Anda di halaman 1dari 42

MODIFIKASI MEDIA PDA

(Laporan Praktikum Bioteknologi Pertanian)

OLEH:
MUHAMMAD RIJALI
1810512210024
KELOMPOK 3

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL....................................................................................... ii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................. 1


Tujuan ............................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

Media PDA ....................................................................................... 3


Komponen Utama PDA .................................................................... 3
Kandungan Kentang Sebagai PDA .................................................. 4
Kandungan Ubi Cilembu Sebagai PDA ........................................... 4
Media Alternatif PDA Modifikasi .................................................... 5

BAHAN DAN METODE .......................................................................... 6

Bahan dan Alat................................................................................... 6


Bahan.................................................................................... 6
Alat........................................................................................ 6
Waktu dan Tempat............................................................................ 7
Pelaksanaan ...................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 8

Hasil................................................................................................... 8
Pembahasan ...................................................................................... 10

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 12

Kesimpulan........................................................................................ 12
Saran.................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pembuatan media PDA modifikasi....................................................... 8


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembiakan jamur yang dilakukan di universitas maupun sekolah pada

negara berkembang seperti Indonesia banyak mengalami kendala, salah satunya

dalam pengadaan media instan siap pakai. Salah satu media agar yang cocok dan

mendukung pertumbuhan jamur adalah PDA (Potato Dextrose Agar) yang

memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan

bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu

optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C (Cappucino, 2014).

Banyak peneliti telah berhasil melakukan penelitian dalam menemukan

media alternatif seperti pati singkong (Kwoseh et al, 2012), sagu dan uwi

(Tharmila et al, 2011), kentang dan umbi palmirah (Martyniuk et al, 2011),

kacang tunggak, kacang hijau, kacang soya hitam, dan kedelei (Ravimannan et al,

2014), sayur-sayuran seperti wortel, tomat, kubis, dan labu (Deivanayaki et al,

2012), buah bit (Al-Azzauy et al, 2011) dan buah avokad (Famurewa et al, 2008).

Potato dextrose agar merupakan salah satu media yang baik digunakan

untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungsi,

bakteri, maupun sel mahluk hidup. Media PDA merupakan jenis media biakan

dan memiliki bentuk/ konsistensi padat (solid). Potato dextrose agar merupakan

paduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan (Winda, 2009).

Mengingat media PDA instan dibuat oleh pabrik-pabrik atau perusahaan

tertentu sudah dalam bentuk sediaan siap pakai (ready for use), harganya mahal,

higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Media instan yang
2
terhitung mahal dan melimpahnya sumber alam baik yang mengandung

karbohidrat, protein, dan lemak mendorong para peneliti untuk menemukan media

alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat, tidak memerlukan biaya yang

mahal, dan sekaligus dapat mengurangi keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan

dalam penelitian (Cappucino, 2014).

PDA (Potato Dextrose Agar) memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6)

sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang

netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C

(Cappucino, 2014).

Media potato dextrose agar (PDA) berfungsi sebagai media kapang (jamur)

dan khamir. Selain itu PDA digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam

suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam

jumlah cukup yaitu terdiri dari 20 % ekstrak kentang dan 2 % glukosa sehingga

baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Komposisinya PDA berupa kentang (4 g/L (berasal dari 200

gr kentang), dektrose (15 g/L) dan aquades 1 L (Winda, 2009).

Media potato dextrose agar modifikasi adalah media taman jamur yang

terbuat dari gula, agar batang dan beberapa ekstrak umbi, umbi yang digunakan

adalah umbi kentang, umbi talas. Sejauh ini penenelitian terkait media alternatif

telah dilakukan diantaranya seperti sagu dan uwi, pati, sayur-sayuran seperti

wortel, tomat, kubis, dan labu, kacang tunggak, kacang hijau, kacang soya hitam,

dan kedelei (Ravimannan et al, 2014), dan buah avokad. Penelitian ini bermaksud

memodifikasi PDA (Potato Dextrose Agar) pabrikan dengan beberapa sumber

alam yang mudah didapat serta dengan harga terjangkau yaitu dengan
3
memodifikasi PDA dengan bahan dasar beberapa kentang lokal dan talas.

Sedangkan dextrose di ganti dengan gula pasir dan agar-agar diganti dengan agar-

agar batang yang ada dipasaran (Tharmila, 2011).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan media

PDA sebagai media tumbuh cendawan.


TINJAUAN PUSTAKA

Media PDA

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sering digunakan

untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan yeast dan kapang. Nutrient Agar

(NA) merupakan media biakan yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar,

sedangkan Potato Dextrose Agar (PDA) dibuat dari kentang dan agar.

Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh bakteri karena karbohidrat merupakan

substrat utama untuk metabolisme bakteri. Hampir setengah berat kering suatu

bakteri merupakan unsur karbon. Karbon dapat ditemukan dalam senyawa

karbohidrat, sehingga karbohidrat sangat berperan penting untuk mendukung

pertumbuhan bakteri (Radji, 2011).

Komponen Utama PDA

Menurut Amni (2009), berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam

media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis

(dextrose dan agar). Jenis Medium sangat bervarisasi bergantung kepada apa yang

dijadikan dasar penanaman. Berdasarkan kepada bentuknya dikenal tiga macam

medium, yaitu medium cair, medium semi solid dan medium padat. Beda utama

ketiga macam medium padat. Beda utama ketiga macam medium, yaitu ada

tidaknya bahan pemadat. Medium cair tidak menggunakan bahan pemadat.

Medium semi solid dan medium padat menggunakan bahan pemadat. Agar-agar

paling umum digunakan. jumlah bahan pemadat pada medium semi solid

setengahnya dari medium padat jumlah agarnya 1.5%-18% (Amni, 2009).


5
Karena extra potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose

(gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi

bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi bikan

yang baik, karena mengandung cukup air. Agar-agar merupakan karbohidrat

dengan molekul tinggi yang mengisi sel pada rumput laut. Agar-agar termasuk

pada kelompok peletin dan tergolong suatu polimer yang terbentuk dari monomer

glaktosa. (Winda 2009).

Kandungan Kentang Sebagai PDA

Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi,

dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi

untuk memadatkan medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut

sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme

terutama jamur (Winda 2009).

Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium semisintetik.

Media merupakan tempat dimana terjadi perkembangan organism, organism

menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang telah

dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa kentang harus dipotong dadu,

agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air sehingga

menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosirnya

(Risda 2007).

Kandungan Ubi Cilembu Sebagai PDA


6
Ubi madu/cilembu memiliki kandungan gizi yang berbeda, pada ubi jalar

putih memiliki kandungan gizi per 100 gram yaitu energy 152 kal, protein 1,5 g,

lemak 0,3 g, karbohidrat 35,7 g, serat 0,7 g, abu 0,9 g, Ca 29 g, Phospor 64 mg,

besi 0,8 mg, karoten total 264, vitamin B1 0,17 mg, vitamin C 9,8 mg, air 61,6 g,

dan Bdd 91 g. Untuk ubi jalar kuning termasuk jenis sumber karbohidrat yang

paling rendah diantara ubi jalar putih dan singkong yakni sebesar 26,7 g dari total

umbi mentah. Kandungan ubi jalar kuning yang lainnya yaitu energy 114 g,

protein 0,8 g, lemak 0,5 g, serat 1,1 g, abu 1,1 g, Ca 51 mg, phospor 4,7 mg, besi

0,9 mg, karoten total 4948, vitamin B1 0,06 mg, vitamin C 22,0 mg, air 70,9 g,

dan Bdd sebesar 85 g (Syarief, 2003).

Media Alternatif PDA Modifikasi

Banyak peneliti telah berhasil melakukan penelitian dalam menemukan

media alternatif seperti pati singkong, sagu dan uwi, kentang dan umbi palmirah,

kacang tunggak, kacang hijau, kacang soya hitam, dan kedelai sayur-sayuran

seperti wortel, tomat, kubis, dan labu, buah bit dan buah avokad (Famurewa,

2008).

Sumber karbohidrat di alam sangat melimpah namun belum banyak

dimanfaatkan, salah satunya yaitu dari jenis umbi-umbian seperti ganyong,

gembili dan garut. Umbi-umbi tersebut memiliki berbagai nutrisi cukup sehingga

memungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Berdasarkan

uraian diatas, maka peneliti bermaksud mengkaji berbagai macam media alternatif

untuk pertumbuhan jamur uniseluler yaitu Candida albicans dan jamur


7
multiseluler Aspergillus niger menggunakan berbagai sumber karbohidrat yang

berbeda yaitu umbi ganyong, umbi gembili dan umbi garut (Famurewa, 2008).
BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

40 g kentang, digunakan untuk pembuatan media PDA.

40 g ubi cilembu, digunakan untuk pembuatan media PDA.

8 g gula, digunakan sebagai bahan pembuatan media PDA.

4 g agar-agar, digunakan sebagai pembuatan media PDA dan NA.

800 mL air, digunakan untuk larutan pembuatan media PDA dan NA.

Alat

Pisau, digunakan untuk mengupas kentang.

Timbangan, digunakan untuk menimbang.

Cawan petri, digunakan untuk tempat pembiakan media.

Panci, digunakan untuk merebus larutan media.

Pengaduk, digunakan untuk mengaduk larutan.

Autoklaf, digunakan untuk sterilisasi basah pada media.

Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan.

Alat tulis, digunakan untuk mencatat hal - hal yang penting.

Labu erlenmeyer, digunakan untuk menaruh larutan media.

Kompor, digunakan untuk memanaskan larutan media.

Alumunium foil, digunakan untuk penutup botol pada media.

Cling warp, digunakan untuk penutup setelah dilapisi oleh alumunium foil

agar lebih rapat pada botol.


9
Kertas label, digunakan untuk memberikan identitas pada sampel.

Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Desember 2020

pukul 16.30 WITA – selesai. Betempat pelaksanaan di Laboratorium Produksi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

dan di Rumah.

Pelaksanaan

1. Membuang Kulit kentang, kemudian mencuci dan memotong-potong kecil.

merebus dengan 200 ml air sampai kentang (ubi cilembu) matang.

2. Menyaring air rebusan kentang (ubi cilembu) menggunakan kain saring dan

tambahkan air sampai 200 ml.

3. Menambahkan 4 g dextrose dan 4 g agar-agar, aduk-aduk selama 30 menit

sampai agar-agar larut.

4. Mengukur 10 ml media agar dalam keadaan panas, masukan ke dalam cawan

petri tutup dengan cling wrap dengan rapat dan juga aluminium foil serta

diberi label.

5. Mensterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 110-121 °C selama 30

menit -1 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum ini berupa beberapa data pengamatan yang dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pembuatan media PDA berbahan kentang


No
Gambar Keterangan
.

Mengupas dan memotong kecil-


1. kecil kentang, kemudian
menimbang sebanyak 40 gr

2. Menimbang gula sebanyak 4 gr

3. Menimbang agar sebanyak 2 gr

Merebus kentang dengan 200 ml


4.
air hingga matang
11

Menyaring air rebusan kentang


menggunakan saringan,
5.
kemudian menambahkan 4 gr
gula

6. Menambahkan 2 gr agar

Memasukan larutan ke dalam


7.
cawan petri

Menutup cawan petri


8.
menggunakan cling warp
12

9. Memberi label pada cawan petri

Tabel 2. Pembuatan media PDA berbahan ubi cilembu


No
Gambar Keterangan
.

Mengupas dan memotong kecil-


1. kecil ubi cilembu, kemudian
menimbang sebanyak 40 gr

2. Menimbang gula sebanyak 4 gr

3. Menimbang agar sebanyak 2 gr


13

Merebus ubi cilembu dengan


4.
200 ml air hingga matang

Menyaring air rebusan ubi


cilembu menggunakan saringan,
5.
kemudian menambahkan 4 gr
gula

6. Menambahkan 2 gr agar

Memasukan larutan ke dalam


7.
cawan petri

Pembahasan
14
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi untuk

menumbuhkan mikroorganisme. Selain untuk menumbuhkan mikroorganisme,

medium dapat digunakan untuk isolasi, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan

perhitungan jumlah mikroorganisme. Media berdasarkan sifat terbagi menjadi 3

yaitu media padat, media semi padat semi cair, media cair (Taurisia et al., 2015)

Dalam pembuatan medium digunakan sebagai sumber makanan bagi

mikroba. Seperti halnya pepton merupakan sumber nitrogen organik yang juga

diperuntukan bagi mikroorganisme heterotrof. Laktosa dan Dextrose merupakan

sumber energi bagi sebagian besar bakteri yang termasuk heterotrof. Selain itu

kentang dan tauge yang banyak mengandung karbohidrat merupakan sumber

karbon yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Dalam pembuatan medium

harus digunakan aquades atau air murni, karena air sadah pada umumnya

mengandung kadar ion kalsium dan ion magnesium yang tinggi. Pada medium

yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas semacam ini

dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan megnesium fosfat.

PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan

jamur dilaboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6)

sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang

netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C

(Cappucino, 2014).

Bibit F0 ini adalah Potatoes Dextrose Agar (PDA) dengan bahan dasar

kentang sebagai sumber nutrisi pada media PDA berasal dari air rebusan kentang,

dimana kentang mengandung karbohidrat 2 cukup tinggi, sehingga mampu

mencukupi kebutuhan jamur untuk pertumbuhan miselium. Berdasarkan penilitian


15
Singgih (2015), dalam 100 g kentang terkandung 19,10 g karbohidrat, 2,00 g

protein, 0,10 g lemak, 11,00 mg kalsium, 56 mg fosfor dan 1,00 mg besi.

Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi sintetik

karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar).

Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi, dextrose

sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi untuk

memadatkan medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat

diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme terutama

jamur. Media Potato Dextrose Agar (PDA) berfungsi sebagai media kapang

(jamur) dan khamir. Selain itu PDA digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang

dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat

dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa

sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Komposisinya PDA berupa kentang (4 g/L (berasal dari 200

gr kentang)), dektrose (15 g/L) dan aquades 1L.

Pembuatan modifikasi media PDA f0 dengan berbahan dasar ubi cilembu

dengan kentang prosesnya sama yaitu, di awali dengan mengupas dan memotong

kecil-kecil kentang/ubi cilembu, kemudian menimbang sebanyak 40 gr,

menimbang gula sebanyak 4 gr, menimbang agar sebanyak 2 gr, merebus

kentang/ubi cilembu dengan 200 ml air hingga matang, menyaring air rebusan

kentang/ubi cilembu menggunakan saringan, kemudian menambahkan 4 gr gula,

menambahkan 2 gr agar, memasukan larutan ke dalam cawan petri, menutup

cawan petri menggunakan cling warp, dan yang terakhir yaitu memberi label pada

cawan petri
16
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari pr yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai

untuk menumbuhkan mikroorganisme.

2.  Bibit jamur Merang F0 adalah bibit jamur indukan dengan media agar-agar

(PDA) yang berasal dari ekstrak kentang atau ubi cilembu.

3. Media PDA modifikasi bertujuan untuk menghemat biaya produksi yang

biasanya relatif lebih mahal.

4. Kentang dan ubi cilembu adalah bahan dasar PDA modifikasi yang memiliki

bahan organik dan jumlah nutrisi yang berbeda namun bisa menumbuhkan

jamur dengan optimal.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah adanya perbandingan bahan dasar pembuat

media F0 dengan beberapa media dasar agar bisa melihat bahan yang lebih baik

dan efektif serta efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Al-azzauy, Ahmed A.M., and Salman, A.M.H. 2011. The Beetroot Juice As A
Bacterial Growth And Maintenance Medium For Many Pathogenic Bacteria.

Amni. 2009. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Cappucino. 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi. EGC. Jakarta.

Deivanayaki, M., Iruthayaraj, P. A. 2012. Alternative Vegetable Nutrient Source


for Microbial Growth.International Journal of Biosciences (IJB),2(5):47-51.

Famurewa, O., David, O. M. 2008. Formulation and Evaluation of Dehirated


Microbiological Media from Avocado Pear (Peasea Americana Cmill).
Research Journal of Microbiology, 3 (5): 326-330.

Famurewa. 2008. Formulation and Evaluation of Dehidrated Microbiogical Media


from Avocado pear (Peasea Americana Cmill). Reasearch Journal of
Microbiology. 3(5): 326-330.

Kwoseh, C.K., Darko. M. A., and Adubofour , K. 2012. Cassava Starch-Agar


Blend as Alternative Gelling Agent For Mycological Culture Media.
Bots. J. AgricApplSci, 8 (1): 8-15.

Martyniuk, C. J., Feswick, A., Fang, B., Koomen, J. M., Barber, D. S., Gavin, T.,
& LoPachin, R. M. (2013). Protein targets of acrylamide adduct formation
in cultured rat dopaminergic cells. Toxicology letters, 219(3), 279-287.

Radji. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan


Kedokteran. EGC. Jakarta.

Ravimannan, N., Arulanantham, R., Pathmanathan, S., and Niranjan, Kularajani.


2014. Alternative Culture Media For Fungal Growth Using Different
Formulation Of Protein Sources. Annals of Biological Research, 5(1):36-39.

Risda. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Santoso, Singgih. (2015). Menguasai Statistik Multivariat. Jakarta. PT Elex Media


Komputindo.

Syarief. 2003. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Fakultas Petanian UHO.


Kendari.

Taurisia, P. P., Proborini, M. W., dan Nuhantoro, I. 2015. Pengaruh media


terhadap pertumbuhan dan biomassa cendawan Alternaria alternata (Fries)
Keissler. Jurnal Biologi Udayana, 19(1).
19

Tharmila, S., Jeyaseelan, E. C., and Thavaranjit, A. C. 2011. Preliminary


Screening Of Alternative Culture Media For The Growth Of Some Selected
Fungi. Archives of Applied Science Research, 3 (3):389-393.

Tharmila. 2011. Preliminary Screening Of Alternative Culture Media For the


Growth Of Some Fungi. Archives of Applied Science Reasearch. 3 (3):
389-393.
Winda. 2009. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
PENABURAN BIBIT JAMUR TIRAM F0
(Laporan Praktikum Bioteknologi Pertanian)

OLEH:
MUHAMMAD RIJALI
1810512210024
KELOMPOK 3

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL....................................................................................... ii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................. 1


Tujuan ............................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

Langkah-langkah Budidaya Jmaur Tiram ........................................ 4


Pengertian dan Ciri-ciri F0 ............................................................... 4
Kendala Pembuatan F0 ..................................................................... 5
Indikator Keberhasilan Pembuatan F0.............................................. 6
Indikator Kegagalan Pembuatan F0 ................................................. 7

BAHAN DAN METODE .......................................................................... 6

Bahan dan Alat................................................................................... 6


Bahan.................................................................................... 6
Alat........................................................................................ 6
Waktu dan Tempat............................................................................ 7
Pelaksanaan ...................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 8

Hasil................................................................................................... 8
Pembahasan ...................................................................................... 10

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 12

Kesimpulan........................................................................................ 12
Saran.................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pembibitan F0 kentang ......................................................................... 10

2. Pembibitan F0 ubi cilembu .................................................................. 10


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan berbentuk

setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan

berwarna putih hingga krem. Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari

hitam, abu-abu, coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan

diameter 5-20 cm. Jamur tiram putih dapat dijumpai di alam bebas pada hutan

pegunungan daerah sejuk. Jamur ini hidup pada permukaan pohon yang sudah

melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang (Muljowati, 2015).

Jamur tiram merupakan jamur yang bersifat saprofit sehingga hanya

membutuhkan senyawa karbohidrat yang berasal dari proses perombakan bahan

organik untuk dijadikan nutrisi oleh miselium jamur. Berdasarkan penelitian

Thongklang (2010), nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur untuk tumbuh adalah

karbohidrat (polisakarida, disakarida dan monosakarida), asam organik dan asam

amino. Namun, karbohidrat merupakan nutrisi yang paling penting untuk

pertumbuhan miselium jamur. Karbohidrat dibutuhkan dalam jumlah yang paling

besar dibandingkan nutrisi yang lain. Bii-bijian 3 mengandung karbohidrat,

seperti pati dan gula sederhana yang dapat digunakan secara langsung sebagai

nutrisi bagi pertumbuhan miselium jamur (Utoyo, 2010)

Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang cukup dikenal

masyarakat luas. Jamur ini biasanya dikonsumsi sebagai makanan karena

kandungan gizinya yang tinggi meliputi karbohidrat 50-60%, protein 19-30%,

sejumlah asam amino, vitamin B1 (Thiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niacin), B5


2
(Asam panthotenat), B7 (Biotin), Vitamin C, serta mineral lainnya (Sumarsih,

2010). Selain kandungan gizi yang cukup lengkap, jamur ini juga tidak

mengandung kolesterol, teksturnya lembut, dan harganya terjangkau (Piryadi,

2013). Diperkirakan kebutuhan jamur tiram di Indonesia tahun 2015 akan naik

menjadi 21.900 ton/tahun dengan asumsi kenaikan pasar sekitar 5% per tahun.

Kebutuhan jamur tiram putih yang semakin meningkat tidak sepadan dengan

tingkat produksinya. Berdasarkan hasil perhitungan capaian produksi jamur tiram

putih tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 61,75% jika dibandingkan tahun

2011 dari 45.854 ton menurun menjadi 17.541 pada tahun 2012 (Ibrahim, 2012).

Jamur tiram dibudidayakan pada media yang mengandung unsur C dalam

bentuk karbohidrat dalam jumlah yang tinggi. Media harus mengandung unsur N

dalam bentuk Amonium atau Nitrat, N-organik atau N-atmosfer. Unsur N ini akan

diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain itu media tumbuh jamur juga

mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk menetralkan asam oxalat yang

dikeluarkan oleh miselium, pH antara lima koma lima sampai enam koma lima,

kelembaban 68%, CO2 kurang dari satu persen, suhu sekitar 23-25 °C dan

memiliki partikel yang agak kasar supaya tidak mudah memadat, sehingga tidak

menghambat ruang pertumbuhan miselium (Djarijah dan Nunung, 2009).

Jamur tiram termasuk dalam 4 spesies jamur konsumsi yang paling diminati

oleh masyarakat. Jamur tiram juga memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi,

sehingga menjadikan kedua jamur ini mudah dibudidayakan. Berdasarkan

penelitian Betharia (2017), miselium jamur tiram dan jamur merang sudah

mengalami pertumbuhan sejak hari ketiga setelah inokulasi dan sudah memenuhi

cawan petri setelah hari ketujuh inokulasi.


3
Bibit F0 diperoleh dari spora yang membentuk hifa, berupa benangbenang

halus. Hifa akan tumbuh semakin kompleks kemudian membentuk miselium

jamur. Miselium akan membentuk cabang-cabang pada permukaan media dan

tumbuh sempurna menutupi seluruh media selama 10-14 hari untuk jamur tiram

dan 7-10 hari untuk jamur merang. Miselium jamur harus berwarna putih dan

tumbuh dari jaringan yang diinokulasi (Achmad, 2011).

Berdasarkan penelitian Pertiwi (2017), bibit F0 jamur tiram dan jamur

merang dapat tumbuh pada media ekstrak, bubur dan tepung dengan bahan dasar

singkong. Hasil pertumbuhan miselium jamur tiram maupun jamur merang dapat

tumbuh pada ketiga bentuk media tersebut. Namun, hasil pertumbuhan miselium

terbaik yaitu pada media ekstrak dengan diameter 2,25 cm pada jamur tiram dan

7,75 cm pada jamur merang, serta pada media tepung diameter miselium bibit F0

yang diperoleh dapat mencapai 2,4 cm pada jamur tiram dan 8,75 cm pada jamur

merang.

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penaburan dan

pembuatan bibit F0 yang baik dan benar.


TINJAUAN PUSTAKA

Langkah-langkah Budidaya Jamur Tiram

Budidaya jamur tiram dimulai dengan mendirikan kumbung yaitu tempat

menyimpan media tanam jamur tiram yang disebut baglog. Kumbung berfungsi

sebagai pelindung baglog dari hujan dan sinar matahari. Kumbung dapat dibangun

dengan dinding berbahan bambu dan atap dengan genting karena harganya yang

relatif murah. Umumnya, usaha budidaya jamur memiliki dua jenis kumbung

yaitu kumbung untuk inkubasi dan kumbung untuk produksi (Meinada, 2013).

Baglog adalah media tanam jamur tiram, dimana media ini terbuat dari

serbuk gergaji kayu yang bisa dicampur dengan berbagai bahan seperti gandum,

jerami, gabah padi ataupun ampas kopi. Baglog disusun dalam rak-rak yang

terdapat pada kumbung. Pada kumbung inkubasi, baglog diinkubasikan selama 3

hingga 6 minggu hingga miselium jamur tumbuh di seluruh permukaan baglog.

Baglog yang pertumbuhan miseliumnya sudah merata dipindahkan ke kumbung

produksi, yang kemudian akan dilakukan pemanenan setelah 15 hari dipindahkan

dan satu baglog dapat dipanen 4-5 kali lalu dilakukan pergantian baglog

(Meinada, 2013).

Pengertian dan Ciri-ciri Khusus F0

Bibit F0 diperoleh dari spora yang membentuk hifa, berupa benangbenang

halus. Hifa akan tumbuh semakin kompleks kemudian membentuk miselium

jamur. Miselium akan membentuk cabang-cabang pada permukaan media dan

tumbuh sempurna menutupi seluruh media selama 10-14 hari untuk jamur tiram
5
dan 7-10 hari untuk jamur merang. Miselium jamur harus berwarna putih dan

tumbuh dari jaringan yang diinokulasi (Achmad, 2011).

Pertumbuhan miselium jamur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu,

kandungan air dan kelembapan udara yang berbeda-beda pada tiap spesiesnya.

Suhu yang dibutuhkan jamur tiram untuk pembentukan miselium adalah 20 °C-30

°C dengan kelembapan 80%-85% Miselium jamur tiram akan tumbuh optimal bila

kandungan air dalam media berkisar antara 70%-75%. Miselium jamur tiram dan

jamur merang tidak membutuhkan oksigen yang banyak untuk pertumbuhannya.

Sedangkan pada jamur merang membutuhkan suhu 30 °C-32 °C dengan

kelembapan 80-90% untuk menumbuhkan miselium (Wiardani, 2010).

Kendala Pembuatan F0

Dalam mengembangkan usaha jamur, petani megalami kendala di

pembibitan (F0, F1, dan F2) terutama di pembuatan media dan isolasi bibit induk.

Pada saat pembuatan media bibit induk jamur tiram, petani biasanya melakukan

perkiraan ukuran, sehingga media yang dihasilkan kualitasnya kurang bagus.

Kurangnya pengetahuan petani jamur tiram tentang pembuatan media untuk

biakan murni (F0), pemilihan indukan jamur untuk dijadikan biakan murni (F0),

sterilisasi media jamur F0, F1, dan F2, dan keterbatasan alat pendukung untuk

isolasi biakan murni menjadi kendala petani untuk menghasilkan bibit jamur yang

berkualitas. Selain itu tingkat kontaminasi pada bibit jamur yang dikembangkan

cukup tinggi. Tingkat kontaminasi biakan murni (F0) sebesar 75% (Wiardani,

2010).

Indikator Keberhasilan Pembuatan F0


6
Jamur tiram F0 mempunyai indikator keberhasilan dari syarat tumbuh yaitu

Jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter

dari permukaan laut diatas lokasi yang memiliki kdar air sekitar 60% dan derajat

keasaman atau pH 6-7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar airnya

kurang dari 60%, miselium jamur ini tidk bis menyerap sari makanan dengan baik

sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika kadar air di lokasi tumbuhnya terlalu

tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar (Djarijah dan Nunung, 2009).

Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu di

sembarang tempat. Tetapi, jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang

tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang memiliki

ketinggian antara 600 m-800 m diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan

optimum untuk pertumbuhan jamur tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan

tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi

udara lancar dan angin sepoi-sepoi basah (Djarijah dan Nunung, 2009).

Keberhasilan pembuatan bibit F0 pada media PDA ditandai dengan adanya

pertumbuhan miselium yang merata memenuhi permukaan media. Berdasarkan

Sunarmi (2010), awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang

bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat–sifat genetik yang baik, yakni dalam

hal kuantitas maupun kualitas. Untuk menghasilkan mutu jamur yang baik tentu

sangat tergantung dari mutu bibitnya, bibit jamur tiram dan jamur merang yang

baik salah satunya ditandai dengan pertumbuhan miselium yang merata diseluruh

permukaan atas media.

Indikator kegagalan Pembuatan F0


7
Kontaminasi dapat disebabkan oleh kondisi yang tidak aseptis saat

mengisolasi bibit. Kemungkinan lain dapat disebabkan karena saat jamur di

isolasi ke cawan petri, mulut cawan petri terbuka terlalu lebar sehingga pathogen

yang tidak diinginkan ikut masuk kedalam cawan petri. Selain itu, kontaminasi

juga dapat disebabkan karena sterilisasi yang tidak sempurna, yaitu lamanya

sterilisasi dan takaran pembuatan media F0 yang kurang tepat. Waktu yang tepat

untuk sterilisasi berkisar antara 20-30 menit setelah air mendidih, sedangkan

untuk takaran dalam pembuatan media F0 yang tidak tepat akan menyebabkan

kontaminasi dan kegagalan tumbuh miselium. Adanya kontaminasi menyebabkan

pertumbuhan miselium terhambat bahkan tidak akan tumbuh sama sekali. Hal ini

bisa dilihat dari kondisi media yang dibuat, biasanya media yang terserang akan

menimbulkan bintik-bintik putih (Sunarmi,2010).


BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Media PDA, digunakan untuk pembiakan jamur tiram F0.

Buah jamur tiram muda, sebagai sampel pada praktikum.

Alkohol, digunakan sebagai mensterilkan alat dan bahan.

Air, digunakan untuk larutan pada praktikum.

Spiritus, digunakan untuk menyalakan lampu bunsen.

Alat

Pisau, digunakan untuk mengupas kentang.

Lampu bunsen, digunakan untuk mensterilkan alat.

Sprayer 500 mL, digunakan untuk menyemprot.

Pinset, digunakan untuk mengambil sampel berukuran kecil.

Alumunium foil, digunakan untuk penutup botol pada media.

Cling warp, digunakan untuk penutup setelah dilapisi oleh alumunium foil

agar lebih rapat pada botol.

Kertas label, digunakan untuk memberikan identitas pada sampel.

Tabung enkas, digunakan untuk tempat penanaman mikroba.

Masker, digunakan untuk melindungi pernapasan agar tidak terjadinya

kontaminasi.

Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum.


9
Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Desember 2020

pukul 09.45 WITA - selesai Tempat pelaksanaan di Laboratorium Produksi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

dan di Rumah.

Pelaksanaan

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Memilih bagian paling baik dari buah jamur tiram.

3. Membelah bagian jamur tiram hingga terlihat bagian tengahnya.

4. Mengambil bagian tengah dari buah jamur tiram yang telah dibelah

menggunakan pinset yang telah disterilkan.

5. Membuka penutup media PDA panaskan bagian tepi cawan petri dengan

menggunakan lampu bunsen.

6. Meletakkan bagian yang telah diambil menggunakan pinset pada bagian

tengah media PDA.

7. Memanaskan kembali bagian tepi cawan petri menggunakan lampu bunsen

kemudian tutup kembali media PDA dengan cling warp yang telah ditabur

biakan.

8. Menyimpan media PDA yang telah ditabur biakan ke dalam ruang inkubasi

pada suhu ruangan selama 1-2 bulan hingga miselium memenuhi cawan petri.

9. Bibit F0 siap digunakan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum ini berupa beberapa data pengamatan yang dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pembibitan F0 kentang


Pengamatan Kontaminasi
Gambar Keterangan
. (Ya/Tidak)

Berhasil tumbuh
karena ada hifa yang
Minggu 1 Tidak
tumbuh pada media
PDA kentang

Tabel 2. Pembibitan F0 ubi cilembu


Pengamatan Kontaminasi
Gambar Keterangan
. (Ya/Tidak)

Berhasil tumbuh
karena ada hifa yang
Minggu 1 Tidak
tumbuh pada media
PDA ubi cilembu

Pembahasan

Media PDA yang dapat digunakan untuk menangkap dan menumbuhkan

cendawan harus memenuhi kebutuhan nutrisi dan kondisi lingkungan yang


11
dibutuhkan cendawan tersebut. Selain itu, media PDA yang digunakan tidak boleh

terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya seperti bakteri. Media yang

terkontaminasi biasanya disebabkan oleh kesalahan pada saat pensterilan di dalam

autoklaf sehingga terdapat mikroorganisme lain seperti bakteri dalam media yang

dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan cendawan yang diinginkan.

Pembuatan media harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dan teliti agar

media tersebut tidak terkontaminasi.

PDA (Potato Dextrose Agar) yang dibuat dengan kentang biasa dan ubi

cilembu tidak mengalami kontaminasi yang ditandai dengan tumbuhnya hifa

dalam waktu 1 minggu pada media PDA yang menggunakan kentang.

Menurut Muljowati (2015), jamur merang di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom :  Myceteae

Divisi : amastigomycota

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Tricholomataceae

Genus : Pleurotus sp.

Spesies : Pleurotus ostreatus

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada

batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar

membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki

tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram

berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang

berwarna putih dan lunak. Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2 sd
12
6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi

pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral di bagian tepi atau

eksentris (agak ke tengah) (Djarijah dan Nunung, 2009).

Suhu pada suhu 25 °C hingga 30 °C miselium akan tumbuh optimal,

sedangkan untuk pembentukan tubuh buah jamur, suhu yang dikehendaki adalah

18 °C hingga 20 °C. Tingkat keasaman atau pH. pH yang dikehendaki oleh

miselum ini adalah 5,5 hingga 6,5. Pertumbuhan miselium dapat terhambat

apabila kondisi pH terlalu asam atau terlalu basa. Pada pembentukan tubuh buah,

kondisi keasaman agak netral yaitu pada pH 6,8 hingga 7,0. Kelembaban.

Pertumbuhan miselium membutuhkan kelembaban udara yaitu 65% hingga 70%.

Dengan kadar air sekitar 60% miselium jamur akan tumbuh dengan baik.

Pertumbuhan tunas dan tubuh buah akan tumbuh optimal pada kelembaban udara

80% hingga 85%. Jika kelembaban di bawah 80% maka tunas dan tubuh buah

mengalami gangguan absorbsi nutrisi yang akan berakibat kekeringan. Aerasi

jamur tiram akan tumbuh optimal tanpa terkena sinar matahari langsung, selain itu

juga pada lingkungan yang teduh dan sirkulasi udara yang lancar dengan angin

spoi-spoi basah karena membutuhkan oksigen sebagai senyawa pertumbuhan atau

bisa dikatakan semi anaerob. Oksigen juga akan mendukung pertumbuhan dari

jamur, maka perlu adanya sirkulasi udara yang lancar, namun jika oksigennya

terbatas akan mengganggu dalam pembentukan tubuh buah yaitu tubuh buah yang

dihasilkan akan kecil dan abnormal. Cahaya dalam keadaan gelap miselium akan

tumbuh optimal, sedangkan tubuh buah akan tumbuh optimal pada kondisi yang

agak terang, hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan buah (tangkai dan

tudung). Jika cahaya kurang atau kurang dari 40 lux maka tangkai buah jamur
13
akan tumbuh kecil dan tudung akan tumbuh abnormal. Nutrisi. Salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram adalah ketersediaan

nutrisi antara lain air, karbon, nitrogen, vitamin, dan unsur mineral. Air berguna

sebagai kelancaran transportasi yaitu untuk kelancaran aliran partikel kimia antar

sel, sedangkan karbon yang digunakan untuk sumber energi, nitrogen digunakan

dalam sintesis protein, purin, dan pirimidin, vitamin digunakan sebagai

katalisator, unsur mineral yang dibutuhkan adalah unsur makro dan mikro. Unsur

makro yaitu P, K, Ca, Mg dan lain-lain, sedangkan unsur mikro antara lain Zn,

Cu, dan lain-lain (Djarijah dan Nunung, 2009).

Secara umumnya jamur memiliki tudung yanga berbeda-beda tergantung

dengan jenis dan varietesnya. Tetapi jamur merang memiliki tudung dengan

diameter 5-14 cm dengan berbentuk bulat telur kemudian terlihat cembung dan

memiliki permukaan kering, serta memiliki warna yang sangat bervariasi mulai

dari warna coklat, putih, keabu-abuan dan kehitaman. Jamur juga memiliki

tangkai berbeda-beda tergantung dengan pertumbuhan jamur tersebut, tangkai

jamur merang memiliki panjang 3-8 cm, berdiameter 5-9 cm, biasanya di bagian

dasar berwarna puti, kuat dan juga licin. Selain itu, jamur merang juga memiliki

spora berwarna merah jambu dengan ukuran spora 7-9 x 5-6 mikro, menjorong

dan sangat licin. Sproa jamur ini memiliki garis-garis yang berbentuk seperti kipas

dan juga terdapat cincin membulat di bagian spora tersebut (Muljowati, 2015).

Menurut Muljowati (2015), jamur merang di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Myceteae

Subkingdom : Eukaryota

Divisi : Amastigomycota
14
Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Volvariella

Spesies : Volvariella volvacea


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Media yang digunakan pada praktikum kali ini adalah PDA dengan

menggunakan kentang dan ubi cilembu.

2. Media tersebut menumbuhkan jamur tiram putihdan jamur merang.

3. Dilihat pada waktu 1 minggu terlihat hifa yang muncul besar pada media

PDA kentang.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah agar bisa memaksimalkan waktu agar

praktikum bisa tuntas materinya, dan agar bisa menambah alat-alat laboratorium

agar tidak memakan waktu dengan lama.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Penebar Swadya. Jakarta.

Djarijah dan Nunung. 2009. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta.

Ibrahim. 2012. Manual Laboratorium Biologi. EGC. Jakarta.

Meinada. 2013. Panen Cepat Budidaya Jamur. Padi. Bandung.

Muljowati. 2015. Penyuluhan Jamur Pangan di Desa Argo Peni Kecamatan ayah
Kabupaten Kebumen. Fakultas Biologi Unsoed. Jawa tengah.

Pertiwi. 2017. Sukses Budidaya Nilai Tumpangsari Jamur Tiram. Penerbit Abata
Press. Klaten.

Sunarmi. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga. Penebar Swadya.
Jakarta.

Wiardani. 2010. Budidaya Jamur Tiram Putih. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Thongklang, N. 2010. Culture Condition, Inoculum Production and Host


Response of a Wild Mushroom, Phlebopus portentosus Strain CMUHH121-
005. Maejo International Journal of Science and Technology. 5 (03): 413-
425.

Utoyo, Norwiyono. 2010. Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Betharia, Nawangwulan Rhaina. (2017). Pemanfaatan Biji Nangka Sebagai Media


Alternatif Untuk Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram Dan Jamur Merang.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17

Anda mungkin juga menyukai