Disusun Oleh:
Kelas A
TAHUN 2021
PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR
2. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari
bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011).
Menurut Mulyasa (2003) dalam Hawi (2013), Kompetensi juga
merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi
juga dapat diartikan sebagai kemampuan, dalam hal ini guru juga harus
memiliki kemampuan tersendiri, guna mencapai harapan yang kita
cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan
proses belajar mengajar pada khususnya.
Dalam suatu profesi, kemampuan melaksanakan tugas dari
keahlian yang menjadi tanggung jawabnya merupakan syarat utama.
Kemampuan dasar itulah yang dinamakan kompetensi. Kompetensi
adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan)
sesuatu”. Seseorang yang melaksanakan suatu pekerjaan mempunyai
kewenangan untuk membuat sebuah keputusan. Pada pekerjaan profesi
kewenangan untuk mengambil keputusan dimiliki oleh orang yang
mempunyai profesi tersebut. Setiap profesi harus diikuti oleh
kompetensi bagi pemiliknya, sehingga pekerjaan tersebut mempunyai
arti dalam penerapannya (Hidayat, 2008).
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam
hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Kompetensi itu sendiri merupakan perwujudan dari keterampilan hidup
yang harus dikuasi oleh peserta didik. Pada tingkat nasional
dikembangkan kompetensi untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan
dan berdasarkan itu kemudian dikembangkan kurikulum yang
disesuaikan dengan kondisi setempat. Dalam pendekatan ini setiap
daerah dan satuan pendidikan mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mengembangkan kurikulum beserta strategi pembelajarannya
yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Isjoni, 2009).
Tugas dan tanggung jawab profesi guru erat kaitanya dengan
kemampuan-kemampuan yang diisyaratkan untuk memangku profesi
tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain ialah kompetensi guru.
3. Pengertian Mengajar
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses
menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru, dosen, instruktur
atau widyaiswara kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar
tersebut, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan (transfer)
atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur
menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, instruktur atau
widyaiswara kepada siswa. Mengajar yang diartikan proses
menyampaikan (transfer), maknanya adalah “menyebarluaskan,
memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa secara maksimal (Anonim, 2013).
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan
dan pandangan. Dalam hal itu baik murid maupun pengajar harus
mengerti bahan yang akan dibicarakan. Dengan kata lain dalam
kegiatan mengajar itu harus terjadi suatu proses belajar. Pengajar harus
mengusahakan agar proses belajar itu terjadi. Namun bilamana
pengajar tidak mengerti tentang proses belajar, tentu tidak akan dapat
mengusahakan terjadinya proses tersebut (Rooijakkers, 2010).
Dengan kata lain, mengajar merupakan suatu aktivitas atau
kegiatan yang harus melibatkan anak didik sebagai subyek
pembelajaran. Mengajar tidak hanya aktivitas guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik, tetapi mengajar
juga meliputi aktivitas guru dalam mengorganisasi lingkungan
pembelajaran, agar tercipta suasana yang kondusif untuk belajar
(Oviyanti, 2009).
2. Kompetensi Personal
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu
dilakukan dengan penuh kesabaran. Kepribadian itu mencakup semua
unsur, baik fisik maupun psikis sehingga dapat diketahui bahwa
tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang. Seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu. Oleh karena itu
baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Guru
sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki kepribadian yang
utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi
kehidupannya. Karena itu guru harus selalu berusaha memilih dan
melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra yang
baik terutama didepan murid-muridnya.
Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru
menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian:
a. Mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai norma hukum norma sosial dan etika yang berlaku.
b. Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta
didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
d. Berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga
berpengaruh positif terhadap peserta didik.
e. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas
dan suka menolong.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian itu adalah keseluruhan dari pada sifat-sifat seseorang, baik
rohani maupun jasmani yang membedakan seseorang dengan yang
lain. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap , stabil, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi
kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia,
serta mensejahterakanmasyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada
umumnya. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber
kekuatan, inspirasi, motivasi, inovasi bagi peserta didik. Namun sikap
pribadi negatif seorang guru seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak
mencemarkan nama baik guru. Dalam hal kompetensi kepribadian
guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya, karena guru
memiliki daya qalbu yang tinggi sehingga menampilkan pribadi
paripurna. Daya qalbu itu terdiri dari daya spiritual, emosional, moral,
rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin diri, harga
diri, tanggungjawab, keberanian moral, kerajinan, komitmen serta
etika.
Kompetensi Kepribadian: kemamapuan personal yang
menceminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan begi peserta didik dan berakhlak mulia.
Sub kompetensi:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil:
Bertindak sesuai dengan norma hokum.
Bertindak dengan norma sosial.
Bangga sebagai guru.
Memiliki konsekuensi dalam bertindak sesuai norma.
b. Kepribadian yang dewasa:
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik.
Memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif:
Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat.
Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa:
Memiliki perilaku yang berpengaruh positif tehadap peserta
didik.
Memiliki perilaku yang disegani.
e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan:
Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, jujur,ikhlas,suka
menolong).
Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Artinya kompetensi terkait dengan
kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan
sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan interaksi sebagai
profesi maupun sebagai masyarakat, dan kemampuan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) terdiri dari sub-
kompetensi:
a. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan
mengelola konflik dan benturan.
b. Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat,
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait
lainnya.
c. Membangun kerja sama tim (teamwork) yang kompak.
d. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan
dengan seluruh warga sekolah, orangtua peserta didik, dengan
kesadaran sepenuhnyabahwa masing-masing peran dan tanggung
jawab terhadap kemajuan pembelajaran.
e. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.
f. Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dari sistem nilai yang
berlaku dimasyarakat sekitar.
g. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:
partisipasi, transpirasi,akuntabilitas, penegakan hukum dan
rofesionalisme).