Anda di halaman 1dari 11

RESUME

PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pembinaan Kompetensi Mengajar

Dosen Pengampu: H. Nindia YW, M. Pd.

Disusun Oleh:

Annisa Hakim (1801060007)

Kelas A

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN 2021
PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR

A. Pengertian Pembinaan Kompetensi Mengajar


1. Pengertian Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh


Balai Pustaka menjelasan bahwa Pembinaan berasal dari kata “bina”
yang berarti pelihara, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih
baik, lebih maju dan lebih sempurna. Sedangkan kata pembinaan
berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil
guna memperoleh hasil yang baik (Rohim, 2011).
Pembinaan adalah serangkaian bantuan yang diberikan oleh
orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas, dan
ahli lainnya) kepada guru dengan tujuan agar dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang telah
direncanakan dapat tercapai.
Imran (1995) mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga
macam pembinaan, antara lain:
1. Pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara program
pengajaran di kelas
2. Kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar anak didik
3. Memperbaiki situasi belajar anak didik.
Tujuan dari pembinaan guru adalah untuk memperbaiki proses
belajar mengajar yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui
serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Dalam memperbaiki
proses belajar mengajar yang tercapai antara lain melalui peningkatan
kemampuan professional guru tersebut, agar dapat memberikan
kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan (Rohim, 2011).

2. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari
bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011).
Menurut Mulyasa (2003) dalam Hawi (2013), Kompetensi juga
merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi
juga dapat diartikan sebagai kemampuan, dalam hal ini guru juga harus
memiliki kemampuan tersendiri, guna mencapai harapan yang kita
cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan
proses belajar mengajar pada khususnya.
Dalam suatu profesi, kemampuan melaksanakan tugas dari
keahlian yang menjadi tanggung jawabnya merupakan syarat utama.
Kemampuan dasar itulah yang dinamakan kompetensi. Kompetensi
adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan)
sesuatu”. Seseorang yang melaksanakan suatu pekerjaan mempunyai
kewenangan untuk membuat sebuah keputusan. Pada pekerjaan profesi
kewenangan untuk mengambil keputusan dimiliki oleh orang yang
mempunyai profesi tersebut. Setiap profesi harus diikuti oleh
kompetensi bagi pemiliknya, sehingga pekerjaan tersebut mempunyai
arti dalam penerapannya (Hidayat, 2008).
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam
hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Kompetensi itu sendiri merupakan perwujudan dari keterampilan hidup
yang harus dikuasi oleh peserta didik. Pada tingkat nasional
dikembangkan kompetensi untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan
dan berdasarkan itu kemudian dikembangkan kurikulum yang
disesuaikan dengan kondisi setempat. Dalam pendekatan ini setiap
daerah dan satuan pendidikan mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mengembangkan kurikulum beserta strategi pembelajarannya
yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Isjoni, 2009).
Tugas dan tanggung jawab profesi guru erat kaitanya dengan
kemampuan-kemampuan yang diisyaratkan untuk memangku profesi
tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain ialah kompetensi guru.

3. Pengertian Mengajar
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses
menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru, dosen, instruktur
atau widyaiswara kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar
tersebut, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan (transfer)
atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur
menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, instruktur atau
widyaiswara kepada siswa. Mengajar yang diartikan proses
menyampaikan (transfer), maknanya adalah “menyebarluaskan,
memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa secara maksimal (Anonim, 2013).
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan
dan pandangan. Dalam hal itu baik murid maupun pengajar harus
mengerti bahan yang akan dibicarakan. Dengan kata lain dalam
kegiatan mengajar itu harus terjadi suatu proses belajar. Pengajar harus
mengusahakan agar proses belajar itu terjadi. Namun bilamana
pengajar tidak mengerti tentang proses belajar, tentu tidak akan dapat
mengusahakan terjadinya proses tersebut (Rooijakkers, 2010).
Dengan kata lain, mengajar merupakan suatu aktivitas atau
kegiatan yang harus melibatkan anak didik sebagai subyek
pembelajaran. Mengajar tidak hanya aktivitas guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik, tetapi mengajar
juga meliputi aktivitas guru dalam mengorganisasi lingkungan
pembelajaran, agar tercipta suasana yang kondusif untuk belajar
(Oviyanti, 2009).

4. Pengertian Pembinaan Kompetensi Mengajar


Pembinaan kompetensi guru merupakan proses perubahan
kemampuan professional guru secara bertahap kearah yang lebih baik
untuk terciptanya suatu kesempurnaan. Pengembangan kompetensi
guru merupakan bagian dari kegiatan peningkatan tenaga
kependidikan. Kompetensi profesional guru adalah kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dimiliki guru sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dapat
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi pendidikan
nasional (Rohim, 2011).
Dalam proses pengajaran guru sangat dibutuhkan untuk
membimbing, mengarahkan dan memberikan sesuatu yang berguna
bagi peserta didik. Keberadaan guru amatlah penting dalam proses
belajar mengajar, di mana guru merupakan salah satu komponen yang
sangat berperan dalam mengantarkan siswa-siswinya pada tujuan
pendidikan yang telah ditentukan. Dalam proses belajar mengajar guru
dituntut memiliki kompetensi profesional. Karena itu di dalam proses
belajar mengajar guru sebagai pengajar, dan siswa sebagai subyek
belajar, dituntut adanya profil kualitas tertentu dalam hal pengetahuan,
kemampuan sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu
dapat berlangsung dengan efektif dan efisien (Nellyhiday, 2006).
Kunandar (2009) dalam Anonim (2013) menambahkan terdapat
empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga profesional.
Pertama, memiliki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku
manusia. Kedua, mempunyai sifat yang tepat tentang diri sendiri,
sekolah, rekan sejawat, dan bidang studi yang dibinanya. Ketiga,
menguasai bidang studi yang diajarkan. Keempat, mempunyai
keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar adalah sejumlah
kompetensi guru yang menampilkan kinerjanya secara profesional.
Keterampilan mengajar ini menunjukkan bagaimana guru
memperlihatkan perilakunya selama interaksi belajar mengajar
berlangsung.
Pembinaan kompetensi mengajar adalah suatu serangkaian
usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan
professional untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, perilaku,
dan keterampilan yang dimiliki guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban serta bertanggunng jawab dan layak mengajar dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.

B. Dasar-dasar Teori Pembinaan Kompetensi Mengajar


1. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional berkaitan dengan bidang studi menurut
Slamet PH (2006) terdiri dari Sub-kompetensi:
a. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk
mengajar.
b. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang
tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada dalam
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
c. Memaham struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi
materi ajar.
d. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.
e. Menerapkan konsep-konsep keilmuan kehidupan sehai-hari.

Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan


pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu
pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu
pendidikan bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi
keprofesionalnya.

Kompetensi Profesional: penguasaan materi pembelajaran


secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.Sub Kompetensi.

a. Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.


 Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
 Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar.
 Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.
 Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari.
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan.
 Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan


materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan dalamStandar Nasional Pendidikan (SNP).

2. Kompetensi Personal
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu
dilakukan dengan penuh kesabaran. Kepribadian itu mencakup semua
unsur, baik fisik maupun psikis sehingga dapat diketahui bahwa
tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang. Seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu. Oleh karena itu
baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Guru
sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki kepribadian yang
utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi
kehidupannya. Karena itu guru harus selalu berusaha memilih dan
melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra yang
baik terutama didepan murid-muridnya.
Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru
menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian:
a. Mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai norma hukum norma sosial dan etika yang berlaku.
b. Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta
didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
d. Berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga
berpengaruh positif terhadap peserta didik.
e. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas
dan suka menolong.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian itu adalah keseluruhan dari pada sifat-sifat seseorang, baik
rohani maupun jasmani yang membedakan seseorang dengan yang
lain. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap , stabil, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi
kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia,
serta mensejahterakanmasyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada
umumnya. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber
kekuatan, inspirasi, motivasi, inovasi bagi peserta didik. Namun sikap
pribadi negatif seorang guru seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak
mencemarkan nama baik guru. Dalam hal kompetensi kepribadian
guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya, karena guru
memiliki daya qalbu yang tinggi sehingga menampilkan pribadi
paripurna. Daya qalbu itu terdiri dari daya spiritual, emosional, moral,
rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin diri, harga
diri, tanggungjawab, keberanian moral, kerajinan, komitmen serta
etika.
Kompetensi Kepribadian: kemamapuan personal yang
menceminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan begi peserta didik dan berakhlak mulia.
Sub kompetensi:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil:
 Bertindak sesuai dengan norma hokum.
 Bertindak dengan norma sosial.
 Bangga sebagai guru.
 Memiliki konsekuensi dalam bertindak sesuai norma.
b. Kepribadian yang dewasa:
 Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik.
 Memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif:
 Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat.
 Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa:
 Memiliki perilaku yang berpengaruh positif tehadap peserta
didik.
 Memiliki perilaku yang disegani.
e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan:
 Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, jujur,ikhlas,suka
menolong).
 Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Artinya kompetensi terkait dengan
kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan
sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan interaksi sebagai
profesi maupun sebagai masyarakat, dan kemampuan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) terdiri dari sub-
kompetensi:
a. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan
mengelola konflik dan benturan.
b. Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat,
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait
lainnya.
c. Membangun kerja sama tim (teamwork) yang kompak.
d. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan
dengan seluruh warga sekolah, orangtua peserta didik, dengan
kesadaran sepenuhnyabahwa masing-masing peran dan tanggung
jawab terhadap kemajuan pembelajaran.
e. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.
f. Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dari sistem nilai yang
berlaku dimasyarakat sekitar.
g. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:
partisipasi, transpirasi,akuntabilitas, penegakan hukum dan
rofesionalisme).

Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah perangkat perilaku


yang merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial
secara objektif dan efesien. ini merupakan penghargaan guru di
masyarakat, sehingga mereka mendapatkan kepuasan diri dan
menghasilkan kerja nyata dan efesien, terutama dalam pendidikan
nasional.
Kompetensi Sosial: kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sub Kompetensi :

a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta


didik.
 Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
 Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efktif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
 Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua
wali peserta didik dan masyarakat sekitar

Anda mungkin juga menyukai