yang minimal, tidak spesifik, atau
tidak ada gejala sama sekali. Pasien mungkin merasakan massa perut. Sebagian besar kasus
didiagnosis pada stadium lanjut. Kanker ovarium muncul dengan berbagai gejala yang samar dan
tidak spesifik Temuan fisik jarang ditemukan pada pasien dengan stadium awal. Pasien dengan
penyakit yang lebih parah mungkin datang dengan massa ovarium atau pelvis, asites, efusi
pleura, atau massa abdomen atau obstruksi usus dan gangguan ginjal.
Pasien pergi ke dr. SpOG untuk memeriksa kehamilan. Hasil USG menunjukkan hamil
dengan kista pada indung telur sebelah kanan curiga ganas. USG transvaginal dan abdomen
adalah teknik pencitraan yang lebih disukai untuk mengevaluasi massa panggul pada kehamilan,
karena aman, dapat dinilai secara luas dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Pasien telah dilakukan tatalaksana berupa debulking massa ovarium dan dilakukan
section cesaria. Perawatan standar untuk wanita dengan kanker ovarium melibatkan operasi
debulking yang agresif dan kemoterapi. Tujuan dari operasi sitoreduktif adalah untuk
memastikan diagnosis, menentukan tingkat penyakit, dan mereseksi semua tumor yang terlihat.
mucinous carninoma ovarium (high grade) yang merupakan salah bentuk keganasaan kanker
ovarium dari sel epitel. Dari berbagai jenis keganasan ovarium, jenis sel epitel merupakan varian
paling sering dan menyumbangkan morbiditas dan mortalitas terbanyak. Tumor epitel serous
memiliki insidensi tertinggi sekitar 70% jenis tumor epitel origin dan selebihnya subtipe lain
yang paling sering mucinous, endometrioid dan clear cell. Keganasan ovarium menjadi jenis
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien an. Ny. RM, 32 tahun masuk rumah sakit tanggal 27 Februari 2021
dengan diagnosa akhir P2-2 Post Sc ai STGO (NOK) + Debulking massa ovari D/10 +
selama 15 hari di VK bersalin dan ruang ICU RSUD W.Z. Johannes dengan kondisi terakhir
pasien meniggal karena didapatkan cardiac arrest pada tanggal 14 Maret 2021.