Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.


Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat
(WHO, 2016). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Irianto,
2014).

Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa
kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah
di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal
tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ (Hayens, 2016).
Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf
menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan
mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat
berfungsi secara otomatis (Fauzan, 2016).

Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang
bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah
mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat
berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka
dapat terjadi tekanan darah tinggi (Fauzan, 2016).

Perubahan-perubahan yang menyertai proses perkembangan menuju tahap


lansia dapat menjadikan sumber masalah dan keputusasaan ketika seorang lansia
tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut.

1 Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR


2

Dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan


pada fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah
mengalami peningkatan tekanan darah (Azizah, 2011).
Tekanan darah merupakan salah satu dampak yang terjadi pada lansia saat
memasuki periode masa tuanya. Tekanan darah adalah salah satu perubahan fisik
oleh lansia dan dapat mengancam kesehatan. Salah satu dampak perubahan fisik
yang dialalmi oleh seseorang ketika memasuki periode masa tuanya (lansia)
adalah peningkatan tekanan darah. Tingginya tekanan darah umumnya
diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan, selain itu tekanan darah juga
dapat mengakibatkan berbagai penyakit kronis bagi lansia (Azizah, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 jumlah
kasus hipertensi sebanyak 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin
tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah perkiraan 1,15 milyar kasus atau sekitar
29% dari total penduduk dunia. Hipertensi menyumbang 51% kematian akibat
stroke dan 45% kematian akibat jantung koroner (Kemenkes RI, 2015).
Sementara menurut hasil Riskesdas 2018 kejadian hipertensi di Indonesia
berada dalam peringkat ke 6 dari 10 kategori penyakit tidak menular kronis.
Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia yang didapatkan dari hasil
pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan dari 25,8% pada tahun 2013
menjadi 34,7%. Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia. Dari hasil studi
tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan
Komnas Lansia di 10 Provinsi tahun 2012, prevalensi hipertensi pada lansia
mencapai 38,8% (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat untuk kasus
hipertensi pada Provinsi Sulawesi Barat, jumlah penderita hipertensi pada lansia
tahun 2017 mencapai 4.210 orang. Sedangkan di tahun 2018 lansia hipertensi
mencapai 4.671 orang. Dinkes Majene juga melaporkan jumlah kasus baru
hipertensi pada lansia laki-laki sebesar 1.587 dan pada lansia perempuan sebesar
2.575 orang. Sedangkan jumlah kasus lama hipertensi pada lansia laki-laki

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR


3

sebesar 1.362 dan pada lansia perempuan sebesar 2.055 orang. Jumlah total
kematian 24 orang.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Majene (2019),
penyakit lansia hipertensi tertinggi berada di Wilayah Puskesmas Totoli. Pada
laporan bulanan penyakit hipertensi lansia tahun 2017 sebesar 346 penduduk
lansia hipertensi. Pada tahun 2018 tercatat jumlah lansia hipertensi sebesar 109
orang. Kemudian pada tahun 2019 naik sebesar 239 penderita lansia dengan
hipertensi. Upaya Puskesmas menurunkan angka penderita hipertensi yaitu
dengan melakukan senam lansia yang dilakukan setiap seminggu sekali.

Tekanan darah tinggi dianggap mempertinggi faktor resiko hipertensi


karena akan merusak dinding pembuluh nadi dan mempercepat proses penebalan
(aterosklerosis) serta mempersempit pembuluh-pembuluh nadi (Scanlon, 2010).
Hipertensi juga dapat berkembang menjadi gagal jantung kronik, stroke, serta
pengecilan volume otak, sehingga kemampuan fungsi kognitif dan intelektual
seorang penderita hipertensi akan berkurang Kondisi tersebut salah satunya dapat
dicegah dengan olahraga (Tilong, 2014).

Olahraga menyebabkan perubahan besar pada sistem sirkulasi dan


pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai respon
homeostatik. Latihan olahraga yang sering digunakan pada penderita hipertensi
adalah olahraga aerobik. Banyak bentuk olahraga aerobik yang dapat ditempuh
oleh pasien hipertensi antara lain jogging dan senam aerobic. Olahraga teratur
dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang dengan
hipertensi tingkat ringan (Deiby, 2016).

Selain itu, olahraga sangat berpengaruh bagi penyandang hipertensi dalam


meningkatkan imunitas tubuh setelah latihan teratur, mengatur kadar glukosa
darah, mencegah kegemukan, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin,
menormalkan tekanan darah serta meningkatkan kemampuan kerja. Seperti
halnya, senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak darah,
menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR


4

menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki sistem


hemostatis dan tekanan darah (Deiby, 2016).

Khusus lansia, olahraga yang digunakan adalah senam lansia. senam


lansia dapat mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional organ dan juga
dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes
melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan (Moniaga, 2013).

Senam lansia akan meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung.


Latihan tersebut bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan
komponen kebugaran dasar meliputi ketahanan kardiorespiratori, lemak tubuh,
kekuatan otot dan kelenturan sendi. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan
aktivitas kebugaran untuk membantu mempertahankan fungsi-fungsi organ
tubuh, terutama jantung (Pangaribuan, 2016).

Senam lansia juga sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga
kesehatan tubuh mereka. Senam lansia merupakan olahraga yang ringan, mudah
dilakukan dan tidak memberatkan pada lansia. Senam lansia yang dilakukan
secara teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan karena
aktivitas fisik akan mengurangi lemak tubuh, dimana lemak tubuh ini
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (Fatmah, 2013).

Selain senam lansia, latihan berjalan juga merupakan hal yang sangat
penting bagi lansia. Latihan berjalan merupakan bentuk latihan aktivitas sedang
pada pasien hipertensi dengan menggunakan teknik jalan biasa selama 20-30
menit. Kelebihannya adalah latihan ini cukup efektif untuk meningkatkan
kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan
glikogen dan peningkatan oksigen jaringan. Latihan ini juga dapat mengurangi
pembentukan plak melalui peningkatan penggunaan lemak dan peningkatan
penggunaan glukosa (Sukarmin et al., 2013).

Latihan berjalan memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan,


menimbulkan rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Aktivitas

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR


5

olahraga ini membantu tubuh agar tetap bugar karena dapat melatih tulang
menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Latihan berjalan ini dapat
membentuk dan mengoreksi sikap dan gerak serta memperlambat proses
degenerasi karena perubahan usia, serta mempermudah penyesuaian kesehatan
jasmani terutama kesehatan kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan lanjut usia
(Sumenep, 2017).

Latihan berjalan memang sangat ringan dan sederhana, tetapi jika


dilakukan dengan terprogram, sistematis dan terstruktur akan mendapat hasil
positif terhadap tingkat kebugaran dan kesehatan. Artinya tidak jauh berbeda
pengaruhnya dengan senam lansia. Dalam pelaksanaan penelitian ini, latihan
berjalan yang ditujukan untuk membantu menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada penderita hipertensi adalah dengan intensitas latihan berjalan
selama 20-30 menit (Deiby, 2016).

Penelitian yang dilakukan Pangaribuan (2016), menunjukkan bahwa senam


lansia yang dilakukan secara rutin dapat menurunkan nilai tekanan darah pada
lansia yang masuk dalam kategori hipertensi. Dan menurut penelitian yang
dilakukan Surbakti (2014), latihan jalan kaki 30 menit berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah diastolik pada pasien penderita hipertensi.

Berdasarkan dari beberapa jurnal, upaya yang dilakukan untuk menurunkan


tekanan darah selain mengkonsumsi obat adalah dengan berolahraga. Saat ini di
Puskesmas Totoli menggunakan senam lansia sebagai alternatif untuk
menurunkan tekanan darah, sedangkan menurut penelitian sebelumnya latihan
berjalan juga efektif untuk menurunkan tekanan darah. Jadi peneliti tertarik
membandingkan senam lansia dan latihan berjalan yang mana lebih efektif untuk
diterapkan ke pasien.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR


6

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian


dengan judul “Perbedaan Tekanan Darah Pasien yang Melakukan Senam Lansia
dengan Latihan Berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah


yaitu “Apakah ada perbedaan tekanan darah pasien yang melakukan senam lansia
dengan latihan berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pasien yang melakukan senam


lansia dengan latihan berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi sebelum dilakukan


intervensi senam lansia di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene.
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi sebelum dilakukan
intervensi latihan berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene
c. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi setelah dilakukan
intervensi senam lansia di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene.
d. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi setelah dilakukan
intervensi latihan berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene
e. Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah melakukan
senam lansia di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene.
f. Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah melakukan
latihan berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene
g. Menganalisis perbedaan tekanan darah pasien yang melakukan senam
lansia dengan latihan berjalan di Puskesmas Totoli Kabupaten Majene.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau


referensi dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, teori-teori,
terutama tentang perbedaan kondisi tekanan darah lansia yang melakukan
senam lansia dengan latihan berjalan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam peningkatan pelayanan


kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan status kesehatan pada lansia.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tekanan darah pada


lanjut usia dan memberikan gambaran mengenai perbedaan tekanan darah
pasien yang melakukan senam lansia dengan latihan berjalan.

c. Dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengalaman, dan


menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah
khususnya tentang perbedaan tekanan darah pasien yang melakukan
senam lansia dengan latihan berjalan.

d. Membuktikan efektifitas senam lansia dan latihan berjalan dalam


menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi.

e. Lansia hendaknya selalu berolahraga yang cukup sesuai dengan


kemampuan dan usianya. Olahraga latihan berjalan diharapkan menjadi
salah satu pilihan bagi lansia guna menurunkan tekanan darahnya.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR

Anda mungkin juga menyukai