Anda di halaman 1dari 25

KERAJAAN SUNDA

Oleh:
Fransiskus Wahyu/ 19
Grace Devina/ 21
Kezia Hillary Bangun/ 28

PETA KERAJAAN SUNDA

Kerajaan Sunda (9321579 M)


Ibu kota : Banten Girang kemudian pindah ke

pedalaman (Pakuan Pajajaran)


Bahasa : Bahasa Sunda, Bahasa Jawa,
Bahasa Melayu
Agama : Hindu, Buddha, Sunda Wiwitan
Pemerintahan : Monarki
Sejarah : Didirikan 932 -Dibubarkan 1579
Mata uang Mata uang emas dan perak

SUMBER SEJARAH
KERAJAAN SUNDA

PRASASTI KEBON
KOPI II
Rujukan awal nama Sunda sebagai
sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti
Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536
Masehi). Prasasti itu ditulis dalam
aksara Kawi, namun, bahasa yang
digunakan adalah bahasa Melayu
Kuno.
Prasasti ini terjemahannya sebagai
berikut:
Batu peringatan ini adalah ucapan
Rakryan Juru Pangambat, pada
tahun 458 Saka, bahwa tatanan
pemerintah dikembalikan kepada
kekuasaan raja Sunda.

PRASASTI SANGHYANG TAPAK


Nama sunda muncul pada
Prasasti Sanghyang Tapak yang
berangka tahun 925 saka (1030
M).
Isi tiga prasasti pertama (menurut
Pleyte):
D 73://O//Swasti shakawarsatita 952
karttikamasa tithi dwadashi shuklapaksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka
diwasha nira prahajyan sunda maharaja shri jayabhupati jayamanahen wisnumurtti samarawijaya shakalabhuwanamandaleswaranindita
harogowardhana wikramottunggadewa, maD 96:gaway tepek i purwa
sanghyang tapak ginaway denira shri
sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates
kapujan i prahajyan
hulu, i sor sunda.
makahingan
ia
jayabhupati
mwang
sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong
matangyan
pinagawayaken
tankalih
hanani
baryya baryya
shila
pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.
irikang lwah tan . pangalapa ikan
D 97:sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.

Arti dari prasasti sanghyang


tapak
Selamat dan sejahtera. Pada tahun Saka 952, bulan Kartika pada hari ke-12th

bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, Wuku Tambir. Hari ini adalah
hari dimana raja kerajaan Sunda, Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen
Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana
Wikramottunggadewa, membuat tanda tapak di bagian timur Sanghiyang Tapak.
Dibuat oleh Sri Jayabupati raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh
melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di
kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas
Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar. Demikanlah tulisan ini dibuat,
ditegakkan dengan sumpah kerajaan Sunda.
Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri

atas 20 baris, sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata (


hyang) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi
mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum
oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti
otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada
dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, "I wruhhanta kamunghyang
kabeh" (Oh ketahuilah kamu sekalianhyang).

PRASASTI KAWALI

Berdasarkan perbandingan
dengan peninggalan sejarah
lainnya seperti naskah Carita
Parahyangan dan Pustaka Rajya
Rajya i Bhumi Nusantara, dapat
disimpulkan bahwa prasasti
Kawali I ini merupakan
sakakala atau tugu
peringatan untuk mengenang
kejayaan Prabu Niskala Wastu
Kancana, penguasa Sunda
yang bertahta di Kawali,
putra Prabu Linggabuana
Yang berisi:
yang
gugur
Bubat.
nilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa
beliau
Yangdi
Mulia
Prabu Raja
Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah
memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di
sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh pemukiman.
Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan
sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.

Naskah Wangsakerta
Menurutnaskah Wangsakerta, naskah yang diragukan keasliannya,

Sunda merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan


kerajaanTarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh
Tarusbawapada tahun 591Saka Sunda(669M). Menurut sumber
sejarah primer yang berasal dariabad ke-16ini, kerajaan ini merupakan
suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi
Banten,Jakarta, ProvinsiJawa Barat, dan bagian barat ProvinsiJawa
Tengah. Namun naskah ini diragukan sebagai sumber sejarah.
Naskah Wangsakertaadalah istilah yang merujuk pada sekumpulan

naskahyang disusun olehPangeran Wangsakertasecara pribadi atau


oleh "Panitia Wangsakerta". Menurut isiPustaka Rajya Rajya i Bhumi
Nusantaraparwa (bagian) V sarga (jilid/naskah) 5 yang berupa daftar
pustaka, setidaknya perpustakaanKesultanan Cirebonmengoleksi 1703
judul naskah, yang 1213 di antaranya berupa karya Pangeran
Wangsakerta beserta timnya.

Catatan sejarah dari Cina


Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan

negara-negara asing, Zhao Rugua mengumpulkan laporan dari para


pelaut dan pedagang yang mengunjungi negara-negara asing. Dalam
laporannya tentang negara Jauh, Zhufan Zhi, yang ditulis tahun 1225,
menyebutkan pelabuhan di "Sin-t'o". Zhao melaporkan bahwa:
"Orang-orang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam
bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah
panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dindingdindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan
perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan
memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang
tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi
kualitasnya dari Ta-pan (Tuban, Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu,
tebu, telur kacang dan tanaman."
Buku perjalanan Cina Shunfeng xiangsong dari sekitar 1430
mengatakan:
"Dalam perjalanan ke arah timur dari Shun-t'a, sepanjang pantai utara Jawa,
kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa,
mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya
dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari
Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa,

Catatan sejarah dari Eropa


Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya

menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan


Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu
adalah Tom Pires dari Portugal. Dalam bukunya
Suma Oriental (1513 - 1515) ia menulis bahwa:
"Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda
luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi
mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga
dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya."
Tulisan ini yang membawa kerancuan, dengan
menyatakan bahwa kerajaan Sunda meliputi "sepertiga
dari pulau Jawa", sedangkan di masa Pires Sunda masih
mengacu ke pelabuhan yang sekarang namanya Banten.

RAJA RAJA YANG


PERNAH MEMERINTAH
KERAJAAN SUNDA

Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan


Sunda menurut naskah Pangran Wangsakerta (waktu berkuasa
dalam tahun Masehi):
Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
Rakeyan Banga (739 - 766)
Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang,

783 - 795)
Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
Windusakti Prabu Dwageng (895 - 913)
Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942
)

Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)


Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954

- 964)
Munding Ganawirya (964 - 973)
Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
Brajawissa (989 - 1012)
Dwa Sanghyang (1012 - 1019)
Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
Darmaraja (Sang Moktng Winduraja, 1042 - 1065)
Langlangbumi (Sang Moktng Kerta, 1065 - 1155)
Rakeyan Jayagiri Prabu Mnakluhur (1155 - 1157)
Darmakusuma (Sang Moktng Winduraja, 1157 - 1175)
Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
Ragasuci (Sang Moktng Taman, 1297 - 1303)

Citraganda (Sang Moktng Tanjung, 1303 - 1311)


Prabu Linggadwata (1311-1333)
Prabu Ajiguna Linggawissa (1333-1340)
Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
Prabu Maharaja Linggabuanawissa (yang gugur dalam

Perang Bubat, 1350-1357)


Prabu Bunisora (1357-1371)
Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
Prabu Susuktunggal (1475-1482)
Jayadwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
Prabu Surawissa (1521-1535)
Prabu Ratu Dewata/ Dwatabuanawissa (1535-1543)
Prabu Sakti (1543-1551)
Prabu Nilakndra (1551-1567)
Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579
)

Raja termasyur/ terkenal


Raja Gajah Kulon
Karena raja Gajah Kulon menyatukan

kembali kedua kerajaan (Sunda dan


Galuh) yang sejak tahun 670 terpisah.
Kedua kerajaan tersebut merupakan
pecahan dari kerajaan tarumanegara

KEHIDUPAN DI
KERAJAAN SUNDA

Kehidupan politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi

Raja Sunda di Kawali setelah Perang Bubat


adalah Rahyang Niskala Wastu Kencana
dengan nama keratonnya Surawisesa.
Catatan bangsa Portugis yang banyak
berhubungan dengan pajajaran, khususnya
hubungan dengan kegiatan perdagangan. Hal itu
dibuktikan dengan adanya nama nama nama
pelabuhan internasional dengan nama lokal,
misanya Chimano (cimanuk), Sunda Calapa (sunda
kelapa), Tanggaram (tanggerang),
Chequide( cikande), dan Pontang (batam)

Menurut berita Portugis, pada tahun 1512 dan

1521, Raja samiam dari kerajaan Sunda


telah memimpin perutusan ke Malaka
untuk meminta bantuan Portugis.
Sebaliknya, pada tahun 1522, seorang
utusan portugis, Hendrik de Leme telah
berkunjung ke sunda.
Raja sunda berikutnya adalah Prabu Ratu
Dewata (1535-1543). Pada masanya,
banyak serangan dari pasukan Islam.
Pada masa pemerintahan Ragam Mulya
keadaan kerajaan semakin lemah sampai
akhirnya pada sekitar 1579 Kerajaan Sunda
jatuh ke tangan Kekuasaan Islam

KESIMPULAN :
Kehidupan politik di Kerajaan Sunda

sudah berjalan dengan baik dan lancar,


hal ini dibuktikan dengan adanya
hubungan khusus antara kerajaan Sunda
dengan Portugis

KEHIDUPAN SOSIAL
Kelompok Masyarakat berdasarkan ekonomi,

misalnya juru lukis, pande mas (pandai emas),


pande wesi (pandai besi), kumbang gending
(pembuat gamelan), pahuma (peladang), dan
penyawah (petani)
Kelompok masyarakat untuk kepentingan
negara misalnya, Mantri, Bayangkara (keamanan),
prajurit, pamarang (tentara), nu nangganan (nama
jabatan dibawah mangkubumi)
Kelompok rohani dan cendikiawan yang terdiri
dari memen(dalang), paraguna, hempul,
prepantun, paratanda, brahmana

KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan sunda hidup dari hasil

pertanian, terutama dari perladangan.


Selain itu bidang perdagangan juga maju
yang didukung dengan enam bandar
sebagai tempat perdagangan dengan
daerah atau negara lain, yaitu Banten,
Pontang, Cigede, Tamgara, Kalapa dan
Cimanuk. Keenam bandar tersebut sering
disinggahi oleh kapal- kapal dari luar negri,
terutama dari Cina.

Keruntuhan
Kerajaan Sunda

Prabu Suryakancana merupakan

pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang


terakhir, sebab setelah beberapa kali
diserang oleh pasukanMaulana Yusuf
dari Kesultanan Banten, mengakibatkan
kekuasaanPrabu Surya Kancanadan
Kerajaan Pajajaranruntuh.

SE
LE
S
A
I

Anda mungkin juga menyukai