Anda di halaman 1dari 1

Perkembangan fungsi keris-1

Pada masa kini, keris memiliki fungsi yang beragam dan hal ini ditunjukkan oleh beragamnya
bentuk keris yang ada.
Keris sebagai elemen persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari
milenium pertama menunjukkan keris sebagai bagian dari persembahan. Pada masa kini, keris
juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara
mistik atau paranormal. Keris untuk penggunaan semacam ini memiliki bentuk berbeda,
dengan pesi menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini
dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit" (tidak sama dengan keris tangguh
Majapahit)!.
Pemaparan-pemaparan asing menunjukkan fungsi keris sebagai senjata di kalangan awam
Majapahit. Keris sebagai senjata memiliki bilah yang kokoh, keras, tetapi ringan. Berbagai
legenda dari periode Demak–Mataram mengenal beberapa keris senjata yang terkenal,
misalnya keris Nagasasra Sabukinten.
Laporan Prancis dari abad ke-16 telah menceritakan peran keris sebagai simbol kebesaran para
pemimpin Sumatra (khususnya Kesultanan Aceh)[12]. Godinho de Heredia dari Portugal
menuliskan dalam jurnalnya dari tahun 1613 bahwa orang-orang Melayu penghuni Semenanjung
("Hujung Tanah") telah memberikan racun pada bilah keris dan menghiasi sarung dan hulu keris
dengan batu permata[13].
"Penghalusan" fungsi keris tampaknya semakin menguat sejak abad ke-19 dan seterusnya,
sejalan dengan meredanya gejolak politik di Nusantara dan menguatnya penggunaan senjata
api. Dalam perkembangan ini, peran keris sebagai senjata berangsur-angsur berkurang. Sebagai
contoh, dalam idealisme Jawa mengenai seorang laki-laki "yang sempurna", sering dikemukakan
bahwa keris atau curiga menjadi simbol pegangan ilmu/keterampilan sebagai bekal hidup[14][15].
Berkembangnya tata krama penggunaan keris maupun variasi bentuk sarung keris (warangka)
yang dikenal sekarang dapat dikatakan juga merupakan wujud penghalusan fungsi keris.

Berbagai cara mengenakan keris berdasarkan Kebudayaan Jawa.

Pada masa kini, kalangan perkerisan Jawa selalu melihat keris sebagai tosan aji atau "benda
keras (logam) yang luhur", bukan sebagai senjata. Keris adalah dhuwung, bersama-sama
dengan tombak; keduanya dianggap sebagai benda "pegangan" (ageman) yang diambil daya
keutamaannya dengan mengambil bentuk senjata tikam pada masa lalu. Di Malaysia, dalam
kultur monarki yang kuat, keris menjadi identitas kemelayuan.

Anda mungkin juga menyukai