YULIANI
A1K1 16 086
KENDARI
2020
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR
5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1815),
diubah sebagai berikut:
Pasal 16A
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
usaha dan/atau kegiatan industri tekstil yang telah
beroperasi:
a. dengan debit air limbah lebih besar dari 100m 3
(seratus meter kubik) per hari wajib memenuhi
Baku Mutu Air Limbah untuk parameter COD
dan BOD paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Menteri ini mulai berlaku; dan
b. dengan debit air limbah lebih besar dari 100m 3
(seratus meter kubik) per hari wajib memenuhi
Baku Mutu Air Limbah untuk parameter TSS,
paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Menteri ini mulai berlaku.
-4-
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan.
-5-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 April 2019
ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 April 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
ttd.
KRISNA RYA
-6-
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
ttd. ttd.
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI TEKSTIL
Amonia Minyak Debit
Debit BOD COD TSS Fenol Total Krom Total Sulfida pH Warna Suhu
Total Lemak Maksimum
<100 60 150 50 0,5 1 8 0,3 3 6-9 200 Deviasi 2* 100
100 < x < 45 125 40 0,5 1 8 0,3 3 6-9 200 Deviasi 2* 100
1000
>1.000 35 115 30 0,5 1 8 0,3 3 6-9 200 Deviasi 2* 100
m3/hari mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Pt-Co °C m3/ton produk
Keterangan:
Pt-Co: true colour
*: temperatur udara sekitar
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA SITI NURBAYA
Pemanasan Global (El-Nino dan La-Nina)
A. Pendahuluan
El-Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “anak lelaki (Yesus),
karena munculnya El-Nino di sekitar hari natal (Akhir Desember). Kemudian
para ahli juga mengemukakan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu
permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu
permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini
selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak
perempuan. El-Nino dan La-Nina adalah dinamika atmosfer dan laut yang
mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El-Nino merupakan salah satu bentuk
penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu
permukaan laut di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur. El-Nino adalah
peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat PeruEquador
(Amerika Selatan), yang mengakibatkan gangguan iklim secara global. Biasanya
suhu air permuakaan laut di daerah dingin, karena adanya ”up welling” arus dari
dasar laut menuju permukaan. Proses Terjadinya El-Nino,Pada saat-saat tertentu air
laut yang panas dari perairan. Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri equator,
hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia). Pada saat yang
bersamaan, air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah
selatan, hingga sampai ke pantai barat Peru-Equador. Akhirnya akan terjadilah
pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut yang panas dai
Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan berkumpulan massa air laut
panas dalam jumlah yang besar dan menempati daerah yang luas. Permukaan air
laut yang panas tersebut, kemudian menularkan panasnya pada udara di atasnya,
sehingga udara di daerah itu memuai ke atas (konveksi), dan terbentuklah daerah
bertekanan rendah, di pantai barat Peru-Equador. Akibatnya angin yang menuju
Indonesia hanya membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau
yang panjang. La-Nina merupakan kebalikan El-Nino.
La-Nina menurut bahasa penduduk local (Amerika Latin) berarti bayi
perempuan. Peristiwa ini dimulai ketika El-Nino mulai melemah, dan air laut yang
panas di pantai Peru-Equador kembali begerak ke arah barat, air laut di tempat itu
suhunya kembali seperti semula (dingin), dan up-welling muncul kembali, atau
kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain La-Nina adalah kondisi
cuaca yang normal kembali setelah terjadinya El-Nino. Proses Terjadinya La-
Nina,Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke
wilayah Indonesia. Akibatnya wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah
bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan
Sumadera Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak
membawa uap air, sehingga di Indonesia akan sering terjadi hujan lebat. Itulah
sebabnya penduduk Indonesia diminta untuk waspada, karena hujan yang lebat
dapat menyebabkan banjir.
D. Dampak El-nino dan La-nina Terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia
A. Pendahuluan
Dua benda berada dalam keseimbangan panas jika tidak ada pertukaran
kalor antara dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan. Kondisi ini hanya
dapat dicapai jika suhu kedua benda sama. Sebab perpindahan kalor terjadi karena
adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan keseimbangan panas, kita memiliki
hukum ke nol termodinamika. Ilustrasi hukum nol termodinamika
1. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem dan
lingkungan. Proses adiabatik dapat terjadi jika sistem dan lingkungan dibatasi
oleh sekat yang tidak dapat dilalui kalor. Cotoh sekat yang sulit dilewati kalor
adalah dinding termos air panas.
2. Proses diatermik
Kebalikan dengan proses adiabatik adalah proses diatermik. Pada
proses ini kalor dijinkan berpindah dari system ke lingkungan dan sebaliknya.
Proses ini dapat berlasung jika sistem dan lingkungan dibatasi oleh sekat yang
mudah dilewati panas. Contoh sekat diatermik adalah logam.
3. Proses Kuastatik
Persamaan gas hanya dapat diterapkan jika gas tersebut berada dalam
keadaan statik. Artinya tidak ada lagi proses yang berlangsung dalam gas
atau tidak ada lagi perubahan pada variable-variabel termodinamika gas. Selama
gas mengalami suatu proses, persamaan tersebut tidak berlaku. Dengan
demikian, selama proses berlangsung, kita tidak dapat menentukan tekanan
meskipun suhu dan volum diketahui karena tidak ada persamaan yang dapat
dipakai. Namun, jika proses yang terjadi berlangsung sangat lambat, maka setiap
saat kita dapat menganggap gas seolah-olah berada dalam keadaan statik. Proses
yang demikian disebut proses kuasistatik. Selama proses kuasistatik persaman
gas dapat digunakan. Dengan demikian, selama proses berlangsung kita dapat
menghitung volume gas jika tekanan dan suhunya diketahui. Pada bagian
selanjutnya, semua proses yang akan kita bahas dianggap berlangsung secara
kuasistatik. Jika gas mengalami proses kuasistatik dari satu keadaan ke keadaan
lainnya, maka proses tersebut direpresentasikan oleh sebuah kurva yang
menghubungkan titik awal (keadaan awal) dan titik akhir (keadaan akhir) pada
diagram P-V. Keadaan gas selama proses ditentukan oleh nilai P,V, dan T pada
titik-titik sepanjang kurva. Proses yang berlangsung pada gas diwakili oleh
sebuah kurva
b. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap.
Jika digambarkan pada diagram P-V, kurva proses isobarik adalah kurva
mendatar. Contoh proses ini adalah proses yang berlangsung dalam wadah
yang dilengkapi sebuah piston di bagian atasnya. Piston tersebutdapat
bergerak. Piston tersebut mendapat tekanan dari udara luar (atmosfer)
sehingga nilainya konstan. Dengan demikian, tekanan dalam gas juga
konstan.
Selama gas mengalami suatu proses maka ada beberapa peristiwa yang
dapat terjadi, seperti:
1. Energi dalam yang dimiliki gas berubah.
2. Muncul kerja yang dilakukan oleh gas atau yang dilakukan oleh lingkungan.
3. Ada pertukaran kalor antara gas dan lingkungan.
Peristiwa di atas semuanya berpengaruh pada jumlah energi yang dimiliki gas.
Hukum I termodinamika termodinamika. merupakan hukum kekekalan energi
yang diterapkan pada system. Misalkan energi dalam awal gas U1 dan
energi dalam akhir U2. Maka perubahan energi dalam adalah ∆U = U 2 − U1.
Misalkan pada gas dilakukan kerja oleh lingkungan sebesar W. Misalkan juga
terjadi aliran masuk kalor ke dalam gas sebesar Q. Karena energi harus kekal maka
pertambahan energi dalam gas hanya tejadi karena adanya kerja yang dilakukan
lingkungan pada gas dan adanya aliran masuk kalor ke dalam gas. Secara
matematika, pernyataan di atas dapat diungkapkan oleh persamaan ∆U = W + Q
(Persamaan Hukum 1 Termodinamika). Ketika menerapkah hukum I
termodinamika, kita harus memperhatikan tanda dengan seksama. Perjanjian untuk
tanda ∆U, W, dan Q sebgai berikut:
a. ∆U positif jika energi dalam yang dimiliki gas bertambah
b. ∆U negatif jika energi dalam yang dimiliki gas berkurang
c. W positif jika lingkungan melakukan kerja pada gas (sistem)
d. W negatif jika gas (sistem) melakukan kerja pada lingkungan
e. Q positif jika kalor mengalir masuk dari lingkungan ke gas (sistem)
f. Q positif jika kalor mengalir keluar dari gas (sistem) ke lingkungan
1. Mesin Kalor
Jika gas melakukan proses satu siklus maka kerja total yang dihasilkan
dapat berharga negatif. Kerja yang berharga negatif menunjukkan bahwa gas
melakukan kerja pada lingkungan. Jika siklus proses dapat dilakukan berulang-
ulang maka gas akan melakukan kerja terus-menerus pada lingkungan. Untuk
memanfaatkan kerja yang dilakukan oleh gas tersebut orang lalu merancang
mesin, yang dikenal dengan mesin kalor. Dalam mesin ini gas diatur untuk
melakukan siklus proses secara terus menerus. Kerja yang dihasilkan gas
digunakan untuk memutar mesin, yang kemudian dapat diubah ke energy bentuk
lain seperti energi listrik, menggerakkan roda kendaraan, dan lain-lain. Contoh
mesin kalor adalah mesin kendaraan bermotor, turbin, mesin jet, dan
sebagainya. Agar gas dalam mesin kalor dapat melakukan proses siklus terus
menerus, maka gas tersebut perlu menyerap kalor. Sebagian kalor digunakan
untuk melakukan kerja (menggerakkan mesin) dan sisanya dibuang. Contohnya,
dalam mesin kendaraan, kalor diserap dari proses pembakaran bahan bakar dan
sisa kalor dibuang ke lingkungan udara luar. Dengan demikian, secara skematik,
mesin kalor dapat digambarkan sebagai berikut. Skema mesin kalor
Gambar 9. Skema Mesin Kalor.
Mesin kalor bekerja antara dua buah reservoir (sumber panas), yaitu reservoir
panas yang bersuhu T1 dan reservoir dingin yang bersuhu T2. Kalor mengalir
dari reservoir panas menuju reservoir dingin melewati mesin. Sebagian kalor
dari reservoir panas digunakan untuk menghasilkan kerja dan sisanya dibuang
ke reservoir dingin. Dengan hukum kekekalan energi diperoleh Q1 = Q2 + W,
dengan Q1 jumlah kalor yang diserap dari reservoir panas, Q2 jumlah
kalor yang dibuang ke reservoir dingin, dan W kerja yang dilakukan. Efisiensi
mengukur kemampuan suatu mesin mengubah kalor yang diserap dari reservoir
panas menjadi kerja. Untuk Q1 yang sama, mesin yang bisa menghasilkan kerja
lebih besar dikatakan memiliki efisiensi lebih tinggi. Oleh karena itu, efisiensi
didefinisikan sebagai
W
x100%
Q1
2. Mesin Pendingin
Mesin pendingin memiliki arah aliran kalor yang berbeda dengan mesin
kalor. Pada mesin pendingin, kalor mengalir dari reservoir bersuhu rendah
menuju reservoir bersuhu tinggi. Proses ini hanya dapat berlangsung jika
diberikan kerja dari luar, karena kalor tidak dapat mengalir secara spontan
dari tempat bersuhu rendah ke tempat bersuhu tinggi. Dengan sistem aliran
kalor semacam ini maka suhu reservoir dingin akan semakin dingin. Contoh
mesin pendingin yang kalian kenal adalah kulkas dan AC. Kerja luar yang
diberikan pada mesin ini adalah energi listrik PLN
Gambar 10. Diagram Skema Mesin Pendingin
Berdasarkan gambar QR adalah kalor yang disedot dari reservoir dingin, QT
kalor yang dibuang ke reservoir panas dan W kerja luar yang diberikan. Dengan
hokum kekekalan energi maka berlaku
W = QT − QR
Mesin pendingin yang baik adalah yang dapat menyedot panas sebanyak-
banyaknya dari reservoir dingin untuk jumlah kerja tertentu. Untuk itu
didefinisikan koefisien unjuk kerja mesin pendingin sebagai berikut
Q
R
W
Makin besar koefisien unjuk kerja maka makin baik mesin tersebut, karena
dengan kerja tertentu yang diberikan dapat menurunkan suhu lebih rendah.
Koefisien unjuk kerja mesin pendingin dapat ditulis
T2
T2 T1
D. Hukum II Termodinamika