BACAAN 1
Penciptaan lapangan kerja, terutama di sektor formal, semestinya menjadi fokus bagi pemimpin
hasil pemilu 2019. Sektor-sektor yang secara struktural mampu menyediakan lapangan kerja dalam jumlah
besar layak memperoleh dukungan iklim kondusif. Sekadar informasi, berdasarkan data BPS (Badan Pusat
Statistik), jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2018 adalah sebanyak 131,01 juta orang. Dari
jumlah itu, sebanyak 124,01 juta orang bekerja, sedangkan sebanyak 7 juta orang menganggur. Karena
itulah, pemerintah seharusnya mendorong penyediaan lapangan kerja formal dengan kualitas dan
perlindungan kerja bagus serta berkontribusi di sisi pajak terhadap APBN.
Secara struktural, sektor jasa kemasyarakatan dan industri manufaktur paling banyak menciptakan
lapangan kerja formal. Karena itu, sektor tersebut perlu diprioritaskan dalam mendapatkan insentif. Akan
tetapi, pengembangan industri manufaktur tidak boleh hanya di sektor bercorak padat karya. Industri
berteknologi tinggi yang menciptakan nilai tambah lebih besar juga harus diperhatikan. Namun, jangan pula
menomorduakan industri padat karya karena setiap industri memiliki fungsi yang berbeda-beda. Meskipun
nilai tambahnya lebih kecil, industri padat karya memiliki daya cipta lapangan kerja formal yang lebih sesuai
dengan karakteristik tenaga kerja di Indonesia. Oleh karena itu, daya saing industri padat karya mesti
dipertahankan sehingga serapan tenaga kerjanya terus terjaga dan tidak menurun.
“Kalau prioritas diberikan kepada sektor-sektor tersebut, upaya mempercepat pertumbuhan
lapangan kerja akan lebih fokus, lebih riil, dan tidak dipukul rata. Apalagi tingkat pengangguran terbuka kita
masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga,” kata Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif
CORE. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2017 sebesar 5,5
persen. Adapun menurut CORE, tingkat pengangguran terbuka di Malaysia sebanyak 3,4 persen, di Thailand
sebanyak 2 persen, dan di Vietnam sebanyak 1,2 persen.
Bacaan 1 digunakan untuk menjawab soal tidak sesuai dengan karakteristik tenaga
no. 1 s.d. no. 10 kerja di Indonesia
E. Pemimpin hasil pemilu 2019 hendaknya
1. Berdasarkan paragraf pertama, pernyataan berfokus pada penciptaan lapangan kerja
berikut ini yang paling benar adalah ….
A. Pemimpin hasil pemilu 2019 harus 2. Berdasarkan paragraf pertama, jika capaian
menghambat penyediaan lapangan kerja jumlah angkatan tenaga kerja tahun 2019 lebih
formal banyak yang dipekerjakan di sektor formal,
B. Pemimpin hasil pemilu 2019 yang tidak simpulan berikut yang paling mungkin benar
menyediakan lapangan kerja perlu didukung adalah ….
C. Pemimpin hasil pemilu 2019 harus banyak A. Lapangan kerja di sektor formal tidak
menambah sektor jasa perhubungan karena diminati
banyak menciptakan lapangan kerja formal B. Lapangan kerja di sektor formal kurang
D. Pemimpin hasil pemilu 2019 perlu diminati
mengecilkan industri padat karya karena
BACAAN 2
Keberagamaan di negeri ini seharusnya diakomodasi dalam sistem pendidikan. Dalam hal ini,
misalnya, layanan pendidikan bagi anak-anak dan masyarakat adat perlu dibiarkan berkembang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan lewat pendidikan kontekstual. Pemenuhan pendidikan bagi masyarakat adat
ini menjadi fokus dalam perayaan HIMAS (Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia) tahun ini yang jatuh
pada tanggal 9 Agustus. Tema HIMAS tahun ini secara global adalah “Hak-Hak Pendidikan bagi Masyarakat
SIGMA |TO 5_PENALARAN UMUM 2
Adat”. Untuk pertama kalinya, pemerintah melalui Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
mendukung perayaan ini bekerja sama dengan AMAN (Aliansi Pendidikan Adat Nusantara).
Masyarakat adat tidak boleh didiskriminasi, terutama dalam pendidikan, tetapi justru harus
dikuatkan melalui program revitalisasi masyarakat atau desa adat. Penguatan tersebut lebih bertujuan
untuk kelembagaan agar ada pengakuan dan hubungan yang semakin baik dengan birokrasi. Berbagai
tantangan yang berkaitan dengan hal itu harus dicarikan solusinya melalui kerja sama pemerintah dengan
komunitas masyarakat adat untuk menyediakan kurikulum yang tepat, termasuk bahan ajar dan bentuk
layanan pendidikan yang diinginkan masyanakat adat. Pemenuhan hak-hak pendidikan bagi masyarakat
adat bukan semata-mata untuk mendapatkan ijazah formal, melainkan untuk kesetaraan dengan
pendidikan formal. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah jangan sampai pendidikan yang ditawarkan
malah mencerabut masyarakat adat dari akar budayanya, apalagi membuat masyarakat sampai
meninggalkan desa atau kampung adat.
Sebagai contoh dasar, tingkat keberhasilan sistem pendidikan di suatu masyarakat adat A dengan
sebaran siswa pada setiap tingkatan pendidikannya dapat dijabarkan sebagai berikut. Data ini merupakan
tingkat kelulusan sekolah yang didapatkan dari masyarakat adat A dengan estimasi total masyarakat adat
yang bersekolah 1500 orang. Keberhasilan tersebut ditunjukkan dengan data lulusan SD sebesar 40%, SMP
sebesar 25%, dan SMA 20%. Sementara itu, lulusan SMK di masyarakat adat tersebut sebesar 10%. Untuk
tingkat S-1, tingkat lulusannya sebesar 5%. Dengan sebaran data tersebut, sebuah masyarakat adat dapat
terakomodasi layanan pendidikannya tanpa tercerabut dari akar budayanya.
15. Berdasarkan paragraf kedua, pernyataan 19. Perbandingan banyaknya masyarakat adat
berikut yang tidak benar adalah …. yang lulus SMP dan SMA adalah ….
A. Pendidikan bagi anak-anak dan A. 5 : 4 D. 3 : 2
masyarakat adat tidak perlu mendapatkan B. 2 : 3 E. 4 : 5
ijazah formal C. 4 : 3
B. Pendidikan bagi anak-anak dan
masyarakat adat harus disamakan dengan 20. Selisih banyaknya masyarakat adat yang lulus
pendidikan formal SD dan SMK adalah ... orang.
C. Pendidikan bagi anak-anak dan A. 300 D. 350
masyarakat adat perlu disusun secara B. 450 E. 600
tepat sasaran C. 500
D. Pendidikan bagi anak-anak dan
masyarakat adat tidak membuat anak-
anak meninggalkan desanya
E. Pendidikan bagi anak-anak dan
masyarakat adat tidak boleh didiskriminasi