Anda di halaman 1dari 1

Keris modern-2

Catatan Ma Huan dari tahun 1416, anggota ekspedisi Cheng Ho, dalam "Ying-yai Sheng-lan"
menyebutkan bahwa orang-orang Majapahit selalu mengenakan (pu-la-t'ou)yang diselipkan
pada ikat pinggang. Mengenai kata Pu-la-t'ou ini, meskipun hanya berdasarkan kemiripan bunyi,
banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah "belati", dan karena keris adalah
senjata tikam sebagaimana belati maka dianggap pu-la-t'ou menggambarkan keris. Tampaknya
masih harus dilakukan penelitian apakah betul pada masa majapahit keris disebut "belati" tetapi
terdapat deskripsi yang menggambarkann bahwa "belati" ini adalah keris dan teknik pembuatan
pamor telah berkembang baik.[8].
Bisa jadi yang dimaksud oleh Ma Huan dengan Pulat'ou adalah "Beladau". Kata "beladau" lebih
menyerupai "Pu- La-T'ou" daripada "belati". Kalau benar yang dimaksud Ma Huan adalah
beladau pada maka gambaran Ma Huan tentang senjata yang banyak digunakan di Majapahit ini
bukan keris tetapi senjata tradisional sejenis Badik yang sekarang banyak digunakan di Sumatra
yang bentuknya melengkung mirip Jambiya, meskipun senjata ini memiliki kecondongan tetapi
tidak memiliki ganja dan gandik sehingga tidak dapat digolongkan sebgai keris. Anggapan
bahwa yang dimaksud dengan Pu-La-T'ou adalah Beladau pun masih memerlukan penelitian
apakah memang pada masa majapahit masyarakat banyak memakai beladau/sejenis badik
sebagai senjata.
...Senjata sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut, keris. Raksasa yang
dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh...
— Sanghyang siksakanda ng karesian, Pupuh XVII
Keris disebutkan dalam naskah Sunda dari tahun 1440 Saka (1518 M), Sanghyang siksakanda
ng karesian pupuh XVII, yang menyebutkan bahwa keris adalah senjata Prabu, (raja,
golongan ksatriya).[9] Naskah ini membagi senjata dalam masyarakat Kerajaan Sunda ke dalam
tiga golongan; senjata untuk prabu (raja, menak, atau golongan ksatriya) adalah pedang, pecut,
pamuk, golok, peso teundeut, dan keris; senjata untuk kaum petani adalah kujang,
baliung, patik, kored, dan pisau sadap; sementara senjata kaum pendeta adalah kala katri, peso
raut, peso dongdang, pangot, dan pakisi.
... setiap laki-laki di Jawa, tidak peduli kaya atau miskin, harus memiliki sebilah keris di rumahnya ...
dan tidak ada satu pun laki-laki berusia antara 12 dan 80 tahun bepergian tanpa sebilah keris di
sabuknya. Keris diletakkan di punggung, seperti belati di Portugal...
— Tome Pires, "Suma Oriental"
Tome Pires, penjelajah Portugis dari abad ke-16, menyinggung tentang kebiasaan penggunaan
keris oleh laki-laki Jawa[10]. Deskripsinya tidak jauh berbeda dari yang disebutkan Ma Huan
seabad sebelumnya.
Berita-berita Portugis dan Prancis dari abad ke-17 telah menunjukkan penggunaan meluas
pamor dan pemakaian pegangan keris dari kayu, tanduk, atau gading di berbagai tempat di
Nusantara[11].

Anda mungkin juga menyukai