Oleh:
Fransiskus Wahyu/ 19
Grace Devina/ 21
Kezia Hillary Bangun/ 28
SUMBER SEJARAH
KERAJAAN SUNDA
PRASASTI KEBON
KOPI II
Rujukan awal nama Sunda sebagai
sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti
Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536
Masehi). Prasasti itu ditulis dalam
aksara Kawi, namun, bahasa yang
digunakan adalah bahasa Melayu
Kuno.
Prasasti ini terjemahannya sebagai
berikut:
Batu peringatan ini adalah ucapan
Rakryan Juru Pangambat, pada
tahun 458 Saka, bahwa tatanan
pemerintah dikembalikan kepada
kekuasaan raja Sunda.
bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, Wuku Tambir. Hari ini adalah
hari dimana raja kerajaan Sunda, Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen
Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana
Wikramottunggadewa, membuat tanda tapak di bagian timur Sanghiyang Tapak.
Dibuat oleh Sri Jayabupati raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh
melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di
kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas
Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar. Demikanlah tulisan ini dibuat,
ditegakkan dengan sumpah kerajaan Sunda.
Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri
PRASASTI KAWALI
Berdasarkan perbandingan
dengan peninggalan sejarah
lainnya seperti naskah Carita
Parahyangan dan Pustaka Rajya
Rajya i Bhumi Nusantara, dapat
disimpulkan bahwa prasasti
Kawali I ini merupakan
sakakala atau tugu
peringatan untuk mengenang
kejayaan Prabu Niskala Wastu
Kancana, penguasa Sunda
yang bertahta di Kawali,
putra Prabu Linggabuana
Yang berisi:
yang
gugur
Bubat.
nilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa
beliau
Yangdi
Mulia
Prabu Raja
Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah
memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di
sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh pemukiman.
Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan
sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.
Naskah Wangsakerta
Menurutnaskah Wangsakerta, naskah yang diragukan keasliannya,
783 - 795)
Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
Windusakti Prabu Dwageng (895 - 913)
Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942
)
- 964)
Munding Ganawirya (964 - 973)
Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
Brajawissa (989 - 1012)
Dwa Sanghyang (1012 - 1019)
Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
Darmaraja (Sang Moktng Winduraja, 1042 - 1065)
Langlangbumi (Sang Moktng Kerta, 1065 - 1155)
Rakeyan Jayagiri Prabu Mnakluhur (1155 - 1157)
Darmakusuma (Sang Moktng Winduraja, 1157 - 1175)
Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
Ragasuci (Sang Moktng Taman, 1297 - 1303)
KEHIDUPAN DI
KERAJAAN SUNDA
Kehidupan politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi
KESIMPULAN :
Kehidupan politik di Kerajaan Sunda
KEHIDUPAN SOSIAL
Kelompok Masyarakat berdasarkan ekonomi,
KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan sunda hidup dari hasil
Keruntuhan
Kerajaan Sunda
SE
LE
S
A
I