Anda di halaman 1dari 9

PRASASTI TUGU

Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut
isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai
Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa
pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
== Lokasi ==
Prasasti Tugu ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu, tepatnya pada koordinat 00634,05
BT (dari Jakarta) dan 60745,40LS yang sekarang menjadi wilayah kelurahan Tugu selatan,
kecamatan Koja, [[Jakarta Utara]]
== Penemuan ==
Pada tahun 1911 atas prakarsa P.de Roo de la Faille Prasasti Tugu batu dipindahkan ke Museum
Bataviaasch genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional) serta
didaftar dengan nomor inventaris D.124.
== Bahan ==
Prasasti Tugu dipahatkan pada batu berbentuk bulat telur berukuran 1m.
== Isi ==
Prasasti Tugu bertuliskan [[aksara Pallawa]] yang disusun dalam bentuk seloka [[bahasa Sanskerta]]
dengan metrum Anustubh yang teridiri dari lima baris melingkari mengikuti bentuk permukaan batu.
Sebagaimana semua prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga tidak
mencantumkan pertanggalan. Kronologinya didasarkan pada analisis gaya dan bentuk aksara
(analisis palaeografis). Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa prasasti ini berasal dari
pertengahan abad ke-5 Masehi. Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang memiliki kemiripan
aksara, sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha > citralekha) kedua prasasti ini adalah
orang yang sama.

Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti
yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja [[Purnawarman]]. Prasasti ini dikeluarkan pada masa
pemerintahan Purnnawarmman pada tahun ke-22 sehubungan dengan peristiwa peresmian (selesai
dibangunnya) saluran sungai Gomati dan Candrabhaga.

Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan hiasan tongkat yag pada ujungnya
dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat tersebut dipahatkan tegak memanjang ke bawah
seakan berfungsi sebagai batas pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.

=== Teks: ===
''pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau''
''pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata
purnavarmmana''
''prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais
siddhaikavingsakaih''
''ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka''
''pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina''

=== Terjemahan: ===
Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memilki
lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali
(saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang
Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta
menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka sekarang) beliau pun menitahkan pula menggali kali
(saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai)
tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja
Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan dan disudahi
pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra,jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan
saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana
disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan




PRASASTI KAWALI

Prasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang
ditemukan di kawasan Kabuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terutama pada
prasasti "utama" yang bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I). Adapun secara
keseluruhan, terdapat enam prasasti. Kesemua prasasti ini menggunakan bahasa dan aksara
Sunda (Kaganga). Meskipun tidak berisi candrasangkala, prasasti ini diperkirakan berasal
dari paruh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja.
Berdasarkan perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah Carita
Parahyangan dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, dapat disimpulkan bahwa
Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang kejayaan
Prabu Niskala Wastu Kancana, penguasa Sunda yang bertahta di Kawali, putra Prabu
Linggabuana yang gugur di Bubat.
* [[Alihaksara]] diplomatis
Teks di bagian muka:
# nihan tapa kawa-
# li nu sang hyang mulia tapa bha-
# gya parbu raja wastu
# mangadg di kuta ka-
# wali nu mahayuna kadatuan
# sura wisesa nu marigi sa-
# kuliling dayh. nu najur sakala
# desa aja manu panderi pakna
# gawe ring hayu pakn hebel ja
# ya dina buana

Teks di bagian tepi tebal:
# hayua diponah-ponah
# hayua dicawuh-cawuh
# inya neker inya angger
# inya ninycak inya rempag

=== Alihbahasa ===
Teks di bagian muka:
:''Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa beliau Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang)
mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa,
yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh
pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai
landasan kemenangan hidup di dunia.''

Teks di bagian tepi tebal:
::''Jangan dimusnahkan!''
::''Jangan semena-mena!''
::''Ia dihormati, ia tetap.''
::''Ia menginjak, ia roboh.''
=== Alihbahasa ===
Teks di bagian muka:
:''Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa beliau Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang)
mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa,
yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh
pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai
landasan kemenangan hidup di dunia.''



Teks di bagian tepi tebal:
::''Jangan dimusnahkan!''
::''Jangan semena-mena!''
::''Ia dihormati, ia tetap.''
::''Ia menginjak, ia roboh.''
== Bacaan selanjutnya ==
* '''J. G. de Casparis'''. ''Indonesian Paleography'', 1975.
* '''Yoseph Iskandar'''. ''Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa''. Geger Sunten, Bandung.
* '''Richadiana Kartakusuma'''. 2005. ''Situs Kawali: ajaran Sunda dalam tradisi mgalitik?''
dalam ''Sundalana'' '''4''': 41-64. Pusat Studi Sunda, Bandung.
















PRASASTI HUWUNG

Prasasti Huwung berangka tahun 744 Saka (822 M) dan bertuliskan bahasa Jawa Kuno. Prasasti yang
terpahat dalam sebuah batu ini ditemukan di daerah Nanggulan, sebelah barat Kota Yogyakarta, dan
sekarang menjadi koleksi Museum Nasional dengan No. Inventaris D.19.
Prasasti ini menyebutkan tentang Sang Watu Walai memberi perintah agar Desa Huwung dijadikan
sima.












PRASASTI MULAWARMAN

Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai, adalah sebuah prasasti yang
merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa yang memuat
prasasti, namun baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan
huruf Pallawa Pra-Nagari dan dalam bahasa Sanskerta, yang diperkirakan dari bentuk dan
jenisnya berasal dari sekitar 400 Masehi. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.
[1]
== Isi ==
Isinya menceritakan Raja [[Mulawarman]] yang memberikan sumbangan kepada para kaum
Brahmana berupa sapi yang banyak. Mulawarman disebutkan sebagai cucu dari
[[Kudungga]], dan anak dari [[Aswawarman]]. Prasasti ini merupakan bukti peninggalan
tertua dari kerajaan yang beragama [[Hindu]] di Indonesia. Nama Kutai umumnya digunakan
sebagai nama kerajaan ini meskipun tidak disebutkan dalam prasasti, sebab prasasti
ditemukan di [[Kabupaten Kutai]], [[Kalimantan Timur]], tepatnya di hulu [[Sungai
Mahakam]].
== Teks ==
Transkripsi prasasti pada yupa-yupa tersebut adalah sebagai berikut:
'''Prasasti Kutai I'''
''srimatah sri-narendrasya,''
''kundungasya mahatmanah,''
''putro svavarmmo vikhyatah,''
''vansakartta yathansuman,''
''tasya putra mahatmanah,''
''trayas traya ivagnayah,''
''tesan trayanam pravarah,''
''tapo-bala-damanvitah,''
''sri mulawarmma rajendro,''
''yastva bahusuvarnnakam,''
''tasya yajnasya yupo 'yam,''
''dvijendrais samprakalpitah.''
'''Prasasti Kutai II'''
''srimad-viraja-kirtteh''
''rajnah sri-mulavarmmanah punyam''
''srnvantu vipramukhyah''
''ye canye sadhavah purusah''
''bahudana-jivadanam''
''sakalpavrksam sabhumidanan ca''
''tesam punyagananam''
''yupo 'yan stahapito vipraih''
'''Prasasti Kutai III'''
''sri-mulavarmmano rajnah''
''yad dattan tilla-parvvatam''
''sadipa-malaya sarddham''
''yupo 'yam likhitas tayoh''
'''Prasasti Kutai IV'''<ref>R. M. Poerbatjaraka, Ibid., hal. 11.
''srimato nrpamukhyasya''
''rajnah sri-mulawarmmanah''
''danam punyatame ksetre''
''yad dattam vaprakesvare''
''dvijatibhyo' gnikalpebhyah.''
''vinsatir ggosahasrikam''
''tansya punyasya yupo 'yam'
''krto viprair ihagataih.''
== Terjemahan bebas ==
Terjemahan teks yupa-yupa tersebut adalah sebagai berikut:<ref name=Sumantri>Sumantri,
Yeni Kurniawati. Rangkuman Materi Perkuliahan:
'''Prasasti Kutai I'''
Sang Maharaja Kundunga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang
Aswawarman namanya, yang seperti Sang Ansuman (dewa Matahari) menumbuhkan
keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci)
tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban
baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang
dinamakan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini
didirikan oleh para brahmana.
'''Prasasti Kutai II'''
Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-
lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan
budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-
mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang
dihadiahkan). Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para Brahmana
(buat peringatan).
'''Prasasti Kutai III'''
Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja
Mulawarman,
yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.
'''Prasasti Kutai IV'''
Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi
kepada para
brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang suci (bernama) Waprakeswara.
Buat (peringatan) akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana
yang datang ke tempat ini.

Anda mungkin juga menyukai