Anda di halaman 1dari 53

ANALISA BEDAH / STUDI KASUS

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH


PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH :

1. Ria Susanti 18023000007 ………………………..

2. Nur Afni Indah Sari 18023000027 ………………………..

3. Yohana Sandra Karina 18023000057 ……………………….

4. Dewi Rizki Wisudawati 18022000142 ……………………….

5. Syarief Maulana 18022000143 ……………………….

6. Erwan Budi Santoso 18022000150 ……………………….

KELAS SORE
JURUSAN AKUNTANSI DAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNMER MALANG

1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia” ini dengan baik. Makalah ini
kami susun guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila pada semester 1 (satu).
Makalah ini membahas nilai-nilai Pancasila yang telah lama ada, baik sebelum kemerdekaan
maupun pada masa setelah kemerdekaan, serta membahas beberapa kasus yang berkaitan
dengan Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang sedang terjadi di
masyarakat saat ini, berikut juga dengan analisanya.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama orang tua sebagai penunjang materil
maupun moril, teman-teman, serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-
persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing Pendidikan pancasila, Bapak
Soekadi, M.Si yang telah membimbing kami dalam belajar dan juga pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
penyusunan selanjutnya. Selain itu semoga makalah ini tidak hanya sekedar menjadi wacana,
namun juga dapat menjadi wahana dalam melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.

Malang, September 2018

DAFTAR ISI
2
Halaman Judul..............................................................................................................................1

Kata Pengantar............................................................................................................................. 2

Daftar Isi...................................................................................................................................... 3

I. Kerangka Teori
A. Pengertian Pancasila...................................................................................................... 4
B. Landasan Teori Pancasila.............................................................................................. 4
C. Sejarah Pancasila........................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah........................................................................................................ 13
E. Tujuan Penulisan...........................................................................................................13
II. Studi Kasus dan Analisa
1. Penetapan Hari Lahir Pancasila..................................................................................... 14
2. Marsinah dalam Kisah dan Peringatan Hari Buruh....................................................... 19
3. Tiga Contoh Perbedaan Utama “Perjuangan” Dulu dan Sekarang Dalam Sejarah...... 10
November ......................................................................................................................22
4. Lunturnya Bhineka Tunggal Ika Yang Berpengaruh Terhadap Integrasi Bangsa.........25
5. 73 Tahun Indonesia Merdeka, Kehidupan Veteran di Tangsel Masih Memprihatinkan 32
6. LSI: Pendukung Pancasila Turun, Beralih ke NKRI Bersyariah................................... 35
7. Sejarah yang Termanipulasi.......................................................................................... 37
8. Makna Sistem Pancasila................................................................................................ 39
9. Hari Lahir Pancasila Harusnya Jadi Momentum Amalkan Nilai Ideologi Bangsa....... 41
10. Mengapa 1 Juni Jadi Hari Lahir Pancasila? ..................................................................43
11. Panglima TNI: Nobar Film G30S/PKI Itu Hak Warga Negara..................................... 45
12. Pro Kontra Pergantian Nama Jalan di Surabaya............................................................ 47
III. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 52

3
I. KERANGKA TEORI

A. Pengertian Pancasila
1. Secara Etimologis

Secara etimologis istilah pancasila berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana), bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Dalam bahasa Jawa diartikan ‘susila’
yang memiliki hubunga moralitas. Secara etimologis kata ‘Pancasila’ yang dimaksudkan ialah
‘dasar yang memiliki lima unsur’ atau lima aturan tingkah laku yang penting. Ajaran Pancasiila
menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh para penganutnya.

2. Secara Historis

Perumusan Pancasila diawali ketika sidang BPUPKI pertama dr Radjiman Widyodiningrat,


mengajukan suatu masalah yaitu tentang suatu rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI Ir. Soekarno berpidato secara lisan
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia dengan istilah Pancasila, yang artinya lima
dasar. Yang pada akhirnya diproklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945 dan disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945.

3. Secara terminologis

Pancasila berhasil diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945yang telah berhasil melahirkan
negara Republik Indonesia, dan berhasil disahkan pada tanggal 18 Agutus 1945 dengan UUD
1945.

B. Landasan Teori Pancasila


1. Landasan Historis

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif histories telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri. Asal mula nilai-nilai Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis pancasila.

2. Landasan Kultural

Nilai yang terkandungn dalam sila-sila pacasila bukanlah merupakan suatu hasil konseptual
seseorang saja melainkan hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai
cultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri
negara.

3. Landasan Yuridis

Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 
tentang system pendidikan nasional. Mata kuliah Pancasila adalah mata kuliah yang memdidik
warga negara akan dasar filsafat negaranya.

4. Landasan Filofis

Pancasila adalah dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Secara filosofis
negara berpersatuan dan berkerakyatan, konsekuensinya rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasaan negara.

C. Sejarah Pancasila

4
A. Sejarah Pancasila pada Masa Kerajaan dan pada Masa Penjajahan

Pancasila yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan dasar filsafat
begara Republik Indonesia.

Menurut M. Yamin, berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
kerajaan-kerajaan yang ada sebelumnya seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai
datangnya bangsa-bangsa lain ke Indonesia untuk menjajah dan menguasai selama beratus-
ratus tahun lamanya.

1.         Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai memberikan andil terhadap nilai-nilai Pancasila seperti nilai sosial politik
dalam bentuk kerajaan dan nilai Ketuhanan dalam bentuk kenduri dan juga sedekah pada
Brahmana. Pada zaman ini, masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama
yang menampilkan nilai-nilai sosial politik serta Ketuhanan.

2.         Kerajaan Sriwijaya

Merupakan kerajaan maritime yang mengandalkan kekuatan laut. Disamping itu, Sriwijaya juga
mengembangkan bidang kependidikan yang dibuktikan dengan adanya semacam universitas
agama Budha yang sangat terkenal di Asia. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam
suatu Negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya yaitu dengan adanya semboyan yang
berbunyi; “Marvuat Vanua Criwijaya Siddhayatra Subhiksa” (suatu cita-cita Negara yang adil
dan makmur)

3.         Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit

Sebelum kerajaan majapahit berdiri sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-nilai
nasionalisme, telah muncul kerajaan di jawa tengah dan jawa timur secara silih berganti.
Kerajaan kalingga pada abad ke VII, Sanjaya abad ke VIII yang ikut membantu membangun
candi Kalasn untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di jawa
tengah bersama dengan dinasti Syailendra abad ke VII dan IX. Refleksi puncak budaya dari
jawa tengah dalam periode kerajan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobuur dan
candi Prambanan. Selain kerajaan-kerajaan di jawa tengah tersebut di jawa timur munculah
kerajaan-kerajaan Isana pada abad ke IX, Darmawangsa abad ke X, Airlangga abad ke XI.
Agama yang diakui oleh kerajaan adalah Budha, Wisnu, dan agama syiwa yang hidup
berdampingan secara damai. Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan
bekerjasama dengan Benggala, Chola,dan Champa hal ini menunjukan nilai-nila kemanusiaan.
Di wilayah Kediri jawa timur berdiri pula kerajaan Singasari yang kemudian sangat erat
hubungannya dengan berdirinnya keraan Majapahit.

4.         Kerajaan Majapahit

Masa kejayaan Majapahit yaitu pada masa raja Hayam Wuruk dan patihnya yang bernama
Gajah Mada. Pada masa ini berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha. Majapahit
melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku Negara Kertagama
(1365) yang didalamnya terdapat istilah ‘PAncasila’, sedangkan empu Tantular mengarang
buku Sutasoma yang didalamnya tercantum semboyan persatuan nasional “Bhineka Tunggal
Ika” yang artinya walaupun berbeda namun tetap satu jua. Pada tahun 1331, Mahapatih Gajah

5
Mada mengucapkan sumpah palapa yang berisikan cita-cita mempersatukan seluruh nusantara
dalam naungan kerajaan Majapahit. Hal ini yang melandasi Negara Persatuan dan Kesatuan

5.         Masa Penjajahan

Dengan berjalannya waktu, Majapahit Runtuh pada permulaan abad XVI. Setelah Majapahit
runtuh, berkembanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama itu pula
berkambanglah kerajaan-karajaan islam seperti kerajaan Demak. Selain itu, mulai berdatangan
juga bangsa-bangsa eropa di nusantara seperti Portugis, Spanyol untuk mencari rempah-
rempah. Bangsa asing yang masuk ke indonesia pada awalnya berdagang, seperti Belanda yang
datang ke Indonesia pada akhir abad XVI dengan membawa bendera VOC (Verenigde Oast
Indische Compagnie) atau perkumpulan dagang. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama
karena kemudian berubah menjadi praktek penjajahan. Adanya penjajahan membuat
perlawanan dari rakyat indonesia di berbagai wilayah nusantara, namun karena tidak adanya
kesatuan dan persatuan di antara mereka maka perlawanan tersebut senantiasa sia-sia.

6.         Kebangkitan Nasional

Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri. Diantaranya adalah Budi
Utomo yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908, kemudian Sarekat
Dagang Islam (SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 yang
didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono serta tokoh lainnya.

Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia
merdeka. Perjuangan nasional diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu
Indonesia Raya.

7.         Zaman Penjajahan Jepang

Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka dan tidak
pernah menjadi kenyataan samapi akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang saudara tua
bangsa Indonesia.” Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
penjajah Jepang aka memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Janji ini diberikan
karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan
kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang
menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
Dokuritsu Zyumbi Tiosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT.
Radjiman Widyodiningrat yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI
adalah membahas tentang dasar negara.

6
B.       Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

1.         Sidang BPUPKI Pertama

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yaitu  :

a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)

Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara
sebagai berikut :

I. Peri kebangsaan

II.Peri kemanusian

III. Peri Ketuhanan

IV. Peri kerakyatan (permusyawaratan, peerwakilan, kebijaksanaan)

V. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).

Selain usulan tersebut pada akhir pidatonya Muh. Yamin menyerahkan naskah sebagai lampiran
yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi rumusan Undang Undang Dasar RI

b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)

Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:

1. Teori negara prseorangan(individualis)

2. Paham negara kelas(class theory)

3. Paham negara integralistik.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan hal-
hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, keadilan
rakyat.

c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusanya yaitu: 1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia) 2. Internasionalisme (peri
kemanusiaan) 3. kesejahteraan sosial 4. Ketuhanan yang Maha Esa. Beliau juga mengusulkan
bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau
dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

7
2.         Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)

Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan popular disebut dengan
“panitia sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno

2. Wachid Hasyim

3. Mr. Muh. Yamin

4. Mr. Maramis

5.  Drs. Moh. Hatta

6. Mr. Soebarjo

7. Kyai Abdul Kahar Muzakir

8. Abikoesmo Tjokrosoejoso

9. Haji Agus Salim

Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan mencapai suatu hasil baik
yaitu suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan kebangsaan. Adapun naskah
preambule yang disusun oleh panitia sembilan tersebut pada bagian terakhir adalah sebagai
berikut :

“…………maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
sreta dengan mewujudkan suatu keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia”

Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan istilah undang-
undang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk negara republik dan
luas wilayah negara baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya
yang sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia. Susunan Undang Undang
Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian yaitu :

a) Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas Penjajahan
Belanda

b) Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila

c)  Pasal-pasal Undang Undang Dasar.

3.         Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 


8
Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh
para pejuang kemerdekaan bangsa indonesia. Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka
pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda di Oranye Nassau
Boulevard (sekarang Jl.imam bonjol No.1).

Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada larut malam
dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr.
buntaran, Mr. Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi
naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep Soekarno lah yang diterima dan
diketik oleh Sayuti Melik.

Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur 56 jakarta, tepat
pada hari jumat legi, jam 10 pagi waktu Indonesia barat (Jam 11.30 waktu jepang), Bung Karno
dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan khidmad dan diawali
dengan pidato, sebagai berikut : 

 
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yeng mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta

Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan
sidangnya yang pertama.

1.         Sidang Pertama (18 Agustus 1945)

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut
:

1. Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :

–              Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

–              Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari badan penyilidik pada
tanggal 17 juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan
dengan perubahan piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai undang-undang dasar
1945.

1. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama


2. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan Musyawarah
darurat.

C.      Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

9
Secara ilmiah masa Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai berikut :

a)  dari sudut hukum ( secara yuridis) proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum
kolonial.

b)  Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa indonesia terbebas dari
penjajahan bangsa asing melalui kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu
negara Proklamasi Republik Indonesia.

Setelah prokamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa indonesia masih menghadapi
kekuatan sekutu yang berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui pemerintahan Nica ( Netherland Indies Civil Administration). Selain
itu belanda secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bahwa negara Proklamasi RI.
Hadiah pasis Jepang.

Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional, maka pemerintah RI


mengelurkan tiga buah maklumat :

1)  Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan luar
biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku selama enam bulan).
Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan tersebut kepada MPR dan DPR yang
semula dipegan oleh Presiden kepada KNIP.

2)  Maklumat pemerintah tanggal 03 Nopember 1945, tantang pembentukan partai politik yang
sebanyak –banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa
salah satu ciri demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia
barat menilai bahwa negara Proklamasi sebagai negara Demokratis

3)  Maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya maklumat ini mengubah
sistem kabinet Presidental menjadi kabinet parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal. 

 Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)

Sebagai hasil dari konprensi meja bundar (KBM) maka ditanda tangani suatu
persetujuan(mantel resolusi) Oleh ratu belanda Yuliana dan wakil pemerintah RI di Kota Den
Hag pada tanggal 27 Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak
persetujuan hasil KMB lainnya dengan konstitusi RIS, antara lain :

a)  Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (fderalis) yaitu 16 Negara pasal (1 dan 2)

b)  Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi liberal dimana
mentri-mentri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen
(pasal 118 ayat 2)

c) Mukadiamh RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi pembukaan
UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci

Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh karena itu
persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan melainkan
“pemulihan kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”

10
   Terbentuknya Negara Republik Indonesia tahun 1950

Berdirinya negara RIS dalam Sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik
secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 taitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam alinea
IV, bahwa pemerintah negara…….” yang melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh
tumpah darah negara Indonesia …..” yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila.
Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat untuk membentuk negara
kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan Negara Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta,
walaupun pada saat itu Negara RI yang berpusat di Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai
negara bagian RIS saja. Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara
bagian saja yaitu :

1.  Negara Bagian RI Proklamasi

2.  Negara Indonesia Timur (NIT)

3.  Negara Sumatera Timur (NST)

Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negaraRI tanggal 19 Mei 1950, maka seluruh
negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17
Agustus 1950.

Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila
dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada Pemerintah yang berasas
Demokrasi Liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila.
Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a.  Sistem multi partai dan kabinet Parlementer berakibat silih bergantinya kabinet yang rata-
rata hanya berumur 6 atau 8 tahun. Hal ini berakibat tidak mempunyai Pemerintah yang
menyusun program serta tidak mampu menyalurkan dinamika Masyarakat ke arah
pembangunan, bahkan menimbulkan pertentangan-pertentangan, gangguan-gangguan
keamanan serta penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat.

b.  Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil mendekati
perumusan otentik Pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai Declaration of
Independence bangsa Indonesia. Demikian pula perumusan Pancasila dasar negara juga terjadi
penyimpangan. Namun bagaimanapun juga RIS yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dari negara Republik Indonesia Serikat

 Dekrit Presiden 05 Juli 1959

Pada pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan
masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada politik, social ,ekonomi, dan hankam.
Hal ini disebabkan oleh konstituante yang seharusnya membuat UUD negara RI ternyata
membahas kembali dasar negara, maka presiden sebagai badan yang harus bertanggung jawab
mengeluarkan dekrit atau pernyataan pada tanggal 5 Juli 1959, yang isinya :

1. Membubarkan Konstituante

2.  Menetapkan kembali UUDS ’45 dan tidak berlakunya kembali UUDS‘50

11
3.  Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara Republik
Indonesia hingga sat ini. Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi(kepala negara atau
orang lain) yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila
negara dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya.
Landasan mukum dekrit adalah ‘Hukum Darurat’yang dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi wewenang
kepada orang tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.

2. Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberikan wewenang
kepada organ tertinggi negara untuk mengambil tindakan-tindakan hukum, tetapi berlandaskan
konstitusi yang berlaku.

Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil, keadaan ini
dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideology belum selesai. Ideology
pada saat itu dirancang oleh PKI dengan ideology Manipol Usdek serta konsep Nasakom.
Puncak peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 untuk merebut
kekuasaan yang sah negara RI, pemberontakan ini disertai dengan pembunuhan para Jendral
yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI tersebut berupaya untukmenggabti secara paksa
ideology dan dasar filsafat negara Pancasila dengan ideology komunis Marxis. Atas dasar
tersebut maka pada tanggal 1Oktober 1965 diperingati bangsa Indonesia sebagai ‘Hari
Kesaktian Pancasila’

 Masa Orde baru

‘Orde Baru’, yaitu suatu tatanan masyrakat dan pemerintahan yang menutut dilaksanakannya
Pancasila dan UUD ’45 secara murni dan konsekuen. Munculnya orde baru diawali dengan
aksi-aksi dari seluruh masyarakat antara lain : Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia(KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia(KAMI), Kesatuan Aksi guru Indonesia
(KAGI), dan lainnya. Aksi tersebut menuntut dengar tiga tuntutan atau yang dikenal dengan
‘Tritura’, adapun isi tritura tersebut sebagai berikut :
1). Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya

2). Pembersihan kabinet dari unsur G 30 S PKI

3). Penurunan harga

Karena orde lama tidak mampu menguasai pimpinan negara, maka Panglima tertinggi
memberikan kekuasaan penuh kepada Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto
dalam bentuk suatu surat yang dikenal dengan ‘surat perintah 11 Maret 1966’(Super Semar).
Tugas pemegang super semar yaitu untuk memulihkan keamanan dengan jalan menindak
pengacau keamanan yang dilakukan oleh PKI. Orde Baru berangsur-angsur melaksanakan
programnya dalam upaya merealisasikan pembangunan nasional sebagai perwujudan
pelaksanaan Pancasila dan UUD’45 secara murni dan konsekuen.

12
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pancasila dan penerapannya dalam kasus kasus yang sedang terjadi di
lingkungan masyarakat masa kini?
2. Bagaimana menganalisa kasus kasus tersebut?

E. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi pancasila dan sejarah terbentuknya Pancasila.
2. Memahami kasus kasus beserta analisanya berdasarkan sudut pandang penulis.

13
II. STUDI KASUS DAN ANALISA
1. Penetapan Hari Lahir Pancasila

“Pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dan masyarakat Indonesia memperingati


Hari Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni,"

Begitulah bunyi Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila.
Pada Perpres tersebut dijelaskan bahwa penetapan hari lahir Pancasila mengacu pada sidang
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei-1 Juni
1945. Dalam hari-hari itu, ada 3 orang tokoh yang memaparkan tentang dasar negara yakni
Muhammad Yamin, Soepomo, kemudian Sukarno.

Adapun rumusan pancasila oleh masing-masing tokoh adalah sebagai berikut:

Rumusan Pancasila yang diusulkan oleh Muhammad Yamin

Pada sidang pertama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia) atau tepatnya tanggal 29 April 1945, Muhammad Yamin mendapatkan kesempatan
untuk mengemukaan gagasan tentang dasar negara Indonesia. Muhammad Yamin mengusulkan
dasar negara Indonesia dalam pidato beliau yang berjudul ‘Asas dan DasarNegara Kebangsaan
Republik Indonesia’, yang berisi :

1. Peri Kebangsaaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

14
Setelah berpidato, Muhammad Yamin juga mengusulkan lima asas dasar negara bagi Indonesia
Merdeka secara tertulis, rumusannya sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpn oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila yang diusulkan oleh Dr. Soepomo

Mr. Supomo mengemukakan usulan rumusan dasar negara di sidang BPUPKI tanggal 31 Mei
1945, dari pemikiran tersebut merupakan penjelasan masalah-masalah mengenai hubungan dasar
negara Indonesia dimana negara dibentuk hendaklah integralistik berdasarkan pada hal-hal
berikut:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan sosial

Rumusan Pancasila yang diusulkan oleh Ir. Soekarno

Tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengajukan lima dasar bagi Negara Indonesia Merdeka di
sidang BPUPKI hari ke-empat. Kelima dasar itu diberi nama Pancasila, yang isinya sebagai
berikut :

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Dari lima rumusan dasar negara tersebut, Ir. Soekarno memberikan usul alternatif yang
meringkasnya menjadi tiga rumusan yang diberi nama Tri-Sila, yaitu :

1. Sosio-Nasionalisme
2. Sosio-Demokrasi
3. Ketuhanan

15
Ir. Soekarno memberikan alernatif lagi, dengan meringkas Tri-Sila menjadi satu dasar negara
atau disebut Eka-Sila. Istilah Indonesia asli adalah Gotong Royong. Istilah menurut Ir.Soekarno
sebagai berikut :

Eka-Sila yang berprinsip pada  Gtong Royong bermaksud untuk mendirikan negara Indonesia
yang mengutamakan kebersamaan bukan untuk kepentingan individual. Segala yang kita perbuat
harus untuk kepentingan perorangan,masyarakat, dan negara Indonesia.

Rumusan Pancasila hasil dari Piagam Jakarta

Setelah sidang BPUPKI, dibentuklah Panitia Sembilan yang bertugas menampung usulan
rumusan Pancasila yang bersifat perorangan dan membuat rancangan rumusan Pancasila yang
bersifat umum. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan
Mukaddiah (Pembukaan) Hukum Dasar, yang kemudian dinamakan Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter. Di dalam rancangan Mukaddimah termuat rancangan Pancasila yang tertuang secara
sistematik pada alinea ke-empat, yaitu :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila pada Pembukaan UUD 1945

Pada sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkan Pembukaan UUD 1945
yang berasal dari Rancangan Piagam Jakarta dan sudah mengalami perubahan. Secara otomatis,
Pancasila yang tertuang pada Rancangan Piagam Jakarta alinea ke-empat juga di sahkan dan
menjadi dasar filsafat negara. Pancasila menurut Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 ini merupakan rumusan pertama yang diakui
secara formal. Adapun perubahan rancangan Pancasila antara Piagam Jakarta dengan Pembukaan
UUD 1945, seperti :

16
1. Kata “Mukaddimah” diubah menjadi ‘Pembukaan UUD’
2. Kata “…dalam suatuHukum Dasar Negara Indonesia…” diubah menjadi “…dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…”
3. Kata “..dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya…” diubah menjadi “…dengan berdasarkan kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa..”
4. Kata “…menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab…” diubah menjadi “…
Kemanusiaan yang adil dan beradab…”

Istilah Pancasila yang diperkenalkan oleh Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945,
masih ada proses selanjutnya yakni menjadi Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada 22 Juni 1945
dan juga penetapan Undang-undang Dasar yang juga finalisasi Pancasila pada 18 Agustus 1945.

Hal inilah yang menjadi perdebatan penetapan hari kelahiran pancasila. Dikutip dari laman resmi
Kemendagri, penetapan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sempat diperdebatkan di era
kepemimpinan Presiden Soeharto. Pasalnya, sikap pemerintah terhadap Pancasila ambigu.
Mantan Menteri Sekretaris Negara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Yusril
Ihza Mahendra mengatakan, pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni baru semacam masukan, seperti
masukan dari tokoh-tokoh lain baik dari golongan kebangsaan maupun dari golongan Islam
terkait isi kandungan Pancasila.
Pada tahun 1970, pemerintah orde baru melalui Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) pun pernah melarang peringatan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila.

 Analisa:
    Menurut Kuntowijoyo, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan
empiris. Sejarah adalah fakta yang artinya suatu peristiwa sejarah bukanlah rekaan manusia.
Kepastian tentang fakta didapatkan dari hasil verifikasi terhadap data tentang suatu peristiwa
tersebut. Oleh sebab itu, kebenaran terhadap sejarah tidak dapat diganggu gugat dan keasliannya
tidak boleh dimanipulasi untuk kepentingan apapun.

Mengenai sejarah lahirnya Pancasila, setidaknya ada tiga tanggal yang berkaitan, yaitu 1 Juni, 22
Juni dan 18 Agustus. Pada tanggal 1 Juni, Soekarno dalam pidatonya baru mengusulkan. Sama
halnya dengan masukan dari tokoh-tokoh lain. Sedangkan tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Jika
membandingkan usulan pada 1 Juni dengan yang disahkan pada tanggal 18 Agustus, cukup
mengandung perbedaan yang fundamental.

17
Di mana di dalam Sila Ketuhanan, diletakkan Sukarno sebagai sila terakhir, tidak seperti
sebagaimana rumusan 18 Juni 1945 yang kemudian kita kenal sekarang. Rumusan final justru
menempatkannya pada sila pertama. Sukarno mengatakan bahwa Pancasila dapat diperas
menjadi Trisila, dan Trisila dapat diperas lagi menjadi Ekasila yakni gotong-royong. Sementara
rumusan final Pancasila, menolak pemerasan Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila. Dari uraian
kasus diatas, maka dapat ditarik poin bahwa tanggal 1 Juni 1945 adalah tanggal dimana
Soekarno memperkenalkan nama “Pancasila” untuk yang pertama kali sebagai sebuah rumusan
yang masih mendapat tambahan dan pengurangan. Sedang kompromi akhir, sebelum pancasila
ditetapkan secarah sah dan disepakati menjadi ideologi bangsa Indonesia adalah tanggal 18
Agustus 1945. Meski terdapat dua versi mengenai hari kelahiran Pancasila, setidaknya hal itu
tidak dijadikan alasan untuk terpecah belahnya rakyat Indonesia. Sebaliknya, masing-masing
elemen masyarakat haruslah senantiasa mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.

18
2. Marsinah dalam Kisah dan Peringatan Hari Buruh

Sejumlah aktivis koalisi kelompok perempuan, organisasi buruh, dan aktivis HAM menggelar
aksi memperingati 25 tahun kematian Marsinah di Taman Aspirasi Monas, Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Mereka mendesak Komnas HAM agar membuka kembali dan mengusut tuntas kasus kematian Marsinah.
Selain itu mereka juga menuntut pemerintah untuk mengakui peristiwa kematian Marsinah sebagai kasus
kejahatan Hak Asasi Manusia.

Marsinah (lahir 10 April 1969 – meninggal 8 Mei 1993 pada umur 24 tahun) adalah seorang aktivis dan
buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian
ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan
di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan, Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.

Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif dalam aksi unjuk rasa buruh.
Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas
rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin Sidoarjo.
3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat
turun tangan mencegah aksi buruh.
4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus
menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka
perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk
rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan
yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke
Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS.
Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan
sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya
dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.

19
Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya
ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk melakukan
penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim
Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan
penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.

Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk
Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap,
mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian
diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah
membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi
Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.

Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim
dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi,
mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh
Marsinah.

Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan
tersebut adalah Anggota TNI.

Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS)
menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu
dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya.
Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.

Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu
dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan
Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah
Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni).
Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah
pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa".

 Analisa

20
Kasus Marsinah diatas tentu bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila. Tragedi yang
akan selalu menjadi sejarah buruk dalam bidang ketenagakerjaan di Indonesia itu tentu
melanggar HAM. Seperti yang tertuang dalam pasal 27 dan 28 tentang Hak Asasi Manusia:

Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Selama masa Orde Baru di bawah kepemimpinan mantan presiden Soeharto yang berkuasa selama 31
tahun sampai pada 1998, buruh yang menuntut hak-hak mereka dan melakukan aksi protes harus
berhadapan dengan militer. Kasus Marsinah banyak melanggar HAM, khususnya hak untuk hidup,
berorganisasi, berkumpul dan berekspresi. Masih banyak kasus HAM yang belum diusut tuntas. Salah
satunya adalah kasus Munir, yang dijanjikan akan diusut oleh Presiden Jokowi saat
kampanye Pemilihan Presiden 2014.
Dalam kasus Marsinah, sejumlah tersangka sebenarnya sudah dijatuhi vonis belasan tahun penjara oleh
pengadilan. Namun satu tersangka dinyatakan bebas di Pengadilan Tinggi dan tersangka lainnya
dinyatakan bebas murni di tingkat kasasi Mahkamah Agung.

Putusan tersebut membuat sejumlah pihak tidak puas dan menuding kasus ini direkayasa.
Desakan untuk mengusut tuntas pembunuh Marsinah pun terus didengungkan dari tahun ke tahun
oleh aktivis HAM. Tidak luput pada 2018. Penegak hokum tentu memiliki kesulitan tersendiri
dalam menyelesaikan kasus yang telah melintasi zaman. Namun, berbagai bahan pengusutan
kasus Marsinah sebagai kejahatan HAM masih bisa ditemukan jika ada keberanian bagi
penuntasan kasus. Berkaca terhadap sejarah buruh di Indonesia, pemerintah harusnya
berkomitmen untuk melindungi hak-hak pekerja. Hal seperti itu dimaksudkan agar tidak ada lagi
'Marsinah-Marsinah' lain di kemudian hari. Kesamarataan hukum perlu ditingkatkan, sehingga
setiap persoalan terselesaikan secara adail dan tidak meruncing-tumpul pada sebelah sisi saja.

21
3. Tiga Contoh Perbedaan Utama “Perjuangan” Dulu dan
Sekarang Dalam Sejarah 10 November

Bentar lagi 10 November ya, tanggal yang diperingati secara nasional sebagai hari
pahlawan. Sepanjang perjalanan tadi banyak melihat anak-anak yang menggunakan seragam
tentara, dibalut dengan ikat kepala merah putih. Bahkan tadi ada parade anak-anak sekolah dasar
yang berjalan menggunakan atribut perjuangan, seru ya melihat generasi kecil kita mengenali
atribut perjuangannya, bahkan ada yang menggunakan baju perawat sambi membawa kotak obat.
Terbersit pertanyaan iseng dari “syahrini”, “mas bos, mereka apa mengerti ya tentang perjuangan
pahlawan dulu, apa jangan-jangan mereka hanya tahu atribut saja, atribut perang-perang itu,?”,
syahrini memang iseng pertanyaanya, tapi saya rasa masuk akal ya pertanyaan syahrini itu.
Mengenali atribut pahlawan atau mengenali makna Pahlawan?

Ketika sampai dikampus, saya melihat berita di televisi Presiden Jokowi memimpin upacara
peringatan hari pahlawan di TMP kalibata lalu dilanjutkan dengan tebar bunga di makam para
pahlawan. Para pahlawan itu, sekarang hanya tinggal batu nisan, bahkan banyak batu nisan di
taman makam pahlawan yang tanpa nama. Para pahlawan itu tubuhnya sudah menyatu dengan
tanah Indonesia, tubuhnya sudah hancur dimakan usia tapi apa yang sudah dikerjakan para
pahlawan itu kita rasakan saat ini. Apa yang dirasakan? hasilnya adalah bebasnya negeri ini dari
penjajahan fisik atau penjajahan tradisional. Anda mungkin bertanya, kenapa saya tulis sebagai
penjajahan fisik atau penjajahan tradisional?

22
Ada 3 Perbedaan utama perjuangan Pahlawan Dulu dan Pahlawan Kekinian

Pertama, Dulu Perjuangan Fisik sekarang Perjuangan Pikiran, Kalau dulu berjuang itu
harus mengandalkan kekuatan fisik, harus bergerilya malam-malam, masuk keluar hutan
membawa senjata dan menahan lapar. Tetapi sekarang perjuangannya melalui Pikiran,
bagaimana kita membebaskan Pikiran kita masing-masing dari belenggu penjajahan terselubung.
Dulu perjuangan harus melalui berperang terbuka menggunakan bambu runcing, menggunakan
senjata, tapi sekarang perjuangan dengan mendidik diri, mengajari diri bahwa diri kita memiliki
hak untuk mengatur diri.

Kedua, Dulu Musuhnya Terlihat sekarang Musuhnya “terselubung”. Kalau dulu sudah
terlihat jelas siapa musuhnya, sudah terlihat bedanya siapa yang musuh kita sehingga mudah
mengenali untuk melawannya. tetapi saat ini musuhnya tidak terlihat, musuhnya terselubung,
musuhnya bahkan banyak disekitar kita dan sering bersama kita. Musuhnya adalah informasi-
infomasi yang tanpa disadari membelenggu diri dan melemahkan diri. Perjuangan saat ini harus
lebih cerdas, lebih pintar lagi karena musuhnya tidak terlihat bahkan yang terlihat bukan musuh
bisa saja menjadi musuh.

Ketiga, Dulu Senjatanya Mematikan Fisik sekarang Senjatanya Mempengaruhi


Pikiran, Kalau dulu ketika berperang lalu terkena tembakan maka fisik yang terluka bahkan bisa
menyebabkan kematian. Karena dulu memang perang fisik, penjajahan fisik, Tapi sekarang
senjatanya membuat “mematikan” Pikiran, sekarang ketika anda terkena senjata musuh maka
yang melemah adalah pikiran anda, memang secara fisik tidak apa-apa, secara fisik tidak ada
luka, tetapi pikiran kita yang melemah. Pikiran kita yang dijadikan objek penjajahan sehingga
diri kita tidak bisa bebas menggunakan Pikiran kita sendiri.

 Analisa

Pada Dasarnya masa dulu negara ini dikontrol secara fisik oleh negara lain, yang disebut
sebagai penjajah, negara ini diduki oleh negara lain, rakyatnya tidak memiliki kebebasan untuk
menikmati negaranya sendiri. Muncullah pemberontakan dari rakyat yang disebutnya
perjuangan, pemberontakan oleh pejuang untuk mengusir negara lain itu yang menduduki negara
kita. Muncul dimana-mana perlawanan secara fisik, perang dan perang terjadi. Mereka yang
mengikuti perang terbuka harus siap untuk mati, siap untuk ditahan dan siap disiksa. Itulah

23
gambaran perang di jaman penjajahan fisik dulu. Tetapi kini, apakah perjuangan seperti itu harus
berakhir? Memang kondisi “penjajahan” sekarang berbeda dengan dulu, sehingga perjuangan
pahlawan zaman ini juga seharusnya berbeda.Dan perjuangan pada masa sekarang yaitu gimana
cara menyikapi probela dalam kehidupan bermasyarat dengan berbagai Suku,Ras,Agama dan
Budaya agar Tidak terjadi perselisihan karena kesalafaham dan juga terkena prokator atau
provokasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab.semoga kedepan kita bisa jadi Bangsa Dan
Negara yang maju Dengan kekayaan alam yang kita miliki.Dalam memperingati hari pahlawan
10 november, sudah seharusnya kita menyadari bahwa memang kita tidak lagi meniru perjuangan
para pahlawan yang sudah gugur, kita tidak lagi mengangkat senjata, kita tidak lagi terjajah
secara fisik. Kita harus menyadari bahwa perjuangan dulu dengan sekarang adalah berbeda,
musuh yang dulu dengan musuh yang sekarang berbeda, dan penjajahan dulu dengan penjajahan
sekarang berbeda. Kita jadikan perenungan peringatan hari pahlawan ini untuk menumbuhkan
“karakter” pahlawan dalam diri untuk mewujudkan semua impian kehidupan dimasa kini dan
masa depan. Selamat hari Pahlawan, Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Menghargai
Pahlawannya.

24
4. Lunturnya Bhineka Tunggal Ika Yang Berpengaruh
Terhadap Integrasi Bangsa

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sudah kita ketahui pula bahwa negara kita
memiliki berbagai macam suku, budaya, ras, kesenian, bahasa, agama, dan adat istiadat yang
menjadi aset kebudayaan nasional. Berbagai keberagaman unsur budaya tersebut tercantum
dalam semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Semboyan Bhineka Tunggal Ika
memiliki arti bahwa meskipun kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Tulisan semboyan ini
terpampang  jelas di bawah lambang negara kita burung Garuda. Dalam lambang Garuda,
Bhineka Tunggal Ika berada dalam balutan pita yang dicengkram kaki burung Garuda.
Bhineka Tunggal Ika juga menggambarkan adanya kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia. Sejatinya Bhineka Tunggal Ika merupakan ideologi bangsa Indonesia yang hanya
dimiliki oleh bangsa Indonesia saja. Sebuah ideologi yang harusnya meningkatkan kecintaan
masyarakat kepada bangsa Indonesia karena dengan semboyan itulah yang membawa bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang besar. Namun sejak saat ini makna Bhineka Tunggal ika kian
memudar. Hal itu dikuatkan dengan perlakuan yang menunjukkan bahwa Bhineka Tunggal Ika
hanya sebatas wacana dan tidak dipratekkan.
Masyarakat kini cenderung egois, gengsi dan menganggap bahwa Bhineka Tunggal Ika
hanyalah sebuah filsafat kuno. Mereka berpikir bahwa semboyan tersebut tidak mempunyai
makna lagi dalam kehidupan yang kekinian dan modern, apalagi sekarang sudah jamannya
globlalisasi. Hal itulah yang membuat bangsa Indonesia menjadi berantakan.
Bila kita flasback kembali, sejak masa reformasi, Bhineka Tunggal Ika telah mengalami
kemundurannya dan mulai memudar. Masa reformasi seharusnya membawa suatu perubahan
menuju arah yang baik dan itu harus berjalan significan. Tetapi yang terjadi adalah reformasi
yang tidak tau arah atau reformasi yang keblablasan.  Kala itu sistem otonomi daerah yang
berlaku disetiap daerah hanya membawa sistem reformsi yang tidak terkontrol dan tidal berjalan
sesuai dengan harapan.
Bisa kita lihat juga bagaimana sikap dan perilaku pemuda Indonesia yang menjadi
generasi penerus bangsa sekarang. Mereka kebanyakan tidak mengenal pentingnya memaknai
semboyan bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Adanya budaya barat yang masuk semakin
deras di Indonesia secara langsung mengubah pola pikir dan pola tinggkah laku pemuda
sekarang. Bahkan, tidak hanya pemuda saja yang terjerumus masuk pada budaya barat, tetapi
semua elemen atau tingkatan masyarakat juga tidak luput dari pengaruhnya.
Sungguh ironi sekali. Ideologi Bhineka Tunggal Ika dengan mudahnya terhapus oleh
ideologi-ideologi barat yang kini kebanyakan menjadi konsumsi masyarakat Indonesia. Apalagi
hal tersebut diperparah dengan pernyataan-pernyataan yang menyebutkan bahwa Bhineka
Tunggal Ika adalah kuno alias kampungan dan bukan menjadi suatu kebutuhan lagi bagi

25
masyarakat Indonesia. Dengan bangganya masyarakat sekarang mencintai dan menggilai unsur-
unsur budaya barat dan meningglkan unsur-unsur budaya asli bangsa Indonesia. Bagi mereka
Bhineka Tunggal Ika telah mati dalam jiwa dan raganya.
Teringat pula pada saat kehadiran Presiden Amerika, Barrack Obama, yang pernah
menyinggung semboyan kita Bhineka Tunggal Ika dalam kuliah umum di Universitas Indonesia
saat berkujung ke Indonesia. Dalam pidatonya, Obama secara terbuka mengakui belajar
menghargai hubungan antar manusia dengan beragam latar belakang budaya ketika menetap di
Indonesia. Menurutnya falsafah “Bhineka Tunggal Ika” yang mendasar dari munculnya semangat
toleransi yang tertulis dalam konstitusi (UUD 1945) adalah contoh yang bisa diberikan kepada
dunia, dan dengan nilai-nilai ini yang akan bisa membuat Indonesia berperan penting dalam abad
ke-21.
Publik pun tersentak dibuatnya. Bahkan secara lugas Obama menyebut “Bhineka Tunggal
Ika” sebanyak dua kali. Apalagi pidato tersebut dihadirkan di saat bersamaan dengan perayaan
Hari Pahlawan. Tersadarkan bahwa sudah lama sekali kita tidak pernah mendengar Bhineka
Tunggal Ika yang selama ini diagung-agungkan sebagai nilai mendasar yang menyatukan
berbagai keberagaman, keunikan dan perbedaan di negeri ini.
Memang, telah menjadi fakta bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya Bhineka
Tunggal Ika sudah tidak ada. Hal tersebut juga berpengaruh pada kekuatan integrasi bangsa
Indonesia. Sekarang yang ada hanya peperangan antar suku, ketegangan-ketengan yang terjadi
dalam masyarakat karena adanya diskriminasi ras yang sangat mencolok, etnosentrisme yang
menguat, isu-isu kebenaran agama yang saling bergesekan, permasalahan SARA yang semakin
membesar, terjadinya cultural lag, dan hingga identitas kebangsaan yang semakin luntur.
Oleh karena itu, jika kondisi seperti ini dibiarkan begitu saja, maka lambat laun, bangsa
Indonesia akan hancur. Dimata dunia, bangsa Indonesia akan malu karena tidak dapat berpegang
teguh pada pendiriannya. Penjajahan memang tidak terjadi secara fisik, namun penjajahan itu
menyerang ideologi kita karena Bhineka Tunggal Ika dijadikan slogan yang hanya terucap di
mulut saja.
Faktor-Faktor Penyebab  Makna Bhineka Tunggal Ika Menjadi Luntur
Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
yang dijunjung tinggi dalam sebuah integrasi nasional Bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika
juga turut andil dalam usaha tersebut. Sebuah rasa nasionalisme yang muncul atas rasa
persamaan dan solidaritas tinggi akan berbagai macam perbedaan suku, budaya, ras, kesenian,
bahasa, agama, dan adat istiadat  harusnya semakin memperkokoh integrasi nasional bangsa
Indonesia. Namun, fakta sosial yang terjadi sekarang adalah berbeda. Banyak sekali yang
menjadi faktor –faktor penyebab makna Bhineka Tunggal Ika luntur dan berimbas pada
renggangnya integrasi bangsa Indonesia. Beberapa faktor tersebut antara lain:

26
1.    Perbedaan Kepentingan Masyarakat sehingga Mengakibatkan Gesekan-Gesekan
Negatif dalam Masyarakat
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa faktor heterogenitas
yang sangat mencolok. Hal tersebut terbukti dengan adanya strata sosial yang ada di masyarakat.
Namun, pada era kini, strata sosial yang ada pada masyarakat Indonesia adalah terbuka.
Pasalnya, kondisi tersebut juga diakibatkan oleh adanya era modern dan globalisasi yang
memungkinkan setiap orang bebas bergerak untuk menentukan posisi suatu individu dalam
masyarakat.
Kemampuan Sumber Daya Manusia bagi tiap individunya juga berbeda. Adanya
keberagaman suku, budaya, ras, kesenian, bahasa, dan agama turut mendorong suatu individu
untuk mengelola suatu langkah dan tujuan hidup sesuai dengan yang mereka harapkan. Hingga
akhirnya, kepentingan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok menjadi berbeda. Lingkungan sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan,
dan keamanan juga menjadi salah satu faktor adanya perbedaan kepentingan dalam masyarakat.
Tak khayal, jika kepentingan yang berbeda mengakibatkan adanya gesekan-gesekan
dalam masyarakat dikarenakan mereka semua selalu ingin mencari yang terbaik demi kebutuhan
hidup mereka dan tidak terlepas dari kodrat manusia yang tidak pernah puas dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Gesekan-gesekan yang terjadi pada masyarakat menimbulkan suatu bentuk
emosi atau kompetisi.
Terkadang cara dan bentuk kompetisi tersebut dilakukan dengan hal yang negatif, bisa
juga dengan menghalalkan segala cara tanpa berpikir bahwa cara tersebut merugikan bagi orang
lain atau tidak. Ditambah lagi semboyan Bhineka Tunggal Ika pun juga telah luput dalam
pegangan atau acuan mereka dalam melaksanakan kompetisi. Kompetisi pun tidak sehat dan
membuahkan kerancuan hidup sosial dalam masyarakat.

2.    Isu-Isu Kebenaran Agama yang Bergesekan dalam Masyarakat


Telah diketahui, bahwa agama yang diakui di Indonesia adalah 6 agama, yaitu: Islam,
Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan Khong-huchu. Dalam kehidupan beragama, kita diajarkan
tentang sesuatu yang diwajibakan untuk dilakukan dan tidak melakukan sesuatu hal yang
dilarang oleh agama kita. Itu ditujukan agar kita bisa hidup selaras antara di dunia dan di akhirat.
Kebenaran agama yang kita anut juga pasti berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
bunyi sila pertama dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan kita adalah Esa.
Hidup bersama dengan masyarakat yang memiliki keberagaman agama hendaknya kita
mengutamakan suatu toleransi dan rasa menghormati dan menghargai pada semua pemeluk
agama. Semboyan kita lagi-lagi diacuhkan, makna berbeda-beda tetapi tetap satu hanya sepintas
di mulut saja. Kini, antara kebenaran suatu agama A atau B mulai disinggung. Masyarakat justru

27
sibuk dengan pemojokkan suatu kebenaran agama yang orang lain anut. Bisa dikatakan seperti
“Agama yang saya anut adalah benar, dan agama yang kamu anut adalah salah”.
Selain itu, kondisi juga diperparah dengan adanya penciptaan agama baru yang tidak
masuk akal. Contoh kasusnya adalah agama yang dibuat oleh Lia Eden. Dia menyebut dirinya
sebagai anak Tuhan dan telah menerima beberapa wahyu yang paling benar dari Tuhan. Hingga
akhirnya beliau ditangkap dan di tahan karena bukti bersalah menyebarkan agama palsu.
Kemudian, masyarakat sekarang juga semakin memperparah keadaan, banyak diantara mereka
yang melakukan tindak kekerasan, tindak kejahatan yang diatas namakan Tuhan. Suatu
kekacauan dari yang seharusnya berbeda-beda tetapi tetap satu, namun kini berbeda-beda
menghasilkan masalah.

3.    Diskriminasi Akibat Ketimpangan PembangunanIndonesia adalah negara yang


berkembang.
Negara yang sedang berada dalam proses pembangunan yang berkelanjutan ini ternyata
juga menjadi salah satu faktor diskriminasi yang mengakibatkan ketimpangan sosial dari proses
pembangunannya. Hal tersebut menjadi faktor lunturnya makna Bhineka Tunggal Ika juga.
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam
kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya
perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada
masing – masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong
proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada
setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan wilayah terbelakang
(Underdevelopment Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah dan akhirnya masyarakat tidak bisa
bersatu.
Istilah “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin” semakin menguat karena
ketimpangan sosial ini. Perbedaan kelas pun semakin mencolok. Hingga mengakibatkan integrasi
masyarakat berkurang antara satu sama lain.

4.    Etnosentrisme
Indonesia yang memiliki keberagaman suku, ras, budaya, dan adat istiadat yang disatukan
dalam makna semboyan Bhineka Tunggal Ika.Tetapi ternyata juga masih saja dalam faktanya
kita temukan beberapa penghambat rasa kesatuan itu, apalagi jika bukan adanya
etnosentrisme. Etnosentrisme adalah kecenderungan memandang rendah orang-orang yang
dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya asing dengan budayanya
sendiri. Hingga akhirnya menilai budaya orang lain adalah budaya yang paling rendah
martabatnya dibandingkan dengan budaya kita.

28
Ironi memang. Budaya daerah yang menjadi aset dan unsur budaya nasional justru tidak
dapat kita satukan dengan baik. Adanya rasa kecintaan yang berlebihan dengan budaya
daerahnya justru menjadi kondisi yang memperparah makna dari Bhineka Tunggal Ika.Selain itu,
fanatisme kedaerahan akan mengancam integrasi bangsa Indonesia dan keutuhan NKRI.

5.    Cultural Lag
Cultural lag adalah bentuk kesenjangan budaya akibat masuknya unsur-unsur globalisasi
yang terjadi secara tidak merata dan tidak serempak. Unsur-unsur teknologi yang masuk secara
cepat namun tidak diimbangi unsur-unsur sosial budaya yang lambat. Selain itu, sekelompok
masyarakat ada yang bisa menyerap dan menerima unsur-unsur globalisasi secara cepat bahkan
ada yang cenderung lambat dan tertinggal. Akibatnya, perubahan unsur-unsu sosial budaya
terjadi secara tidak serempak yang menimbulkan suatu kesenjangan sosial.

6.    Permasalahan SARA
Berbicara mengenai hal-hal yang bersinggungan dengan SARA, melahirkan kecemasan
tersendiri bagi masyarakat. Pasalnya, hal tersebut menyangkut masalah suku, agama, ras, dan
antar golongan. Suku, agama, ras dan antar golongan yang ada di bumi pertiwi ini adalah sebuah
kekayaan. Kita menggunakan istilah filosofi dasar “Kamu adalah Aku yang lain”. “Saya ada
karena kamu ada”. Filosofi sederhana ini menunjukkan bahwa kemajemukan yang ada di bumi
Indonesia ini bukanlah sesuatu yang membahayakan dan meresahkan. Kehadiran kita hanya
dapat diakui dengan adanya yang lain.
Fakta berkata lain, justru kemajemukan itulah kini menimbulkan suatu perbedaan dan
sama sekali tidak mencerminkan Bhineka Tunggal Ika. Contoh kasusnya adalah Ketika urusan
politik mulai menunggangi Agama, Ras, Suku, Golongan untuk mencapai tujuan politik,
disitulah kesalahan fatal para pelaku politik yang tidak tahu berpolitik. Selain itu, Ketika Agama
memberi pencerahan, tapi melewati batas koridornya, misalnya mulai berlaku seolah-olah
hakim atas seluruh permasalahan yang ada, entah itu masalah politik, masalah pemerintahan dan
masalah lain di luar koridornya, Agama sendiri pun membuat keresahan bagi penganutnya.

7.    Identitas Bangsa yang Mulai Luntur


Bangsa Indonesia adalah memiliki paham nasionalisme (paham kebangsaan) yang
menjadi suatu identitas bangsa. Namun, kini telah hilang. Misalnya saja, kini keberadaan
keberagaman bahasa daerah yang menjadi aset unsur-unsur budaya nasional kita ataupun bahasa
Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu bangsa telah luntur. Bahasa Asing seperti bahasa
Inggris atau Bahasa Korea telah menjamur di kalangan masyarakat. Justru dengan menggunakan
bahasa asing, masyarakat kini lebih bangga dan menganggap bahwa itu adalah suatu mode baru
yang menjadi tuntutan agar tidak ketingggalan jaman.

29
                                    Kemudian, adanya budaya gotong-royong yang menjadi identitas bangsa
Indonesia kini luntur dengan sendirinya. Bahkan, di derah-daerah pedesaan kita jarang menemui
warga yang bergotong-royong. Masyarakat kini memang asik dengan dunia pekerjaan yang
secara tidak langsung menjadikan mereka teraliniasi dengan lingkungannya. Saling menyapa pun
jarang dilakukan karena kini meraka cenderung individualis.

 Analisa

Dari kasus diatas bisa di simpulkan bahwa lunturnya Bhineka Tunggal Ika itu sendiri terjadi
karena kuranganya kesadaran diri,saling menghacurkan antar bangsa sendiri,saling menjatuhkan
dan kurang adanya rasa saling menghormati dari masyarakat itu sendiri dan bahkan acuh
terhadap apa itu makna dari Bhineka Tunggal ika itu sendiri.Dan jika kita bisa merasakanya
kenapa itu bisa terjadi,karena kita berada dalam era Globalisasi dijaman serba canggih dan serba
modern,justru dari situlah kita sudah melupakan makna tersebut malah kita asyik menikmatinya
sehingga lupa akan soladiritas apa itu sikap saling menghorhati antar umat beragama.Dan secara
tidak sadar kita sudah dikuasi oleh kemodernan dan kecanggihan sehinnga luntur makna
Semboyan Bhineka tunggal ika sekarang.

Cara Mengembalikan Makna Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” Demi  Menguatkan


Integrasi Bangsa Indonesia

            Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang terdiri dari berbagai macam
suku, budaya, ras, kesenian, bahasa, agama, dan adat istiadat yang menjadi aset kebudayaan
nasional. Berbagai keberagaman unsur budaya tersebut tercantum dalam semboyan bangsa
Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.Keadaan tersebut menjadikan sebuah identitas atau jati diri
bangsa Indonesia yang harus diwujudkan demi tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
            Dengan adanya keberagaman sebagai corak pluralitas, Bangsa Indonesia khususnya
masayarakat harusnya menyadari dan menjadikan hal tersebut sebagai penguat dalam
berkehidupan. Membina identitas bangsa yang berpedoman Bhineka Tunggal Ika juga
memerlukan upaya yang berkesinambungan serta berkaitan dengan berbagai aspek. Kedudukan
seseorang sebagai warganegara Indonesia tidak mengenal diskriminasi, kehidupan bersama yang
penuh toleransi dan menghindari berbagai perasaan curiga satu dengan yang lain atau tidak
adanya trust di dalam kehidupan bersama, kemampuan dan keinginan untuk melihat perbedaan

30
antar suku bukan sebagai hal yang memisahkan di dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari
bahkan lebih mempererat dan memperjaya kehidupan dan kebudayaan nasional. Ini dikarenakan
dalam era globalisasi sekarang ini setiap bangsa ingin menonjolkan identitas bangsanya agar
lebih dikenal di mata dunia.
            Selain itu, adanya dukungan dari beberapa pihak seperti media masa, pendidikan di sektor
formal maupun informal juga harus turut andil dalam menciptakan bibit-bibit generasi muda
yang mencintai bangsanya. Janganlah sibuk untuk mencari alasan bagaimana makna Bhineka
Tunggal Ika itu luncur atau pun musnah, apalagi adanya beberapa isu di berbagai media masa
yang menghantam makna Bhine Tunggal Ika yang kian hilang juga hendaknya ditekan. Yang
perlu kita lakukan adalah mengembalikan sebuah makna terpenting dari bhineka Tunggal Ika
yang menjadi semboyan bangsa Indonesia. Jangan pula kita baru tersentak jika baru terkena
musibah pengambilan budaya atau pengambilan unsur- unsur budaya yang dilakukan oleh negara
lain terhadap Indonesia. Sudah seharusnya, kuatkan benteng Bhineka Tunggal Ika agar terwujud
integrasi bangsa Indonesia.
Sudah saatnya kita memaknai atau mentransformasikan kembali nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika berdasarkan kondisi kekinian. Jangan jadikan nilai-nilainya sebagai dogma atau
doktrin kaku yang tidak bisa mengikuti perkembangan Jaman. Doktrinisasi nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika semata tanpa disertai praktek dalam kehidupan berbangsa jelas hanya akan
menjadikannya sebagai nilai kuno semata. Bukan saatnya lagi Bhineka Tunggal Ika hanya
dihadirkan sebatas simbol semata tanpa kita berusaha mengisinya dan memperkaya makna yang
dikandungnya.
Seperti para pendiri negeri ini yang memperjuangkan Bhineka Tunggal Ika sehingga bisa
mempersatukan seluruh anak negeri dari Sabang hingga Merauke, maka saatnya tugas kita untuk
terus memperjuangkan agar Bhineka Tunggal Ika tetap bertahan dan menyatukan keberagaman
dan perbedaan yang semakin dinamis. Semoga kita terhindar dari situasi kegagalan dimana
generasi mendatang hanya bisa berucap bahwa “negara kita dahulu pernah punya falsafah
Bhineka Tunggal Ika”. Semoga.
Selain itu, gagasan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar slogan tak bermakna, tetapi
harta yang harus dirawat bersama. Inilah inti demokrasi dalam sebuah bangsa yang heterogen.
Bila "modal" bersama ini dipelihara baik dan dikelola oleh sebuah kepemimpinan yang bersih
dan bijak, bangsa ini akan survive menghadapi tantangan apa pun.

31
5. 73 Tahun Indonesia Merdeka, Kehidupan Veteran di Tangsel
Masih Memprihatinkan

Para veteran yang berada di Tangerang Selatan. (Foto: Hambali/Okezone)

Tangerang Selatan – Momen hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) kembali


dirayakan oleh seluruh anak bangsa pada hari Jumat 17 Agustus 2018. Meskipun sudah
memasuki usia 73 tahun kemerdekaan, kondisi tersebut rupanya tidak berbanding lurus dengan
nasib para veteran yang kehidupannya kini terbilang memprihatinkan.
Sebagai gambaran, para veteran pejuang '45 yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan
(Tangsel) sebagian besar justru harus menghadapi kerasnya cara menjalani kehidupan. Tak
sedikit dari mereka yang tetap bekerja guna mencukupi kebutuhan sehari-hari meski sudah
berusia renta.

Para veteran dan sesepuh pejuang bangsa tersebut tinggal tersebar di beberapa kecamatan yang
ada di Kota Tangsel. Jumlahnya sekira 50 orang. Angka itu belum termasuk mereka yang luput
dari pendataan swadaya oleh masyarakat.

Berdasarkan data yang dihimpun, veteran maupun sesepuh pejuang kebudayaan di Kota Tangsel
banyak yang terpaksa mencukupi kebutuhan hidup dari bertani. Ada juga yang menjadi pengojek
sepeda motor, berdagang kecil-kecilan, hingga menjadi guru silat.

"Yang pasti kami juga menyikapi secara concern atas kondisi veteran-veteran yang ada di
Tangerang Selatan. Taraf kehidupannya minim, bisa dicek dari data yang ada. Bentuk perhatian
dari pemerintah kota hanya muncul saat perayaan seremonialnya," terang Ketua Umum Badan
Musyawarah Kota Tangsel Julham Firdaus ketika diwawancarai Okezone.

32
Ia mengatakan, saat ini kepedulian atas keberadaan veteran dan sesepuh pejuang bangsa masih
jauh dari kata layak. Pengorbanan jiwa-raga yang mereka pertaruhkan saat melawan penjajah
dahulu dirasa belum mendapat apresiasi berarti.

"Kalau dari (pemerintah) pusat itu sudah ada kebijakan tunjangan, namun itu pun sebenarnya
terbilang minim dibandingkan jasa-jasa mereka dahulu. Sekarang banyak juga dari mereka harus
banting tulang memenuhi kebutuhan hidup. Masalah ini butuh konsistensi dari Pemerintah Kota
(Tangsel). Dibuat program di daerah yang bisa menopang kehidupan mereka," imbuh Julham.

Sebelumnya pada Kamis 16 Agustus 2018, Pemerintah Kota Tangsel mengundang sejumlah
veteran untuk mengikuti tasyakuran di area masjid Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot).

Rata-rata para veteran yang hadir telah mengenakan kursi roda untuk beraktivitas lantaran
kemampuan fisik yang tak lagi memadai. Kehadiran mereka diharapkan mewakili rekan
seperjuangannya yang tengah berhalangan datang.

Pemerintah pusat sendiri telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31


Tahun 2018 tentang Veteran Republik Indonesia. PP itu merupakan bentuk perubahan dari

peraturan sebelumnya yakni nomor 67 tahun 2014 tentang hal sama.

Dalam PP Nomor 31 Tahun 2018 itu disebutkan adanya kenaikan dana kehormatan dan
tunjangan para veteran pembela kemerdekaan RI, veteran anumerta pembela kemerdekaan,
veteran anumerta pejuang kemerdekaan beserta janda, duda, dan anak yatim-piatu mereka.

Di antara poin-poin perubahan dalam PP itu yakni:

1. Penyempurnaan Pasal 17 dengan menambahkan substansi baru mengenai besaran dana

kehormatan. Jika sebelumnya Rp750 ribu maka dalam PP yang baru menjadi Rp938 ribu.

2. Penyempurnaan Pasal 21 dengan menambahkan substansi baru mengenai:

a. Besaran tunjangan veteran bagi veteran pejuang kemerdekaan RI:

Golongan A sebelumnya Rp1,6 juta menjadi Rp2 juta.

Golongan B sebelumnya Rp1,55 juta menjadi Rp,1,938 juta.

Golongan C sebelumnya Rp1,5 juta menjadi Rp1,875 juta.

Golongan D sebelumnya Rp1,45 juta menjadi Rp1,813 juta.

Golongan E sebelumnya Rp1,4 juta menjadi Rp1,75 juta.

b. Rancangan tunjangan veteran bagi janda, duda, atau yatim-piatu veteran pejuanngan
kemerdekaan RI:

33
Golongan A sebelumnya Rp1,45 juta menjadi Rp1,813 juta.

Golongan B sebelumnya Rp1,4 juta menjadi Rp1,75 juta.

Golongan C sebelumnya Rp1,3 juta menjadi Rp1,625 juta.

Golongan D sebelumnya Rp1,25 juta menjadi Rp1,563 juta.

Golongan E sebelumnya Rp1,2 juta menjadi Rp1,5 juta.

 ANALISA

Berdasarkan kasus tersebut, dapat di simpulkan bahwa masih banyak para pejuang veteran yg
masih hidup memprihatinkan. Walaupun dari pemerintah sendiri sudah di beri tunjangan, tapi
angka tersebut masih sangat minim. Mengingat perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan
bangsa ini, maka tidak heran sebagian dari mereka harus bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup di usia renta. Pemerintah harusnya lebih memperhatikan nasib para pejuang
veteran, bentuk perhatian lebih jangan hanya pada saat perayaan seremonial saja. Tapi dalam
keseharian mereka harus di jamin, karna selama ini pemerintah di rasa belum memberikan
apresiasi yg berarti kepada para pejuang veteran ini. Jangan sampai bangsa ini di cap sebagai
bangsa yg lupa akan sejarah, karna kurang menghargai para pejuang yg telah susah payah
merebut kemerdekaan bangsa ini.

34
6. LSI: Pendukung Pancasila Turun, Beralih ke NKRI
Bersyariah

VIVA - Lingkaran Survei Indonesia menemukan bahwa masyarakat Indonesia yang


mendukung ideologi Pancasila dari tahun ke tahun semakin menurun. Bahkan, dalam kurun
waktu 13 tahun ini, 2005 hingga 2018, masyarakat yang mendukung Pancasila turun 10 persen.

"Dalam 13 tahun publik yang mendukung Pancasila semakin menurun. Sekarang ini
terbaru di angka 75,3 persen. Ini memang mayoritas. Tetapi kalau kita bandingkan dengan 2005
ini ada penurunan sekitar 10 persen," kata peneliti LSI, Ardian Sopa, dalam rilis survei di
Kantor LSI, Jalan Pemuda Nomor 70 Jakarta Timur, Selasa, 17 Juli 2018.

LSI merilis, pada tahun 2005 ada 85,2 persen yang mendukung Pancasila. Tahun 2010 turun
menjadi 81,7 persen, dan tahun 2015 kembali turun menjadi 79,4 persen. Sementara 2018
kembali mengalami penurunan hingga menjadi 75,3 persen yang pro terhadap Pancasila.

Ardian menjelaskan, penurunan pro Pancasila sebesar 10 persen, kini lari mendukung ideologi
NKRI bersyariah yakni yang menginginkan berdasarkan paham keagamaan.

"Penurunan pro Pancasila ternyata beralih ke pro NKRI bersyariah," katanya.

Pendukung pro NKRI bersyariah, menurutnya juga banyak disumbang oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Baik itu di bawah satu juta hingga yang berpenghasilan antara 1-2 juta.

Pada tahun 2005, warga berpenghasilan rendah yang pro terhadap Pancasila masih sangat tinggi
yakni 91,8 persen. Namun dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hingga pada tahun 2018
hanya menjadi 691 persen.

35
"Selain segmen berpenghasilan rendah, menurunnya pro Pancasila terjadi umumnya pada
warga beragama Islam," katanya.

Pada 2005 warga muslim yang mendukung pro Pancasila sebanyak 85,6 persen, namun di tahun
2018 turun menjadi 74,0 persen. Artinya, ada penurunan 11,6 persen dalam kurun waktu 13
tahun.

Makin menurunnya masyarakat yang pro terhadap Pancasila, dipengaruhi oleh tiga faktor besar.

Pertama, jelas Ardian, adalah alasan ekonomi. "Publik melihat yang kaya makin kaya, yang
miskin makin miskin. Kesenjangan sosial juga sangat tinggi," katanya.

Kedua, adanya paham alternatif, yakni NKRI bersyariah. Paham ini semakin masif digaungkan,
sehingga makin mendapat perhatian oleh masyarakat terutama di kalangan muslim, yang paling
banyak tertarik dengan paham selain Pancasila.

Ketiga, faktor yang membuat pro Pancasila menurun adalah tidak adanya sosialisasi yang
efektif dan masif. "Paham Pancasila semakin tidak tersosialisasi secara efektif dari masyarakat
kepada masyarkat," katanya.

Survei LSI ini dilakukan pada 28 Juni sampai 5 Juli 2018 melalui face to face interview
menggunakan kuesioner. Menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200
responden. Adapun margin of error sebesar plus minus 2,9 persen. Survei LSI itu dilakukan di
34 provinsi.

 ANALISA

Berdasarkan data dari LSI, terdapat penurunan pada pendukung ideologi Pancasila yg signifikan
dari tahun ke tahun. Masyarakat yg mendukung ideologi Pancasila turun 10% dalam kurun waktu
13 tahun, mulai tahun 2005 – 2018. Masyarakat mulai beralih ke ideologi NKRI Bersyariah,
yaitu ideolgi yg berdasarkan paham keagamaan. Hal ini dapat terjadi karna beberapa faktor, di
antaranya yang paling sering terjadi adalah karna kurangnya sosialisasi terhadap ideologi
pancasila kepada masyarakat. Sehingga masyarakat yg fanatik terhadap paham agama tertentu
(islam) sering menganggap bahwa sebaiknya sistem yg ada di negara ini harusnya menggunakan
sistem yg sesuai dengan ajaran agama islam. Mulai dari pemimpin, sistem pemerintahan, dll.
Hendaknya pemerintah harus gerak cepat dalam mensosialisaikan ideologi pancasila. Mulai dari
pendidikan sekolah, acara keagamaan, bahkan di acara kampung. Agar warga masyarakat paham
betul ideologi bangsa ini, mengingat ada berbagai macam agama, suku, dan rasi.

36
7. Sejarah yang Termanipulasi
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat bergantung pada efektifitas penyelenggara suatu
negara. Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur penyelenggaraan negara di segala
bidang, baik bidang ideology, politik ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan keamanan
berdasarkan pada latar belakang historis yang sulit dibantah. Bahwa 1 juni 1945 yang disebut
sebagai lahirnya Pancasila, Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional yang menggali nilai-nilai
Pancasila tidak pernah bicara ataupun menulis tentang nilai-nilai Pancasila baik dalam sebagai
pandangan hidup maupun sebagai dasar negara. Nilai nilai Pancasila telah ada pada bangsa
Indonesia sejak jaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia berdiri sebagai suatu negara. Proses
sejarah terbentuknya negara Indonesia cukup panjang dibagi menjadi 2 bagian:

1.) Pra Kemerdekaan Indonesia

Pada pra kemerdekaan Indonesia dimulai dari zaman munculnya kerajaan – kerajaan pada
abad ke IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia,

2.) Pasca Kemerdekaan

dikarenakan syarat negara yang berdaulat ( merdeka ) salah satu nya ialah diakui kedaulatan
suatu wilayah tersebut (negara ) oleh negara yang lainnya .yang kebetulan saat itu negara yg
pernah menjajah Indonesia (belanda) belom mengakui kedaulatan Indonesia .sehingga
memicu berbagai polemic seperti perang di bergai wilayah di Indonesia dan gerakan kudeta
yg kemudian di kenal sebagai G30S /PKI.

 Analisa

Berdasarkan fakta yg terungkap setelah selepasnya rezim soeharto (kemudian di sebut


propaganda G30S saja dari sebelum nya G30S PKI ) sebenarnya apa alasan dibalik
pemerintah membelokan (manipulasi) G30S tersebut sampai ke bidang pendidikan sekolah
tentang hal tersebut di belokkan sedemikian rupa sampai di bidang pendidikan sejarah pun
dibelokan .

1) Apa karena faktor politik pada masa itu kah ? Hal ini tidak lepas dari kata kudeta, hal ini
bisa dilihat dari bekas pengangkatan korban (6 jendral ,1 kolonel di lubang buaya) yang tidak
ada sama sekali bekas sayatan dan (maaf ) sampai alat kelamin nya dipotong seperti yg
ditayangkan pada jaman sekolah kita dulu melainkan hanya luka tembak pada jenazah
korban. Hal berikutnya adalah isi dari supersemar ( 11 maret) yg sampai saat ini
diperdebatkan isi dari surat perintah tersebut dan di dukung oleh tidak pernah melapornya
Soeharto (yg saat itu diberi perintah supersemar )kepada yg memberi perintah .krna hal yang
efektif untuk menggulingkan suatu negara adalah dgn diadu domba dengan rakyat nya sendiri

37
( suatu kelompok dengan kelompok yang lain )memecah persatuan nya .sehingga
memudahkan para stack holder masuk dengan leluasa untuk menjajah kembali Indonesia yg
terkenal dengan sumber daya alam nya yg banyak baik migas,emas ,batubara dll.

2) Siapakah semua dalang dibalik peristiwa tersebut ?

Dilihat dari kronologi peristiwa yang sangat mencolok adalah waktu pemberantasan yg
tidak kurang dari seminggu untuk menemukan pelaku yang diduga tersangka waktu itu (D.N
aidit dll )yang kebetukan saat itu yg menerima perintah supersemar adalah kol.soeharto
.darimana semua dana kudeta dan pemberantasan berasal yang saat ini masih belom tau dari
mana asalnya ,apa ada campur tangan stock holder negara adigdaya pada peristiwa
tersebut,karena beberapa waktu yg lalu ada dokumen rahasia AS antara TNI,hansip dan PKI
di buka ke publik (dokumen setebal 30 halaman berisi korespondensi antara kedubes amerika
di Jakarta dengan kemenlu amerika di Washington, pada 1964 sd 1968)dokumen tersebut
mengungkap ketegangan militer dengan pki,serta peran militer dan kelompok agama dalam
pembantaian massal( salah satu isi dokumen pada tanggal 12 oktober 1965 yang isinya TNI
mempertimbangkan upaya menjatuhkan presiden soekarno) militer juga disebut
mempersenjatai sebagian unit hansip (dok. Tgl 06 des 1965) ,padahal pada saat itu keadaan
ekonomi sedang susah dari mana dana yg membiayai semua senjata dan semua
pemberantasan yg serentak di wilayah jawa waktu itu .ini sebagian kecil dari semua isi
dokumen yg dimiliki amerika .dan seperti di skenario oleh para stock holder untuk lanjut
menjajah Indonesia tapi dengan cara diadu dengan pribuminya sendiri.

38
8. Makna Sistem Pancasila
Pancasila itu sebuah nilai atau kah sistem dan kenapa sampai orde saat ini tidak bisa
melampaui kejayaan kakek moyang negara Indonesia (majapahit dan sriwijaya)?

Sebelum kita menguraikan analisis untuk kasus diatas sebaik nya kita cari dulu beberapa
pengertian nya?

1. Apa itu system ,?

2. Apa itu pancasila ?

3. Dan apa hubungan pancasila dengan sejarah bangsa?

1. Sistem adalah sekumpulan bagian yang memiliki fungsi, bisa juga dipendapati sebagai
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisir baik bagian satu dengan
bagian sama lain.

2. Pengertian Pancasila yaitu ideologi dasar negara Indonesia yg berasal dari kitab tripitaka
yang berbahasa sansekerta, ada dua kata yaitu panca (lima) dan syila / sila (dasar) yang secara
leksikal bermakna lima aturan tingkah laku (kesusilaan ) yang penting (tertulis juga pada
kitab kartanegara dan sutasoma )

3. Pancasila lahir atau dikenal sejak zaman sriwijaya dan majapahit (nenek moyang bangsa
Indonesia) dimana yang terkandung dalam butir-butir pancasila sudah diterapkan dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan, meskipun pada saat itu belum dirumuskan secara
konkrit

 Analisa

Pancasila bukan hanya sekedar nilai-nilai luhur saja akan tetapi itu juga adalah sistem
dimana satu sila berurutan menghasilkan sila berikutnya dan jika belum menghasilkan sila
berikutnya dalam kehidupan saat ini bisa jadi ada yg salah dengan sila sebelumnya .ilustrasi
sederhananya input awalnya adalah sila pertama dan menghasilkan output sila kelima (goal
nya klo dalam istilah sepakbola ).

Kenapa indonesia dalam orde sekarang malah jauh dari kata Berjaya dibanding dengan nenek
moyang nya .karna sistem yang ada sekarang adalah sistem adopsi dari negara lain bukan dari
nenek moyang dulu.

Dimana dulu sudah jelas mana itu eksekutifnya, legislatifnya dan yudikatifnya.

Dimana dulu ada kepala negara dan mahapatihnya ( pemerintahannya ) sekarang campur
aduk.

39
Ilustrasi kecil nya pelantikan ketua umum KPK yang seharusnya adalah Lembaga negara
yang diawasi nomor satu adalah kepala pemerintahan (presiden) dan jajarannya kok malah
dilantik oleh presiden.

40
9. Hari Lahir Pancasila Harusnya Jadi Momentum Amalkan
Nilai Ideologi Bangsa
Ketua Ikatan Alumni Universitas Pertahanan (Unhan) Heru Dharsono berharap, peringatan
hari lahir Pancasila jadi momentum untuk lebih mengamalkan nilai-nilai ideologi bangsa tersebut
dalam berbagai sendi kehidupan dan bernegara.
Menurutnya bangsa Indonesia harus berterima kasih kepada para proklamator dan
deklarator Pancasila.
"Karena ini merupakan jati diri bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
Merenungi meresapi dan mengamalkan merupakan bentuk dan rasa terima kasih kita bersama,"
ujar Heru kepada wartawan di Jakarta Jumat (1/6/2018).
Heru mengatakan, dunia mengakui dan menghormati Pancasila yang dimiliki sebagai dasar
landasan bangsa dalam kemerdekaan.
Dengan besarnya peran Pancasila, Heru pun mengkritik kebijakan pemerintah menjadikan hari
lahir Pancasila sebagai hari libur.
Seharusnya pemerintah meninjau kembali hari libur di hari lahirnya pancasila menjadi sebuah
kegiatan yang wajib dilakukan segenap bangsa di lingkungan masing-masing
"Bukan menjadi ajang plesiran yang hilang dari makna Pancasila itu sendiri. Seharusnya hari
lahir Pancasila diperingati wajib di sekolah kampus dunia pendidikan bahkan PNS dan swasta.
Bukan diliburkan yang ada banyak yang keluar plesiran bukan menghormati dan memaknai
arti Pancasila itu sendiri yang menciptakan kebhinekaan bangsa ini," kata Heru.
Jumat, 1 Juni 2018, merupakan hari libur nasional untuk memperingati hari lahir Pancasila.
Sudah dua tahun ini atau tepatnya dimulai tahun 2017 lalu, setiap tanggal 1 Juni yang merupakan
hari lahir Pancasila, ditetapkan sebagai hari libur secara nasional.
Penetapan ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016, yang
disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan pidato pada peringatan Pidato
Bung Karno 1 Juni 1945, di Gedung Merdeka, Bandung, pada 1 Juni 2016.

Libur hari lahir Pancasila baru terealisasi saat Jokowi menjabat Presiden. Megawati


Soekarnoputri, sebenarnya sudah mengusulkan agar 1 Juni ditetapkan sebagai hari
lahir Pancasila dan menjadi hari besar nasional, sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY). Namun, hal itu tak kunjung terealisasi. Oleh karena itu, ia sangat mengapresiasi
pemerintahan Jokowi yang berani mengambil keputusan itu. agar Pancasila tak hanya sekadar
diperingati saja.
Sebelum keputusan hari libur nasional untuk memperingati hari lahir Pancasila ini diketok,
Jokowi pernah mengungkapkan harapannya
Namun, ia berharap agar Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Analisa

Saya sebagai warga Negara Indonesia sangat setuju dengan apa yang telah disampaikan
oleh Pak Heru Dharsono, sudah menjadi kewajiban kita sebagai penerus bangsa untuk terus
mengenang dan mengamalkan nilai-nilai pancasila sebagaimana mestinya. Keputusan Jokowi
selaku Presiden dalam menjadikan hari lahirnya Pancasila sebagai hari libur nasional sebenarnya
juga bertujuan untuk mengenang dan merenungkan kembali nilai-nilai pacasila. Namun,
masyarakat Indonesia masih sangat kurang peduli dengan adanya hari-hari nasional yang telah
ditetapkan. Seharusnya tidak hanya dunia pendidikan yang harus memperingati setiap hari-hari
besar nasional termasuk hari lahirnya pancasila tetapi seluruh lapisan masyarakat. Karena kita
harus terus mengenang perjuangan yang telah dilakukan oleh para pejuang terdahulu. Indonesia

41
terlahir juga bukan hasil pemeberian, bukan sebagai hadiah. Namun, Indonesia terlahir dengan
pertumpahan darah, dan perjuangan masyarakt Indonesia. Saya sangat berterimakasih kepada
Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia yang terus mengenang para pejuang terdahulu
dengan menetapkan hari besar nasional, maka marilah kita sebagai masyarakat Insonesia kita
terus menanamkan nilai-nilai pancasila dalam diri masing-masing agar Indonesia menjadi Negara
yang terus menghargai setiap perjuangan dimasa lalu.

42
10. Mengapa 1 Juni Jadi Hari Lahir Pancasila?

Jakarta - Hari ini kita memperingati kelahiran Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia.
Sebelumnya sempat muncul perdebatan mengenai hari lahir Pancasila.

"Pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dan masyarakat Indonesia memperingati Hari
Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni," bunyi Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016
Tentang Hari Lahir Pancasila seperti dikutip detikcom, Kamis (1/6/2017).

Lalu, mengapa tanggal 1 Juni yang dipilih?

Pada Perpres tersebut dijelaskan bahwa penetapan hari lahir Pancasila mengacu pada sidang
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei-1 Juni
1945. Dalam hari-hari itu, ada 3 orang tokoh yang memaparkan tentang dasar negara yakni
Muhammad Yamin, Soepomo, kemudian Sukarno.

Istilah Pancasila baru diperkenalkan oleh Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.
Tetapi masih ada proses selanjutnya yakni menjadi Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada 22
Juni 1945 dan juga penetapan Undang-undang Dasar yang juga finalisasi Pancasila pada 18
Agustus 1945.

"Bahwa rumusan Pancasila sejak tanggal 1 Juni 1945 yang dipidatokan Ir Sukarno, rumusan
Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 hingga rumusan final tanggal 18 Agustus 1945 adalah satu
kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara," tulis perpres itu.

Rumusan yang disampaikan Sukarno pada waktu itu pun berbeda dengan susunan Pancasila yang
kita kenal sekarang. Dasar negara yang disampaikan Bung Karno waktu itu secara berurutan
yakni: Kebangsaan, Internasionalisme atau perikemanusiaan, Mufakat atau demokrasi,
Kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

"Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita
ahli bahasa--namanya ialah Pancasila," tutur Sukarno dalam sidang BPUPKI seperti dikutip
dalam buku Tjamkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara.

Oleh para anggota BPUPKI kemudian disepakati bahwa pidato Sukarno-lah yang menjawab
pertanyaan sidang tentang apa dasarnya Indonesia merdeka. Setelah itu dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

"Pidato itu menarik perhatian anggota Panitia dan disambut dengan tepuk tangan yang riuh.
Sesudah itu sidang mengangkat suatu Panitia Kecil untuk merumuskan kembali Pancasila yang
diucapkan Bung Karno itu," tulis Muhammad Hatta tahun 1978 dalam Wasiat Bung Hatta
kepada Guntur Sukarno Putra seperti dilampirkan di buku Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia cetakan tahun 2011.

PPKI terdiri dari 9 orang dan dalam perjalanannya sempat merumuskan Piagam Jakarta. Tetapi
kemudian isi dari Piagam Jakarta ditolak oleh perwakilan warga dari Indonesia timur. Sehingga
pada 18 Agustus 1945 ditetapkanlah Pancasila yang kita kenal sekarang ini seperti tertuang
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
berbunyi:

Satu: Ketuhanan Yang Maha Esa


Dua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Tiga: Persatuan Indonesia

43
Empat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan
Perwakilan
Lima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 

 Analisa

Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik, tentara pendudukan


Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia dengan membentuk Dokuritsu
Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan" atau
BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI, dengan tambahan "Indonesia").
Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai
tanggal 1 Juni 1945). Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di gedung Chuo
Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada
zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (bahasa Indonesia: "Perwakilan
Rakyat").
Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka,
yang dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu
diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.
Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan
menyusun Undang-Undang Dasardengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut.
Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA
Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad
Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali
Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian
Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-
Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI. 

Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada
tahun 1947, mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno
itu berisi “Lahirnya Pancasila”.
”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata
bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara
kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan
berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara
spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara
Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama
Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan
oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk
mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh
nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan
Kemerdekaan Negara.”

44
11. Panglima TNI: Nobar Film G30S/PKI Itu Hak Warga
Negara
Rabu 26 September 2018, 14:42 WIB

Jakarta - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mempersilakan masyarakat jika ingin


mengadakan nonton bareng (nobar) film G30S/PKI. Hadi menyebut film itu sebagai bagian dari
sejarah bangsa Indonesia.

"Untuk nobar bersama itu hak seluruh warga negara bukan hanya hari ini, kemarin, besok,
silakan semuanya bisa nonton dan itu bagian dari sejarah bangsa di mana ideologi komunis harus
benar-benar kita tolak untuk tidak bisa masuk ke negeri Pancasila ini," kata Hadi kepada
wartawan di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018).

Pernyataan itu disampaikan Hadi setelah mengikuti acara silahturahmi bersama veteran TNI.
Dalam acara silahturahmi itu, ia juga berbicara terkait komunis atau khususnya Partai Komunis
Indonesia (PKI).

Ia menyebut, dengan menonton film itu, generasi muda dapat menambah wawasannya terkait
sejarah Indonesia. Ia mengatakan generasi muda wajib tahu apa saja sejarah Indonesia.

Hadi juga menegaskan komunis ataupun PKI saat ini sudah tidak bisa bangkit di negara
Pancasila. Meski begitu, ia mengatakan komunis tetap harus diwaspadai.

"Jadi komunis adalah musuh kita bersama, komunis telah membawa sejarah bangsa Indonesia
menjadi sejarah kelam. Itu yang tidak pernah kita lupakan," kata Hadi.

Film 'Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI' adalah film yang disutradarai Arifin C Noer dan
dirilis pertama kali pada 1984. Film berdurasi 271 menit ini pernah menjadi film wajib ditonton
pada era Orde Baru, yang diputar setiap 30 September. Namun setelah reformasi, yakni 30
September 1998, Menteri Penerangan Letjen TNI Yunus Yosfiah di era Presiden BJ Habibie
memutuskan menghentikan penayangan film itu di televisi.

45
 Analisa

Nobar film G30S/PKI dinilai penting untuk pembelajaran bagi masyarakat dan generasi
muda bangsa bahwa Indonesia pernah mengalami sejarah yang kelam. Indonesia merupakan
bangsa yang ber-Tuhan dan menolak paham anti-Tuhan. Jelas Indonesia menolak komunis,
seperti yang tertuang dalam sila pertama Pancasila. Oleh karena itu penting bagi masyarakat
untuk menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup untuk mempersatukan seluruh Bangsa
Indonesia Kalau Pancasila jadi kebutuhan sehari-hari, maka Pancasila akan menjadi
pemersatu.

Meskipun begitu nobar film G30S/PKI tidak seharusnya menjadi polemik. Generasi milenial
tidak terlalu serius memandang ancaman komunisme, apalagi karena komunis di negara
asalnya sudah mati atau jadi sekadar simbol semata. Prinsip-prinsip komunisme sudah tidak
dipakai lagi, kalah bersaing dengan pasar bebas dan kapitalisme. Kalau ada yang mau nonton
silakan. Yang tidak mau nonton juga silakan. Tidak perlu diributkan.

46
12. PRO DAN KONTRA PERGANTIAN DUA NAMA
JALAN DI SURABAYA

Beberapa waktu yang lalu Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana mengubah nama 2
jalan di Surabaya setelah adanya pertemuan antara Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
dalam acara rekonsiliasi budaya antara Sunda dan Jawa dengan tema “Harmoni Budaya Sunda
Jawa” di Surabaya pada Selasa (6/3/2018).

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), Gubernur Jawa Timur Soekarwo (Pakde
Karwo), dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, meluncurkan dua nama jalan

Perencanaan yang sudah menjadi keputusan tersebut bertujuan untuk menandai


berakhirnya perseteruan sejarah 661 tahun antara etnis Sunda dan etnis Jawa pasca tragedi
Perang Bubat pada tahun 1357 Masehi dimana pertikaian Kerajaan Majapahit dan Sunda dalam
tragedi Bubat tersebut mengakibatkan gugurnya keluarga raja Pasundan. Termasuk sang raja
sendiri dan putri Dyah Pitaloka yang semula diniatkan menikah dengan Prabu Hayam Wuruk.
Tragedi tersebut lantas dikenal sebagai titik awal kejatuhan karir Patih Gajah Mada.

Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Jatim, Benny Sampirwanto, mengungkapkan
penggantian nama jalan di Surabaya dilatarbelakangi menjaga keutuhan antar daerah di dalam
sebuah bangsa, agar persatuan dan kesatuan bangsa ini semakin erat. Kedua nama jalan di
Surabaya yang rencananya diganti yakni Jalan Gunungsari diubah menjadi Jalan Siliwangi,
dan Jalan Dinoyo menjadi Jalan Pasundan. Sedangkan Pemprov Jabar akan mengubah nama
jalan di kawasan Gasibu menjadi Jalan Mojopahit, dan Jalan Kopo menjadi Jalan Hayam Wuruk.
Warga Kota Pahlawan pun terbelah. Sebagian mendukung, sebagian tidak. Yang
mendukung tentu saja berargumen soal pentingnya harmonisasi. Ketua Komisi A DPRD Jatim,
Freddy Poernomo, mengaku belum diajak bicara. Meski demikian, dirinya sangat setuju

47
mendukung. Memang sudah saatnya nama jalan yang stratgeis bernuansa sejarah. "Atau memiliki
filosofis negara kayak misalkan nama raja lalu pahlawan nasional. Kita mengedepankan masalah
kebinekaan dan bangsa," bebernya.

Tapi jika dilihat dari sisi kesejarahan, jalan yang hendak diutak-utik itu merupakan dua di
antara sekian jalan yang penuh sejarah bagi warga Surabaya. Baik di era perjuangan
kemerdekaan maupun sebelum dan sesudahnya. Pemerhati sejarah Surabaya , Kuncarsono
Prasetyo mengatakan bahwa Jalan Dinoyo merupakan bagian dari Jalan Daendels yang dibangun
Gubernur Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Dulu, kawasan Dinoyo juga dipakai
sebagai jalur trem oleh pemerintah kolonial Belanda. Jalan ini dulunya memang menghubungkan
antar kota, sehingga jadi jalan provinsi. Dijelaskan, nama Dinoyo sudah ada jauh sebelum
Indonesia merdeka. Bahkan di catatannya, pada tahun 1948 ketika tuan tanah Arab membeli
tanah kawasan itu, namanya sudah Dinoyo.

Untuk Jalan Gunungsari, Kuncarsono mengatakan bahwa nama Gunungsari didapatkan


karena letak geografis kawasan tersebut lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Kawasan itu dulunya
merupakan sebuah bukit. Karena di Surabaya tak ada gunung, maka bukit itu pun disebut gunung
dan terciptalah nama Gunungsari. Gunungsari punya cerita sejarah yang penting dalam
pertempuran 10 November. Gunungsari merupakan tempat terakhir arek-arek Suroboyo bertahan
dari gempuran musuh. Bila terpaksa mundur karena serangan musuh, maka Gunungsari adalah
tempatnya.
Kuncarsono juga menduga keputusan Gubernur mengganti dua nama jalan itu hanya mengikuti
trend rekonsiliasi kebudayaan antara Jawa dan Sunda yang sebelumnya sudah dimulai
Yogyakarta.

Reaksi warga Surabaya atas keputusan pergantian nama jalan oleh Gubernur Jawa
Timur

Selanjutnya adalah pertimbangan administrasi. Bagaimana nasib warga di daerah yang


namanya diganti itu? Bukankah implikasi dari kebijakan tersebut jika jadi dijalankan adalah

48
adanya konsekuensi pengubahan data keidentitasan: alamat di KTP, KK, surat tanah, izin
perusahaan, dan sebagainya. Pengurusannya tentu memerlukan energi tersendiri.
Sementara itu sampai saat ini keputusan Gubernur Jawa Timur yang akrab disapa Pakde
Karwo itu pun masih menuai kritik dari banyak pihak. Diantaranya Generasi Muda Forum
Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Indonesia (GM FKPPI) Jawa
Timur yang mendesak agar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak hasil pansus DPRD.
Menurut Ketua GM FKPPI Agoes Soerjanto Jalan Gunungsari adalah bagian yang tak mungkin
dipisahkan dari Front Bukit Gunung Sari sebagai basis pertahanan terakhir dan tempat gerilya
arek-arek Suroboyo yang tergabung di Badan Keamanan Rakyat/Pelajar, cikal-bakal Tentara
Republik Indonesia Pelajar (TRIP), untuk melawan tentara sekutu pada pertempuran 28
November 1945.

Ketua GM FKPPI Jawa Timur Agoes Soerjanto kepada media

Gunungsari menjadi benteng pertahanan terakhir karena lokasinya yang ketika itu masih
dipenuhi bukit. Saat itu, sangat banyak gerilyawan rakyat dan tentara pejuang yang wafat di
medan laga. Untuk mengenang jasa mereka, dibangunlah Monumen Kancah Yudha Mas TRIP di
Gunungsari yang diresmikan Pangdam Brawijaya Mayjend TNI Witarmin pada 7 Februari 1981.
"Dengan nilai sejarah yang sangat tinggi itu, sangat disayangkan jika kemudian akan dihilangkan
dari memori publik," ujar Agoes.
Pada beberapa waktu lalu juga seorang veteran tiba-tiba mendatangi Gubernur Jawa
Timur, Soekarwo, usai upacara peringatan HUT RI ke-73 di Gedung Negara Grahadi Surabaya,
Jumat (17/8/2018). Dia meminta agar Soekarwo tidak mengubah nama Jalan Gunungsari di
Surabaya menjadi Jalan Prabu Siliwangi. Seorang kakek dengan mengenakan atribut veteran itu
berjabat tangan, lalu dengan nada tinggi meminta Soekarwo tidak mengganti nama Jalan
Gunungsari. "Jangan sampai diganti-ganti itu nama jalannya, jalan itu penuh nilai perjuangan,"
kata veteran yang mengaku bernama Soemanto itu. Veteran itu pun kemudian diminta bersabar
dan menjauhkan diri dari posisi Soekarwo karena saat itu Soekarwo sedang diwawancara oleh
media.

49
 Analisa

Berdasarkan atas masalah yang timbul, kemudian kembali ke persoalan dasar, menurut
saya secara pribadi, seperlu dan sedarurat apakah penggantian nama jalan itu dilakukan?
Pertama, tidak ada tolok ukur maupun jaminan bahwa dengan digantinya nama jalan itu,
bangsa ini, khususnya Jawa Timur dan Jawa Barat, akan harmonis. Di mana tidak ada lagi
ungkit-mengungkit sejarah konflik masa lalu. Tidak ada lagi stigma-stigma negatif antara dua
kelompok masyarakat.
Kedua, secara sejarah, Surabaya tidak terlibat langsung dengan konflik berabad-abad
silam, era di mana bahkan Belanda pun belum bermimpi menjejakkan kaki di negeri ini.
Sejauh ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Surabaya maupun Bandung
merupakan ibukota dari kedua kerajaan yang berseteru, setidaknya ketika pertikaian itu terjadi,
sehingga perlu didamaikan melalui cara yang ajaib: penggantian nama jalan.
Ketiga, disharmoni seperti apa yang dipersoalkan?
Contohnya hingga detik ini, entah ada berapa ribu warga asal Jawa Timur yang bekerja,
bersekolah, maupun berdomisili di Jawa Barat. Sebaliknya, saudara-saudari asal Jawa Barat yang
bekerja, bersekolah, berdomisili di Jawa Timur hidupnya juga baik-baik saja. Apakah itu yang
disebut disharmoni?
Lagi pula, jika semangat yang hendak dibangun adalah menyembuhkan luka lama
sekaligus memperkuat harmonisasi antar keturunan dua kerajaan tenar itu, kenapa tidak
dilakukan dengan cara yang jauh lebih mendidik dan bermanfaat. Misalnya, membangun
museum khusus soal itu. Atau memberi nama jalan jalan lain yang belum punya nama.
Mengapa sesuatu yang bertujuan untuk harmonisasi ini justru menimbukan masalah baru
yang bersifat mengotak atik sejarah yang berikutnya dapat membelah pendapat masyarakat dan
menimbulkan perpecahan?

50
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses
yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan
tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri.
Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam barisan negara-negara di dunia.
Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya
kerajaan-kerajaan di Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga setengah abad,
sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya
sama tuanya dengan sejarah penjajajahan itu sendiri.
  Berbagai babak sejarah telah dilampaui dan berbagai jalan telah ditempuh dengan cara
yang berbeda-beda, mulai dengan cara yang lunak sampai cara yang keras, mulai dari
gerakan kaum cendikiawan yang terbatas sampai pada gerakan yang menghimpun kekuatan
rakyat banyak, mulai dari bidang pendidikan, kesenian daerah, perdagangan sampai pada
gerakan-gerakan politik. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat
panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan.
Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan
hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa
datang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri. Sebab itu bangsa
Indonesia lahir dengan kepribadiaannya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan
negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara,
“Pancasila”.
Nilai-nilai luhur dari sila-sila Pancasila dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah,
dan mewakili kepribadian bangsa Indonesia. Namun dewasa ini penerapan atau implementasi
nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, yang diakibatkan semakin pesatnya arus globalisasi,
dekadensi moral, dan sebagainya.

B. Saran
Mengingat besarnya perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan, maka perlu
adanya kesadaran sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan
dasar negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan
masyarakat dan negara Republik Indonesia, manusia Indonesia menjadikan pengamalan  
Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan.
Oleh karena itu, hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
secara baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia. Pengamalannya harus
dimulai dari setiap warga negara Indonesia, serta setiap penyelenggara negara yang secara
meluas akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Dengan demikian Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara akan mempunyai arti nyata bagi manusia
Indonesia dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk itu,
perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi terlaksananya
penghayatan dan pengamalan Pancasila.

51
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kupasmerdeka.com/2017/06/yusril-pancasila-lahir-tanggal-18-agustus-1945/

http://wartakota.tribunnews.com/2018/06/01/3-tanggal-ini-sangat-berkaitan-dengan-lahirnya-
pancasila?page=3

http://sabdaaulia.blogspot.com/2012/11/sejarah-menurut-pandangan-para-tokoh.html

https://news.detik.com/berita/3574010/ketua-mk-pancasila-tidak-bisa-diubah

https://news.detik.com/berita/d-4010767/moeldoko-soal-marsinah-kasus-yang-lintasi-zaman-
memang-sulit

https://nasional.kompas.com/read/2012/09/12/0931234/Penyelesaian.Pelanggaran.HAM.Berat

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180508170607-20-296635/aksi-25-tahun-marsinah-
buruh-dan-aktivis-menolak-lupa

https://www.liputan6.com/news/read/2946005/sidang-ganjil-mencari-pembunuh-marsinah

https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016463019/tentang-tragedi-marsinah-
pejuang-keadilan-wanita/

https://www.viva.co.id/berita/politik/1054910-lsi-pendukung-pancasila-turun-beralih-ke-nkri-
bersyariah

http://jakarta.tribunnews.com/2018/06/01/hari-kesaktian-pancasila-harusnya-jadi-momentum-
amalkan-nilai-ideologi-bangsa?page=2

https://news.detik.com/berita/d-4229977/panglima-tni-nobar-film-g30spki-itu-hak-warga-
negara?_ga=2.215370835.516058945.1538020386-739530617.1537183597

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3904108/pemprov-sebut-nama-2-jalan-di-surabaya-
yang-diubah-hanya-sebagian

https://dnk.id/artikel/is-harjatno/kenapa-harus-surabaya-yang-menanggung-konflik-jawa-vs-
sunda-3FyAp

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3903973/pengubahan-nama-jalan-diprotes-ini-
sejarah-dinoyo-dan-gunungsari

Hambali, Jurnalis Okezone · Jum'at 17 Agustus 2018 14:17 WIB

Agus Rahmat, Jurnalis VIVA.co.id – Selasa, 17 Juli 2018 jam 15: 10 WIB; Lingkaran Survei
Indonesia

52
Asvi Warman Adam; Manipulasi sejarah: Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi,
Pelaku dan Peristiwatokoh dan peristiwa ,karya, penerbit: Kompas tahun 2009)

Prof. Dr. H. Kaelan, M.S; (Titus, 2007:15)


Emha Ainun Nadjib, Indonesia bagian dari desa saya; 1992
TEMPO.NET KAMIS 2018 SEPTEMBER 201813:20 WIB

Tempo.net 16 september 2018

53

Anda mungkin juga menyukai