Disusun Oleh:
1. Ahmad Nur Khozin ( 181002 )
2. Siti Juwariyah ( 181027 )
3. Suci Nur Rahmawati ( 181028 )
Segala puji bagi Allah SWT yang karena-Nya lah kita masih diberikan kesehatan dan
kesempatan untuk menjalankan segala kegiatan kita diranah dunia yang sementara ini. Juga
karena rahmat-Nya kita selalu hidup dalam keridhoan-Nya . Tak lupa pula marilah kita selalu
limpahkan sholawat serta salam kita kepada Nabi Muhammad SAW yang karena beliaulah
kita senantiasa bisa menikmati indahnya beragama Allah yaitu Islam yang ajaran-Nya dibawa
olehnya dan disebarkan kepada kita semua.
Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga kami dapat lebih jauh mempelajari materi yang diberikan kami
dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih kepada para pihak yang telah membantu kami
dapat tersaji dengan baik.
Kami pun memohon maaf , apabila dalam penyusunan makalah ini nantinya terdapat
kesalahan cetak yang luput dari pandangan kami ataupun kesalahan dalam menuliskan nama-
nama pihak yang terkait dengan materi pembahasan kami, maka dari itu kritik dan saran
selalu kami butuhkan untuk dijadikan sebagai motivasi dan intropeksi dalam kemajuan
penulisan makalah kami selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1.BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
2.BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian dan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah...................................................2
B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah...................................................................3
C. Fungsi dan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah..........................................................5
D. Urusan-Urusan yang Menjadi Kewenangan Tanggung Jawab Sekolah.........................7
ii
1. BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat , karena dengan
adanya sekolah kita sebagai masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang baik.
Manajemen berbasis sekolah mengupayakan sekolah menyelenggarakan suatu pendidikan
yang lebih baik dan lebih memadai bagi siswa. Adanya kewenangan dalam pengelolaan
pendidikan merupakan kesempatan bagi sekolah secara optimal dan fleksibel meningkatkan
kinerja staf, mewujudkan partisipasi langsung dengan kelompok-kelompok terkait dan
meningkatkan pemahaman terhadap pendidikan. Oleh karena itu perlu diketahui pandangan
filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. Sekolah adalah
bagian yang integral dari masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk
melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat
saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
Dalam sejarahnya, konsep manajemen berbasis sekolah muncul pertama kali di Amerika
Serikat. Saat itu, banyak masyarakat yang memprotes tentang penyelenggaraan pendidikan
yang ada pada saat itu. Karena sistem pendidikannya dianggap kurang sesuai dengan harapan
peserta didik untuk mudah saat terjun ke dunia usaha. Selain itu, sistem pendidikan yang ada
juga dianggap kurang memberikan hasil yang maksimal terkait kemampuan untuk bersaing di
dunia usaha secara kompetitif. Akibatnya muncullah konsep manajemen berbasis sekolah
yang merupakan wujud dari reformasi pendidikan yang ada saat itu dengan melakukan
pemberdayaan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. (Sagala, 2004
dalam Laili, 2011)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bagian
penjelasan pasal 51 ayat 1; “Manajemen berbasis sekolah atau madrasah adalah bentuk
otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah
atau madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah atau madrasah dalam mengelola
kegiatan pendidikan”. (dalam Laili, 2011)
Jadi, manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah
memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk
dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat sekitar secara
mandiri dan terbuka.
Tujuan dari penerapan manajemen berbasis sekolah menurut (Satory (2001:5), dalam
Laili, 2011) :
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab pihak sekolah kepada murid, pemerintah, orang
tua/wali murid, dan masyarakat sekitar tentang kualitas sekolah.
Dalam prinsipnya, MBS ini akan mendapatkan kewenangan dalam mengatur pengayaan
kurikulum dalam berbagai bentuk. Misalnya, dalam mata pelajaran menambahkan sub pokok
materi yang dianggap perlu serta memberikan perhatian yang lebih terhadap pengembangan
2
minat dan bakat peserta didik. MBS merupakan kebijakan yang menyerahkan kewenangan
kepada pihak sekolah dalam mengambil keputusan, tanggung jawab dan akuntabilitas atas
resiko dari keputusan yang diambil. Seluruh pihak yang terlibat dalam manajemen berbasis
sekolah haruslah mementingkan manfaat terhadap prestasi belajar.
MBS bermakna desentralisasi yang ditujukan kepada pihak sekolah terkait dengan
penyelenggaraan kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait dengan kebijakan, tujuan,
standar, kurikulum dan akuntabilitas. Pemerintah menginginkan terjadi perubahan signifikan
di dalam sekolah yang dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi meningkat di segala
situasi atau transformasi sekolah.
3
4. Keluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi,
baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
5. MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang tua dan pihak-
pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat
mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Dalam
konteks ini, sekolah berperan mengembangkan inisiatif, memecahkan masalah, dan
mengeksplorasi semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian
halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator
sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bekerja sama,
semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklim organisasi
cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya
kualitas yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS efektivitas sekolah dimulai menurut indicator multitingkat dan
multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan
metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah
harus memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, individu, serta
indicator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik
siswa.
Sagala (2010: 161), dalam Laili, 2011) mengemukakan bahwa karakteristik yang
terdapat pada MBS ini ada 7 , yaitu :
1. Menghasilkan output, yaitu prestasi pendidikan serta manajemen sekolah yang
efektif dan efisien.
2. Proses belajar mengajarnya berkualitas dan efektif.
3. Kepala sekolah berperan penting dalam menggerakkan, mengoordinasikan dan
menyelaraskan seluruh sumber daya pendidikan yang tersedia.
4. Lingkungan belajar yang nyaman, tertib dan aman sehingga manajemen sekolah
lebih efektif.
5. Melakukan analisa kebutuhan sumber daya mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan hingga evaluasi kerja serta mengatur imbalan jasa agar tenaga
kependidikan dan pendidik mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
4
6. Keterbukaan pihak sekolah kepada publik dalam menunjukkan hasil dari program
kerja yang telah dilaksanakan.
7. Pengelolaan anggaran secara terbuka dan administrative sesuai dengan kebutuhan
riil sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan serta minat dari
peserta didik dan guru. Perlu adanya pemahaman tentang fungsi-fungsi pokok dari
manajemen berbasis sekolah itu sendiri, yaitu perencanaan, pelaksanaan , pengawasan, dan
pembinaan. Keempat fungsi ini memiliki proses yang sangat berkesinambungan ,diantaranya
sebagai berikut :
1. Perencanaan ialah suatu proses yang sistematis dalam mengambil keputusan tentang
tindakan yang dilakukan di waktu mendatang. Perencanaan juga memiliki istilah
yaitu kegiatan untuk menggunakan sumber-sumber terbatas secara efektif untuk
mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan.
3. Pengawasan juga bisa diartikan sebagai suatu upaya untuk merekam, mengawasi
secara sistematis serta berkesinambungan. Pada pengawasan ini juga merupakan
salah satu kunci dari keberhasilan proses manajemen.
4. Pembinaan ialah suatu upaya pengendalian profesional dari unsur yang terdapat
pada organisasi tujuannya untuk mencapai dapat terlaksananya sebuah rencana
secara efisien.
5
b). Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.
Teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip,
yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan
prinsip inisiatif sumber daya manusia.
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat
beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan. MBS menekankan
fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka
masing-masing. Karena kompleksnya pekerjaan sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang
besar antara sekolah yang satu dengan yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa
dan situasi komunitasnya, sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di
seluruh kota, provinsi, apalagi negara.
Pendidikan sebagai entitas yang terbuka terhadap berbagai pengaruh eksternal. Oleh
karena itu, tak menutup kemungkinan bila sekolah akan mendapatkan berabgai masalah
seperti halnya institusi umum lainya. Pada zaman yang lingkungannya semakin kompleks ini
maka sekolah akan semakin mendapatkan tantangan permasalahan.
6
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan prinsip
desentralisasi. Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka harus diselesaikan dengan
caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila telah terjadi pelimpahan
wewenang dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah. Dengan adanya kewenangan di
tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat melakukan system pengelolaan mandiri.
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya
berharga di dalam organisasi sehingga poin utama manajeman adalah mengembangkan
sumber daya manusia di adalam sekolah untuk berinisitatif. Berdasarkan perspektif ini maka
MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat
bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas
pendidikan dapat diukur dari perkembangan aspek sumber daya manusianya.
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan
dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali, ditemukan, dan
kemudina dikembangkan. Sekolah dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi
menggunakan istilah staffing yang konotasinya hanya mengelola manusia sebagai barang
yang statis. Lemabga pendidikan harus menggunakan pendekatan human resources
development yang memiliki konotasi dinamis dan asset yang amat penting dan memiliki
potensi untuk terus dikembangkan.
7
kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten/kota, dan sebagian urusan lainnya diserahkan ke sekolah. Berikut adalah urusan-
urusan pendidikan yang sebagian menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah, yaitu :
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan
memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif,
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru, dan
kondisi nyata sumberdaya yang tersedia di sekolah. Secara umum, strategi/metode/teknik
pembelajaran dan pengajaran yang dipilih harus pro-perubahan yaitu yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi dan eksperimentasi peserta didik
untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru. Pembelajaran dan pengajaran
kontekstual, pembelajaran kuantum, pembelajaran kooperatif, adalah contoh-contoh yang
dimaksud dengan pembelajaran yang pro-perubahan.
c. Pengelolaan Kurikulum.
Saat ini telah terjadi desentralisasi sebagian pengelolaan kurikulum dari pemerintah
pusat ke sekolah melalui Permendiknas 22/2006, 23/2006, dan 24/2006. Pengelolaan
kurikulum yang dimaksud dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Pemerintah Pusat hanya menetapkan standar dan sekolah diharapkan mengoperasionalkan
standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Padahal kondisi sekolah pada umumnya
sangat beragam. Dalam kondisi seperti ini, sekolah dipersilakan memilih cara-cara yang
paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Sekolah dapat mengembangkan
(memperdalam, memperkaya, memperkuat, memperluas, mendiversifikasi) kurikulum,
namun tidak boleh mengurangi standar isi yang telah tertuang dalam Permendiknas 22/2006.
Selanjutnya sekolah berhak mengembangkan KTSP ke dalam silabus, materi pokok
pembelajaran, proses pembelajaran, indikator kunci kinerja, sistem penilaian, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
8
Sekolah dibolehkan memperkaya mata pelajaran yang diajarkan, artinya, apa yang
diajarkan boleh diperluas dari yang harus, yang seharusnya, dan yang dapat diajarkan.
Demikian juga, sekolah dibolehkan mendiversifikasi kurikulum, artinya, apa yang diajarkan
boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta didik.
Selain itu, sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan muatan local dan
pengembangan diri.
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan,
pemeliharaan dan perbaikan, hingga pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun
kemutakhirannya , terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan
proses belajar mengajar.
f. Pengeloaan Keuanagan
g. Pelayanan Siswa
h. Hubungan Sekolah-Masyarakat
9
finansial. Dalam arti yang sebenarnya, hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah
didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan adalah peningkatan
intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-masyarakat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan.
B. Saran
Kita sebagai umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena dengan
kita mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang dengan kita
mendekatkan diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita mengetahui ilmu
tasawuf insyaallah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.
3.
11
DAFTAR PUSTAKA
A. Malik Fadjar, Kata Pengantar dalam dalam Ibtisam Abu Duhou, School-Base Management,
Penerjemah Noryamin Aini, dkk, h. xvii
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Quantum Teaching,
2006), h. 5.
Candoli, Site-Based Management in Education: How to Make It Work in Your School, (Lancaster:
Technomic Publishing Co, 1995), xi
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (ed) Reformasi Pendidikan Dalam Otonomi Daerah, (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2001), h. 122
Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk, (Jakarta: Logos,
2002), h.. 16
Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk, h.. 25
12