Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH / MADRASAH”


Disusun guna memenuhi Tugas :
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu : Rina Murtyaningsih,M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Ahmad Nur Khozin ( 181002 )
2. Siti Juwariyah ( 181027 )
3. Suci Nur Rahmawati ( 181028 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BLORA


FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang karena-Nya lah kita masih diberikan kesehatan dan
kesempatan untuk menjalankan segala kegiatan kita diranah dunia yang sementara ini. Juga
karena rahmat-Nya kita selalu hidup dalam keridhoan-Nya . Tak lupa pula marilah kita selalu
limpahkan sholawat serta salam kita kepada Nabi Muhammad SAW yang karena beliaulah
kita senantiasa bisa menikmati indahnya beragama Allah yaitu Islam yang ajaran-Nya dibawa
olehnya dan disebarkan kepada kita semua.

Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga kami dapat lebih jauh mempelajari materi yang diberikan kami
dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih kepada para pihak yang telah membantu kami
dapat tersaji dengan baik.

Kami pun memohon maaf , apabila dalam penyusunan makalah ini nantinya terdapat
kesalahan cetak yang luput dari pandangan kami ataupun kesalahan dalam menuliskan nama-
nama pihak yang terkait dengan materi pembahasan kami, maka dari itu kritik dan saran
selalu kami butuhkan untuk dijadikan sebagai motivasi dan intropeksi dalam kemajuan
penulisan makalah kami selanjutnya.

Cukup sekian yang dapat kami sampaikan , terimakasih.

Blora, 19 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1.BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
2.BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian dan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah...................................................2
B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah...................................................................3
C. Fungsi dan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah..........................................................5
D. Urusan-Urusan yang Menjadi Kewenangan Tanggung Jawab Sekolah.........................7

3.BAB III PENUTUP.............................................................................................................11


A. Simpulan.......................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
1. BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat , karena dengan
adanya sekolah kita  sebagai masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang baik.
Manajemen berbasis sekolah mengupayakan sekolah menyelenggarakan suatu pendidikan
yang lebih baik dan lebih memadai bagi siswa. Adanya kewenangan dalam pengelolaan
pendidikan merupakan kesempatan bagi sekolah secara optimal dan fleksibel meningkatkan
kinerja staf, mewujudkan partisipasi langsung dengan kelompok-kelompok terkait dan
meningkatkan pemahaman terhadap pendidikan. Oleh karena itu perlu diketahui pandangan
filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. Sekolah adalah
bagian yang integral dari masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk
melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat
saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan kebijakan dalam sistem penyelenggaraan dan


pengelolaan sekolah yang dilakukan secara mandiri. Sistem ini memberikan peluang bagi
sekolah untuk mengatur pengelolaan sekolahnya secara demokratis, professional, dan
dinamis. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan, mutu sekolah dan
peningkatan efisiensi masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertiaan dan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah ?


2. Bagaimana Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah ?
3. Apa Fungsi dan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah ?
4. Apa sajakah urusan-urusan yang menjadi kewenangan tanggung jawab sekolah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertiaan dan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah.


2. Untuk mengetahui Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah.
3. Untuk mengetahui Fungsi dan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.
4. Untuk mengetahui Urusan-Urusan yang Menjadi Kewenangan Tanggung Jawab Sekolah.
D.

1
2. BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam sejarahnya, konsep manajemen berbasis sekolah muncul pertama kali di Amerika
Serikat. Saat itu, banyak masyarakat yang memprotes tentang penyelenggaraan pendidikan
yang ada pada saat itu. Karena sistem pendidikannya dianggap kurang sesuai dengan harapan
peserta didik untuk mudah saat terjun ke dunia usaha. Selain itu, sistem pendidikan yang ada
juga dianggap kurang memberikan hasil yang maksimal terkait kemampuan untuk bersaing di
dunia usaha secara kompetitif. Akibatnya muncullah konsep manajemen berbasis sekolah
yang merupakan wujud dari reformasi pendidikan yang ada saat itu dengan melakukan
pemberdayaan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. (Sagala, 2004
dalam Laili, 2011)

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bagian
penjelasan pasal 51 ayat 1; “Manajemen berbasis sekolah atau madrasah adalah bentuk
otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah
atau madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah atau madrasah dalam mengelola
kegiatan pendidikan”. (dalam Laili, 2011)

Jadi, manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah
memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk
dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat sekitar secara
mandiri dan terbuka.

Tujuan dari penerapan manajemen berbasis sekolah menurut (Satory (2001:5), dalam
Laili, 2011) :

1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan inisiatif sekolah dalam memberdayakan dan


mengelola potensi serta sumber daya yang ada.

2. Meningkatkan partisipasi warga di sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan secara


keseluruhan.

3. Meningkatkan rasa tanggung jawab pihak sekolah kepada murid, pemerintah, orang
tua/wali murid, dan masyarakat sekitar tentang kualitas sekolah.

4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah untuk mencapai kualitas


pendidikan yang diharapkan.

Dalam prinsipnya, MBS ini akan mendapatkan kewenangan dalam mengatur pengayaan
kurikulum dalam berbagai bentuk. Misalnya, dalam mata pelajaran menambahkan sub pokok
materi yang dianggap perlu serta memberikan perhatian yang lebih terhadap pengembangan

2
minat dan bakat peserta didik. MBS merupakan kebijakan yang menyerahkan kewenangan
kepada pihak sekolah dalam mengambil keputusan, tanggung jawab dan akuntabilitas atas
resiko dari keputusan yang diambil. Seluruh pihak yang terlibat dalam manajemen berbasis
sekolah haruslah mementingkan manfaat terhadap prestasi belajar.

MBS bermakna desentralisasi yang ditujukan kepada pihak sekolah terkait dengan
penyelenggaraan kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait dengan kebijakan, tujuan,
standar, kurikulum dan akuntabilitas. Pemerintah menginginkan terjadi perubahan signifikan
di dalam sekolah yang dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi meningkat di segala
situasi atau transformasi sekolah.

B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah harus diketahui, diamalkan oleh warga Indonesia


terutama pada seorang pendidik yang mengajar pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar
dan juga pendidikan menengah. Oleh sebab itu, beberapa karakteristik manajemen berbasis
sekolah sangat wajib dipahami pada sekolah yang ingin menerapkannya dan juga diharapkan
sekolah tersebut dapat memperhatikan serta memiliki karakteristik MBS dan mampu
menerapkannya dengan sukses.
Nurkholis (dalam Manajemen Berbasis Pendidikan : 2003) mengemukakan bahwa
karakteristik yang terdapat pada MBS ini ada 8, yaitu :
1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk
mewakili sekelompok harapan bersama. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
fungsi dan efektivitas sekolah,karena dengan misi ini warga sekolah dapat mengembangkan
budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen yang tinggi terhadap sekolah,
dan mempunyai inisiatif untuk memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan situasi
sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan manajemen sekolah
dari manajemen control eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3. Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat manusia,
organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan
kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena itu, dalam konteks
pelaksanaan MBS, perubahan strategi manajemen lebih memandang pada aspek
pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.

3
4. Keluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi,
baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
5. MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang tua dan pihak-
pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat
mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Dalam
konteks ini, sekolah berperan mengembangkan inisiatif, memecahkan masalah, dan
mengeksplorasi semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian
halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator
sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bekerja sama,
semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklim organisasi
cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya
kualitas yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS efektivitas sekolah dimulai menurut indicator multitingkat dan
multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan
metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah
harus memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, individu, serta
indicator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik
siswa.

Sagala (2010: 161), dalam Laili, 2011) mengemukakan bahwa karakteristik yang
terdapat pada MBS ini ada 7 , yaitu :
1. Menghasilkan output, yaitu prestasi pendidikan serta manajemen sekolah yang
efektif dan efisien.
2. Proses belajar mengajarnya berkualitas dan efektif.
3. Kepala sekolah berperan penting dalam menggerakkan, mengoordinasikan dan
menyelaraskan seluruh sumber daya pendidikan yang tersedia.
4. Lingkungan belajar yang nyaman, tertib dan aman sehingga manajemen sekolah
lebih efektif.
5. Melakukan analisa kebutuhan sumber daya mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan hingga evaluasi kerja serta mengatur imbalan jasa agar tenaga
kependidikan dan pendidik mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

4
6. Keterbukaan pihak sekolah kepada publik dalam menunjukkan hasil dari program
kerja yang telah dilaksanakan.
7. Pengelolaan anggaran secara terbuka dan administrative sesuai dengan kebutuhan
riil sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

C. Fungsi dan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

a). Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah.

Makna manajemen sekolah seringkali disandingkan dengan makna dari administrasi


sekolah. Berdasarkan fungsinya pengertian dari manajemen dan administrasi ini sendiri
mempunyai fungsinya yang sama. Sebab itu, perbedaan dari makna tersebut tidak konsisten
serta signifikan.

Gaffar (1989) dalam Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan


mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik, dan
kompeherensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen sendiri
ialah komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses pendidikan secara
keseluruhan. Karena, tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan ini dapat diciptakan
secara efektif, optimal serta efisien. Konsep seperti itu sangatlah berlaku pada sekolah yang
membutuhkan manajemen yang efektif dan juga efisien.

Manajemen berbasis sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan serta minat dari
peserta didik dan guru. Perlu adanya pemahaman tentang fungsi-fungsi pokok dari
manajemen berbasis sekolah itu sendiri, yaitu perencanaan, pelaksanaan , pengawasan, dan
pembinaan. Keempat fungsi ini memiliki proses yang sangat berkesinambungan ,diantaranya
sebagai berikut :

1. Perencanaan ialah suatu proses yang sistematis dalam mengambil keputusan tentang
tindakan yang dilakukan di waktu mendatang. Perencanaan juga memiliki istilah
yaitu kegiatan untuk menggunakan sumber-sumber terbatas secara efektif untuk
mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan.

2. Pelaksanaan ialah sebuah kegiatan untuk mewujudkan rencana menjadi sebuah


tindakan nyata untuk mencapai sebuah tujuan yang efektif dan efisien.

3. Pengawasan juga bisa diartikan sebagai suatu upaya untuk merekam, mengawasi
secara sistematis serta berkesinambungan. Pada pengawasan ini juga merupakan
salah satu kunci dari keberhasilan proses manajemen.

4. Pembinaan ialah suatu upaya pengendalian profesional dari unsur yang terdapat
pada organisasi tujuannya untuk mencapai dapat terlaksananya sebuah rencana
secara efisien.

5
b). Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.

Teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip,
yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan
prinsip inisiatif sumber daya manusia.

1. Prinsip Ekuifinalitas ( Principle of Equifinality)

Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat
beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan. MBS menekankan
fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka
masing-masing. Karena kompleksnya pekerjaan sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang
besar antara sekolah yang satu dengan yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa
dan situasi komunitasnya, sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di
seluruh kota, provinsi, apalagi negara.

Pendidikan sebagai entitas yang terbuka terhadap berbagai pengaruh eksternal. Oleh
karena itu, tak menutup kemungkinan bila sekolah akan mendapatkan berabgai masalah
seperti halnya institusi umum lainya. Pada zaman yang lingkungannya semakin kompleks ini
maka sekolah akan semakin mendapatkan tantangan permasalahan.

Sekolah harus mampu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya


dengan cara yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Walaupun sekolah
yang berbeda memiliki masalah yang sama, cara penanganannya akan berlainan antara
sekolah yang satu dengan yang lain.

2. Prinsip Desentralisasi ( Principle of Decentralization)

Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah


modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinaltias. Prinsip
desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran
tak dapat dihindarkan dari kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah yang
rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.

Prinsip ekuifinalitas yang dikemukakan sebelum mendorong adanya desentralisasi


kekuasaan dengan mempersilahkan sekolah memiliki ruang yang lebih luas untuk bergerak,
berkembang, dan bekerja menurut strategi-strategi unik mereka untuk menjalani dan
mengelola sekolahnya secara efektif. Oleh karena itu, sekolah harus diberi kekuasaan dan
tanggung jawab untuk memecahkan memecahkan masalahnya secara efektif dan secepat
mungkin ketika masalah itu muncul. Dengan kata lain, tujuan prinsip desentralisasi adalah
efisiensi dalam pemecahan masalah, bukan menghindari masalah. Oleh karena itu, MBS
harus mampu menemukan masalah, memecahkannya tepat waktu dan memberi sumbangan
yang lebih besar terhadap efektivitas aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Tanpa adanya
desentralisasi kewenangan kepada sekolah itu sendiri maka sekolah tidak dapat memecahkan
masalahnya secara cepat, tepat, dan efisien.

6
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri

MBS tidak mengingkari bahwa sekolah perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan


suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk
mencapainya. MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi system
pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi
tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran strategi manajemen, distribusi sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan
berdasarkan kondisi mereka masing-masing. Karena sekolah dikelola secara mandiri maka
mereka lebih memiliki inisiatif dan tanggung jawab.

Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan prinsip
desentralisasi. Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka harus diselesaikan dengan
caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila telah terjadi pelimpahan
wewenang dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah. Dengan adanya kewenangan di
tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat melakukan system pengelolaan mandiri.

4. Prinsip Inisiatif Sumber Daya Manusia ( Principle of Human Initiative)

Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya
berharga di dalam organisasi sehingga poin utama manajeman adalah mengembangkan
sumber daya manusia di adalam sekolah untuk berinisitatif. Berdasarkan perspektif ini maka
MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat
bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas
pendidikan dapat diukur dari perkembangan aspek sumber daya manusianya.

Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan
dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali, ditemukan, dan
kemudina dikembangkan. Sekolah dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi
menggunakan istilah staffing yang konotasinya hanya mengelola manusia sebagai barang
yang statis. Lemabga pendidikan harus menggunakan pendekatan human resources
development yang memiliki konotasi dinamis dan asset yang amat penting dan memiliki
potensi untuk terus dikembangkan.

D. Urusan-Urusan yang Menjadi Kewenangan Tanggung Jawab Sekolah.

Secara umum, pergeseran dimensi-dimensi pendidikan dari manajemen berbasis pusat


menjadi manajemen berbasis sekolah telah diuraikan pada Butir A. Secara lebih spesifik,
pertanyaannya adalah: “Urusan-urusan apa sajakah yang perlu menjadi kewenangan dan
tanggungjawab sekolah”? Pada dasarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urutan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah kabupaten/Kota harus digunakan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian, desentralisasi urusan-urusan
pendidikan harus dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlu dicatat
bahwa desentralisasi bukan berarti semua urusan di limpahkan ke sekolah. Artinya, tidak
semua urusan di desentralisasikan sepenuhnya ke sekolah, sebagian urusan masih merupakan

7
kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten/kota, dan sebagian urusan lainnya diserahkan ke sekolah. Berikut adalah urusan-
urusan pendidikan yang sebagian menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah, yaitu :

a. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar.

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan
memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif,
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru, dan
kondisi nyata sumberdaya yang tersedia di sekolah. Secara umum, strategi/metode/teknik
pembelajaran dan pengajaran yang dipilih harus pro-perubahan yaitu yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi dan eksperimentasi peserta didik
untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru. Pembelajaran dan pengajaran
kontekstual, pembelajaran kuantum, pembelajaran kooperatif, adalah contoh-contoh yang
dimaksud dengan pembelajaran yang pro-perubahan.

b. Perencanaan dan Evaluasi

Sekolah diberi kewenangan untuk menyusun rencana pengembangan sekolah (RPS)


atau school-based plan sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud, misalnya,
kebutuhan untuk meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi, dan efisiensi sekolah. Oleh
karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan pemerataan, mutu, relevansi dan
efisiensi sekolah. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, kemudian sekolah membuat
rencana peningkatan pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi sekolah. Untuk itu, sekolah
harus melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi
internal dilakukan oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk
mengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi semacam ini sering
disebut evaluasi diri. Evaluasi diri harus jujur dan transparan agar benar-benar dapat
mengungkap informasi yang sebenarnya.

c. Pengelolaan Kurikulum.

Saat ini telah terjadi desentralisasi sebagian pengelolaan kurikulum dari pemerintah
pusat ke sekolah melalui Permendiknas 22/2006, 23/2006, dan 24/2006. Pengelolaan
kurikulum yang dimaksud dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Pemerintah Pusat hanya menetapkan standar dan sekolah diharapkan mengoperasionalkan
standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Padahal kondisi sekolah pada umumnya
sangat beragam. Dalam kondisi seperti ini, sekolah dipersilakan memilih cara-cara yang
paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Sekolah dapat mengembangkan
(memperdalam, memperkaya, memperkuat, memperluas, mendiversifikasi) kurikulum,
namun tidak boleh mengurangi standar isi yang telah tertuang dalam Permendiknas 22/2006.
Selanjutnya sekolah berhak mengembangkan KTSP ke dalam silabus, materi pokok
pembelajaran, proses pembelajaran, indikator kunci kinerja, sistem penilaian, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.

8
Sekolah dibolehkan memperkaya mata pelajaran yang diajarkan, artinya, apa yang
diajarkan boleh diperluas dari yang harus, yang seharusnya, dan yang dapat diajarkan.
Demikian juga, sekolah dibolehkan mendiversifikasi kurikulum, artinya, apa yang diajarkan
boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta didik.
Selain itu, sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan muatan local dan
pengembangan diri.

d. Pengelolaan Ketenagaan ( Pendidik dan Tenaga Kependidikan ).

Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen,


pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi
kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya.) dapat
dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru
pegawai negri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

e. Pengelolaan Fasilitas ( Peralatan dan Perlengkapan )

Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan,
pemeliharaan dan perbaikan, hingga pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun
kemutakhirannya , terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan
proses belajar mengajar.

f. Pengeloaan Keuanagan

Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian/penggunaan uang sudah sepantasnya


dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling
memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengalokasian/penggunaan uang sudah
seharusnya dilimpahkan ke sekolah. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan
“kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan” (income generating activities), sehingga
sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.

g. Pelayanan Siswa

Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,


pengembangan/pembinaan/pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau
untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni, sebenarnya dari dahulu
memang sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan adalah peningkatan intensitas
dan ekstensitasnya.

h. Hubungan Sekolah-Masyarakat

Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan,


kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan

9
finansial. Dalam arti yang sebenarnya, hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah
didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan adalah peningkatan
intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-masyarakat.

i. Pengelolaan Kultur Sekolah

Kultur sekolah yang kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya


proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga
sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered
activities) adalah contoh-contoh kultur sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar
siswa. Kultur sekolah sudah merupakan kewenangan dan tanggungjawab sekolah sehingga
yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstentif.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa


hal , sebagai berikut :

1. manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah


memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk
dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat
sekitar secara mandiri dan terbuka.
2. Dan memiliki tujuan penerapannya , salah satunya yaitu : Meningkatkan rasa tanggung
jawab pihak sekolah kepada murid, pemerintah, orang tua/wali murid, dan masyarakat
sekitar tentang kualitas sekolah.
3. Dan juga mempunyai karakteristik yang sangat wajib dipahami pada sekolah yang ingin
menerapkannya , diantaranya yaitu : Proses belajar mengajarnya berkualitas dan efektif ,
Kepala sekolah berperan penting dalam menggerakkan, mengoordinasikan dan
menyelaraskan seluruh sumber daya pendidikan yang tersedia , Lingkungan belajar yang
nyaman, tertib dan aman sehingga manajemen sekolah lebih efektif , dan lain-lain.
4. Selain itu manajemen berbasis sekolah juga memiliki fungsi-fungsi pokok yang
prosesnya sangat berkesinambungan yaitu perencanaan, pelaksanaan , pengawasan, dan
pembinaan.
5. Serta mempunyai 4 prinsip untuk mengelola sekolah, yaitu : prinsip ekuifinalitas, prinsip
desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya
manusia.

B. Saran

Kita sebagai umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena dengan
kita mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang dengan kita
mendekatkan diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita mengetahui ilmu
tasawuf insyaallah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.

3.

11
DAFTAR PUSTAKA

A. Malik Fadjar, Kata Pengantar dalam dalam Ibtisam Abu Duhou, School-Base Management,
Penerjemah Noryamin Aini, dkk, h. xvii

Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Quantum Teaching,
2006), h. 5.

Candoli, Site-Based Management in Education: How to Make It Work in Your School, (Lancaster:
Technomic Publishing Co, 1995), xi

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (ed) Reformasi Pendidikan Dalam Otonomi Daerah, (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2001), h. 122

http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/12/latar-belakang-munculnya-mbs/ diakses pada tanggal 15


Oktober 2012

Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk, (Jakarta: Logos,
2002), h.. 16

Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah Noryamin Aini, dkk, h.. 25

Yusufhadi Miarso. “Perubahan Paradigma Pendidikan Peran Tekhnologi Pendidikan dalam


Penyampaian Misi dan Informasi Pendidikan”, dalam Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, h.
696-697

12

Anda mungkin juga menyukai