Anda di halaman 1dari 20

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

CANGKOK DAN OKULASI


(Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman)

Oleh:
MUHAMMAD RIJALI
1810512210024
Kelompuk 2

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ii

DAFTAR TABEL....................................................................................... iii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................. 1


Tujuan ............................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

Uji Antagonis .................................................................................... 3


Patogen Fusarium sp. ....................................................................... 3
Uji Antagonis Secara Khusus ........................................................... 4
Macam-macam Mekanisme Penghambat ......................................... 4

BAHAN DAN METODE .......................................................................... 6

Bahan dan Alat................................................................................... 6


Waktu dan Tempat............................................................................. 6
Prosedur Kerja.................................................................................. 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 9

Hasil................................................................................................... 8
Pembahasan....................................................................................... 9

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 11

Kesimpulan………………………………………………………... . 11
Saran……………………………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………................ 12


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Uji Antagonis In Vitro ........................................................................... 7


DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Uji Patogen Fusarium sp. Tanaman Cabai dan Antagonis Bunga

Bawang Dayak ..................................................................................... 9


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tanaman melakukan beberapa aktivitas yang

berguna dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis,

respirasi, dan berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai

dengan perkecambahan. Tentunya di dalamnya terdapat struktur yang cukup

rumit. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif

dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif.  Berbagai jenis

tanaman sama sama berkembangbiak, tapi tanaman berkembangbiak dengan cara

yang berbeda beda. Perbanyakan tanaman juga memiliki beberapa jenis cara

diantaranya: perbanyakan segara genetatif maupun vegetatif. Adapun

perbanyakan tanaman sacara generatif yaitu dengan menggunakan biji, sedangkan

untuk perbanyakan secara vegetatif salah satunya yaitu mencangkok dan

mengokulasi.

Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu

istilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan

vegetatif secara cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman

yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya

karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat

dari bagian tanaman di atasa keratan/luka yang kering atau mati.

Perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena pertimbangan

tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama
2
seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan terhadap hama dan

penyakit, rasa buah, keindahan bunga (Wudianto, 1998).

Cangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif cara ini

memang sudah dikenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan perbanyakan yang

tertua didunia. cangkok adalah cara perkembang biakan pada tumbuhan dengan

menanam batang, atau dahan tanaman yang diusahakan berakar terlebih dahulu

sebelum dipotong dan ditanam ketempat yang lain. tidak semua tanaman bisa

dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka, cara

perkembang biakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa terutama pada

tanaman buah buahan, karena rasa dan bentuk yang dihasilkan persis seperti induk

nya.

Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus

dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan

akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih

berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang yang dicangkok tidak perlu

terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan sulit diatur.

Panjang cabang cukup sekitar 20-30 cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam

tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar tanaman

mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit

tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk

lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada cangkok

terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan

pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada

bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media
3
perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya

akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat

drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan

dan perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).

Setelah berakar, cangkokan dapat diambil.  Cara mengambilnya ialah

dengan memotong cangkokan di bawah keratan (akar) tersebut.  Kemudian bibit

cangkokan itu langsung dapat ditanam.  Tetapi khusus untuk tanaman lengkeng,

cangkokan harus ditanam dahulu dalam keranjang atau pot yang diisi dengan

tanah dan pupuk kandang.  Selama dalam keranjang, tanahnya harus dijaga agar

tetap basah dan ditaruh di tempat yang teduh (tidak mendapatkan sinar matahari

secara langsung) agar tidak terjadi penguapan organ cangkokan yang dapat

mematikannya.  Setelah muncul tunas-tunas atau daun-daun yang baru,

cangkokan dapat dipindahkan ke lapangan (Veergavathathan, 2009)

Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara

vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan

dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk lalu

dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah

dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U

tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa

waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Menyatukan

kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari kedua tanaman tersebut.

Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan mata tunas (entres) harus

menggunakan pisau okulasi (Sipayung, 2015).


4
Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman

batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dalam okulasi

batang bawah disebut rootstoc dan batang atas disebut entres. Dengan cara ini

akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang

relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama

membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Pada proses

pengokulasian ini terdapat dua bagian yang penting yaitu batang atas dan batang

bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan sebagai bahan okulasi adalah

merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan generatif yang masih muda.

Sedangkan untuk batang atas bagian tanaman yang diambil adalah yang sudah tua.

Tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk mempermudah menentukan

hasil akhir okulasi serta bagian atas yang diambil memiliki empat payung, pucuk

tanaman dalam keadaan tua (Parto Rahardja dan Wahyu Wiryanta, 2003).

Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman

dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup. Okulasi sebaiknya

dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat ini kambium dapat

mempertahankan diri tidak segera menjadi kering., demikian pula dengan mata

tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada musim kemarau, mata tunas yang

dikerat harus segera ditempelkan ke batang yang sebelumnya sudah dibuat pada

pola keratannya. Untuk okulasi yang dilakukan pada batang bawah, biasanya

dipilih dari jenis tanaman varietas lokal yang sudah berumur sekitar 1 tahun, dan

yang memiliki pertumbuhan baik, sehat serta memiliki kulit batang yang mudah

dikelupas (Zainal Abidin, 2001).


5
Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat

berproduksi lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung

batang atas yang digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan,

ada yang rasanya manis tetapi tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk)

dan disisi lain ada rambutan yang masam namun tahan terhadap genangan air.

Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan

bagian bawah dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan

yang manis dan tahan pada daerah yang tergenang. Kelemahan dari perbanyakan

tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu: Terkadang suatu tanaman

hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian

antara batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli

untuk pengokulasian ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian

tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.

Sejarah???

Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan

vegetatif dengan cangkok dan okulasi yang tepat dan benar


BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Media PDA, digunakan untuk uji sampel antagonisme.

Cendawan bunga bawang dayak, digunakan untuk uji sampel antagonisme.

Fusarium tanaman cabai, digunakan untuk uji sampel antagonisme.

Aquades, digunakan untuk melarutkan larutan agar mudah dihomogenkan.

Alat

Cawan petri, digunakan untuk tempat pembiakan media.

Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan.

Alat tulis, digunakan untuk mencatat hal - hal yang penting.

Bunsen, digunakan untuk memanaskan.

Cling warp, digunakan untuk penutup cawan petri.

Jarum ent, digunakan untuk mengambil patogen dalam cawan petri.

Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 April 2020 pukul

14.50 WITA – selesai. Bertempat di Laboratorium Produksi Jurusan

Agroekoteknologi Fakultas Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.


8
Prosedur Kerja

1. Mempersiapkan alat dan bahan

2. Berilah tiga garis pada cawan petri dengan diameter 9 cm yang telah diisi NA

atau PDA. Garis pertama diletakkan di tengah cawan petri. Garis kedua dan

ketiga diletakkan di 3 cm dari sisi kanan dan sisi kiri cawan petri.

3. Tanamlah patogen pada sisi kiri dan mikroorganisme antagonis pada sisi

kanan.

Gambar 1. Uji Antagonis In Vitro

4. Inkubasi dan amati pengaruh pengaplikasian Fusarium sp. terhadap patogen

cendawan endofit bunga bawang dayak pada hari ke 3, 5, dan 7 hsa (hari

setelah aplikasi).

5. Hitung uji antagonis in vitro berdasarkan rumus berikut:

r 1−r 2
P= x 100 %
r1

Keterangan:
P = persentase penghambatan (%)

r1 = jari-jari koloni patogen yang tumbuh ke arah berlawanan dengan

agen antagonis (mm)

r2 = jari-jari koloni patogen yang tumbuh ke arah agen antagonis (mm)


9
6. Membereskan alat dan bahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berupa

tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Uji Patogen Fusarium sp. Tanaman Cabai dan Antagonis Bunga Bawang
Dayak
No. Gambar Keterangan
1. Hari ke-3 pengamatan

r 1−r 2
X 100 % =
r1

0,2−0
X 100 % = 100%
0,2
2. Hari ke-5 pengamatan

r 1−r 2
X 100 % =
r1
2,4−0,7
X 100 % = 70,83%
2,4

3. Hari ke-7 pengamatan

r 1−r 2
X 100 % =
r1
2,9−0,9
X 100 % = 68,97%
2,9
11
Pembahasan

Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan

akar pada calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman

induknya. Cangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif cara ini

memang sudah dikenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan perbanyakan yang

tertua didunia. cangkok adalah cara perkembangbiakan pada tumbuhan dengan

menanam batang atau dahan tanaman yang diusahakan berakar terlebih dahulu

sebelum dipotong dan ditanam ketempat yang lain. tidak semua tanaman bisa

dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka, cara

perkembangbiakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa terutama pada

tanaman buah buahan, karena rasa dan bentuk yang dihasilkan persis seperti induk

nya.

Mencangkok adalah teknik pengembangbiakan tanaman yg sangat cocok

untuk ditanam di dalam pot. Di samping karena kualitas buahnya terjaga sama

seperti induknya juga nantinya pohon tumbuh tidak terlalu tinggi. Pohon yg

dikembangbiakan dengan teknik cangkok tidak akan mempunyai akar tunggang.

Di dalam perlakuan pencangkokan tanaman menggunakan pembungkus atau

pembalut yang digunakan sebagai media perakaran. Bahan pembungkus atau

pembalut yang digunakan dalam praktikum yaitu plastik.

Perlakuan tersebut dilakukan bertujuan untuk menahan media yang

digunakan dalam cangkokan, mempertahankan kelembapan akar dan agar

mendapatkan hasil dengan baik dengan waktu yang relatif lebih cepat juga untuk

menghindari terkena cahaya langsung, sebab akar akan lebih cepat tumbuh dengan
12
sehat dalam keadaan gelap dan lembab. Untuk cangkokan umumnya

menggunakan bahan dari sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah

sebagai media perakaran. Supaya cangkokan dapat berhasil dengan baik dengan

waktu yang relatif cepat dan ekonomis, selain itu untuk bahan pembungkus media

dapat pula dengan menggunakan plastik. Sedangkan dari media untuk

mencangkok bisa menggunakan mos, cocopeat atau serbuks abut kelapa ataupun

cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang

dengan tanah. Dan untuk merangsang pertumbuhan akar dapat diolesi dengan Zpt.

Dalam melakukan pencangkokan membutuhkan persyaratan agar

mendapatkan hasil yang baik dan maksimal, baik dari segi fisik maupun

lingkungan sekitarnya. Beberapa persyaratan antara lain: tidak dapat dibiakkan

dengan cara layarage lain, kemudian dari segi pemilihan batang yaitu memiliki

batang/cabang yang berdiameter besar dan tinggi dengan pemilihan pohon induk

dari tanaman induk yang sehat dan kuat dipilih dari varietas yang telah dikenal

sifat buah yang diinginkan. Pohon induk dipilih dari pohon yang bentuk

cabangnya lurus, panjang cabang kira-kira sebesar jari telunjuk orang dewasa dan

sebaiknya dipilih cabang atu dahan yang telah berumur satu tahun. Selain dengan

persyaratan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal antaralain: pelaksanaan

mencangkok sebaiknya dilakukan pada waktu musim penghujan agar

meringankan pemeliharaan terutama dalam hal penyiraman.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses

pencangkokan diantaranya adalah :

1. Batang yang dicangkok, batang harus dalam kondisi baik atau tidak cacat, tidak

terlalu tua maupun muda, berdiameter sesuai.


13
2. Faktor media, kondisi media meliputi ketersediaan unsur hara penunjang

pertumbuhan akar, kelarutan zat hara, pH, tekstur, jumlah bahan organik.

3. Faktor cahaya matahari, diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis yang

hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan melalui floem.

4. Fotosintesis, proses fotosintesis dapat pula mempengaruhi perkembangan akar.

Cuaca (Curah hujan) dan kelembaban yang sesuai.

5. Teknik pencangkokan, pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya

menyebabkan zat-zat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi

terkumpul pada bagian atas cangkok, cadangan makanan tersebut digunakan

tanaman untuk pertumbuhan akarnya


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Daya hambat hari ke-3 adalah 100%, hari ke-5 adalah 70,83%, dan hari ke-7

adalah 68,97%

2. Cendawan bunga bawang dayak dapat menghambat patogen pada tanaman

cabai.

3. Persentase daya hambat cendawan endofit terhadap patogen Fusarium sp.

memiliki persentase yang bervariasi dikarenakan cendawan endofit mampu

beradaptasi dengan medium kultur.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah untuk lebih memperjelas audio dari

video praktikum agar mudah didengar dan dipahami.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S., Hadi, S., Harran, E. Gumbira, S., Satiawihardja, B., dan Kosim, K.
M. 2009. Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh Pada Semai Pinus
Merkusii: Potensi Antagonistik In-vitro Trichoderma harzianum dan
Trichoderma pseudokoningii. Jurnal Litbang Tanaman. Vol. 1 (1).

Alfizar, Marlina, dan Susanti, F. 2013. Kemampuan Antagonis Trichoderma sp.


Terhadap Beberapa Jamur Patogen In vitro. J. Floratek 8: 45 -51.

Anggraeni, I., Lelana N.E., dan Darwiati, W. 2010. Pengelolaan Hama dan
Penyakit Hutan Tanaman. Sintesis Hasil-hasil Penelitian Lingkup Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.

Carrol, G. C. 1988. Fungal Endophytes in Stems and Leaves. From Latent


Pathogens to Mutualistic Symbiont. Ecology. 69: 2-9.

De Cal A., Garcia-Lepe, R., dan Melgarejo, P. 2000. Induced Resistance by Penicillium
oxalicum against F. oxysporum F. sp. lycopersici. Histological Studies of
Infected and Induced Tomato Stem. Phytopathology 90 (3): 260-268.

Farida, S. 1992. Penggunaan Jamur Saprob Tanah untuk Mengendalikan


Fusarium oxysporum Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculenta). J.
IPM 2(1):24-29.

Harman, G. E., Howell, C. R., Viterbo, A., Chet, I., dan Loritto, M. 2004.
Trichoderma Species Opportunistic, A Virulent Plant Symbionts. Nat. Rev.
Microbiol. 2: 43-56.

Lewis, G. C. 2004. Effects of Biotic and Abiotic Stress On The Growth of Three
Genotypes of Lolium Perenne With and Without Infection By The Fungal
Endophyte Neotyphodium Lolii. Ann. Appl. Biol. 144: 53-63.

Mejia, L. C., Rojas, E. I., Maynard, Z., Van Bael, S., Arnold, A. E., Hebbar, P.,
Samuels, G. J., Robbins, N., dan Herre, E. A. 2008. Endophytic Fungi as
Biocontrol Agents of Theobroma Cacao Pathogens. Biol. Control 46 (4):14.

Purwantisari, S., Pujiyanto, S., dan Ferniah, R. 2005. Uji Efektivitas Bakteri
Kitinolitik Sebagai Pengendali Pertumbuhan Kapang Patogen Penyebab
Penyakit Utama Tanaman Sayuran dan Potensinya sebagai Bahan
Biofungisida Ramah Lingkungan. Laporan Penelitian. Universitas
Diponogoro. Semarang.

Purwantisari, S., dan Rini, B. H. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen


Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman
Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Undip. Semarang.
16

Sharma, P. 2011. Complexity of Trichoderma Fusarium Interaction and


Manifestation of Biological Control. Australian J of Crop Sci. 5(8): 1027-
1038.

Suryanto, D., Irawati, N., dan Munir, E. 2011. Isolation and Characterization of
Chitinolytic Bacteria and Their Potential to Inhibit Plant Pathogenic Fungi.
Microbiology. Indonesia.

Sunarwati, D., dan Yoza, R. 2010. Kemampuan Trichoderma dan Penicillium


dalam Menghambat Pertumbuhan Cendawan Penyebab Penyakit Busuk
Akar Durian (Phytophthora palmivora) secara In Vitro. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. Seminar Nasional Program dan Strategi
Pengembangan Buah Nusantara. Solok.

Stone J. K., Bacon, C. W., dan White Jr, J. F. 2000. An Overview of Endophytic
Microbes Endophytism Defined. New York.

Anda mungkin juga menyukai