Anda di halaman 1dari 17

KURANGNYA NASIONALISME RAKYAT TERHADAP BANGSA

INDONESIA DI ERA KEMAJUAN INI

OLEH :

Angeline Kas Putri

4305019004

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA KAMPUS


MADIUN

Tahun Ajaran 2019/2020


ABSTRAK

Membahas mengenai kondisi rakyat Indonesia di era kemajuan ini yang sangat
jauh berbeda dengan rakyat dijaman terdahulu. Dilihat dari berbagai aspek
perbandingan terdahulu dengan sekarang, mulai tanggapan dan perjuangan para
tokoh terdahulu hingga sikap para generasi muda sekarang. Bahasan mengenai
kondisi bangsa yang pernah mengalami kerusuhan hingga memicu keutuhan
bangsa. Rendahnya Nasionalisme rakyat indonesia diera sekarang, akan
mengancam dan dapat menghambat kemajuan bangsa Indonesia. Dengan upaya
yang sedemikian rupa hingga dapat menyadarkan para generasi muda yang
menjadi bibit unggul harapan bangsa Indonesia. Memiliki nasionalisme yang
tinggi tentulah menjadi dasar bagi para generasi untuk dapat mencintai dengan
sepenuh hati dan membawa bangsa Indonesia menjadi negara Maju.

KEYWORD :

KURANGNYA NASIONALISME RAKYAT

KURANGNYA NASIONALISME RAKYAT TERHADAP BANGSA


INDONESIA DI ERA KEMAJUAN INI

Penulisan Makalah ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat


Pancasila

Dosen Mata Kuliah : Dr. Agustinus W. Dewantara S.S.,M.Hum

Angeline Kas Putri (4305019004)

i
DAFTAR ISI

Abstrak……………………………………………………………………..i

Keyword……………………………………………………………………i

Daftar isi..........................................................................................................ii

Pendahuluan....................................................................................................iii

BAB 1. ASAL USUL NEGARA INDONESIA YANG SEHARUSNYA TIDAK


MENIMBULKKAN KERUSUHAN BESA……...............................1

o Kasus......................................................................................1
o Teori.......................................................................................2
o Pendapat ................................................................................3

BAB 2. REALITA GOTONG ROYONG DIMASA SEKARANG YANG


BERPENGARUH PADA NASIONALISME RAYAT…...................4

o Kasus.......................................................................................5
o Teori........................................................................................6
o Pendapat .................................................................................6

BAB 3. SIKAP-SIKAP YANG MENJADIKAN PUDARNYA KEGOTONG


ROYONGAN DI MASA SEKARANG ………………......................7

o Kasus.......................................................................................8
o Teori........................................................................................9
o Pendapat ................................................................................10

Daftar Pustaka..................................................................................................12

ii
PENDAHULUAN

Dengan mengangkat judul Kurangnya Nasionalisme Rakyat


Terhadap Bangsa Indonesia Di Era Kemajuan Ini. Berusaha untuk
mengulas bagaimana kondisi rakyat Indonesia di era kemajuan ini yang
semua serba mudah, seharusnya tidak menjadikan rakyat juga mudah
untuk melupakan sejarah dan perjuangan para bangsawan terdahulu.
Terpaparkan dari berbagai peristiwa yang telah terjadi akhir-akhir ini
maupun dalam masa perjalanan bangsa Indonesia mulai dari setelah
merdeka hingga sekarang ini. Dalam tulisan ini tercantum beberapa
cuplikan dari pernyataan para tokoh bangsa terdahulu.

Dalam tulisan ini memaparkan tidak hanya mengenai bukti-bukti


terdahulu, tetapi kasus yang telah maupun baru-baru ini terjadi, kemudian
teori dasar dari berbagai sumber beserta pendapat-pendapat yang secara
spontan tersirat dalam masyarakat yang sadar akan kondisi bangsa
Indonesia. Tulisan ini memuat berbagai argumentasi para masyarakat
awam yang mengetahui perkembangan bangsa Indonesia beserta
keterangannya. Tanggapan para millenial sekarang terhadap bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia yang terkenal dengan rakyat yang berciri
khas kegotong-royongannya ternyata juga dapat mengalami kerusuhan-
kerusuhan yang hampir mengguncangkan keutuhan dan kesatuan bangsa.
Bagian-bagian dari tulisan ini akan memaparkan hal yang telah disebutkan
diatas, beserta sikap yang seharusnya dapat kita lakukan untuk bangsa
Indonesia dewasa ini.

iii
1

BAB I
ASAL USUL NEGARA INDONESIA YANG SEHARUSNYA TIDAK
MENIMBULKKAN KERUSUHAN BESAR.

Bagaimanakah ciri khas bangsa Indonesia yang telah tumbuh dari


lahir, dan mendarah daging ? Asal-Usul Negara Indonesia berdasarkan
buku diskursus filsafat pancasila dewasa ini, terdapat dua pilihan yaitu
Indonesia yang natural (alami) atau konvensional (buatan). Maksud dari
natural yaitu yang berkarakter dan meimiliki intensitas yang asli, sejati,
dan tentunya autentik. Sedangkan konvensional yaitu berarti produk
rekayasa atau buatan. Konvensional membutuhkan persetujuan dan
kesepakatan. Berdasarkan rakyat Indonesia yang dilihat dari ciri khasnya
yaitu yang secara natural adalah kegotong-royongannya. Kodrat manusia
Indonesia yaitu hidup bergotong-royong.

Contoh kasus yang pertama yaitu kerusuhan sampit yang muncul


setelah rezim soeharto runtuh. Kerusuhan ini terletak di kota sampit,
Kalimantan tengah, pelaku dari kerusuhan antara etnis Madura dan Dayak.
Merupakan salah satu kerusuhan yang luar biasa dan penyebabnya masih
simpang siur yang pernah terjadi di Indonesia. Teori dari kasus ini diambil
dari buku diskursus filsafat pancasila dewasa ini(48) mengenai gotong
royong yang seharusnya menjadi ciri khas rakyat Indonesia yang memiliki
nasionalisme, serta lembaga-lembaga social. Teori ini telah ditangkap oleh
supomo sebagaimana dikutip oleh Muh Yamin :

“Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari seseorang lain atau


dunia luar, golongan-golongan manusia, malah segala golongan
makhluk, segala sesuatu bercampur-baur dan berangkut-paut,
segala sesuatu berpengaruh-pengaruhi dan kehidupan mereka
bersangkut-paut. Inilah idee totaliter, idee integralistik dari bangsa
Indonesia, yang berwujud juga dalam ketatanegaraannya yang asli.
Dalam suasana persatuaan dengan rakyat dan pemimpinnya, antara
golongan-golongan rakyat satu sama lain, segala golongan diliputi
oleh semangat gotong royong, semangat kekeluargaan.”
(Muhammad Yamin, 1959:113).

Pendapat dari kerusuhan sampit yaitu Dasar dari rakyat Indonesia


yang memiliki Nasonalisme tinggi, entah apapun itu penyebabnya yang
dimuat diatas belum tertera secara jelas apa itu penyebabnya, tetapi
sebagai rakyat Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan
bangsa tentu dapat menghindari suatu pertikaian yang menyebabkan
banyak sekali korban jiwa yang direnggut dalam kejadian tersebut.
Dengan demikian, banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarganya,
dan hal tersebut tentu berdampak dalam suatu keluarga, entah terhadap
anak yang ditinggalnya, ataupun terhadap kondisi perekonomiannya.
Sebagai rakyat yang memiliki Nasionalisme tinggi tidaklah lagi
mempermasalahkan kasus tersebut, sehingga tidak lagi terjadi kerusuhan
di negara Indonesia. Kesepakatan atas asas gotong-royong ini sendiri pun
sebenarnya sudah tampak ketika BPUPKI bersidang untuk membahas
Undang-Undang Dasar. Kesepakatan ini dimunculkan sendiri oleh Ketua
Sidang, yakni Dr. Radjiman Wedyodiningrat demi mengikis paham
individualisme:

“...itu saya ajukan disini lagi, karena kita harus insyaf


sedalam-dalamnya bahwa menurut Ketua Panitia tadi (Soekarno),
Undang-Undang Dasar berasas gotong-royong atau berasas filsafah
hidup bersama-sama didunia ini, manusia yang satu dengan yang
lain.... itu saya kira tidak usah ditanyakan lagi.” (Sekretariat
Negara Republik Indonesia: 261)

2
Awal mula dari tumbuhnya Nasionalisme para rakyat Indonesia,
pernah terjadi keraguan karena terlalu lama bangsa Indonesia berada
dipangkuan penjajah. Hal ini membuat pemikiran rakyat menjadi kekanak-
kanakan, bisa dibilang begitu. Terbentuknya pola pikir yang hanya
mengikuti perintah orang lain menjadi hambatan bagi Soekarno untuk
menarik mereka semua ke pola pikir yang dewasa. Menjadi dewasa berarti
bisa mengatur urusan pribadi, tanpa campur tangan orang lain atau bangsa
lain. Hal yang sama juga dikatakan oleh Hatta ketika memberi tanggapan
atas pidato Soekarno dan tanggapan Radjiman:

“ memang kita harus menentang individualisme dan saya


sendiri boleh katakan lebih dari 20 tahun berjuang untuk
menentang individualisme. Kita mendirikan negara baru diatas
dasar gotong royong dan hasil usaha bersama.... dasar yang kita
kemukakan adalah dasar gootng royong dan usaha bersama.
Pendek kata dasar collectivisme.” (Ibid: 262-263)

Masalah individualisme dan Nasionalisme di bangsa ini memang


begitu penting. Berdasarkan contoh kasus diatas menjelaskan begitu
pentingnya Nasionalisme serta gotong royong. Gotong royong yang
menjadi dasar asal mula berdirinya Bangsa Indonesia Merdeka, karena ciri
khas dari masyarakatnya. Secara natural masyarakat Indonesia yang tidak
dapat dijumpai dinegara lain selain di Indonesia. Maka dari itu kita patut
menjaga Nasionalisme dan Kegotong royongan rakyat Indonesia hingga
masa sekarang ini.

3
4

BAB II

REALITA GOTONG ROYONG DIMASA SEKARANG YANG


BERPENGARUH PADA NASIONALISME RAYAT

Sebuah pemikiran luar biasa dari tokoh bangsa Indonesia tercinta.


Soekarno yang berhasil membuat gagasan yang dijadikan sebagai fondasi
negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar negara
Pancasila dijadikan Ekasila dalam satu nilai yaitu “Gotong Royong”
(Buku Dirkusus Filsafat Pancasila Dewasa Ini ; 90-91.)

“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus


mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia,
bukan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia,
bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat
Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!
Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi
satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu
perkataan ‘gotong royong’. Negara yang kita dirikan haruslah
negara gotong royong!” (Sekretariat Negara Republik Indonesia,
1995:82.)

Seharusnya Nasionalisme rakyat Indonesia dapat tetap utuh karena


cuplikan terkataan Sekretariat Negara Republik Indonesia tersebut. Bukan
suatu hal apapun yang mempengaruhi berdirinya bangsa Indonesia, namun
semua buat semua. Terdapat kata ‘tulen’ dari cuplikan perkataan tersebut,
yang berarti sangat mendarah daging dan berciri khas bagi bangsa
Indonesia. Pancasila dan nilai gotong-royong yang diusulkan Soekarno
seharusnya menjadi jiwa dan nilai dasar dari masyarakat Indonesia, karena
Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya akan menentukan
orientasi, tujuan, dan menjadi nafas hidup bersama dan berbangsa
(Kartodirjo1990: 32-33). Dengan demikian, bagaimana kah menganai
contoh kasus dibawah ini.
Contoh kasus yang kedua yaitu Kerusuhan yang baru-baru ini
terjadi di Papua pada tanggal 19 agustus 2019. Kerusuhan ini berlangsung
selama 2 bulan dan 4 hari berdasarkan kabar berita. Lokasinya berada di
Papua Barat, provinsi papua sendiri dan terdapat demontrasi diberbagai
wilayah dinegara Indonesia. Terdapat pula unjuk rasa tepatnya di
Kabupaten Sarmi, Papua. Kerusuhan tersebut disebabkan karena
terdapatnya kasus rasisme yang bermula timbul di Surabaya serta
terdapatnya organisasi Papua Merdeka. Kedua hal tersebut yang
menyebabkan kerusuhan menjadi-jadi dan sempat mengguncang persatuan
dan kesatuan Bangsa Indonesia. Kembali mengenai Nasionalisme seluruh
rakyat Indonesia yang perlu dipertanyakan. Pada dasarnya Bangsa
Indonesia berdiri dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sangat jelas tersirat bahwa Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang tercipta dengan beribu-ribu
keanekaragaman, baik aneka ragam mengenai budaya, suku, daerah, adat
bahkan hingga sumber daya alamserta sumber daya amnusia yang
diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Nasionalisme sangat berkaitan erat
dengan gotong-royong.

Nilai kebersamaan mulai luntur dan berganti dengan penghormatan


secara berlebihan kepada individu :

“Dalam perjalanan bangsa terjadi perubahan dalam sikap budaya


bangsa Indonesia. Sikap budaya gotong-royong yang semula
menjadi sikap hidup bangsa telah mengalami banyak gempuran
yang terutama bersumber pada budaya global yang memen tingkan
kebebasan individu .... masyarakat menjadi cenderung individualis,
konsumeris, dan kapitalis sehingga rasa kebersamaan,
kekeluargaan, dan senasib sepenanggungan antar sesama manusia
mulai hilang” (Abdillah, 2011:8-9).

5
Teori ini mengutip dari buku diskursus filsafat Pancasila dewasa
ini (Realitas gotong-royong dewasa ini;93). Dalam kutipan tersebut
disinggung bahwa rasa senasib sepenanggungan antar sesama manusia
mulai hilang, dalam kasus dipapua ini jelas terasa karena kurang
nasionalisme dan rasa tersebut tentu menimbulkan kerusuhan kini terjadi.
Selamat (2009:2) pun mencatat bahwa krisis kegotong royongan
menemukan bentuknya yang lebih besar dalam aneka konflik. Kerusuhan
Ambon, Poso, Sambas, konflik Aceh, Papua, dan berbagai aksi anarkis
menjadi tantangan bersama bagi terwujudnya niali gotong-royong
(Selamat 2009:2). Hal ini menjadi ancaman bagi penghayatan nilai
kegotong royongan dan sekaligus membahayakan konsep Nasionalisme
Indonesia.

Pendapat berdasarkan kasus yang terjadi kususnya pada topik ini di


Papua, serta teori-teori yang telah dicantumkan. Telah sangat jelas bahwa
Nasionalisme bangsa Indonesia saat ini harus dipertanyakan, bagaimana
masih bisa disebut dengan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
berciri khas kegotongroyongannya dan juga Nasionalisme nya yang sangat
kental. Berdasarkan asal mulanya Papua merupakan wilayah hasil jajahan
sama dengan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia, berdasarkan teori
diatas suatu bangsa berdiri salah satunya karena senasib, oleh karena itu
tidak ada alasan lagi untuk bahkan memisahkan diri dari Indonesia. Papua
meiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, yang menjadi salah satu
kekayaan bangsa yang sangat melimpah. Sebelum dilakukan penanganan
yang khusus, kekayaan ini banyak diambil dan dimanfaatkan oleh bangsa-
bangsa diluar sana yang mengerti potensi Papua. Apakah tidak cukup
mengenaskan nasib Bangsa Indonesia? Sudah dirampas sekian banyak
kekayaan alam bahkan mau diambil alih salah satunya dengan cara
merebut Papua dari bangsa Indonesia. Hal yang demikian yang seharusnya
membuat Nasionalisme kita terhadap bangsa Indonesia dipertebal.

6
7

BAB III

SIKAP-SIKAP YANG MENJADIKAN PUDARNYA KEGOTONG


ROYONGAN DI MASA SEKARANG

Bagaimana perkembangan nilai kegotong royongan bangsa


Indonesia dari zaman ke zaman ? bagaimana pula dengan pengaruh
kemajuan teknologi yang begitu pesat, pengaruh globalisasi, sikap
individualisme yang telah meraja lela, apakah masih bermakna kah sikap
yang menjadi ciri khas bangsa yaitu gotong royong. Penelitian yang lebih
modern menunjukkan bahwa gotong royong telah mengalami
perkembangan. Slamet (1963:40) menemukan bahwa gotong royong
berkembang menjadi dua jenis diera yang lebih modern, yakni : gotong
royong berupa jaminan social, dan gotong royong berupa pekerjaan
umum. Slamet (1963:40) mengatakan bahwa gotong royong yang asli
adalah yang berupa jaminan social, di mana di dalamnya adab bentuk
tolong menolong yang dilandasi oleh semangat sukarela, tidak ada campur
tangan dari pamong desa/aparat, dan biasa ditemukan dalam lingkup
bertetangga yang lebih kecil ketika menghadapi kematian, perkawinan dan
mendirikan rumah.

Banyak dijumpai sekarang, seiring berjalannya waktu rumah-


rumah diperkotaan dibangun dengan model perumahan. Dimana tradisi
orang orang yang bertempat tinggal disana tidak saling mengenal satu
sama lain. Berinteraksi antar tetangga dilingkungan sekitar sangat lah
terbatas. Pengaruh kesibukan kerja serta kemajuan teknologi dapat
menjadi sebab mengapa kondisi bangsa Indonesia sekarang ini menjadi
seperti demikian. Misalnya karena kesibukan kerja yang harus berangkat
pagi atau dini hari untuk menghindari kemacetan yang sering terjadi
dikota-kota, hingga pulang malam, sehingga tidak ada waktu lagi untuk
bergotong royong, bekerja bakti, dan berinteraksi antar warga.
Selanjutnya, karena kemajuan teknologi, di zaman dahulu anak-anak
bermain pasti keluar pagar rumah dan sangat banyak berinteraksi dengan
tetangga atau pun sesama anak-anak dikompleknya, namun keadaannya
sekarang anak-anak lebih tertarik dengan gadgetnya masing-masing dan
sangat jarang berinteraksi didunia langsung.

Hasil dari perilaku anak akibat dampak kemajuan teknologi tentu


berbeda, anak yang hanya bermain gadget sendiri dirumah lebih acuh
terhadap kondisi disekitarnya, bahkan dengan keluarga bisa juga acuh.
Namun, anak yang sering bermain dengan teman-temannya diluar lebih
memiliki sikap saling menghargai mungkin karena berbeda agama,
berbeda suku, ras, budaya, asal dll, lebih saling toleransi, bantu-
membantu, bekerja sama, serta tentu sering melakukan sikap saling
bergotong royong satu sam lain. Dari sini sikap Nasionalisme yang dapat
ditanamkan sejak dini lebih mudah ditancapkan. Sehingga sikap-sikap lain
yang menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar akan tetap terwujud
dan dapat berkembang.

Nasionalisme yang tersisa sekarang ini tidaklah bisa dipungkiri,


karena kemajuan teknologi merupakan arus yang tidak bisa dihindari.
Tanpa mengikuti kemajuan sekarang ini, akan terasa tertinggal juga .
nasionalisme di zaman terdahulu begitu kental karena semua saling
membutuhkan satu sama lain, dan sekarang telah dimudahkan dengan
berbagai fasilitas. Menyinggung mengenai keadilan sekarang ini, masih
dalam tema kemajuan. Dikota-kota besar seperti contohnya kota-kota
dipulau jawa, terdapat pom bensin, atm, alfamart, indomart dimana-mana.
Semua jalan dibangun hingga gang-gang kecil, dibangun juga jalan tol
agar tidak terjadi kemacetan djalan raya. Bagaimana dengan kota-kota lain
diluar pulau jawa? Apakah mereka juga mendapatkan fasilitas yang sama
dengan pulau jawa? Apakah kebutuhan mereka semua tercukupi secara
mudah mendapatkannya? Dengan adanya perbedaan keadilan ini maka
Nasionalisme terhadap bangsa Indonesia juga akan berbeda.

8
Tugas para generasi muda dizaman sekarang ini. Dengan serba
ketermudahan yang telah disediakan. Diharapkan bisa lebih
mempertahankan dan meningkatkan lebih lagi rasa Nasionalisme terhadap
bangsa. Dengan adanya social media yang begitu banyak seperti dibawah
ini:

Begitu banyak jenis seperti WhatsApp, Line, Instagram, Twitter,


Youtube dll. Sehingga dengan ini seharusnya dapat memanfaatkan sebaik
mungkin social media dan tau batasan, karena dunia disosial media
merupakan dunia yang semu atau dunia yang tidak asli/nyata. Gejala
dimasa sekarang yang banyak terjadi ialah gejala dimana seseorang merasa
bangga dan bahagia jika teman disosial medianya semakin banyak. Seperti
gambar dibawah ini :

9
Gambar diatas menunjukkan dengan banyaknya teman disosmed
hingga beribu-ribu. Sikap yang menjadi dampak dari hal tersebut yaitu
saat disekolah maupun dirumah seseorang kebanyakan menjadi besar
kepala dan tidak mau bergotong royong, berinteraksi dengan sesame
teman yang mungkin dikalangan keluarga yang sederhana. Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan disebuah universitas, seorang bahkan
beberapa mahasiswa mengaku tidak dapat lepas dari gadget dan social
media yang dipunyainya. Salah satu mengatakan bahwa penggunakan
gadgetnya dikarenakan untuk kepentingan bisnis, dengan membuka toko
online, bergabung digrup serta membuat konten-konten yang menarik,
agar barang dagangannya banyak dilihat dan banyak dipesan oleh
konsumen dari manapun asalnya.

Hal yang demikian sangat bagus karena para generasi muda dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membuka sebuah usaha dan
dapat membantu memperbaiki perekonomian bangsa. Namun, salah satu
yang lain jawaban yang diberikan yaitu hanya untuk sekedar bermain
game online, hal yang demikian jika mereka bersungguh-sungguh dengan
gamenya maka data dijual dan akan dapat menghasilkan uang juga, namun
yang sekedar ikut-ikutan malah akan berdampat buruk karena waktu yang
dibuang pada saat bermain game serta game juga membutuhkan kuota
yang besar untuk memainkannya, sehingga akan dapat memperburuk
perekonomian keluarganya. Jadi bagi para generasi muda dimasa sekarang
harus dapat memanfaatkan dan memilah-milah kemajuan teknologi atau
biasa disebut dengan era globalisasi dengan sebaik-baiknya.

10
Mengenai system informasi dan komunikasi yang serba mudah.
Diera sekarang ini juga sangat rentang akan adanya kerusuhan. Hanya
karena kesalahan atau perbedaan persepsi dalam menerima informasi yang
bisa menjadi hal yang besar. Seharusnya diera yang semakin pintar ini,
masyarakat juga harus bertambah pintar pula. Nasionalisme juga akan
terbentuk ketika masyarakat dapat pintar menerima, menyaring, dan
mengolah informasi yang ada dengan tepat. Dikarenakan sekarang ini
berita hoax sangat dengan mudah meracuni pikiran masyarakat. Dengan
demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih pintar dalam memilah data
dan informasi yang ada secara kritis, agar Nasionalisme antar rakyat tetap
terjaga dengan baik.

Contoh lagi yang sering terjadi dinegara Indonesia yang berkaitan


dengan rasa Nasionalisme yang perlu ditanyakan yaitu mengenai supporter
sepak bola antar daerah yang sering memakan korban jiwa hanya karena
ingin memenangkan lomba. Wajar saja setiap peserta menginginkan piala
akan kemenangan, namun hal ini sungguh tidak wajar, karena apa, karena
siapapun pemenang dari perlombaan tersebut sama-sama berjuan untuk
bangsa Indonesia. Jikalau, benar-benar memiliki Nasionalisme yang
tinggi, maka tidak seharusnya berperilaku ricuh hingga memakan korban
jiwa. Tujuannya adalah mengambil tim yang terbaik untuk bangsa maka

11
seharusnya yang perlu ditingkatkan adalah potensi para pemainnya. Boleh
saja mendukung tapi tidak seperti itu dan justru mempertaruhkan
Nasionalisme nya terhadap Bangsa Indonesia sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku – buku
Dewantara, W.2017.Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa
Ini.Yogyakarta:Kanisius.
Dewantara, Agustinus. "Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini." (2017).
Dewantara, Agustinus. "Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia)."
(2017).
DEWANTARA, AGUSTINUS WISNU. GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO
DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI
NASIONALISME INDONESIA. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2016.
Dewantara, Agustinus Wisnu. "Kerasulan Awam Di Bidang Politik (Sosial-
Kemasyarakatan), Dan Relevansinya Bagi Multikulturalisme Indonesia." JPAK: Jurnal
Pendidikan Agama Katolik 18.9 (2017): 3-15.

Sumber lain
https://www.boombastis.com/kerusuhan-parah-indonesia/82169
https://www.google.com/search?
q=sosial+media&safe=strict&sxsrf=ACYBGNTPNKmJfL0VHI6SIrP6cK
F5HxAoGQ:1573560874070&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahU
KEwjIoLmH0-
TlAhVg73MBHe0xDi0Q_AUIESgB&biw=1366&bih=657#imgrc=7gGP1
1MzmP6rGM:
http://rri.co.id/sumenep/post/berita/345346/ruang_publik/
praktisi_hukum_sayangkan_masyarakat_banyak_yang_menerima_berita_
hoax.html

13

Anda mungkin juga menyukai