Anda di halaman 1dari 24

PERMEN TENTANG KUALITAS STANDAR LINGKUNGAN , PEMANASAN

GLOBAL (EL-NINO DAN LA-NINA) DAN TERMODINAMIKA

YULIANI

A1K1 16 086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (2)


huruf b dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlu mengatur mengenai baku mutu
air limbah;
b. bahwa air limbah yang bersumber dari usaha dan/atau
kegiatan industri tekstil berpotensi mencemari media air
sehingga perlu diterapkan baku mutu air limbah sebelum
dibuang ke media air;
c. bahwa ketentuan mengenai baku mutu air limbah
industri tekstil sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.21/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang
-2-

Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, sehingga
perlu dilakukan perubahan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun
2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1815)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.21/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 926);
-3-

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 713);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR
5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1815),
diubah sebagai berikut:

1. Diantara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 1 (satu) Pasal,


yakni Pasal 16A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16A
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
usaha dan/atau kegiatan industri tekstil yang telah
beroperasi:
a. dengan debit air limbah lebih besar dari 100m 3
(seratus meter kubik) per hari wajib memenuhi
Baku Mutu Air Limbah untuk parameter COD
dan BOD paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Menteri ini mulai berlaku; dan
b. dengan debit air limbah lebih besar dari 100m 3
(seratus meter kubik) per hari wajib memenuhi
Baku Mutu Air Limbah untuk parameter TSS,
paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Menteri ini mulai berlaku.
-4-

(2) Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib memenuhi Baku Mutu Air
Limbah untuk parameter warna, paling lambat
3 (tiga) bulan sejak Peraturan Menteri ini mulai
berlaku.
(3) Selama periode sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), usaha dan/atau kegiatan industri
tekstil wajib memenuhi Baku Mutu Air Limbah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

2. Lampiran XLII diubah, sehingga berbunyi sebagaimana


tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan.
-5-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 April 2019

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 April 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 433

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd.

KRISNA RYA
-6-

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


INDUSTRI TEKSTIL PERIODE PERALIHAN
Beban Pencemaran
Kadar Paling Tinggi
Parameter Paling Tinggi
(mg/L)
(kg/ton)
BOD5 60 6
COD 150 15
TTS 50 5
Fenol Total 0,5 0,05
Krom Total (Cr) 1,0 0,1
Amonia Total (NH3-N) 8,0 0,8
Sulfida (sebagai S) 0,3 0.03
Minyak dan Lemak 3,0 0,3
pH 6,0 – 9,0
Debit Limbah Paling 100 m3/ton produk tekstil
Tinggi

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

KRISNA RYA SITI NURBAYA


-7-
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI TEKSTIL
Amonia Minyak Debit
Debit BOD COD TSS Fenol Total Krom Total Sulfida pH Warna Suhu
Total Lemak Maksimum
<100 60 150 50 0,5 1 8 0,3 3 6-9 200 Deviasi 2* 100
100 < x < 45 125 40 0,5 1 8 0,3 3 6-9 200 Deviasi 2* 100
1000
>1.000 35 115 30 0,5 1 8 0,3 3 6-9 200 Deviasi 2* 100
m3/hari mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Pt-Co °C m3/ton produk
Keterangan:
Pt-Co: true colour
*: temperatur udara sekitar
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.
KRISNA RYA SITI NURBAYA
Pemanasan Global (El-Nino dan La-Nina)

A. Pendahuluan

Pemanasan global (global warming) diduga mulai terjadi semenjak awal


revolusi industri yaitu sekitar akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Setelah James
Watt menemukan mesin uap pada 1769, terjadi peningkatan jumlah emisi gas
rumah kaca (greenhouse gases) di atmosfer yang mengakibatkan peningkatan suhu
udara di permukaan bumi. Pemanasan global yang terjadi akan diikuti oleh
perubahan iklim (climat change), seperti meningkatnya curah hujan di beberapa
belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan di belahan bumi
lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan akibat dari meningkatnya
suhu udara. Anomali suhu udara global pada permukaan Bumi telah meningkat
0,74 ± 0,18 °C (1,33 ± 0,32 °F) selama seratus tahun terakhir (IPCC WG1 Report,
2007). Bahkan ada yang menyatakan peningkatan suhu udara akan mencapai 1,5 –
4,5 derajat Celsius pada akhir abad 21. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu udara
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia
(anthropogenic)" melalui efek rumah kaca. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 1.a
dimana hasil model dengan indikator anthropogenic dan proses alami
memperlihatkan pola yang sama dengan hasil observasi yaitu terjadinya
peningkatan suhu udara. Namun apabila tidak ada peran manusia dalam
peningkatan suhu udara, maka suhu udara di bumi ini cenderung akan tetap stabil
(Gambar 1.b). Gambar 1 juga menjawab pertanyaan mengapa terjadinya
penurunan suhu secara drastis pada tahun 1900an, 1960an, 1980an, dan 1990an
dimana ternyata pada saat itu sedang terjadi letusan gunung merapi yang sanggat
besar. Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-
variabel atmosfer yang disebut unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari
radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, hujan, evaporasi, tekanan udara
dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat
yang disebabkan adanya pengendali iklim. Pengendali iklim atau faktor yang
dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain yaitu posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang),
keberadaan lautan atau permukaan airnya, pola arah angin, rupa permukaan daratan
bumi, serta kerapatan dan jenis vegetasi. Dengan terjadinya perubahan iklim, maka
akan berpeluang menyebakan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim juga.

Gambar 1. Anomali suhu udara global 1900 sampai 2006,


a) model dengan peningkatan GRK,
b) model temperatur tanpa ada peningkatan
GRK (Shuckburgh, 2009).
Pemanasan global yang akan memicu perubahan iklim berdampak kepada
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola curah hujan. Gambar 2 memperlihatkan
bahwa curah hujan diseluruh dunia mengalami perubahan yang tidak seragam
akibat dari pemanasan global yang terjadi. Sebagian Indonesia bagian tengah
hingga timur mengalami sedikit peningkatan curah hujan, sedangkan bagian
lainnya mengalami penurunan curah hujan. Berdasarkan dara rata-rata tahunan
antara 1980 sampai 2005 untuk anomali curah hujan global terlihat adanya trend
yang terus meningkat, walau perubahan curah hujan yang terjadi berkisar antara ±
0,12 mm per hari.

Gambar 2. Anomali curah hujan global tahun 1980


sampai 2005.
Dampak dari globalisasi menyebabkan banyak terjadi masalah dimuka
bumi, baik masalah sosial maupun masalah keseimbangan alam. Penyimpangan
iklim merupakan salah satu masalah alam yang tak bisa dihindari oleh manusia
akibat ulahnya sendiri. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi perubahan
iklim yang sangat terasa di bumi. Hal ini sangat berpengaruh pada alam dan
aktivitas manusia. Salah satunya adalah terdapat penyimpangan suhu yang
mencolok, yang mengakibatkan banyak terjadinya fenomena alam seperti
pemanasan global dan peristiwa El-Nino dan La- Nina. Peristiwa El-Nino dan La-
Nina merupakan gejala alam yang tak bisa dihilangkan tetapi hanya bisa dihindari.
Banyak sekali dampak dan pengaruh peristiwa El-Nino dan La-Nina di dalam
aktivitas dan kehidupan manusia juga di alam. Untuk itu perlu sekali peristiwa El-
Nino dan La-Nina untuk dikaji. El-Nino dan La-Nina merupakan dinamika
atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El-Nino
merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang
ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa bagian tengah
dan timur. El-Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang
diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El-
Nino terjadi pada 2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan. Ciri-ciri terjadi El-
Nino adalah meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dan
meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti. Fenomena el-
nino berpengaruh kuat terhadap iklim di Indonesia. Berkurangnya curah hujan dan
terjadinya kemarau panjang adalah dampak langsung yang bisa memicu masalah
lain pada sektor pertanian seperti gagal panen dan melemahnya ketahanan pangan.
Oleh karena itu, perlulah kiranya segera dibuat peta daerah rawan dampak elnino
hingga level kabupaten agar bisa disusun kebijakan-kebijakan yang tepat dalam
mengantisipasi fenomena el-nino.

B. Faktor Penyebab Terjadinya El-Nino Dan La-Nina

El-nino dan La-nina merupakan peristiwa penyimpangan suhu yang terjadi


sebagai dampak dari pemanasan global dan terganggunya keseimbangan iklim.
Beberapa faktor penyebab terjadinya El-Nino dan La-Nina diantaranya anomali
suhu yang mencolok di perairan samudera pasifik, melemahnya angin passat (trade
winds) di selatan pasifik yang menyebabkan pergerakan angin jauh dari normal,
kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan dari
perairan panas dibawahnya. Hal ini terjadi di perairan peru pada saat musim panas,
serta adanya perbedaan arus laut di perairan samudera pasifik.

C. Proses Terjadinya El-Nino Dan La-Nina

El-Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “anak lelaki (Yesus),
karena munculnya El-Nino di sekitar hari natal (Akhir Desember). Kemudian
para ahli juga mengemukakan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu
permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu
permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini
selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak
perempuan. El-Nino dan La-Nina adalah dinamika atmosfer dan laut yang
mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El-Nino merupakan salah satu bentuk
penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu
permukaan laut di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur. El-Nino adalah
peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat PeruEquador
(Amerika Selatan), yang mengakibatkan gangguan iklim secara global. Biasanya
suhu air permuakaan laut di daerah dingin, karena adanya ”up welling” arus dari
dasar laut menuju permukaan. Proses Terjadinya El-Nino,Pada saat-saat tertentu air
laut yang panas dari perairan. Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri equator,
hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia). Pada saat yang
bersamaan, air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah
selatan, hingga sampai ke pantai barat Peru-Equador. Akhirnya akan terjadilah
pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut yang panas dai
Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan berkumpulan massa air laut
panas dalam jumlah yang besar dan menempati daerah yang luas. Permukaan air
laut yang panas tersebut, kemudian menularkan panasnya pada udara di atasnya,
sehingga udara di daerah itu memuai ke atas (konveksi), dan terbentuklah daerah
bertekanan rendah, di pantai barat Peru-Equador. Akibatnya angin yang menuju
Indonesia hanya membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau
yang panjang. La-Nina merupakan kebalikan El-Nino.
La-Nina menurut bahasa penduduk local (Amerika Latin) berarti bayi
perempuan. Peristiwa ini dimulai ketika El-Nino mulai melemah, dan air laut yang
panas di pantai Peru-Equador kembali begerak ke arah barat, air laut di tempat itu
suhunya kembali seperti semula (dingin), dan up-welling muncul kembali, atau
kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain La-Nina adalah kondisi
cuaca yang normal kembali setelah terjadinya El-Nino. Proses Terjadinya La-
Nina,Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke
wilayah Indonesia. Akibatnya wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah
bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan
Sumadera Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak
membawa uap air, sehingga di Indonesia akan sering terjadi hujan lebat. Itulah
sebabnya penduduk Indonesia diminta untuk waspada, karena hujan yang lebat
dapat menyebabkan banjir.
D. Dampak El-nino dan La-nina Terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia

Untuk Indonesia, ketika El-Nino berlangsung, musim kemarau menjadi


sangat kering serta permulaan musim hujan yang terlambat. Sedangkan ketika La-
nina, musim penghujan akan tiba lebih awal dari biasanya. Naiknya tekanan udara
di pasifik tengah dan timur saat El-Nino, menyebabkan pembentukan awan yang
intensif. Hal ini yang menjadikan curah hujan yang tinggi di kawasan pasifik
tengah dan timur. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat terjadi kekeringan
yang jauh dari normal. Turunnya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat La-
Nina, menjadi hambatan terbentuknya awan di daerah ini, sehingga mengalami
kekeringan. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat curah hujan sangat
tinggi. Hal ini menimbulkan banjir yang parah di Indonesia. Meningkatnya suhu
permukaan laut yang biasanya dingin di perairan, mengakibatkan perairan yang
tadinya subur akan ikan menjadi sebaliknya. Hal ini menyebabkan nelayan
kesulitan mendapatkan ikan di perairan. Selama El-nino dicatat telah terjadi
korban meninggal dunia karena sesak nafas akibat kebakaran hutan yang
menyebabkan kabut asap berkepanjangan bahkan ancaman kabut asap iyu sampai
ke Negara tetangga,,adanya perjangkitan terbatas penyakit kolera diseluruh wilayah
Indonesia akibat pengaruh kekeringan terhadap ketersediaan air bersih.
Fenomena El-Nino menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di
bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjad
musim hujan yang berkepanjangani pada saat fenomena La-nina berlangsung, yang
mengakibatkan terjadinya ancaman banjir dan longsor. Cuaca dan iklim muncul
setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di
atmosfer bumi. El-Nino menyebabkan hujan Sulit diprediksi Menurut beberapa
ahli telah terjadi perubahan iklim yang salah satu indikasinya adalah perubahan
pola hujan. Indonesia sebagai rangkaian kepulauan di khatulistiwa yang diapit oleh
dua benua dan dua lautan, memiliki cuaca dan iklim yang dapat dikatakan sebagai
superposisi dari berbagai macam sirkulasi atmosfer di atasnya yang disebabkan
oleh letak geografis tersebut. Gangguan pada salah satu sistem sirkulasi ini akan
memberi dampak terhadap cuaca dan musim di Indonesia terutama terhadap curah
hujan yang merupakan elemen cuaca dominan. Evaluasi yang dilakukan oleh
Badan Meteorologi dan Geofisika terhadap curah hujan menyatakan bahwa El-
nino mempunyai dampak yang paling buruk terhadap kehidupan masyarakat
Indobesia. Sedangkan bila El-nino kembali menjadi La-nina pada musim kemarau
Indonesia akan mengalami kemarau besar dan pada musim hujan terjadi hujan
diatas normal yang sering disertai oleh bencana banjir dan longsor.
TERMODINAMIKA

A. Pendahuluan

Termodinamika, yaitu ilmu yang menghubungkan panas dengan


mekanika. Topik utama yang akan kita bahwa adalah pemanfaatan energi yang
dihasilkan akibat adanya proses dalam gas untuk menghasilkan kerja. Contoh
Peralatan atau proses yang menggunakan prinsip atau hukum termodinamika.

Gambar 3. Peralatan yang Menggunakan Hukum Termodinamika.

B. Hukum Nol Termodinamika

Dua benda berada dalam keseimbangan panas jika tidak ada pertukaran
kalor antara dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan. Kondisi ini hanya
dapat dicapai jika suhu kedua benda sama. Sebab perpindahan kalor terjadi karena
adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan keseimbangan panas, kita memiliki
hukum ke nol termodinamika. Ilustrasi hukum nol termodinamika

Gambar 4. Ilustrasi Hukum Nol Termodinamika.


Kita memiliki tiga wadah yang terbuat dari logam yaitu, Wadah A berisi air panas;
Wadah B berisi minyak; Wadah C berisi Gliserin. Wadah A & B disentuhkan =
tidak terjadi perubahan suhu; Wadah B & C disentuhkan = tidak terjadi perubahan
suhu. Maka, itu disebut berada dalam keseimbangan Panas. Sistem dan lingkungan
Ketika kita bahas proses pemuaian gas dalam silinder maka, sistem adalah gas
dalam silinder; lingkungan adalah silinder beserta semua bagian alam di
sekelilingnya. Ketika kita membahas pemuaian gas dalam silinder dan proses
penyerapan dan pelepasan panas oleh silinder, maka, sistem adalah gas dan
silinder; lingkungan adalah seluruh bagian alam di luar silinder. Contoh variable
termodinamika adalah suhu,tekanan, volume, dan jumlah bola gas.
Proses adalah peristiwa perubahan keadaan gas dari satu keadaan awal ke
satu keadaan akhir
P1---P2
V1--- V2
T1--- T2
Terjadinya perubahan tekanan, volume, dan suhu itu mengindikasikan telah terjadi
proses. Berkaitan dengan masalah pertukaran energi ini, kita mengklasifikasinya
beberapa proses yang dapat terjadi. Selama mengalami proses umumnya terjadi
perubahan energi dalam gas serta pertukaran energi antara gas dengan lingkungan.
Proses Adiabatik, diatermik, kuasistatik.

1. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem dan
lingkungan. Proses adiabatik dapat terjadi jika sistem dan lingkungan dibatasi
oleh sekat yang tidak dapat dilalui kalor. Cotoh sekat yang sulit dilewati kalor
adalah dinding termos air panas.

2. Proses diatermik
Kebalikan dengan proses adiabatik adalah proses diatermik. Pada
proses ini kalor dijinkan berpindah dari system ke lingkungan dan sebaliknya.
Proses ini dapat berlasung jika sistem dan lingkungan dibatasi oleh sekat yang
mudah dilewati panas. Contoh sekat diatermik adalah logam.
3. Proses Kuastatik
Persamaan gas hanya dapat diterapkan jika gas tersebut berada dalam
keadaan statik. Artinya tidak ada lagi proses yang berlangsung dalam gas
atau tidak ada lagi perubahan pada variable-variabel termodinamika gas. Selama
gas mengalami suatu proses, persamaan tersebut tidak berlaku. Dengan
demikian, selama proses berlangsung, kita tidak dapat menentukan tekanan
meskipun suhu dan volum diketahui karena tidak ada persamaan yang dapat
dipakai. Namun, jika proses yang terjadi berlangsung sangat lambat, maka setiap
saat kita dapat menganggap gas seolah-olah berada dalam keadaan statik. Proses
yang demikian disebut proses kuasistatik. Selama proses kuasistatik persaman
gas dapat digunakan. Dengan demikian, selama proses berlangsung kita dapat
menghitung volume gas jika tekanan dan suhunya diketahui. Pada bagian
selanjutnya, semua proses yang akan kita bahas dianggap berlangsung secara
kuasistatik. Jika gas mengalami proses kuasistatik dari satu keadaan ke keadaan
lainnya, maka proses tersebut direpresentasikan oleh sebuah kurva yang
menghubungkan titik awal (keadaan awal) dan titik akhir (keadaan akhir) pada
diagram P-V. Keadaan gas selama proses ditentukan oleh nilai P,V, dan T pada
titik-titik sepanjang kurva. Proses yang berlangsung pada gas diwakili oleh
sebuah kurva

Gambar 5. Kurva P-V-T.


Dengan bantuan diagram P-V kita akan bahas beberapa proses khusus, yang
memiliki kurva yang khas pada diagram P-V.
a. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses yang berlangsung pada volum tetap.
Jika digambarkan pada diagram P-V, kurva proses isokhorik adalah kurva
tegak. Contoh proses ini adalah proses yang berlangsung pada gas dalam
wadah tertutup yang volumnya tidak berubah selama proses berlangsung.
Proses Isokhorik:

Gambar 6. Proses Isokhorik. a) Tekanan Mengalami


Penambahan; b) Tekanan Mengalami Pengurangan.

b. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap.
Jika digambarkan pada diagram P-V, kurva proses isobarik adalah kurva
mendatar. Contoh proses ini adalah proses yang berlangsung dalam wadah
yang dilengkapi sebuah piston di bagian atasnya. Piston tersebutdapat
bergerak. Piston tersebut mendapat tekanan dari udara luar (atmosfer)
sehingga nilainya konstan. Dengan demikian, tekanan dalam gas juga
konstan.

Gambar 7. Proses isobarik: (a) Volume Mengalami


Pertambahan (b) Volume Mengalami Pengurangan.
c. Proses Isotermal
Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada suhu
tetap. Dengan menggunakan persamaan gas ideal,P = nRT / V , maka P
berbanding terbalik dengan V. Jika digambarkan pada diagram P-V. Contoh
proses ini adalah proses yang berlangsung dalam wadah logam di mana
wadah tersebut dicelupkan dalam air yang voumenya sangat besar. Karena
volume air yang sangat besar, maka selama proses berlangsung suhu air
dapat dianggap konstan sehinagg suhu gas dalam wadah juga dianggap
konstan. Juga proses ini dapat dihasilkan dengan memasang pemanas
otomatik yang bisa mengontrol suhu sehingga konstan.

Gambar 8. Proses Isotermal: Kurva (a) Berlansung pada Suhu


yang Lebih Tinggi dari pada Kurva (b).
C. Hukum I Termodinamika

Selama gas mengalami suatu proses maka ada beberapa peristiwa yang
dapat terjadi, seperti:
1. Energi dalam yang dimiliki gas berubah.
2. Muncul kerja yang dilakukan oleh gas atau yang dilakukan oleh lingkungan.
3. Ada pertukaran kalor antara gas dan lingkungan.
Peristiwa di atas semuanya berpengaruh pada jumlah energi yang dimiliki gas.
Hukum I termodinamika termodinamika. merupakan hukum kekekalan energi
yang diterapkan pada system. Misalkan energi dalam awal gas U1 dan
energi dalam akhir U2. Maka perubahan energi dalam adalah ∆U = U 2 − U1.
Misalkan pada gas dilakukan kerja oleh lingkungan sebesar W. Misalkan juga
terjadi aliran masuk kalor ke dalam gas sebesar Q. Karena energi harus kekal maka
pertambahan energi dalam gas hanya tejadi karena adanya kerja yang dilakukan
lingkungan pada gas dan adanya aliran masuk kalor ke dalam gas. Secara
matematika, pernyataan di atas dapat diungkapkan oleh persamaan ∆U = W + Q
(Persamaan Hukum 1 Termodinamika). Ketika menerapkah hukum I
termodinamika, kita harus memperhatikan tanda dengan seksama. Perjanjian untuk
tanda ∆U, W, dan Q sebgai berikut:
a. ∆U positif jika energi dalam yang dimiliki gas bertambah
b. ∆U negatif jika energi dalam yang dimiliki gas berkurang
c. W positif jika lingkungan melakukan kerja pada gas (sistem)
d. W negatif jika gas (sistem) melakukan kerja pada lingkungan
e. Q positif jika kalor mengalir masuk dari lingkungan ke gas (sistem)
f. Q positif jika kalor mengalir keluar dari gas (sistem) ke lingkungan
1. Mesin Kalor
Jika gas melakukan proses satu siklus maka kerja total yang dihasilkan
dapat berharga negatif. Kerja yang berharga negatif menunjukkan bahwa gas
melakukan kerja pada lingkungan. Jika siklus proses dapat dilakukan berulang-
ulang maka gas akan melakukan kerja terus-menerus pada lingkungan. Untuk
memanfaatkan kerja yang dilakukan oleh gas tersebut orang lalu merancang
mesin, yang dikenal dengan mesin kalor. Dalam mesin ini gas diatur untuk
melakukan siklus proses secara terus menerus. Kerja yang dihasilkan gas
digunakan untuk memutar mesin, yang kemudian dapat diubah ke energy bentuk
lain seperti energi listrik, menggerakkan roda kendaraan, dan lain-lain. Contoh
mesin kalor adalah mesin kendaraan bermotor, turbin, mesin jet, dan
sebagainya. Agar gas dalam mesin kalor dapat melakukan proses siklus terus
menerus, maka gas tersebut perlu menyerap kalor. Sebagian kalor digunakan
untuk melakukan kerja (menggerakkan mesin) dan sisanya dibuang. Contohnya,
dalam mesin kendaraan, kalor diserap dari proses pembakaran bahan bakar dan
sisa kalor dibuang ke lingkungan udara luar. Dengan demikian, secara skematik,
mesin kalor dapat digambarkan sebagai berikut. Skema mesin kalor
Gambar 9. Skema Mesin Kalor.
Mesin kalor bekerja antara dua buah reservoir (sumber panas), yaitu reservoir
panas yang bersuhu T1 dan reservoir dingin yang bersuhu T2. Kalor mengalir
dari reservoir panas menuju reservoir dingin melewati mesin. Sebagian kalor
dari reservoir panas digunakan untuk menghasilkan kerja dan sisanya dibuang
ke reservoir dingin. Dengan hukum kekekalan energi diperoleh Q1 = Q2 + W,
dengan Q1 jumlah kalor yang diserap dari reservoir panas, Q2 jumlah
kalor yang dibuang ke reservoir dingin, dan W kerja yang dilakukan. Efisiensi
mengukur kemampuan suatu mesin mengubah kalor yang diserap dari reservoir
panas menjadi kerja. Untuk Q1 yang sama, mesin yang bisa menghasilkan kerja
lebih besar dikatakan memiliki efisiensi lebih tinggi. Oleh karena itu, efisiensi
didefinisikan sebagai
W
  x100%
Q1

2. Mesin Pendingin
Mesin pendingin memiliki arah aliran kalor yang berbeda dengan mesin
kalor. Pada mesin pendingin, kalor mengalir dari reservoir bersuhu rendah
menuju reservoir bersuhu tinggi. Proses ini hanya dapat berlangsung jika
diberikan kerja dari luar, karena kalor tidak dapat mengalir secara spontan
dari tempat bersuhu rendah ke tempat bersuhu tinggi. Dengan sistem aliran
kalor semacam ini maka suhu reservoir dingin akan semakin dingin. Contoh
mesin pendingin yang kalian kenal adalah kulkas dan AC. Kerja luar yang
diberikan pada mesin ini adalah energi listrik PLN
Gambar 10. Diagram Skema Mesin Pendingin
Berdasarkan gambar QR adalah kalor yang disedot dari reservoir dingin, QT
kalor yang dibuang ke reservoir panas dan W kerja luar yang diberikan. Dengan
hokum kekekalan energi maka berlaku
W = QT − QR
Mesin pendingin yang baik adalah yang dapat menyedot panas sebanyak-
banyaknya dari reservoir dingin untuk jumlah kerja tertentu. Untuk itu
didefinisikan koefisien unjuk kerja mesin pendingin sebagai berikut
Q
 R
W
Makin besar koefisien unjuk kerja maka makin baik mesin tersebut, karena
dengan kerja tertentu yang diberikan dapat menurunkan suhu lebih rendah.
Koefisien unjuk kerja mesin pendingin dapat ditulis
T2

T2  T1

D. Hukum II Termodinamika

Telah kita bahas bahwa kalor dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan


kerja. Namun, ada batasan tentang cara pemanfaatan kalor tersebut. Batasan
tersebut diungkapkan oleh hukum II termodinamika. Ada dua versi ungkapan
hukum II termodinamika, yang ekivalen satu sama lain. Jika ungkapan pertama
benar maka ungkapan kedua benar, dan sebaliknya.
Pernyataan Kelvin-Planck “Tidak mungkin membuat mesin yang
menyerap kalor dari reservoir panas dan mengubah seluruhnya menjadi kerja”.
Konsekuansi pernyataan ini adalah tidak mungkin membuat mesin kalor yang
memiliki efisiensi 100%.
Pernyataan Clausius “Tidak mungkin membuat mesin pendingin yang
menyerap kalor dari reservoir bersuhu rendah dan membuang ke reservoir bersuhu
tinggi tanpa bantuan kerja dari luar”. Pernyataan ini memiliki konsekuensi bahwa
tidak mungkin merancang mesin pendingin sempurna dengan koefisien unjuk kerja
∞.
1. Entropi
Kita sudah melihat dua pernyataan hukum II termodinamika yang
ekivalen, yaitu Kelvin-Planck dan Clausius. Namun, kedua pernyataan tersebut
dapat digeneralisasi menjadi satu pernyataan dengan memperkenalkan terlebih
dahulu besaran yang bernapa entropi. Entropi pertama kali diperkenalkan oleh
Clausisus tahun 1860. Menurut Clausius, suatu sistem yang melakukan proses
reversibel (dapat dibalik arahnya) pada suhu konstan disertai penyerapan kalor

Q mengalami perubahan entropi Q


S  , dengan ∆S perubahan entropy, Q
T
kalor yang diserap, dan T suhu proses.

Anda mungkin juga menyukai