Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP


KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN SIKAP MATEMATIKA
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah)

Dosen Pengampu : Luvy Sylviana Zanthy, S.P., M.Pd.


Disusun oleh:
KELOMPOK 3

Anissa Nur Afifah 18510108


Nia Herlina Sari 18510115
Sulistia Widayanti 18510105

Restu Rizqia 18510131

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


TAHUN ANGKATAN 2018
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Cimahi, Februari 2020


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 3
BAB 2 PEMBAHASAN 5
A. Pengertian Komunikasi Matematika 5
B. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 6
C. Pengertian Sikap Matematika 9
D. Penilaian Sikap Pada Kurikulum Nasional Dihubungkan Dengan Sikap
Matematika Yang Ditanamkan Pada Siswa 13
BAB 3 PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupkan komponen penting dalam proses pembelajaran
termasuk dalam pembelajaran matematika. Karakteristik matematika yang
abstrak, mengakibatkan bantak siswa yang hanya menerima materi yang diberikan
tanpa mencoba untuk memahami informasi apa yang terkandung di dalamnya.
Sisa terbiasa menerapkan metode menghafal rumus untuk belajar matematika,
sedangkan dari pelajaran matematika bukanlah menghafal melainkan seperti apa
yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Tujuan pembelajaran matematika poin ke empat yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar siswa mampu
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan masalah. Dengan demikian, jelas bahwa komunikasi
matematis merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki serta
perlu dikembangkan dalam diri siswa.
Dalam Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 Nomor 65 Tahun
2013 dikemukakan: kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan dalam
matematika, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Sikap
diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta. Untuk dapat mencapai standar-standar pembelajaran itu, seorang guru
hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan bagi siswa
untuk secara aktif belajar dengan mengkonstruksi, menemukan dan
mengembangkan pengetahuannya. Dengan belajar matematika diharapkan siswa
mampu menyelesaikan masalah, menemukan dan mengkomunikasikan ide-ide
yang muncul dalam benak siswa.

1
2

Siswa umumnya memiliki sikap yang positif terhadap matematika ketika


pertama masuk sekolah tetapi perlahan sikap tersebut akan berkurang dan menjadi
negatif. Dalam beberapa kasus, siswa memiliki perspekif yang negatif terhadap
matematika. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang
cukup sulit. Secara afektif, siswa memiliki ketakutan-ketakutan terhadap
matematika. Beberapa siswa merasa takut salah dan takut tidak mampu
menyelesaikan soal-soal matematika serta takut mendpatkan nilai yang jelek.
Ketakutan tersebut memunculkan predisposisi perilaku yang kurang baik, seperti
bermain dengan teman dan tidak memperhatikan guru saat mengikuti kelas
matematika. Akan tetapi, siswa juga memiliki sikap positif terhadap matematika,
yaitu menilai matematika sebagai pelajaran yang berguna untuk menghadapi
ujian, kehidupan sehari-hari dan masa depan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi matematika?
2. Bagaimana cara megembangkan kemampuan komunikasi matematika
siswa SMP?
3. Apa yang dimaksud dengan sikap matematika?
4. Bagaimana penilaian sikap pada Kurikulum Nasional dihubungkan dengan
sikap matematika yang ditanamkan pada siswa?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian komunikasi matematika
2. Mengetahui cara agar siswa SMP menjadi aktif dalam komunikasi
matematika
3. Mengetahui pengertian sikap matematika
4. Mengetahui penilaian sikap pada Kurikulum Nasional dihubungkan
dengan sikap matematika yang ditanamkan pada siswa
3

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peserta didik
untuk mengetahui kemampuan akademik dan sikap yang dimilikinya serta
mengetahui apa yang harus ditingkatkan dan diperbaiki. Demikian pula
bagi guru dapat digunakan untuk mempertimbangkan dalam membimbing
peserta didik berdasarkan kemampuan akademik dan sikap belajar
matemarika, sedangkakan bagi penulis dapat digunakan sebagai bahan
acuan selanjutnya yamg membahas topik penelitian yang relevan dengan
peneliitian ini
4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Matematika


Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung, melalui media. Didalam komunikasi tersebut harus dipikirkan
bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami
oleh orang lain.untuk mengambangkan kemampuan berkomunikasi. Orang dapat
menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.
Sedangkan kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang di ketahuinya melalui
peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi dilingkungan kelas, dimana
terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika
yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian
suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas
adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun
tertulis.
Didalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi gagasan
matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan
siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap kali kita
mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan
tersebut dengan suatu cara tertentu, ini merupakan yang sangat penting, sebab
bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan
tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang, yang kita ajak
berkomunikasi. Kita harus mampu menyesuaikan dengan sistem refresentasi yang
mampu mereka gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung dari satu
arah dan tidak mencapai sasaran.
Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada
pembelajaran matematika menurut NCTM (1989:214) dapat dilihat dari :

5
6

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis,


dapat mendemonstrasikannya secara visual
2. Kemampuan memahami,menginterpetasikan dan mengevaluasi ide-ide
matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dan model-model situasi
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi penting
ketika diskusi antar siswa dilakukan,dimana siswa diharapkan mampu menyatakn,
menjelaskan, menggambarkan, mendengarkan, menanyakan dan bekerja sama
sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang
matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja kelompok
dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukan kemajuan baik
disaat mereka salaing mendengarkan ide yang satu dan yang lainnya,
mendiskusikannya bersama, kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi
pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besarvdari
berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.

B. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa


Guru mempunyai peran penting dalam merancang pengalaman belajar di
kelas sehingga siswa memiliki kesempatan bervariasi untuk berkomunikasi secara
matematis tugas menulis merupakan salah satu cara untuk membentuk kecakapan
komunikasi matematika. Menulis dapat meningkatkan daya ingat akan konsep dan
memberikan siswa kesempatan untuk merefleksi pemikiran mereka. Tugas
menulis dapat juga mencakup pengungkapan apa yang sudah diketahui atau
dipahami dan apa yang belum dipahami siswa. Selain itu, tugas menulis dapat
berupa penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah mencakup beberapa
kemampuan strategis seperti mengkoordinasikan berbagai informasi atau ide-ide
matematika dan menggunakannya untuk menyelasaikan masalah.
Cara lain yang dipandang tepat untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematika siswa adalah berdiskusi kelompok. Diskusi kelompok
7

memungkinkan siswa berlatih untuk mengekspresikan pemahaman,


memverbalkan proses berfikir, dan mengklarifikasi pemahaman atau
ketidakpahaman mereka. Dalam membentuk diskusi kelompok perlu diperhatikan
beberapa hal, misalnya jenis tugas seperti apa yang memungkinkan siswa dapat
mengeksplorasi kemampuan matematikanya dengan baik. Selain itu perlu
dirancang peran guru dalam diskusi kelompok tersebut.
Dalam proses diskusi kelompok, ketika siswa mendengarkan pemikiran
dan penjelasan orang lain tentang pemahaman mereka juga akan memberikan
siswa kesempatan untuk membangun pemahaman mereka sendiri. Percakapan
antarsiwa dan guru juga akan mendorong atau memperkuat pemahaman yang
mendalam akan konsep-konsep matematika. Ketika siswa berpikir,merespon,
berdiskusi, mengolaborasi, menulis, membaca, mendengarkan, dan menemukan
konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan, yaitu
berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk berkomunikasi secara
matematik. (NCTM, 2005)
Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa teknik bertanya yang
dapat digunakan membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi
matematika. Berikut contoh-contoh pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa.
1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika, yaitu dengan
bertanya sebagai berikut:
a. Apakah yang orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan?
b. Apakah kamu setuju? Tidak setuju?
c. Apakah setiap orang mempunyai jawaban yang sama tetapi mempunyai
cara berbeda untuk menjelaskannya?
2. Membantu siswa untuk menyadari benar tidaknya suatu ide matematika.
a. Mengapa kamu berpikir seperti itu?
b. Mengapa hal itu benar?
c. Bagaimana kamu menyimpilkan hal itu?
d. Dapatkah kamu membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu?
3. Membantu siswa mengembangkan penalaran
a. Apakah hal itu selalu berlaku untuk kondisi lain?
8

b. Apakah hal itu benar untuk semua kasus?


c. Bagaimana kamu membuktikan hal itu?
d. Asumsi-asumsi apakah yang digunakan?
4. Membantu siswa membuat dugaan, penemuan, dan penyelesaian masalah
a. Apakah yang terjadi jika…? Bagaimana jika tidak?
b. Dapatkah kamu melihat polanya?
c. Dapatkah kamu memprediksi pola berikutnya?
d. Apakah persamaan dan perbedaan metode penyelesaian dengan temanmu?
5. Membantu siswa menghubungkan matematika, ide-ide, dan aplikasinya
a. Apakah hubungannya dengan konsep lain?
b. Ide-ide matematika apakah yang harus dipelajari sebelum digunakan
menyelesaikan masalah?
c. Apakah kamu pernah menyelesaiakan masalah seperti ini sebelumnya?
d. Dapatkah kamu memberikan sebuah contoh tentang…
Menurut Goetz (2004), mengembangkan kemampuan komunikasi dalam
matematika tidak berbeda jauh dengan mengembangkan kemampuan komunikasi
di bidang lain. Berikut pendapat dan saran yang di kemukakannya terkait
pengembangan komunikasi matematika siswa.
1. Perlunya brainstorming (curah pendapat) untuk mengawali proses menulis
siswa. Curah pendapat dapat mencakup pengungkapan sejumlah daftar kata
atau konsep yang mungkin diperlukan untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematika. Daftar kata atau konsep tersebut dapat diletakkan di bidang yang
memungkinkan siswa dapat mengaksesnya.
2. Ketika siswa menulis dalam seni bahasa, mereka hendaknya berpikir tentang
kepada siapa tulisan itu ditujukan. Hal ini juga hendaknya terjadi dalam
menulis matematika. Apabila tugas menulis digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar siswa, siswa hendaknya mengetahui bahwa pembaca tulisan
mereka adalah guru atau sekelompok penilai yang belum mereka ketahui. Hal
ini berarti siswa harus menulis dengan jelas yang mencakup berbagai
informasi lengkap yang relavan sehingga mudah dipahami.
9

3. Siswa perlu diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mengungkapkan ide-


ide secara verbal sebelum menuliskannya. Hal yang demikian akan
meningkatkan kedalam dan kejelasan tulisan siswa.
4. Beri kesempatan siswa untuk menggambarkan ide-ide kuncinya. Selanjutnya
minta siswa untuk mendeskripsikan ide-ide mereka dalam bentuk gambar.
Hal ini merupakanstrategi penting dalam membantu siswa memulai menulis
dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk menggambar solusi masalah
mereka. Kemudian minta siswa untuk menambah beberapa kata-kata yang
memungkinkan dapat mendeskripsikan gambar siswa. Hal ini dilakukan
berulang hingga siswa merasa berhasil dan yakin untuk dapat menuliskan ide-
ide mereka secara tertulis secara langsung.
5. Dorong dan beri kesempatan siswa untuk merevisi dan membetulkan tulisan
mereka.
6. Refleksi merupakan kunci pemahaman. Tanpa memberikan kesempatan bagi
siswa merefleksi diri, pembelajaran matematika hanya merupakan sederet
akivitas yang rutin.

C. Pengertian Sikap Matematika


Salah satu tujuan pendidikan matematika adalah pembentukan sikap siswa.
Maka sudah sepatutnya dalam proses pembelajaran matematika perlu diperhatikan
sikap siswa terhadap matematika. Hal ini penting mengingat sikap positif terhadap
matematika akan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
Sikap merupakan suatu komponen yang sangat mempengaruhi
keberhasilan program pembelajaran matematika. Seseorang yang memiliki sikap
positif akan menunjukan tindakan yang selalu mengarah pada upaya pencapaian
tujuan pembelajran matematika. Salah satu hal yang perlu diperhatikan seorang
guru dalam mensukseskan pembelajarannya adalah menciptakan suatu kondisi
dan iklim pembelajaran yang bisa merangsang dan meningkatkan sikap positif
siswa dalam pembelajaran matematika.
Menurut Sax (1989: 493), “an attitude was defined as a preference along
a dimension of favorableness to unfavorableness to a particular group,
10

institution, concept, or object”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sikap


adalah suatu kecenderungan pada sebuah dimensi dari yang disukai sampai yang
tidak disukai pada suatu kelompok, institusi, konsep, dan objek tertentu.
Nitko (2007: 451), menegaskan konsep sikap bahwa “Attitudes are
characteristics of persons that describe yheir positive and negative feelings
toward particular objects, situations, institutions, persons, or ideas”. Sikap
adalah karakteristik dari sesorang yang menggambarkan perasaan positif dan
negatif mereka terhadap objek, situasi, institusi, seseorang atau ide tertentu.
White, et al. (2006: 2) menyatakan bahwa “attitudes indicate a person’s
judgment of performing the behavior as good or bad or that the person was in
favour of or against performing the behavior”. Sikap menunjukan keputusan
seseorang yang ditunjukkan dalam hal baik atau buruk terhadap sesuatu dalam
bentuk perilaku menyokong atau menentang.
Zan & Martino (2007: 2) menyatakan, “attitude toward mathematics is
therefore seen as the pattern of beliefs and emotions associated with
mathematics”. Sikap terhadap matematika dilihat sebagai pola hubungan dari
kepercayaan dan emosi dengan matematika.
Menurut Arcavi (2006: 2), “mathematical thinking related attitudes is
intellectual predispositions towards doing mathematics and solving problems
including perspectives on what are mathematics and mathematical activity”.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sikap matematika adalah kecenderungan
intelektual terhadap matematika dan pemecahan masalah, termasuk perspektif
tentang apa matematika dan aktifitas matematika.
Khalik (2006:2), menjelaskan pentingnya sikap matematika dalam
pembelajaran matematika, “Mathematical attitudes is a very important affective
factor in determining students’ behavior in mathematical thinking and problem
solving because students’ attempts in mathematical thinking depend on how
interested they are in problem solving or the lesson”. Khalik menjelaskan bahwa
sikap matematika adalah faktor afektif yang sangat penting dalam menentukan
perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah karena
11

upaya siswa dalam pemikiran matematis tergantung pada bagaimana mereka


tertarik dalam pemecahan masalah atau pelajaran.
Definisi sikap matematika dipertegas oleh Katagiri (2006: 12) bahwa
“Mathematical thinking is like an attitude, as in it can be expressed as a state of
“attempting to do” or “working to do” something. It is not limited to results
represented by actions, as in“the ability to do,” or “could do” or “couldn’t do”
something”. Katagiri menegaskan bahwa mathematical thinking seperti sebuah
sikap, di dalamnya dapat dinyatakan sebagai keadaan “mencoba untuk
melakukan” atau “bekerja untuk melakukakan” sesuatu. Hal ini tidak terbatas
pada hasil yang diwakili oleh tindakan, seperti dalam “kemampuan untuk
melakukannya” atau “tidak bisa melakukan” sesuatu.
Menurut Katagiri (2006: 13), bahwa sikap matematika meliputi :
a. Berusaha memahami persoalan atau substansi persoalan
matematika secara mandiri (Attempting to grasp one’s own
problems or objectives or substance clearly, by oneself)
1) Berusaha untuk bertanya (Attempting to have questions)
2) Berusaha untuk memahami persoalan (Attempting to maintain
a problem consciousness)
3) Berusaha menemukan masalah matematika dari kehidupan
sehari-hari (Attempting to discover mathematical problems in
phenomena)
b. Berusaha mengambil tindakan logis (Attempting to take logical
actions)
1) Berusaha untuk memperoleh kompetensi matematika
(Attempting to take actions that match the objectives)
2) Berusaha memahami sifat-sifat matematika (Attempting to
establish a perspective)
3) Berusaha untuk berpikir berdasarkan data yang dapat
digunakan, yang sebelumnya telah dipelajari, dan asumsi
(Attempting to think based on the data that can be used,
previously learned items, andassumptions)
12

c. Berusaha menyatakan berbagai hal dengan jelas dan ringkas


(Attempting to express matters clearly and succinctly)
1) Berusaha untuk merekam dan mengkomunikasikan masalah
dengan hasil yang jelas dan ringkas (Attempting to record and
communicate problems and results clearly and succinctly)
2) Berusaha berpikir secara sistematis (Attempting to sort and
organize objects when expressing them)
d. Berusaha untuk mencari berbagai hal yang lebih baik (Attempting
to seek better things)
1) Berusaha untuk memahami matematika dari yang konkrit
menuju abstrak (Attempting to raise thinking from the concrete
level to the abstract level)
2) Berusaha berpikir secara objektif dan subjektif dan berpikir
kritis (Attempting to evaluate thinking both objectively and
subjectively, and to refinethinking)
3) Berusaha memanfaatkan pikiran dan usahanya yang telah
didapat (Attempting to economize thought and effort)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat di pahami bahwa sikap
matematika merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau
tidak suka terhadap suatu aktifitas pemecahan masalah matematika. Perubahan
sikap seorang siswa dapat diamati dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks pemecahan matematika dan aktifitas matematika maka
sikap matematika dapat diukur pada empat dimensi pengukuran sikap berdasarkan
definisi-definisi di atas yaitu :

1) Memahami masalah dan tujuan serta substansi masalah dengan jelas


secara mandiri,
2) Mencoba mengambil tindakan logis,
3) Mencoba untuk mengekspresikan hal-hal dengan jelas dan ringkas,
4) Mencoba mencari penyelesaian yang lebih baik.
13

D. Penilaian Sikap Pada Kurikulum Nasional Dihubungkan Dengan


Sikap Matematika Yang Ditanamkan Pada Siswa
1. Teknik Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (K13) Tahun 2019
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku
peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan
sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian
pengetahuan dan keterampilan sehingga teknik penilaian yang digunakan
juga berbeda.
Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina
perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
a. Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah
menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
b. Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup
perilaku anatara lain : jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangga, dan negara. Penilaian sikap terdiri atas penilaian utama dan
penilaian penunjang. Penilaian utama diperoleh dari hasil observasi
harian yang ditulis didalam jurnal harian. Penilaian penunjang
diperoleh dari penilaian antarteman, hasilnya dapat dijadikan sebagai
alat komfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik. Teknik
penilaian yang digunakan adalah observasi melalui wawancara,
catatan anekdot, dan catatan kejadian tertentu sebagai unsur penilaian
utama.
Dalam pelaksanaan penilaian sikap, pendidik dapat merencanakan
indicator sikap yang akan diamati sesuai dengan karakteristik proses
pembelajaran yang akan dilakukan, misalnya perilaku kerjasama
dalam diskusi kelompok dan kerapihan dalam praktikum. Selain itu,
penilaian sikap dapat dilakukan tanpa perencanaan, misalnya perilaku
14

yang muncul tidak terduga selama proses pembelajaran dan di luar


proses pembelajaran. Hal pengamatan perilaku tersebut dicatat dalam
jurnal.

2. Sikap Matematika Yang Perlu Ditanamkan Pada Siswa


Dijelaskan,matematika merupakan ilmu yang membutuhkan
pemikiran logis, rasional, kritis, jujur, efektif dan efisien. Proses
pembelajaran matematika tidak akan pernah terlepas dari pembentukan
nilai-nilai sikap siswa. Nilai sikap yang ada pada pembelajaran
matematika, adalah jujur, disiplin, kreatif, komunikatif, tanggung jawab,
rasa ingin tahu, mandiri dan kerja keras. Apabila siswa mampun
menerapkan nilai-nilai sikap tersebut, maka matematika akan menjadi
suatu pelajaran bermakna bagi kehidupannya.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya
dimaksudkan untuk membekali siswa agarmenguasai matematika dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun pembelajaran
matematika juga membantu membentuk dan membangun kepribadian
15

siswa yang sesuai dengan nilai-nilai karakter mulia. Pembelajaran


matematika yang baik tidak hanya dimaksudkan untuk mencerdaskan
siswa. Tetapi juga dimaksudkan untuk menghasilkan siswa yang
berkepribadian baik.
Pengaruh pembelajaran matematika yang dilakukan sebagian guru
selama ini ternyata masih didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta
konsep-konsep secara verbal tanpa ada dorongan untuk mengoptimalkan
potensi diri siswa.
3. Sikap Matematika Dihubungkan Dengan Penilaian Sikap Pada
Kurikulum Nasional
Sikap yang diperoleh dari pembelajaran matematika bila
dihubungkan dengan penilaian sikap pada Kurikulum Nasional yaitu
dengan belajar matematika siswa dilatih untuk bersikap jujur. Karena
matematika sendiri merupakan ilmu pasti yang dalam pengerjaannya
tidak bisa sembarangan. Selain dilatih untuk bersikap jujur, siswa juga
dilatih untuk memiliki keyakinan yang kuat. Hal ini sejalan dengan
penilaian sikap pada Kurikulum Nasional yang di dalamnya terdapat
penilaian spiritual yang merujuk pada keyakinan barwa Tuhan itu Esa.
Tidak hanya pada spiritualnya saja tapi juga pada penilaian sosialnya.
Siswa diajak untuk peduli pasa sesama saat proses pembelajaran,
khususnya pada saat mengerjakan soal. Siswa yang dianggap mampu
dalam suatu materi pembelajaran diharapkan mampu berbagi
pengetahuan kepada teman yang dianggap belum memahami materi.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan
untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung, melalui media. Sedangkan kemampuan
komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa
dalam menyampaikan sesuatu yang di ketahuinya melalui peristiwa
dialog atau saling hubungan yang terjadi dilingkungan kelas, dimana
terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi
matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau
strategi penyelesaian suatu masalah.
Cara menumbuhkan sikap komunikasi matematika pada siswa
yaitu dengan cara memberikan suatu masalah untuk dianalisis dan
diselesaikan. Setelah diselesaikan siswa diajak untuk
menghubungkannya dengan masalah lain, sebeum memberikan
simpulan bahwa masalah yang diselesaikan siswa tepat atau tidak, beri
dahulu siswa kesempatan untuk berargumen atas solusinya, setelah itu
ajak siswa untuk mengerucutkan solusinya hingga didapat solusi yang
paling tepat.
Sikap matematika merupakan suatu kecenderungan untuk
bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu aktifitas pemecahan
masalah matematika. Sikap yang diperoleh dari pembelajaran
matematika bila dihubungkan dengan penilaian sikap pada Kurikulum
Nasional yaitu dengan belajar matematika siswa dilatih untuk bersikap
jujur. Karena matematika sendiri merupakan ilmu pasti yang dalam
pengerjaannya tidak bisa sembarangan. Selain dilatih untuk bersikap
jujur, siswa juga dilatih untuk memiliki keyakinan yang kuat. Hal ini
sejalan dengan penilaian sikap pada Kurikulum Nasional yang di
dalamnya terdapat penilaian spiritual yang merujuk pada keyakinan

16
17

barwa Tuhan itu Esa. Tidak hanya pada spiritualnya saja tapi juga pada
penilaian sosialnya. Siswa diajak untuk peduli pasa sesama saat proses
pembelajaran, khususnya pada saat mengerjakan soal. Siswa yang
dianggap mampu dalam suatu materi pembelajaran diharapkan mampu
berbagi pengetahuan kepada teman yang dianggap belum memahami
materi.

B. Saran
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk pembuatan makalah berikutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmudi, A. (n.d.). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui


Pembelajaran Matematika.

Nurjannah, A. (2019, Juli 28). Membangun Karakter melalui Pembelajaran Matematika.


Retrieved from Kompasiana: https://kompasiana.com

SANJAYAOPS. (2018, Mei 17). Diambil kembali dari https://sanjayaops.com

18
19

Anda mungkin juga menyukai