2018
Soal
1. Jelaskan teori, tujuan, ruang lingkup dan landasan penyelenggaraan kebijakan PAUD di
Indonesia
2. Jelaskanlah tokoh-tokoh yang berperan dalam pengembangan anak usia dini dan bagaimana
bentuk peranannya
3. Apa sajakah model-model inovasi pembelajaran anak usia dini yang saudara ketahui.
Berikan penjelasan seta contoh inovasi model.
4. Analisislah standar tingkat pencapaian perkembangan anak (STPPA) pada anak usia dini
dan berikanlah contoh aktivitas yang sesuai.
Jawaban :
1. Jelaskan teori, tujuan, ruang lingkup dan landasan penyelenggaraan kebijakan PAUD
di Indonesia
Jadi, Gardner memandang bahwa setiap anak memiliki peluang untuk belajar dengan gaya
masing-msing anak.
Ada dua ketekunan pada usia dini yaitu separate enciety dan stager anciety. Anak-anak
yang sering ditinggal, petama anak akan menangis dan menolak semua bentuk pengasuhan,
berkembang melalui periode despair, menjadi quiet, menarik diri dan pasif.
Pengasuh hendaknya memiliki pola yang tidak berbeda dengan orangtuanya. Orangtua
harus memberikan perhatian, kasih sayang dan perasaan aman pada bayi agar anak berkembang
dengan baik.
Pada tahap ini anak berpikir adalah memahami diri dan lingkungannya melalui kesan-kesan
sensori dan gerakangerakan motoriknya. Pikiran anak berkembang dengan pesat, berpikir anak
belum sistematis, sering meloncat-loncat dari satu ide ke ide lain, dan belum logis, salah satu
simbul yang digunakan adalah bahasa, sehingga bahasa anak berkemang dengan pesat. Mereka
mulai mengunakan simbol ketika mereka menggunakan objek atau tindakan untuk
menggambarkan sesuatu benda yang hilang (Ginsburg dan Opper, dalam Crain, 1992).
Anak berpikir melalui kesan-kesan yang diterima sensorinya, seperti melalui melihat,
mendengar, meraba, mencium, mengecap, membau dan melalui gerakan-gerakan yang
dilakukan. Untuk mengembangkan berpikir anak dalam periode berpikir sensori motorik adalah
memberikan stimulasi melalui sensori-sensori anak. Misalnya untuk mengembangkan berpikir
anak melalui indera penglihatan adalah memperlihatkan kepada bayi berbagai warna, berbagai
bentuk, berbagai pola/ukuran, benda yang bergerak dan memberikan kebebasan untuk bergerak,
menjangkau, memanipulasi benda, dll.
Pada usia ini anak menurut Piaget sudah mulai berpikir secara mental meskipun belum
sempurna. Pada usia ini hayalan masih mendominasi pikiran anak, anak sering menghayalkan
sesuatu sebagaimana kenyataan.
Ciri utama berfikir anak usia dini adalah berpikir egosentris, kemampuan merekam tinggi,
rasa ingin tahu tinggi, sering melakukan dusta hayal, animistik, anak sudah dapat menggunakan
simbol-simbol sedehana untuk menyatakan perasaan dan pikirannya.
Ide-ide Piaget ini memiliki implikasi dalam pendidikan anak usia dini, khususnya dalam
pengembangan berpikir anak usia dini, yaitu menekankan bahwa anak adalah individu yang
mampu membangun pengalamannya sendiri, oleh karena itu proses pendampingan harus
berorientasi pada anak, melalui proses eksplorasi, intervensi dan membangun pengalaman anak
sendiri melalui aktivitas bebas.
Pendidikan anak usia dini diharapkan tidak memperbaiki pengalaman anak, tetapi
menyediakan lingkungan, pengalaman dan material belajar yang diminati dan menantang anak
untuk melakukan eksplorasi pengalaman anak dan menyelesaikan masalah secara mandiri.
Pentingnya penekanan pemberian kesempatan pengajaran yang mempertimbangkan tingkat
perkembangan anak. Menurut Piaget belajar untuk anak harus melalui proses aktif menemukan
dan harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pendidikan dimulai melalui anak belajar
melalui pengetahuan langsung dan interkasi social.
Lev Vigotsky (1896 – 1934)
Vigotsky adalah seorang ahli perkembangan berkebangsaan Rusia. Teorinya disebut dengan
teori belajar sosial. Vigotsky mengemukakan bahwa perkembangan manusia melalui interaksi
sosial yang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif anak.
Menurtut Vigotsky anak belajar melalui dua tahapan yaitu interkasi dengan orang lain, orang
tua, saudara, teman sebaya, guru dan belajar secara individual melalui mengintegrasikan segala
sesuatu yang dipelajari dari orang lain dalam struktur kognitifnya.
Vigotsky mengemukakan tiga perlengkapan manusia yaitu tools of the minds, zone of
proximal development dan scoffolding.Tools adalah alat untuk membantu mempermudah kerja,
seperti pahat, mesin potong, gergaji, pisau, mesin pangkas, adalah alat yang memudahkan kerja
fisik manusia. Menurut Vigotsky kerja mental juga akan lebih mudah jika ada alat pendukungnya
yang ia sebut sebagai tools of the minds yang berfungsi untuk mempermudah anak memahami
suatu fenomena, memecahkan masalah, mengingat, dan untuk berfikir. Misalnya, kelereng, buah-
buahan, lidi, biji-bijian adalah sejenis alat yang dapat membantu anak memahami konsep
bilangan. Melalui alat ini akan dapat menghubungkan benda dengan bahasa simbolik, seperti
konsep bilangan satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam.
Konsep zone of proximal development adalah suatu konsep tetang hubungan antara belajar
dengan perkembangan anak. Istilah zone menggambarkan bahwa perkembangan merupakan
suatu daerah atau medan. Perluasan suatu medan perkembangan ditentukan oleh bantuan orang
yang lebih ahli yang disebut scaffolding. Scaffolling adalah bantuan yang diperoleh anak dari
seseorang yang lebih mampu, lebih mengetahui, dan lebih terampil dalam ZPD untuk membantu
anak agar memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi (Brunner dan Ross, 1976).
Anak mengkonstruksi pengetahuan akan lebih mudah bila tersedia tools of minds yang
lebih kaya dan bervariasi.
Belajar terjadi dalam kontek sosial. Oleh karena itu, untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan anak, dia harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam interaksi sosial dengan
sebaya, guru, orang tua dan orang dewasa lainnya.
Belajar mempengaruhi perkembangan mental, dan
Bahasa memegang peranan penting dalam membantu perkembangan mental anak.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan perkembangan berpikir anak, pengembangan bahasa
atau literasi anak harus pula dioptimalkan melalui melibatkan anak dalam aktivitas literasi di
rumah, di lembaga PAUD dan di masyarakat.
Vigotsky menyakini bahwa anak memiliki kemampuan secara aktif membagun pengetahuan
melalui interaksi sosial di lingkungannya. Kontek sosial mempengaruhi perkembangan berpikir,
sikap dan tingkah laku anak. Kontek sosial adalah meliputi seluruh lingkungan dimana anak
tinggal yang secara langsung atau pun tidak langsung dipengaruhi oleh sistem budaya yang
berlaku dalam masyarakat dimana anak hidup.
Interaktif, orang lain atau teman sebaya yang sedang melakukan interaksi dengan anak.
Tingkat struktural yaitu konteks sosial yang memiliki struktur seperti anggota keluarga,
lembaga PAUD, dan masyarakat sekitar.
Tingkat struktur sosial yang meliputi keseluruhan berbagai hasil kreasi anggota
masyarakat.
Pada umumnya tujuan PAUD adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini
sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Tujuan PAUD antara lain adalah:
Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut
Mengurangi angka mengulang kelas
Mengurangi angka putus Sekolah (DO)
Mempercepat pencapaian Wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Mengurangi angka buta huruf muda
Memperbaiki derajat kesehatan & gizi anak usia dini
Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Selain tujuan di atas, menurut UNESCO (2005) tujuan PAUD antara lain berdasarkan
beberapa alasan:
Alasan Pendidikan: PAUD merupakan pondasi awal dalam meningkatkan kemampuan
anak untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi, menurunkan angka mengulang kelas
dan angka putus sekolah.
Alasan Ekonomi: PAUD merupakan investasi yang menguntungkan baik bagi keluarga
maupun pemerintah
Alasan sosial: PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan roda kemiskinan
Alasan Hak/Hukum: PAUD merupakan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan
yang dijamin oleh undang-undang.
PAUD juga bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Tujuan PAUD lainnya adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child)
agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai dengan falsafah suatu bangsa. Anak
dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama,
sopan santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar
berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar
mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar
memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Solehuddin (1997) mengemukakan bahwa pendidikan
anak usia dini bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut.
c. Ruang Lingkup Penyelenggaraan PAUD
Pendidikan anak usia dini memiliki standar kompetensi yang didasarkan pada perkembangan
anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak
usia dini.
Ruang lingkup pengembangan berbagai aspek dalam PAUD meliputi moral dan keagamaan, fisik
atau motorik, bahasa, kognitif, sosio-emosional, dan seni.
Fisik/Motorik
Perkembangan motorik anak memang berbeda sesduai dengan usianya. Pendidik harus
bisa membedakan antara motorik kasar dan halus sehingga anak dapat berkembang sesuai
dengan usianya. Anak dibawah lima tahun dapaat dirangsang dengan permainan yang edukatif.
Misalnya: permainan bola tali yang akan merangsang refleks tangannya.
Nilai fisik/motorik meliputi
-Motorik kasar, mencakup:
Kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi
Lentur, seimbang
Lincah
Lokomotor, non-lokomotor
Mengikuti aturan
-Motorik halus, mencakup: Kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk
mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk.
-Kesehatan dan perilaku keselamatan, mencakup: Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala
sesuai usia, Kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli terhadap keselamatannya
Bahasa
Dengan mengetahui perkembangan bahasa anak maka dapat diketahui cara menghadapi
anak dalam hal berkomunikasi. Jika ada anak yang perkembangan bahasanya lambat maka bisa
dirangsang dengan berbagai cara.
-Memahami bahasa reseptif mencakup:
Kemampuan memahami cerita
Perintah
Aturan
Menyenangi dan menghargai bacaan
Kognitif
Perkembangan kognitif anak mengacu pada perkembangan kecerdasaan anak. Piaget
dalam Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca (2009) menyebutkan bahwa perkembangn kognitif
anak dibagi dalam empat periode, yaitu periode sensorimotor, periode praoperasional,periode
operasional konkret, dan periode operasional formal.
-Belajar dan pemecahan masalah, mencakup:
Kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan seharihari dengan cara
fleksibel dan diterima sosial
Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru.
-Berfikir logis, mencakup:
Berbagai perbedaan
Klasifikasi
Pola
Berinisiatif
Berencana
Mengenal sebab-akibat..
-Berfikir simbolik, mencakup:
Kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan.
Mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam
bentuk gambar.
Sosio-emosional
Perkembangan ini meliputi perkembangan perasaan dan emosi serta pengembangan
kemampuan sosial. Anak yang perkembangan sosio-emosinya baik maka akan meningkatkan
kepekaan terhadap kehidupan bermasyarakat. Dengan ini anak diharapkan dapat memperoleh
kecerdasan intrapersonal, interpersonal, dan naturalistik.
-Kesadaran diri, terdiri atas:
Memperlihatkan kemampuan diri
Mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri
Mampu menyesuaian diri dengan orang lain
-Rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup:
Kemampuan mengetahui hakhaknya,
Mentaati aturan,
Mengatur diri sendiri
Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama
-Perilaku prososial, mencakup:
Kemampuan bermain dengan teman sebaya
Memahami perasaan
Merespon, berbagi
Menghargai hak dan pendapat orang lain
Bersikap kooperatif
Toleran, dan berperilaku sopan
Seni
Pengembangan seni dapat dituangkan dalam seni musik, tari, gambar, dan keterampilan
kerajinan tangan. Dengan demikian anak diharapkan dapat memiliki kecerdasan musikal dan
visual spatial.
Kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri.
Berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya
Mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari, serta drama.
Oleh karenanya, perlu sebuah upaya untuk memberikan pemahaman pada para praktisi
pendidikan anak usia dini di lapangan untuk dapat memahami berbagai landasan yang mendasari
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini agar dalam praktiknya dapat sesuai dengan kaidah
baik secara yuridis, filosofis, religi, maupun keilmuan
Landasan Yuridis
Babang Robandi (2005) mengemukakan bahwa landasan yuridis atau hukum pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Berkaitan dengan peraturan perundang-undangan, secara yuridis, pendidikan anak usia dini
telah ditetapkan oleh pemerintah dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional, Pasal 28B ayat 2 dan Pasal 28 C tentang hak anak, serta UU RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional.
Pendidikan anak usia dini memiliki peranan yang besar dalam pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Sebagai pendidikan awal untuk anak, pendidikan anak usia dini bertanggung jawab
untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar pada anak, hal tersebut untuk mengembangkan anak menjadi pribadi yang mandiri dan
bertanggung jawab di kemudian hari.
Pendidikan anak usia dini sebagaimana telah ditetapkan sebagai bagian dari tujuan
pendidikan nasional, tidak terlepas juga dari kesadaran akan hak setiap anak untuk memperoleh
pendidikan. Kebutuhan dan hak setiap anak akan pendidikan tertuang dalam Pasal 28B ayat 2
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Sementara pada Pasal 28 C ayat 2 dinyatakan bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Hak dan perlindungan anak pun tertera dalam UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dalam
ranghka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
Atas dasar pemenuhan kebutuhan anak di atas, maka selanjutnya pendidikan anak usia dini
dalam penyelenggaraan dan praktik pendidikannya diberikan kepada anak agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan optimal. Hal ini tercermin dalam pengertian pendidikan anak usia dini
yang tertera dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1,
Pasal 1, Butir 14 yang menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini terdiri dari beberapa jalur sebagaimana yang
ditetapkan dalam pasal 28, yaitu
1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang sekolah dasar
2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non
formal dan/ atau informal
3. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal dapat diselenggarakan dalam bentuk
TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat
4. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal diselenggarakan dalam bentuk
KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat
5. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal diselenggarakam melalui pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Landasan Filosofis
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus didasarkan pada nilai-nilai filosofis. Menurut
Babang Robandi (2005), landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Yuliani N Sujiono (2011) mengemukakan bahwa secara ontologis, anak sebagai makhluk
individu yang mempunyai aspek biologis (adanya perkembangan fisik yang berubah dari waktu
ke waktu yang membutuhkan makanan, gizi, dan lain-lain), psikologis (adanya perasaan-
perasaan tertentu yang terbentuk karena situasi, seperti: senang, sedih, marah, kecewa, dihargai,
dan sebagainya), sosiologis (anak membutuhkan teman untuk bermain), antropologis (anak hidup
dalam suatu budaya dari mana dia berasal).
Dalam sudut pandang epistemologis, pembelajaran pada anak usia dini haruslah
menggunakan konsep belajar sambil bermain (learning by playing), belajar sambil berbuat
(learning by doing), dan belajar melalui stimulasi (learning by stimulating).
Sedangkan secara aksiologis, kurikulum pendidikan anak usia dini harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam mengoptimalkan seluruh potensi anak yang berhubungan dengan
nilai seni, keindahan dan keselarasan yang mengarah pada nilai kebahagiaan dalam kehidupan
anak sesuai dengan akar budaya dimana mereka hidup (estetika) serta nilai-nilai agama yang
dianutnya.
Landasan Religius
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama
yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. (Babang
Robandi, 2005).
Yuliani Nurani Sujiono (2011) berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini harus
didasarkan pada landasan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan
agama yang dianutnya. Pendidikan agama menekankan pada pemahaman tentang agama serta
bagaimana agama diamalkan dan diaplikasikan dalam tindakan serta perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya, penanaman nilai-nilai agama dalam praktik pendidikan anak usia dini
disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak serta keunikan yang dimiliki setiap anak.
Dalam landasan religi, anak merupakan amanah Allah SWT, yang harus dijaga dan dibina.
Anak memerlukan pendidikan akhlak yang baik dalam proses tumbuh kembangnya. Dalam
sebuah hadist riwayat Bukhari dinyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “setiap anak
dilahirkan atas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang yahudi,
nasrani atau majusi.”
Dari hadist riwayat tersebut, Dindin Jamaluddin (2012) memaparkan bahwa peran orangtua
sangat penting dalam membentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang. Dalam rangka
pencapaian pendidikan, agama islam berupaya untuk melakukan pembinaan seluruh potensi
manusia secara serasi dan seimbang, karena dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara
sempurna diharapkan ia dapat melakukan fungsi pengabdian sebagai khalifah di muka bumi
Potensi-potensi yang harus dibina meliputi seluruh potensi yang dimiliki, yaitu potensi
spiritual, kecerdasan, perasaan dan kepekaan. Jamaluddin berpandangan bahwa potensi-potensi
tersebut merupakan kekayaan dalam diri manusia yang berharga. Untuk itu, diperlukan
pendidikan untuk membentuk manusia menjadi insan yang mendekati kesempurnaan (insan
kamil) atau memiliki kepribadian yang utama. Pendidikan anak berupaya untuk memberikan
bimbingan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya
(jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Landasan Keilmuan
Yuliani N Sujiono (2011) berpendapat bahwa konsep keilmuan pendidikan anak usia dini
bersifat isomorfis, yang berarti keilmuan pendidikan anak usia dini dibangun dari interdisiplin
ilmu yang merupakan bagian dari beberapa disiplin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi,
sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan dan gizi serta neurosains
(ilmu tentang perkembangan otak manusia).
Martin Luther
Tokoh ini menekankan agar menggunakan sekolah sebagai sarana untuk mengajarkan
anak membaca dan keluarga merupakan peletak dasar pendidikan bagi anak. Pendidikan dan
sekolah merupakan tempat bagi anak untuk bersosialisasi dan sebagai sarana religius dan
penegakan moral.
Peranannya adalah martin dengan gebrakannya telah menggantikan otoritas hierarki gereja
katolik barat dengan otoritas alkitab dengan menerjemahkan alkitab dari bahasa latin ke bahasa
sehari-hari masyarakat setempat, maka membaca dan berpengetahuan bukan lagi milik kaum
rohaniawan, tapi sudah menjadi milik bersama. Masyarakat bisa belajar sendiri serta pendidikan
menjadi hak semua masyarakat.
John Locke
John Locke pencetus teori TabulaRasa yang menganggap bahwa anak sebagai kertas
putih yang dapat diisi dengan intervensi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya lingkungan
sangat berpengaruh dalam proses pembentukan seorang anak. Artinya adalah bahwa pengalaman
yan diperoleh anak bersama dengan lingkungannya akan dapat menentukan karakter anak.
Peranannya adalah John Locke meyakini bahwa semua anak lahir dengan kapasitas yang
sama. Faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga, konteks sosial ekonomi, serta pengalaman
lain yang akan mempengaruhi perkembangan mental dan pembelajaran anak. Asumsi inilah yang
kemudian memunculkan program-program pendidikan anak usia dini 3-4tahun di negara maju
untuk mensekoah-negerikan. Hal itu berangkat dari asumsi bahwa beberapa anak tidak memiliki
kesiapan yang dibutuhkan bagi TK sehingga mempumyai resiko gagal dikehidupan.
JJ Rousseau
Pendekatannya adalah bahwa pendidikan sebaiknya dikembalikan ke alam yang
kemudian disebut naturalism. Dia juga menyarankan agar pendidikan jangan memberi batasan
pada anak karena dapat menghambat perkembangan anak.
Peranannya adalah ia merupakan sosok naturalis yang mengajak semua orang untuk
meninggalkan ambisi-ambisi mereka untuk melaksanakan kehendaknya pada anak-anak,
Rousseau meyakini bahwa proses pendidikan alamiah menguatkan spontanitas anak dan cara
anak melakukan eksplorasi . Anak-anak dengan berinteraksi dengan alam dan bermain bebas
secara natural akan menjadikan mereka bahagia dan eksploratif.
Pestalozzy
Pestalozzy menekankan pada pengembangan aspek sosial sehingga anak dapat
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Pandangan dasar pertama yang dikemukakannya menekankan pada pengamatan alam karena
semua pengetahuan bersumber dari alam. Pandangannya yang kedua adalah menumbuhkan
keaktifan jiwa raga anak sehingga anak mampu mengolah kesan pengamatannya menjadi suatu
pengetahuan. Pandangannya menyatakan bahwa pembelajaran pada anak harus berjalan secara
sistematis dan teratur setingkat demi setingkat dimulai dari yang sederhana menuju ke kompleks
dan dari yang mudah ke yang sukar.
Peranannya adalah pemikiran Pestalozzi dalam memiliki pengaruhnya cukup besar
terhadap dunia pendidikan karena pembaharuan yang dilakukankannya dalam praktik pendidikan
saat ini
Pestalozzi jug mendirikan sekolah di tanah pertaniannya dengan nama “Neuhof” (Puckett dan
Diffily, 2004:42-43). Di sekolah itu Pestalozzi mengembangkan idenya tentang keterpaduan
antara kehidupan rumah, pendidikan kejuruan dan pertanian.
Friedrich Froebel
Pandangan dasar yang dikemukakannya adalah pengembangan otoaktivitas sebagai
prinsip utama pendidikan anak, yaitu anak harus didorong untuk aktif dalam setiap kesempatan.
Pandangan kedua adalah kebebasan atau suasana merdeka sehingga anak akan dapat dengan
leluasa mengembangkan otoaktivitasnya. Pandangan ketiga adalah pengamatan dan peragaan
dimana seorang anak belajar melalui pengamatan atau peniruan sehingga pendidik harus dapat
memperagakan atau menjadi contoh yang baik bagi anak.
Peranannya adalah Sumbangan pemikiran Froebel terhadap anak usia dini adalah
menghasilkan suatu sistem “garden of children” atau ‘Kindergarten” yang berarti ‘taman atau
kebun milik anak’. Froebel adalah orang pertama yang memiliki ide untuk membelajarkan anak
di luar rumah. Konsep belajar menurut Froebel lebih efektif melalui bermain dan lebih
dititikberatkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar atau motorik halus. Kindergarten
Froebel diperuntukan bagi anak yang yang berusia antara 3 sampai 7 tahun. Ia menggunakan
taman sebagai simbol dari pendidikan anak.
Maria Montessori
Prinsip yang dikemukakanya antaralain sebagai berikut.
Menghargai anak, artinya adalah bahwa proses pengembangan yang dilakukan pada anak
usia dini harus memperhatikan keunikan yang dimiliki setiap anak.
Absorbent mind (pemikiran yang cepat menyerap), artinya bahwa setiap informasi yang
diterima anak melalui indranya akan sangat mudah terserap dalam diri anak, sehingga
pendidik harus hati-hati dalam menyampaikan suatu konsep agar anak tidak salah dalam
menyerapnya.
Sensitive periods (masa peka), artinya bahwa sesuatu kemampuan atau keterampilan akan
dapat berkembang sangat optimal/pesat pada masa tertentu. Proses ini akan mati dan tidak
akan muncul lagi dimasa mendatang.
Peranannya adalah Montessori membuat ‘sekolah’ pertamanya didaerah kumuh di Roma
pada tahun 1906, sekolah ini disebut Casa dei bambini yang artinya rumah anak (Essa, 2003:129
dan Britton 1992:11). Sekolah tersebut dipersiapkan untuk anak cacat mental. Pada tahun 1909,
Montessori menerbitkan buku tentang Scientific Pedagogy as Aplied to Child Educationin the
Children’s House, sebagai wujud nyata dari minatnya yang begitu besar terhadap pendidikan
anak. Secara perlahan pemikiran Montessori berkembang dibeberapa negara Eropa dan berbagai
penjuru dunia lainnya tetapi ada juga menentang pemikirannya. Pada tahun 1915 semasa perang
dunia pertama Montessori mendirikan sekolah Word Exhibition di San Fransisco, Amerika. Ia
juga mendirikan gerakan Montessori di India yang terus berkembang hingga saat ini. Semasa
hidupnya banyak dihabiskan untuk penelitian dan juga banyak penghargaan diterimanya
berkenaan dengan prestasinya.
Jean Piaget
Pandangannya adalah bahwa seorang anak memiliki keterlibatan aktif dengan
lingkungannya melalui pengalaman langsung dan perkembangan intelektual dalam diri
seseorang akan berkembang secara erus menerus.
John Dewey
Pandangannya menekankan pada minat anak. Penyusunan kurikulum harus berpusat pada
anak.
Howard Gardner
Howard Gardner menyampaikan teorinya tentang kecerdasan majemuk (multiple
Intelligences) yang artinya bahwa setiap individu meungkin saja memiliki lebih dari satu
kecerdasan dan apabila kecerdasan yang dimilikinya dikembangkan secara optimal akan
menghasilkan kesuksesan.
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantoro menyatakan bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan yang
merupakan cara memberi ilmu pengetahuan dan kecakapan kepada anak-anak sehingga berguna
bagi kehidupannya lahir dan batin. Dia juga berpendapat bahwa anak-anak adalah makhluk
hidup yang memiliki kodratnya masing-masing dan pendidik hanya membantu anak
mengembangkan kodratnya tersebut.
Peranannya adalah Ki Hajar Dewantara mengemukakan Sistem Pendidikan ‘Sistem
Among’. Sistem among adalah metode pembelajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada
asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Manusia merdeka adalah seseorang yang
mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan mampu
menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Selain itu, pembelajran yang diberikan
kepada anak didik tidak bersifat paksaan bahkan perilaku memimpin kadang tidak perlu
dilakukan. Ki Hajar Dewantara beranggapan bahwa pendidikan harus dilakukan melalui tiga
lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan sosial (masyarakat). Keluarga
merupakan pusat pendidikan sedangkan sekolah dan lingkungan membantu anak untuk belajar.
Pendidikan yang terutama dan utama diperoleh anak adalah dari dalam keluarga.
Helen Parkhurst
Helen Parkhurst lahir di Amerika. Pada umur 15 tahun ia telah membelajarkan dan
menjabat sebagai guru di Kota Dalton. Di sekolah ini, Parkhurst membelajarkan anak sekitar 40
orang disebuah kelas besar. Teknik pembelajaran kadang-kadang dilakukan secara klasikal dan
tugas mandiri untuk masing-masing tingkatan yang berbeda. Dalam kondisi ini Parkhurst
mengibaratkan kelasnya seperti laboratorium anak-anak, sehingga ia menamakannya
‘LaboratoryPlan’.Parkhurst pernah belajar di ‘sekolah Montessori’ di Italia. Parkhurst mencoba
konsep pendidikannya untuk anak cacat di sekolah menengah di Kota Dalton. Keberhasilannya
mengembangkan sistem pendidikan tersebut diberi nama “The Dalton Plan”.
Ovide Decroly
Decroly dilahirkan di Belgia. Di usia 25 tahun, Decroly meraih gelar doktor pada bidang
farmasi. Pada tahun 1903, Decroly menjadi inspektur pada sekolah luar biasa di Brussel. Decroly
mengembangkan suatu bentuk model pembelajaran simbiotis sebagai bentuk ketidaksepahaman
dengan model pendidikan kuno yang memperlihatkan bidang secara terpisah (separate subject)
dan tidak berkaitan dengan kehidupan anak.
MODEL KELOMPOK
Model pembelajaran berdasarkan kelompok masih banyak digunakan TK-TK di
Indonesia, namun perkembangan model pembelajaran selalu berkembang. Kini sudah banyak TK
yang menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif.
Dalam model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman, adalah pola
pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, biasanya anak dibagi
menjadi 3 (tiga) kelompok, dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-
beda.
Dalam satu kali pertemuan, anak harus menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dalam kelompok
secara bergantian.Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang sudah
menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka anak tersebut dapat meneruskan
kegiatan lain sejauh di kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila tidak tersedia tempat,
maka anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu di dalam kelas yang telah disediakan
guru yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan
alat-alat yang lebih bervariasi dan sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang
dibahas.
Contoh inovasi model kelompok : Kelompok satu mewarnai gambar tema binatang, Kelompok
dua menulis angka, dan kelompok tiga bermain puzzle.
Contoh inovasi model area : Dalam satu ruanga ada 4 area, area agama, area bahasa, area seni
dan area matematik. Dalam area agama anak-anak bermain puzzle sholat, dalam area bahasa
anak-anak membaca buku cerita, dalam area seni anak menyanyikan lagu dan bermain alat musik
dan dalam area matematik anak menghitung biji-biji sesuai angka.
Model pembelajaran ini adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada anak yang
dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan pada saat anak dalam lingkaran.
Pada umumnya pijakan/dukungan dalam model ini untuk mendukung perkembangan anak, yaitu
pijakan setelah bermain.
Pelaksanaan model pembelajaran terakhir ini sekarang masih berada pada tahap rintisan
yang masih dilaksanakan oleh beberapa TK yang diperkirakan memungkinkan, karena model ini
membutuhkan persiapan yang cukup matang dengan sarana bermain yang lebih lengkap.
Masing-masing model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan serta memerlukan
kondisi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu guru dapat memilih model pembelajaran yang akan
digunakan dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki, sarana dan prasarana yang
tersedia, serta faktor pendukung lainnya.
Contoh inovasi model sentra: Dalam sentra sains misalnya anak melakukan kegiatan
percobaan pencampuran warna. Dalam sentra seni misalnya anak bermain alat musik talempong.
4. Analisislah standar tingkat pencapaian perkembangan anak (STPPA) pada anak usia
dini dan berikanlah contoh aktivitas yang sesuai.
Standar tingkat pencapaian perkembangan anak disebut STPPA adalah kriteria tentang
kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perekmbangan dan pertumbuhan, mencakup
aspek nilai agama dan moral, fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni. STPPA
menjadi acuan untuk mengembangkan standar isi, proses, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, serta pembiayaan dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
Tingkat pencapaian perekmabngan anak usia dini dibagi menjadi beberapa kelompok
yang meputi aspek perekmabngan nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-
emosional. Standar isi adalah kriteria tentang lingkup materi dan kompetensi menuju tingkat
pencapaian perkembangan yang sesuai dengan tigkat usia anak. Lingkup materi standar isi
meliputi program pengembangan yang disajikan dalam bentuk tema dan subtema. Tema dan
subtema disusun sesuai karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan anak, dan budaya lokal.
Pelaksanaan tema dan subtema sebagaimana dimaksud pada melakukan kegiatan pengembangan
melalui bermain dan pembiasaan.
Standar penilaian adalah kriteria tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran dalam
rangka mengetahui tingkat pencapaian yang sesuai dengan tingkat usia anak. Penilaian proses
dan hasil pembelajaran anak mencakup prinsip penilaian, teknik dan instrumen penilaian,
mekanisme penilaian, pelaksanaan penilaian, dan pelaporan hasil penilaian. Penilaian proses
dalam bentuk catatan menyeluruh, catatan anekdot, rubik atau instrumen penilaian hasil
kemampuan anak.
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Mengeluarkan suara untuk menyatakan keinginan atau sebagai reaksi atas stimulan
Menangis
Berteriak
Bergumam
Berhenti menangis setelah keinginannya terpenuhi (misal: setelah digendong atau diberi
susu)
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Menatap dan tersenyum
Menangis untuk mengekspresi kan ketidak nyamanan (misal, BAK, BAB, lingkungan
panas)
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mampu membedakan antara bunyi dan suara
Menoleh pada berbagai suara musik atau bunyi-bunyian dengan irama teratur
b. Tertarik dengan suara atau musik
Mendengar, menoleh, atau memperhatikan musik atau suara dari pembicaraan orang
tua/orang di sekitarnya
Melihat obyek yang diatasnya
c. Tertarik dengan berbagai macam karya seni
Melihat ke gambar atau benda yang ditunjukkan 30 cm dari wajahnya
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Mengeluarkan suara untuk menyatakan keinginan atau sebagai reaksi atas stimulan
Memperhatikan/ mendengarkan ucapan orang
Meraban atau berceloteh (babbling); seperti ba ba ba)
Tertawa kepada orang yang mengajak berkomunikasi
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Merespon dengan gerakan tangan dan kaki
Menangis apabila tidak mendapatkan yang diinginkan
Merespon dengan menangis/ menggerakkan tubuh pada orang yang belum dikenal
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mampu membedakan antara bunyi dan suara
Mendengarkan berbagai jenis musik atau bunyi-bunyian dengan irama yang teratur
Menjatuhkan benda untuk didengar suaranya
b. Tertarik dengan suara atau musik
Memperhatikan orang berbicara
Memalingkan kepala mengikuti suara orang
Memperhatikan jika didengarkan irama lagu dari mainan yang bersuara
Mengikuti irama lagu dengan suaranya secara sederhana
Mengamati obyek yang berbunyi di sekitanya
c. Tertarik dengan berbagai macam karya seni
Menoleh atau memalingkan wajah secara spontan ketika ditunjukkan foto/ gambar dan
berusaha menyentuhnya.
III. KOGNITIF
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mengenali lingkungan di sekitarnya
Mengamati berbagai benda yang bergerak
b. Menunjukkan reaksi atas rangsangan
Mengamati benda yang dipegang kemudian dijatuhkan
Menjatuhkan benda yang dipegang secara berulang
Berpaling ke arah sumber suara
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Mengeluarkan suara untuk menyatakan keinginan atau sebagai reaksi atas stimulan
Mulai menirukan kata yang terdiri dari dua suku kata
Merespon permainan “cilukba”
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Menempelkan kepala bila merasa nyaman dalam pelukan (gendongan) atau meronta
kalau merasa tidak nyaman
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mampu membedakan antara bunyi dan suara
Melakukan tepuk tangan sederhana dengan irama tertentu
Tertarik dengan mainan yang mengeluarkan bunyi
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Menyatakan keinginan dengan berbagai gerakan tubuh dan ungkapan kata-kata sederhana
Meniru cara menyatakan perasaan (misal, cara memeluk, mencium)
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mampu membedakan antara bunyi dan suara
Menggerakkan tubuh ketika mendengarkan musik
Memainkan alat permainan yang mengeluarkan bunyi
b. Tertarik dengan suara atau musik
Memukul benda dengan irama teratur
Bersuara mengikuti irama musik atau lagu
c. Tertarik dengan berbagai macam karya seni
Mencoret di atas media (misal: kertas, tembok)
III. KOGNITIF
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Belajar dan Pemecahan Masalah
Menyebut beberapa nama benda, jenis makanan
Menanyakan nama benda yang belum dikenal
Mengenal beberapa warna dasar (merah, biru, kuning, hijau)
Menyebut nama sendiri dan orang- orang yang dikenal
b. Berpikir Logis
Membedakan ukuran benda (besar- kecil)
Membedakan penampilan yang rapi atau tidak
Merangkai puzzle sederhana
c. Berpikir Simbolik
Menyebutkan bilangan tanpa menggunakan jari dari 1 -10 tetapi masih suka ada yang
terlewat
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Memahami Bahasa
Menunjuk bagian tubuh yang ditanyakan
Memahami tema cerita yang didengar
b. Mengungkapkan Bahasa
Merespons pertanyaan dengan jawaban “Ya atau Tidak”
Mengucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Menunjukkan reaksi marah apabila merasa terganggu, seperti permainannya diambil
Menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap orang yang baru dikenal
Bermain bersama teman tetapi sibuk dengan mainannya sendiri
Memperhatikan/mengamati teman-temannya yang beraktivitas
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mampu membedakan antara bunyi dan suara
Bisa menyanyikan lagu hanya kata terakhir (misalnya, “burung kakak .....” anak hanya
menyebutkan kata “tua”)
Merespon berbagai macam suara orang terdekat, musik, atau lagu dengan
menggoyangkan badan
Mengetahui suara binatang
Paham adanya perbedaan suara/bahasa orang di sekitarnya (terutama ibu dan orang
terdekatnya)
b. Tertarik dengan musik, lagu, atau nada bicara tertentu
Menirukan bunyi, suara, atau musik dengan irama yang teratur
c. Tertarik dengan karya seni dan mencoba membuat suatu gerakan yang menimbulkan bunyi
Mencoret - coret
Mengusap dengan tangan pada kertas/kain dengan menggunakan berbagai media (misal,
media bubur aci berwarna, cat air)
III. KOGNITIF
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Belajar dan Pemecahan Masalah
Mempergunakan alat permainan dengan cara memainkannya tidak beraturan, seperti
balok dipukul-pukul
Memahami gambar wajah orang
Memahami milik diri sendiri dan orang lain seperti: milik saya, milik kamu
Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya (misal,garam-asin, gula-manis)
b. Berpikir Logis
Menyusun balok dari besar ke kecil atau sebaliknya
Mengetahui akibat dari suatu perlakuannya (misal: menarik taplak meja akan
menjatuhkan barang-barang di atasnya)
Merangkai puzzle
c. Berpikir Simbolik
Menyebutkan angka satu sampai lima dengan menggunakan jari
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Memahami Bahasa
Menaruh perhatian pada gambar-gambar dalam buku
Memahami kata-kata sederhana dari ucapan yang didengar
b. Mengungkapkan Bahasa
Menjawab pertanyaan dengan kalimat pendek
Menyanyikan lagu sederhana
Menyatakan keinginan dengan kalimat pendek
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
Mengekspresikan berbagai reaksi emosi (senang, marah, takut, kecewa)
Menunjukkan reaksi menerima atau menolak kehadiran orang lain
Bermain bersama teman dengan mainan yang sama
Meniru perilaku orang dewasa yang pernah dilihatnya
Makan dan minum sendiri.
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Mampu membedakan antara bunyi dan suara
Anak mengenali musik dari program audio visual yang disukai (radio, TV, komputer,
laptop)
Mendengar sesuatu dalam waktu yang lama
Secara berulang bermain dengan alat permainan yang mengeluarkan suara
Anak tertawa saat mendengar humor yang lucu
b. Tertarik dengan musik, lagu, atau nada bicara tertentu
Bertepuk tangan dan bergerak mengikuti irama dan birama
Bergumam lagu dengan 4 bait (misalnya, lagu balonku, bintang kecil, burung kakak tua)
Meniru suara binatang
Menunjukkan suatu reaksi kalau dilarang atau diperintah
c. Tertarik dengan karya seni dan mencoba membuat suatu gerakan yang menimbulkan bunyi
Menggambar dari beberapa garis
Membentuk suatu karya sederhana (berbentuk bulat atau lonjong) dari plastisin
Menyusun 4-6 balok membentuk suatu model
III. KOGNITIF
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Belajar dan Pemecahan Masalah
Melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan oleh orang lain
Meniru cara pemecahan orang dewasa atau teman
Konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orangtua
Mengeksplorasi sebab dan akibat
Mengikuti kebiasaan sehari-hari (mandi, makan, pergi ke sekolah)
b. Berpikir Logis
Menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang, mobil, binatang, dsb
Mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian)
Memahami konsep ukuran (besar-kecil, panjang-pendek)
Mengenal tiga macam bentuk (lingkaran, persegi, dan segitiga)
Mulai mengenal pola
Memahami simbol angka dan maknanya
c. Berpikir Simbolik
Meniru perilaku orang lain dalam menggunakan barang
Memberikan nama atas karya yang dibuat
Melakukan aktivitas seperti kondisi nyata (misal: memegang gagang telpon)
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Memahami Bahasa
perintah sederhana seperti letakkan mainan di atas meja, ambil mainan dari dalam kotak
Memainkan kata/suara yang didengar dan diucapkan berulang- ulang
Hafal beberapa lagu anak sederhana
Memahami cerita/dongeng sederhana
b. Memahami Mengungkapkan Bahasa
Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana).
Menggunakan 3 atau 4 kata untuk memenuhi kebutuhannya (misal, mau minum air putih)
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Kesadaran Diri
Memberi salam setiap mau pergi
Memberi rekasi percaya pada orang dewasa
Menyatakan perasaan terhadap anak lain
Berbagi peran dalam suatu permainan (misal: menjadi dokter, perawat, pasien)
b. Tanggung jawab Diri dan Orang lain
Mulai bisa mengungkapkan ketika ingin buang air kecil dan buang air besar
Mulai memahami hak orang lain (harus antri, menunggu giliran.
Mulai menunjukkan sikap berbagi, membantu, bekerja bersama.
c. Perilaku Prososial
Bermain secara kooperatif dalam kelompok
Peduli dengan orang lain (tersenyum, menanggapi bicara)
Membagi pengalaman yang benar dan salah pada orang lain
Bermain bersama berdasarkan aturan tertentu
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Anak mampu membedakan antara bunyi dan suara
Memperhatikan dan mengenali suara yang bernyanyi atau berbicara
b. Tertarik dengan kegiatan musik, gerakan orang, hewan maupun tumbuhan
Menyanyi sampai tuntas dengan irama yang benar (nyanyian pendek atau 4 bait)
Menyanyikan lebih dari 3 lagu dengan irama yang yang benar sampai tuntas (nyanyian
pendek atau 4 bait)
Bersama teman-teman menyanyikan lagu
Bernyanyi mengikuti irama dengan bertepuk tangan atau menghentakkan kaki
Meniru gerakan berbagai binatang
Paham bila orang terdekatnya (ibu) menegur
Mencontoh gerakan orang lain
Bertepuk tangan sesuai irama
c. Tertarik dengan kegiatan atau karya seni
Menggambar benda-benda lebih spesifik
Mengamati dan membedakan benda di sekitarnya yang di dalam rumah
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Memahami Bahasa
Pura-pura membaca cerita bergambar dalam buku dengan kata-kata sendiri
Mulai memahami dua perintah yang diberikan bersamaan contoh: ambil mainan di atas
meja lalu berikan kepada ibu pengasuh atau pendidik
b. Mengungkapkan Bahasa
Mulai menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana (6 kata)
Mulai menceritakan pengalaman yang dialami dengan cerita sederhana
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Kesadaran Diri
Mengikuti aktivitas dalam suatu kegiatan besar (misal: piknik)
Meniru apa yang dilakukan orang dewasa
Bereaksi terhadap hal-hal yang tidak benar (marah bila diganggu)
Mengatakan perasaan secara verbal
b. Tanggungjawab Diri dan Orang lain
Mulai bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan.
Bersabar menunggu giliran.
Mulai menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok.
Mulai menghargai orang lain.
Mulai menunjukkan ekspresi menyesal ketika melakukan kesalahan
c. Perilaku Prososial
Membangun kerjasama
Memahami adanya perbedaan perasaan (teman takut, saya tidak)
Meminjam dan meminjamkan mainan
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Anak mampu membedakan antara bunyi dan suara
Mengenali berbagai macam suara dari kendaraan
Meminta untuk diperdengarkan lagu favorit secara berulang
b. Tertarik dengan kegiatan musik, gerakan orang, hewan maupun tumbuhan
Mendengarkan atau menyanyikan lagu
Menggerakkan tubuh sesuai irama
Bertepuk tangan sesuai irama musik
Meniru aktivitas orang baik secara langsung maupun melalui media. (misal, cara
minum/cara bicara/perilaku seperti ibu)
Bertepuk tangan dengan pola yang berirama (misalnya bertepuk tangan sambil mengikuti
irama nyanyian)
c. Tertarik dengan kegiatan atau karya seni
Menggambar dengan menggunakan beragam media (cat air, spidol, alat menggambar)
dan cara (seperti finger painting, cat air, dll)
Membentuk sesuatu dengan plastisin
Mengamati dan membedakan benda di sekitarnya yang di luar rumah
III. KOGNITIF
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Belajar dan Pemecahan Masalah
Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)
Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)
Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang,
temaram, dsb)
Mengetahui konsep banyak dan sedikit
Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan berbagai
pemecahan masalah
Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu
Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu
Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkungan sosial (misal: sebagai
peserta didik/anak/teman)
b. Berpikir Logis
Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna atau ukuran
Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya
Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis
atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
Mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya
Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna
c. Berpikir Simbolik
Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
Mengenal konsep bilangan
Mengenal lambang bilangan
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Memahami Bahasa
Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)
Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
Memahami cerita yang dibacakan
Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik,
jelek, dsb)
Mendengar dan membedakan bunyi- bunyian dalam Bahasa Indonesia (contoh, bunyi
dan ucapan harus sama)
b. Mengungkapkan Bahasa
Mengulang kalimat sederhana
Bertanya dengan kalimat yang benar
Menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan
Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani,
baik, jelek, dsb)
Menyebutkan kata-kata yang dikenal
Mengutarakan pendapat kepada orang lain
Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan
Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar
Memperkaya perbendaharaan kata
Berpartisipasi dalam percakapan
c. Keaksaraan
Mengenal simbol-simbol
Mengenal suara–suara hewan/benda yang ada di sekitarnya
Membuat coretan yang bermakna
Meniru (menuliskan dan mengucapkan) huruf A-Z
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Kesadaran Diri
Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan
Mengendalikan perasaan
Menunjukkan rasa percaya diri
Memahami peraturan dan disiplin
Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah)
Bangga terhadap hasil karya sendiri
b. Rasa Tanggungjawab Diri Sendiri dan Orang lain
Menjaga diri sendiri dari lingkungannya
Menghargai keunggulan orang lain
Mau berbagi, menolong, dan membantu teman
c. Perilaku Prososial
Menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif
Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan
Menghargai orang lain dan Menunjukkan rasa empati
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Anak mampu menikmati berbagai alunan lagu atau suara
Senang mendengarkan berbagai macam musik atau lagu kesukaannya
Memainkan alat musik/instrumen/benda yang dapat membentuk irama yang teratur
III. KOGNITIF
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Belajar dan Pemecahan Masalah
Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi
ketika air ditumpahkan)
Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel
dan diterima sosial
Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru
Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan di luar
kebiasaan)
b. Berpikir Logis
Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; dan “paling/ter”
Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ”ayo kita bermain pura-
pura seperti burung”)
Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan
Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun
bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah)
Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)
Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi
Mengenal pola ABCD-ABCD
Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya
c. Berpikir Simbolik
Menyebutkan lambang bilangan 1-10
Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung
Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan
Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan
Merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada benda
pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil)
IV. BAHASA
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Memahami Bahasa
Mengerti beberapa perintah secara bersamaan
Mengulang kalimat yang lebih kompleks
Memahami aturan dalam suatu permainan
Senang dan menghargai bacaan
b. Mengungkapkan Bahasa
Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama
Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-
simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung
Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-
keterangan)
Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain
Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan
Menunjukkkan pemahaman konsep-konsep dalam buku cerita
c. Keaksaraan
Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal
Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama.
Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf
Membaca nama sendiri
Menuliskan nama sendiri dan Memahami arti kata dalam cerita
V. SOSIAL EMOSIONAL
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Kesadaran Diri
Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan
kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)
Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara
wajar)
b. Rasa Tanggungjawab Diri Sendiri dan Orang lain
Tahu akan hak nya
Mentaati aturan kelas (kegiatan, aturan)
Mengatur diri sendiri
Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri
c. Perilaku Prososial
Bermain dengan teman sebaya
Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar
Berbagi dengan orang lain
Menghargai hak/pendapat/karya orang lain
Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah
(menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah)
Bersikap kooperatif dengan teman
Menunjukkan sikap toleran
Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias
dsb)
Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat
VI. SENI
Tingkat Pencapaian Perkembangannya adalah
a. Anak mampu menikmati berbagai alunan lagu atau suara
Anak bersenandung atau bernyanyi sambil mengerjakan sesuatu
Memainkan alat musik/instrumen/benda bersama teman
b. Tertarik dengan kegiatan seni
Menyanyikan lagu dengan sikap yang benar
Menggunakan berbagai macam alat musik tradisional maupun alat musik lain untuk
menirukan suatu irama atau lagu tertentu
Bermain drama sederhana
Menggambar berbagai macam bentuk yang beragam
Melukis dengan berbagai cara dan objek
Membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai bahan (kertas, plastisin,
balok, dll.