BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa
kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah
di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal
tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ (Hayens, 2016).
Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf
menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan
mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat
berfungsi secara otomatis (Fauzan, 2016).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang
bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah
mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat
berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka
dapat terjadi tekanan darah tinggi (Fauzan, 2016).
sebesar 1.362 dan pada lansia perempuan sebesar 2.055 orang. Jumlah total
kematian 24 orang.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Majene (2019),
penyakit lansia hipertensi tertinggi berada di Wilayah Puskesmas Totoli. Pada
laporan bulanan penyakit hipertensi lansia tahun 2017 sebesar 346 penduduk
lansia hipertensi. Pada tahun 2018 tercatat jumlah lansia hipertensi sebesar 109
orang. Kemudian pada tahun 2019 naik sebesar 239 penderita lansia dengan
hipertensi. Upaya Puskesmas menurunkan angka penderita hipertensi yaitu
dengan melakukan senam lansia yang dilakukan setiap seminggu sekali.
Senam lansia juga sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga
kesehatan tubuh mereka. Senam lansia merupakan olahraga yang ringan, mudah
dilakukan dan tidak memberatkan pada lansia. Senam lansia yang dilakukan
secara teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan karena
aktivitas fisik akan mengurangi lemak tubuh, dimana lemak tubuh ini
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (Fatmah, 2013).
Selain senam lansia, latihan berjalan juga merupakan hal yang sangat
penting bagi lansia. Latihan berjalan merupakan bentuk latihan aktivitas sedang
pada pasien hipertensi dengan menggunakan teknik jalan biasa selama 20-30
menit. Kelebihannya adalah latihan ini cukup efektif untuk meningkatkan
kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan
glikogen dan peningkatan oksigen jaringan. Latihan ini juga dapat mengurangi
pembentukan plak melalui peningkatan penggunaan lemak dan peningkatan
penggunaan glukosa (Sukarmin et al., 2013).
olahraga ini membantu tubuh agar tetap bugar karena dapat melatih tulang
menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Latihan berjalan ini dapat
membentuk dan mengoreksi sikap dan gerak serta memperlambat proses
degenerasi karena perubahan usia, serta mempermudah penyesuaian kesehatan
jasmani terutama kesehatan kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan lanjut usia
(Sumenep, 2017).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis