Ujian semester
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
PERTANYAAN BERDASARKAN BUTIR-BUTIR PANCASILA
9) sudah kah Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia
10) Apakah tujuan untuk mengembangkan sikap hormat dan kerja sama dengan bangsa lain
3. Persatuan Indonesia
1) Bagaimana sikap mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi?
5) Seperti apa sikap kita ketika memberi pertolongan kepada orang lain?
6) Menurut saudara mengapa sikap pemerasan sering terjadi?
3) Nama: dianokta
Pekerjaan: mahasiswa UNP
Alamat;padang
3.Persatuan Indonesia
1) Yaitu lebih mengutamakan hal-hal bersifat kebersamaan dari hal-hal yang bersifat pribadi.
2) Contoh rela berkorban untuk kepentingan bangsa adalah untuk saling tolong menolong antar sesama
tampa mengharapkan imbalan atau pujian dari orang-orang tertentu
3) Bukti kita cinta tanah air dengan memakai produk dan membeli produk dalam negeri.
4) Sikap bangga sebagai rakyat Indonesia adalah dengan menunjukan fenomena alam Indonesia dengan
menampilkannya di media social serta menunjukan pentas seni melalui pameran-pameran kepada Negara
lain
5) ikut menjadi anggota PBB
6) perilaku inklusif
7) Yaitu dengan menjalin pergaulan yang baik serta silaturahmi yang benar sehingga dapat menjalin
persatuan dan kesatuan yang tidak menimbulkan keributan.
3.Persatuan Indonesia
1) Sikap mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi salah satunya ialah selalu
menerima keputusan yang sudah di musyawarahkan dan menghargai setiap keputusan yang telah di
tetapkan bersama-sama. Biasanya sikap ini disebut juga dengan sikap rela berkorban.
2) Menurut saya sikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa yaitu rela berkorban tanpa mengharapkan
imbalan dengan kata lain, membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi, dan selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3) Contoh sikap cinta tanah air dan bangsa salah satunya ialah membeli dan menggunakan produk asli
Indonesia dan bangga terhadap keindahan bangsa yang dimiliki
4) Bentuk sikap bangga sebagai bangsa Indonesia ialah mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia dan
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
5) aktif menjaga perdamaian dunia
6) mengakomodasi sifat pluralistic
7) Sikap kita sebagai rakyat Indonesia untuk memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan adalah
berakhlak mulia, jauh dari rasa iri dan dengki, sopan dalam bertutur kata, dan berprasangka baik.
Nama: dianokta
Pekerjaan: mahasiswa UNP
3.Persatuan Indonesia
1) Belum terlaksana, karena masih ada dalam pemerintahan system kekeluargaan, sogok menyogok, rakyat
2) Tidak mengharapkan imbalan dalam membela Negara, lakukan pekerjaan semaksimal mungkin.
3) Contoh sikap cinta tanah air dan bangsa yaitu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila
4) Patuh pada pancasila dan undang-undang
5) ikut menghentikan gerakan yang akan menimbulkan perpecahan dan peperangan
6) tidak mencari menang sendiri
7) Tidak memandang sudut pandang sesorang dalam perbedaan keyakinan terhadap kita saudara sebangsa
dan setanah air.
3.Persatuan Indonesia
1) Misalkan kalau kita ditempat kerja, ada pekerjaan yang diamanahkan kepada kita, sementara itu kita ada
urusan keluarga, dalam hal itu, kita harus menyelesaikan pekerjaan itu terlebih dahulu.
2) Sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa yaitu sikap saling membantu tanpa mengharapkan imbalan
3.Persatuan Indonesia
1) Mendahulukan pemilu dari pada liburan
2) Bersedia meninggalkan keluarga demi keamanan bangsa (TNI)
3) Mengapdi pada bangsa Indonesia bangga memilikinya
4) Melakukan pertukaran pelajar dengan Negara lain.
5) menumbuh rasa percaya ingin tahu dalam pengambilan keputusan
6) dilandasi rasa kasih saying dan rela berkorban
7) Melakukan pertukaran pelajar dengan Negara lain
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran / perwakilan
1) biar kita dapat menghormati hak dan kewajiban orang lain
2) sudah,karena bagaimana cara kita menjalaninya itu tergantung kepada kita apakah kita memaksa mereka
atau tidak
3) dapat menyatukan pendapat yang berbeda
4) yaitu mufakat yang kita dapat dengan cara saling menghargai pendapat antar keluarga
3.Persatuan Indonesia
1) Menurut responden sikap yang dapat ditujukan dari pernyataan tersebut adalah mendahulukan
kepentingan diatas kepentingan pribadi (mendahulukan pemilu dari pada liburan).
2) Menurut pernyataan responden rela berkorban adalah mendahulukan kepentingan Negara diatas
kepentingan pribadi bersedia meninggalkan keluarga demi keamanan bangsa ( TNI).
3) Sikap cintah tanah air dan bangsa mengharumkan nama baik bangsa dengan prestasi yang di raih
4) Secara umum sikap bangga sebagai bangsa Indonesia mencintai produk dalam negeri.
5) .Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti ikut dalam kegiatan pbb
6) .Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.dengan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari
7) Menurut pendapat responden untuk memajukan pergaulan bangsa yaitu dengan menjalin silaturahmi yang
benar dan berakhlak mua sehingga bisa menjalin persatuan dan kesatuan bangsa.
Analisis keseluruhan
Analisi keseluruhan: Dari keseluruhan “Butir-butir pancasila ( TAP MPR NO. I / MPR/ 2003)” ”masih ada beberapa
hal belum terlaksana dengan baik dalam menjalankan kehidupan masyarakat semua ini di sebabkan kurannya
kesadaran beberapa masyarakat tentang penerapan nilai-nilai dari butir pancasila dalam menjalankan kehidupan
yang mereka miliki dan juga adanya beberapa kelompok yang menjadi pemicu pemberontakan dari nilai-nilai
pancasila tersebut namun sebagian telah sesuai dengan keeinginan yang diharapkan sehingga Indonesia bisa kita
lihat Nampak damai dan tentram semua hal yang belum terlaksana bisa diatasi dengan menumbuhkan kesadaran
masing-masing akan pentingnya nilai-nilai dari butir pancasila
MAKNA DARI PERSILA PANCASILA
menurut Weinata Sairin dalam tulisan “Berbagai Dimensi Kerukunan Hidup Umat Beragama” yang terhimpun dalam
Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir Pemikiran (2002), menegaskan bahwa
peranan negara sangat penting dalam memberikan jaminan bagi setiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
untuk beribadah menurut agama masing-masing. Negara, lanjutnya, berfungsi untuk menjamin, memperjuangkan,
mengupayakan, dan membantu agar tiap-tiap penduduk memiliki kebebasan dan keleluasaan untuk memeluk
agamanya erta mengekspresikan keberamannya itu. Jaminan negara tidak hanya terletak pada “memeluk agamanya
masing-masing” tapi juga mencakup kepada “beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”. Negara tidak
mengatur dan mencampuri ibadah dari agama-agama dan kepercayaan, melainkan negara menjamin agar pemeluk
agama dan peribadatan berjalan dengan baik. Dengan demikian, Sila ke-1 dalam Pancasila yaitu "Ketuhanan Yang
Maha Esa" memberikan peluang yang amat besar bagi terwujudnya kerukunan hidup antarumat beragama yang
bernaung di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pada hari terakhir sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1
Juni 1945, Sukarno memperkenalkan 5 sila. Dalam pidato yang dilontarkan Bung Karno secara spontan itulah
tercetus nama Pancasila yang nantinya memuat isi dan penjelasan butir-butir pengamalannya. “Sekarang,
banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya.
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya
ialah Pancasila,” ucap Sukarno kala itu, dikutip dari Risalah BPUPKI (1995) terbitan Sekretariat Negara RI. “Sila
artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi,” imbuh
tokoh nasional yang pada akhirnya menjadi presiden pertama Republik Indonesia ini.
Setelah Indonesia merdeka, 5 sila yang dicetuskan Sukarno tersebut kemudian dirumuskan menjadi Pancasila yang
menjadi dasar negara Indonesia. Tanggal 1 Juni pun ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila oleh Presiden Joko
Widodo (Jokowi) tanggal 1 Juni 2016 dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016. Butir-Butir
Pengamalan Pancasila Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yakni panca dan
sila. Panca artinya "lima", sedangkan sila, seperti kata Sukarno, bermakna "asas", "dasar", atau "prinsip".
Dengan demikian, Pancasila bisa dimaknai sebagai rumusan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun isi 5 sila yang dirumuskan dalam Pancasila yaitu
(4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan
Pancasila memuat berbagai nilai dan sikap yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sudharmono dalam buku Beberapa Pemikiran Tentang Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 (1997)
memaparkan, sikap-sikap yang penting dari Pancasila itu kemudian diperinci menjadi butir-butir pengamalan. Baca
juga: Isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-1 dan Penjelasannya Menggugat Soeharto yang
Menyalahgunakan Pancasila Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-4: Isi dan Penjelasannya Semula, Butir-Butir
Pengamalan Pancasila ini terdiri dari 36 butir, tapi kemudian mengalami perkembangan atau penyempurnaan
menjadi 45 butir. Butir-Butir Pengamalan Pancasila diharapkan bisa menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari
seluruh rakyat Indonesia. Butir-Butir pengamalan Pancasila pertama kali diatur melalui Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 atau pada masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto sebagai presiden ke-2 RI. Setelah rezim
Soeharto berakhir akibat Reformasi 1998, Butir-Butir Pengamalan Pancasila disesuaikan kembali berdasarkan
Ketetapan MPR No. I/MPR/2003
3. Sila ke-3 dalam Pancasila mengandung butir-butir pengamalan yang memuat nilai-nilai, isi, serta penjelasan untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa Indonesia yang sangat majemuk.
Menurut buku Pancasila dalam Pusaran Globalisasi (2017) yang disunting oleh Al Khanif, Pancasila harus
dikemukakan isi dan artinya yang kontekstual sehingga nilai-nilainya bisa ditemukan dalam semua kebudayaan
bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila dalam realitas kondisi masyarakat akan digali sebagai solusi atau jalan
keluar untuk menghadapi segala macam tantangan yang dihadapi oleh segenap rakyat Indonesia dalam segala
situasi, termasuk di era globalisasi seperti sekarang ini. Istilah Pancasila terdiri dari dua kata yang berasal dari
bahasa Sanskerta. Panca yang berarti "lima" dan sila yang bermakna "prinsip" atau "asas". Maka, Pancasila bisa
dimaknai sebagai rumusan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia
Sudharmono dalam Beberapa Pemikiran Tentang Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 (1997) menyebutkan,
sikap-sikap yang penting dari Pancasila itu kemudian diperinci menjadi butir-butir pengamalan. Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 merupakan regulasi resmi yang mengatur Butir-Butir Pengamalan Pancasila. Setelah terjadinya
Reformasi 1998 yang sekaligus mengakhiri riwayat pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto sebagai
presiden, Butir-Butir Pengamalan Pancasila disesuaikan kembali berdasarkan Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.
Butir-Butir Pengamalan Pancasila pada awalnya terdiri dari 36 butir, tapi kemudian mengalami perkembangan atau
penyempurnaan menjadi 45 butir. Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, Butir-Butir Pengamalan Pancasila ini
dirumuskan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari seluruh rakyat Indonesia.
4. Butir-Butir pengamalan Pancasila pertama kali diatur melalui Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 atau pada masa
Orde Baru. Setelah rezim Soeharto tumbang pada 1998 dan Indonesia selanjutnya memasuki era reformasi, Butir-
Butir Pengamalan Pancasila disesuikan kembali berdasarkan Ketetapan MPR No. I/MPR/2003. Yudi Latif melalui
buku berjudul Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan (2014) berpandangan bahwa rumusan ide (nilai)
pokok dalam Butir-Butir Pengamalan Pancasila terlalu banyak sehingga keseluruhannya berjumlah 36 butir, bahkan
belakangan menjadi 45 butir. Selain itu, lanjut Yudi Latif, butir-butir dalam suatu sila pun tidak dirumuskan secara
ketat sehingga banyak tumpang-tindih. Lagipula, dalam penyusunn butir-butir tersebut, ada kecenderungan untuk
mengarah pada moral perseorangan, kurang menekankan moralitas publik. Terlepas dari perdebatan mengenai
Butir-Butir Pengamalan Pancasila yang dirumuskan pada era Presiden Soeharto kemudian diselaraskan di masa
Presiden Megawati Soekarnoputri, berikut ini isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila khususnya untuk Sila ke-4.