Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

STARTEGI PELAKSANAAN : HARGA DIRI RENDAH

DOSEN PEMBIMBING :

Ibu Ns., Riris M.Kep., Sp.Kep J

DISUSUN OLEH :
Amanda Desvilianty
201560311007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

I. Masalah utama
Harga diri rendah
II. Proses Terjadinya masalah
A. Definisi
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, Harga diri merupakan
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri. Tercapainya keberhasilan Individu tersebut akan
merasa harga dirinya tinggi namun sebaliknya, bila sering mengalami kegagalan,
merasa tidak dicintai maupun tidak diterima oleh lingkungan mengakibatkan
individu akan merasa harga dirinya rendah, disebutkan bahwa aspek utama harga
diri yaitu dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. (Yusuf et al., 2015).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2011 yang dikutip dalam Febrina, 2018).
Berdasarkan cara terjadinya, Gangguan harga diri rendah dapat dibagi menjadi
dua yaitu, Harga diri rendah situasional dan kronik : (Azizah et al., 2016)
a. Situasional
Yaitu terjadi akibat adanya kejadian yang terdalam (trauma) secara tiba-tiba,
misalnya : Saat diharuskan operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
penuduhan, masuk penjara tiba-tiba), Pada klien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah. Hal-hal tersebut terjadi di karena kan : Tidak
memperhatikan Privacy pada klien, misalnya: informed consent yang tidak
diterapkan saat pemeriksaan fisik, maupun tindakan yang tidak sesuai SOP.
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yaitu tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/penyakit. Kondisi ini.banyak ditemukan pada klien gangguan
fisik.
b. Kronik
Yaitu perasan negative pada dirinya yang telah berlangsung lama, vaitu bisa
diakibatkan sebelum sakit maupun saat dirawat. Klien ini yang sudah
mempunyai cara berfikir yang negative dan Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinva. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
B. Rentang Respon Harga diri rendah
Adapun mengenai rentang respon terjadinya harga diri rendah didapatkan
pada rentang respon konsep diri sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancauan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas

Bagan. Rentang Respon Konsep Diri menurut (Stuart & Sundeen, 1991; 374
yang dikutip dalam Azizah et al., 2016)

C. Proses terjadinya Harga diri rendah


Proses terjadinya harga diri rendah yang dikutip dalam (Nurhalimah, 2016)
yang dijelaskan oleh Stuart dan Laraia (2008) yang terdiri dari factor
predisposisi, factor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologis
Faktor Biologis terdiri atas : Faktor heriditer (keturunan), Riwayat
penyakit atau trauma kepala. Factor keturunan berdasarkan pada
adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami kondisi yang serupa
seperti mengalami gangguan jiwa Selain itu, adanya riwayat penyakit
kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu yang
mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
2) Faktor Psikologis
Pengaruh psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga
diri rendah adalah adanya masalah-masalah dalam kehidupannya
melalui History di masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat (orangtua) yang menaruh harapan yang
tidak realistis. Terjadi kegagalan berulang, kurang mempunyai
tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi
pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan
jiwa. Selain itu pasien dengan harga diri rendah memiliki penilaian
yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas,
peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis serta penilaian
dalam diri individu itu sendiri (internal).
3) Faktor social budaya
Social budaya yang menjadi pengaruh dapat menimbulkan harga
diri rendah sepeti : adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap
klien yang mempengaruhi penilaian dalam diri nya, rendahnya tingkat
sosial ekonomi, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain
sebagai berikut :
1) Riwayat trauma
Trauma yang dapat terjadi pada seseorang melalui kejadian-
kejadian yang dialami klien menjadikan sebagai korban maupun
pelaku seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari
perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran merupakan suatu yang berkaitan dengan peran,
posisi yang sedang berperan saat ini pada masing-masing individu
yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Hal
tersebut dapat disebabkan adanya perubahan melalui Transisi yaitu :
Transisi peran perkembangan yang berkaitan dengan pertumbuhan
seperti transisi tumbuh kembang dari masa kanak-kanak ke remaja.
Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran
sehat-sakit: pergeseran dari kondisi sehat ke sakit. Transisi ini dapat
dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian anggota tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal,
prosedur medis dan keperawatan.
III. Pohon Masalah
Pohon masalah dengan kasus pada pasien harga diri rendah adalah sebagai
berikut:

Resiko gangguan sensori


persepsi : Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Core Problem (Masalah Utama)

Harga diri rendah

Causa (penyebab)

Mekanisme koping tidak


efektif (individu/keluarga)

Bagan. Pohon Masalah Harga diri rendah (Stuart, 2007 yang dikutip dalam R, 2015);
(Nurhalimah, 2016)

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah utama Harga diri
rendah yang jika tidak diberikan intervensi akan mengakibatkan effect terjadinya
isolasi social : menarik diri dengan resiko terjadinya gangguan persepsi sensori
halusinasi.
Pengkajian yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah dilakukan
dengan wawancara maupun observasi dengan pasien maupun keluarga. Dengan
mengajukan beberapa pertanyaan dan observasi mengenai tanda dan gejala harga diri
rendah yang kemungkinan di temukan pada pasien, salah satunya adanya ungkapan
negative tentang penilaian diri nya sendiri, Harapan-harapan yang dimiliki bak yang
terpenuhi maupun yang belum terpenuhi.. Menurut Kemenkes, 2016 (Nurhalimah,
2016) didapatkan dari data subjektif dan objektif sebagai berikut :
Subjektif : yang diungkapkan klien :
a. Hal negative diri sendiri datau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup pesimis
d. Penolakan kemampuan diri
e. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi

Objektif :

a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
d. Bicara lemabat dan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna

Masalah utama Harga diri rendah Kronis berdasarkan (SDKI, 2017:192) data
yang ditemukan :

a. Gejala dan tanda mayor :


Subjektif : menilai diri negative (misalnya: tidak berguna, tidak tertolong),
merasa malu/bersalah, merasa tidak mampu melakukan apapun, meremehkan
kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif, melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri,
menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif : Enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh
menunduk
b. Gejala dan tanda minor :
Subjektif : merasa sulit konsentrasi, sulit tidur, ,mengungkapkan keputusasaan
Objektif : kontak mata kurang, lesu dan tidak berguna, berbicara pelan dan
lirih, pasif, perilaku tidak asertif, mencari penguatan secara berlebihan,
bergantung pada pendapat orang lain, sulit membuat keputusan
V. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
Harga diri rendah : situasional atau kronik, Isolasi sosial : menarik diri, Resiko
ganggguan persepsi sensori : Halusinasi.
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan minimal 4 kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga
mampu mengatasi harga diri rendah. Tindakan keperawatan untuk pasien Harga diri
rendah tujuan nya pasien mampu : membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai kemampuan
yang dapat digunakan, menetapkan kegiatan sesuai kemampuan, merencanakan
kegiatan yang telah dilatihnya. (Nurhalimah, 2016). Perencanaan Tindakan
keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI (2012) dalam (Febrina, 2018)
meliputi :
A. Strategi pelaksanaan pertama pada pasien : pengkajian dan melakukan kegiatan
Latihan pertama
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan saat iini (pilih
dari daftar kegiatan)
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya )
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk Latihan dua kali per hari
B. Strategi pelaksanaan Kedua pada pasien : Latihan kegiatan kedua
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latiha : dua kegiatan masing dua kali
per hari
C. Strategi pelaksanaan Ketiga: Latihan kegiatan ketiga
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan Latihan : tiga kegiatan, ,masing-masing dua
kali perhari
D. Strategi pelaksanaan Keempat: Latihan kegiatan keempat
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk Latihan : empat kegiatan masing-
masing dua kali perhari

Rencana Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien Harga diri


rendah, diharapkan keluarga dapat berpartisipasi merawat pasien harga diri
rendah di dalam rumah dan menjadi support system bagi penderita. Tujuan
keluarga diharapkan keluarga mampu (Nurhalimah, 2016):
a. Mengenal masalah harga diri rendah
b. Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
c. Merawat harga diri rendah
d. Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
e. Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
f. Memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan.

Rencana startegi pelaksanaan Tindakan keperawatan keluarga :


a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala proses terjadinya harga diri rendah
dan mengambil keputusan merawat klien
c. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
d. Membimbing keluarga merawat harga diri rwndah
e. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung meningkatkan harga diri klien
f. Mendiskusikan tanda dan gejala kekemambuhan yang memerlukan rjukan
segera kefaskes
g. Menganjurkan follow up ke faskes secara teratur.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 1)
HARGA DIRI RENDAH

A. PROSES KEPERAWATAN
1. KONDISI KLIEN
Klien mengatakan dirinya sudah tidak berharga tidak berati, merasa sudah tidak
memiliki kemampuan pada dirinya sendiri, setiap aktivitas yang akan dilakukan
pasien seringkali tidak jadi melakukan nya karena merasa pesimis selalu merasa gagal
dipikiran nya. Sering menundukkan kepala saat bernteraksi, nada suara lemah, kontak
mata jarang dilakukan.
2. DIAGNOSIS/ MASALAH KEPERAWATAN :
Harga diri rendah : situasional atau kronis (SDKI, 2017)
3. TUJUAN
TUM : Meningkatnya Harga diri klien (perasaan positif terhadap diri sendiri atau
kemamppuan sebagai respon terhadap situasi saat ini)
TUK :
Klien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dapat digunakan
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan/memiliki kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
f. Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
Yang dilakukan berdasarkan Kemenkes, 2016 :
a. Membina hubungan saling percaya melalui terapeutik keperawatan
1) Mengucapkan salam setiap berinteraksi dengan pasien
2) Memperkenalkan diri dengan pasienm perkenalkan nama dan nama panggilan
yang perawat sukaim tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai,
menanyakan perasaan pasien saat ini serta keluhan yang dirasakan
3) Membuat kontrak dengan pasien, terkait tujuan atau topik Tindakan, waktu
beserta tempat.
4) Menjelaskan bahwa kerahasiaan pasien terami yng diperoleh untuk
kepentingan teri
5) Menujukkan sifat empati terhadap pasien
6) Memenuhikebutuhan dasar pasen jika memungkinkan.
b. Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek postif pasien yang
masih dimiliki pasien (membuat daftar kegiatan).
1) Melakukan diskusi dengan klien terkait kemampauan melakukan kegiatan
dan aspek positif yang masih dimiliki klien dengan membuat daftar kegiatan
pada secarikkertas
2) Memberi pujian selama klien menjawab secara realistic dan menghindari dari
memberikan penilaian yang negative setiap pertemuan dengan pasien.
c. Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (memilih dari
daftar kegiatan) membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
1) Membantu pasien menilai kegiatan yang dilakukan kegiatan dari daftar
kegiatan lalu membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2) Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih
1) Melakukan diskusi dengan pasien terkait kegiatan yang akan dipilih untuk
dilatih saat pertemuan
2) Membantu pasien dengan memberikan alas an terhadap pilihan yang ia akan
tetapkan
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya)
f. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk l/atihan dua kali per hari
g. Memberikan dukungan dan pujian kepada pasien setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


Orientasi
1. Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum, Selamat pagi/siang/sore bpk/ibu.. Nama saya Amanda
Desvilianty, saya senang dipanggil perawat manda. Saya mahasiswa STIKes Medistra
Indonesia profesi Ners, asal Bekasi. nama bpk/ibu/mbak siapa ? apa panggilan yang
disukai ? oh jadi saya panggil nama yang disukai ya bpk/ibu/mbak
2. Evaluasi
“ Sedang melakukan apa hari ini? Bagaimana keadaan/ perasaan saat ini? Apa
keluhan yang dirasakan ? “
3. Validasi
“ Apa yang telah dilakukan Bpk/ibu/mbak untuk mengatasi keluhan yang dirasakan ?
Apakah Bpk/ibu/Mbak saya mengerti yang dirasakan saat ini.
4. Kontrak
a. Topik :
“Baiklah Bpk/ibu/mbak bagaimana kalau kita bercakap-cakap mengenai keluhan
yang dirasakan saat ini, saya akan merawat B selama 3 hari kedepan ya saya akan
membantu menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi Bagaimana kita
berbicara mengenai kegiatan positif yang dimiliki bpk/ibu/mbak saat ini?
Nantinya kita akan menilai melalui daftar kegiatan yang masih dapat dilakukan
bpk/ibu/mbak sesuai dengan keinginan diri bpk/ibu/mbak ya ? nanti dapat
memilih satu setelah itu kita akan latih Bersama bpk.ibu/mbak secara bersamaan
ya ? yang tujuannya dapat mengetahui dan dapat mengatasi yang sedang dialami
sekarang ya . “
b. Waktu
“ Kira-kira berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Apakah 30 menit ? Oh
oke bpk.ibu/mbak inginnya 20 menit saja ya, cukup ya 20 menit dimulai dari
sekarang ya.
c. Tempat
“Baiklah mau dimana kita akan ngobrolnya ? Bagaimana kalau diruangan ini saja
ya ? oke kita diruangan ini saja ya.”

Kerja
“Baik saya mulai ya dengan menanyakan beberapa pertanyaan ya, Kegiatan/ kemampuan
yang bpk/ibu/mbak miliki ? boleh sebutkan apa saja, wah bagus apa lagi ? saya buatkan
daftar kegiatan ya *dengan menuliskan di kertas*. Kegiatan positif yang sering
bpk/ibu/mbak lakukan apa saja ? menulis, mencuci, menggambar, membaca, berolahraga,
traveling, merapihkan baju, memasak. Wah bagus sekali cukup banyak kemampuan dan
kegiatan yang dimiliki bpk/ibu/mbak sehari-hari.”

Sudah saya tulis dikertas yang sudah bpk/ibu/mbak sebutkan, banyak ya bagus nih
bpk/ibu/mbak, lalu kita akan menilai sama-sama ya dari beberapa kegiatan atau
kemampuan yang sudah disebutkan dan dituliskan yang mana yang masih dapat
dilakukan di rumah sakit ini ya bpk/ibu/mbak ? mari kita lihat untuk yang menulis?
Menggambar? Membaca? Berolahraga? merapihkan baju ? wah ternyata beberapa
kegiatan masih dapat dilakukan di rumah sakit ya bpk/ibu/mbak.”

Dari beberapa kegiatan yang masih dapat dilakukan mari kita lihat sama-sama, wah
bagus ya kegiatan positifnya cukup banyak, sekarang bpk/ibu/mbak pilih salah satu
kegiatan yang masih dilakukan di rumah sakit nantinya akan kita latih ya ? bisa menulis?
membaca? menggambar? Berolahraga? Merapihkan baju?. Merapihkan baju ? wah
baiklah merapihkan baju dapat membuat kita merasa lebih nyaman dan terlihat lebih
semangat jika nnti untuk pakaian yang akan kita pakai ya agar tidak kusut juga
pakaiannya, kita akan melakukan kegiatan merapihkan baju-baju yang ada dilemari
bpk/ibu/mbak ya. Kita buka lemari nya ya lalu sekarang kita ambil terlebih dahulu
pakaian yang berada dilemari yang akan kita lipat nantinya, lalu setelah itu melipatkan
baju dengan dilipat dua pada kedua sisi yang dipertemukan dengan satu titik tengah
setelah itu kita lipat untuk ujung baju menjadi dua seperti itu ya bpk/mbak/ibu. Mari kita
lihat pakaian yang sudah lipat terlihat rapih dan tersusun ya.
Boleh B untuk mencoba nya ya?”
Wah bagus sekali..
Terminasi
1. Evaluasi Respon klien terhadap Tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (subjektif) : “ Bagaimana perasaan bpk/ibu/mbak setelah kita
berbincang-bincang selama 20 menit tadi dan sudah berlatih melakukan merapihkan
lemari pakaian-pakaian bpk/ibu/mbak ?, ternyata banyak ya kemampuan atau
kegiatan sehari-hari yang dapat dilakukan oleh bpk/ibu/mbak melalui perbincangan
kita tadi.
2. Evaluasi perawat (Objektif) : “ Bapak/ibu/mbak boleh mencoba dengan
mempraktekan Kembali Latihan yang telah dilakukan ya? wah bagus hasil melipat
pakaian bpk/ibu/mbak hari ini tetap semangat ya merapihkannya, sudah mulai terlihat
perbedaan nya ya sebelum dirapihkan dan setelah dirapihkan oleh bpk/ibu/mbak ya.
3. Rencana Tindak lanjut (pasien)
“kegiatan ini dapat dilakukan ya oleh bpk/ibu/mbak, sekarang kita masukan kedalam
jadwal harian ya ? mau berapa kali dalam sehari melakukannya ? dua kali per hari ?
iya baiklah sore hari ya bpk/ibu/mbak ? oke jangan lupa sesuai jadwal ya
bpk/ibu/mbak.
4. Rencana Tindak Lanjut Perawat
Topik :
“ Bagaimana kalua kita bertemu lagi untuk melakukan kemampuan yang kedua ya,
setelah kegiatan merapihkan lemari, bpk/ibu/mbak masih mengingat kegiatan atau
kemampuan yang dapat dilakukan selama di rumahsakit ya ? Ya betul, kita akan
memilih lagi untuk kemampuan berlatih kegiatan menulis ya
Waktu :
“ untuk waktunya besok hari pukul 09.00 pagi bagaimana ? oh oke sore hari saja ya
jam 16.00 dengan durasi yang sama pada hari ini selama 20 menit. Kita mau bicara
dimana ? oh oke baiklah kita akan berbicara ditempat yang sama disini lagi ya.
5. Salam
Sampai jumpa ya …
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, M. lilik, Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. In Indomedia Pustaka. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Febrina, R. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga Diri Rendah Kronis
di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D III
Keperawatan Padang. Politeknik Kemenkes Padang.

Nurhalimah, N. (2016). Keperawatan Jiwa. In Kemenkes (p. 400).

R, H. B. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . S Dengan Di Ruang Maespati Rumah


Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Naskah Publikasi.

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Anda mungkin juga menyukai