Anda di halaman 1dari 6

D.

    UKURAN SAMPEL

1. Pertimbangan

Ketepatan jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat mempengaruhi
keterwakilan (representativeness) sampel terhadap populasi. Keterwakilan populasi akan
sangat menentukan kebenaran kesimpulan dari hasil penelitian. Semakin besar ukuran sampel
akan semakin mewakili populasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005). Biasanya para peneliti
ingin bekerja dengan sampel sekecil mungkin, karena semakin besar jumlah sampel yang
digunakan maka akan semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan, makin banyak tenaga
yang digunakan dan semakin lama waktu yang diperlukan.
Dalam pengambilan sampel dibutuhkan sebuah pertimbangan dari berbagai aspek diatas,
sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diteliti dan lebih efisien.
Contoh ukuran sampel melalui pertimbangan, antara lain:
·         Dalam penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah
dipandang cukup besar,
·         Dalam penelitian kausal komperatif dan eksperimental, 15 individu untuk setiap
kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai
·         Dalam penelitian survei, sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru
cukup memadai

2. Kebutuhan Sampel Besar

a.      Jika terdapat sejumlah variabel yang tidak bisa dikontrol.


Dalam variabel yang tidak dapat dikontrol, para peneliti mengatasinya dengan sampel
besar (Nana Syaodih sukmadinata, 2009). Contoh: Penelitian tentang dampak pembelajaran
dengan menggunakan website tehadap pengembangan kreatifitas siswa SMA. Dalam
penelitian tersebut meneliti dampak dari macam-macam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan website, pengembangan kegiatan dan penemuan hal baru. Dari beberapa
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan website akan terlibat beberapa faktor atau
variabel lain seperti: kecerdasan, kematangan, jenis kelamin, latar belakang sosial
ekonomi,dll. penelitian dengan sampel besar memungkinkan mengadakan analisis yang
berkenaan dengan faktor-faktor tersebut.

b.      Jika dalam penelitian terantisipasi adanya hubungan atau perbedaan yang


kecil.
Adanya perbedaan atau hubungan yang kecil bisa terabaikan jika ukuran sampelnya kecil.
Dengan menggunakan sampel besar, perbedaan atau hubunga-hubungan yang kecil dapat
terukur kebermaknaannya (signifikansinya). Contoh: penelitian tentang perbedaan pengaruh
penggunaan media terhadap prestasi belajar para siswa di SMP. Jika sampelnya kecil tidak
akan ditemukan adanya perbedaan pengaruh, tapi jika menggunakan sampel besar
kemungkinan akan ditemukan adanya perbedaan.

c.       Jika dalam penelitian dibentuk kelompok-kelompok kecil.


Dalam beberapa penelitian eksperimental, tujuan penelitian tidak hanya diarahkan pada
penguji perbedaan pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan tapi, juga menguji
perbedaan pengaruh satu atau lebih perlakuan tersebut terhadap beberapa kelompok yang
berbeda (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009).
           
d.      Menghindari penyusutan
Dalam proses penelitian sering terjadi penyusutan jumlah sampel. Makin panjang masa
penelitian berlangsung kemungkinan terjadinya penyusutan jumlah sampel semakin besar.
Untuk menghindari dampak penyusutan tersebut maka diperlukan jumlah sampel yang besar.
Upaya untuk mengurangi penyusutan antara lain:
·         tekankan pada subjek sampel bahwa mereka jangan sampai mundur di tengah jalan
·         tegaskan pentingnya penelitian
·         sebelum mulai berpartisipasi mintalah kesediaan mereka untuk ikut sampai tuntas.
·         adakan kontak secara teratur untuk memelihara hubungan dan minat mereka

e.       Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan secara statistik dipenuhi.


Dalam analisis statistik pengujian instrumen dan pengujian hipotesis dituntut tingkat
kepercayaan tertentu minimal 95% atau alpha 5% tapi lebih baik kalau kepercayaan 99% atau
alpha 1%. Untuk itu dalam mencapai tingkat kepercayaan tersebut dituntut sampel yang
besar.

f.       Jika dalam penelitian dihadapkan pada populasi yang sangat heterogen


Dalam penelitian diharapakan populasi yang heterogen sehingga sampel acak yang
sederhana dapat segera ditemukan. Contoh: populasi siswa, kita akan berhadapan dengan
perbedaan jenis sekolah, tingkat kelas, jurusan, usia, jenis kelamin, tingkat kederdasan, minat,
hobi ,dll. penggunaan sampel yang besar memberikan kemungkinan untuk dapat
memperhatikan perbedaan dalam variabel-variabel tersebut (Nana Syaodih Sukmadinata,
2009).
g.      Jika reliabilitas dari variabel bebas tidak terjamin
Dalam penelitian tidak selalu reliabilitas atau ketepatan hasil penelitian itu bisa dijamin.
Hal ini dikarenakan karakteristik variabel itu sendiri. Untuk mengurangii dampak reliabilitas
yang rendah dari variabel tersebut diperlukan sampel berukuran besar.

 DAFTAR PUSTAKA

Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Supranto.1998. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nana Syaodih Sukmadinat. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

SUMBER:
http://pradiptavian.wordpress.com/2012/04/28/metode-pengumpulan-
data-pengertian-data-jenis-data-pengertian-variabel-macam-macam-
variabel/
http://wahyubudiutami.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-data.html
http://contohskripsi-makalah.blogspot.com/2012/04/pengertian-populasi-
dan-sampel.html
http://jam-analyst.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-
sampel.html#!/2012/03/jenis-jenis-sampel.html
Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling Eureka Pendidikan. Pada suatu
penelitian, kita memiliki suatu objek penelitian. Objek penelitian khususnya pendidikan dapat
berupa peserta didik atau lembaga pendidikan. Peserta didik atau lembaga pendidikan dapat
tergabung dalam suatu kumpulan besar yang disebut dengan populasi. Pengertian populasi
dalam statistik tidak terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-orang/ peserta didik tertentu,
namun mengacu pada seluruh ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi fokus perhatian
suatu kajian. Populasi sering juga disebut universe atau sekelompok individu atau objek yang
memiliki karakteristik yang sama, misalnya status sosial sama, atau obyek lain yang mempunyai
karakteristik sama seperti golongan darah. Oleh karenanya, populasi memiliki kuantitas yang
besar sehingga untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari suatu populasi, dibutuhkan suatu
sampel yang kiranya dapat mewakili masing-masing populasi tersebut. Sampel merupakan
sebagian dari suatu populasi. Tujuan diadakannya sampel adalah sebagai pemberi gambaran
tentang populasi yang tengah dikaji. Hal ini berarti suatu sampel harus mengikuti kaidah-kaidah
tertentu agar dapat dinyatakan sebagai sampel yang representative. Dengan demikian, makalah
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknik pengambilan sampel dalam suatu penelitian
agar sampel yang digunakan mampu mewakili populasi yang tengah dikaji Definisi Sampel
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber
data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono memberikan pengertian bahwa sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Dengan
demikian, berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat simpulkan bahwa sampel merupakan
bentuk kecil yang mewakili suatu populasi yang sifatnya harus benar-benar representatif agar
kesimpulan yang diperoleh dari sampel dapat diberlakukan untuk populasinya. Tujuan
Pengambilan Sampel Objek penelitian dalam sampel pastinya lebih sedikit dibanding populasi.
Hal ini berkenaan dengan tujuan sampel, yaitu : Masalah biaya Besar-kecilnya biaya tergantung
juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin
besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampel ialah satu cara untuk mengurangi biaya. Masalah waktu Penelitian sampel
selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan
hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat. Percobaan yang sifatnya merusak Banyak penelitian
yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan.
Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji
kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat
dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis
data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan
bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap
sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian. Syarat Pengambilan Sampel Sampel
dapat dikatakan sebagai sampel yang representatif terhadap populasi manakala sampel
tersebut: a. Akurasi atau ketepatan Tingkat ketidakadaan bias atau kekeliruan dalam sampel.
Tolak ukur adanya biasa atau kekeliruan dalam sampel adalah populasi. Oleh karena itu, agar
sampel dapat memprediksi dengan baik suatu populasi maka sampel harus mempunyai
selengkap mungkin karakteristik populasi. b. Presisi Presisi mengacu pada persoalan sedekat
mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Presisi diukur oleh simpangan baku Makin
kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel dengan simpangan baku
dari populasi, makin tinggi pula tingkat presisinya. Ukuran Sampel Ukuran sampel merupakan
banyaknya sampel yang harus digunakan ketika melakukan kegiatan penelitian. Gay dan Diehl
berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Hal ini mengandung maksud bahwa
semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat
digeneralisasi. Akan tetapi, ukuran sampel bergantung dari jenis penelitian yang diterapkan.
Berikut ini diberikan beberapa cara dalam menentukan ukuran sampel menurut para ahli
Berdasarkan Gay dan Diehl, ukuran sampel dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut: a.
Penelitian deskriptif, sampel minimumnya adalah 10% dari populasi b. Penelitian korelasi,
sampel minimumnya adalah 30 subjek c. Penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak
30 subjek per group d. Penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per
group Berdasarkan Frankel dan Wallen ukuran sampel minimum untuk : a. Penelitian deskriptif
sebanyak 100 b. Penelitian korelasional sebanyak 50 c. Penelitian kausal-perbandingan
sebanyak 30/group d. Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group Berdasarkan
Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : Ukuran sampel lebih
dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian Jika sampel dipecah ke
dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk
tiap kategori adalah tepat Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian Untuk penelitian
eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah
mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto, jika peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mereka
dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam
populasi hanya meliputi antara 100-150 orang dan dalam pengumpulan datanya peneliti
menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila
peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi
menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti. Sugiyono (2013:126)
Berdasarkan Isaac dan Michael, ukuran sampel dapat diperoleh melalui perhitungan matematis
dengan taraf signifikansi 1%, 5%, dan 10%. Rumus tersebut adalah sebagi berikut: Keterangan:
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan rumus :        keterangan : Menurut
Kretije dan Morgan, ukuran suatu sampel ditentukan berdasarkan tabel pada lampiran 2.
Dengan demikian, ukuran sampel tidak dapat disamaratakan dalam setiap jenis penelitian.
Ukuran sampel suatu penelitian bergantung pada jenis penelitian yang digunakan. Teknik
Pengambilan Sampel Definisi Teknik Pengambilan Sampel Menurut Kerlinger (2006:188)
mengambil sampel merupakan mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta sebagai
wakil populasi atau semesta itu. Menurut Sugiyono, Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Sedangkan Margono menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel
yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Dengan demikian, sampling atau
teknik pengambilan sampel merupakan suatu teknik atau metodologi yang dipergunakan untuk
memilih dan mengambil unsur-unsur atau anggota-anggota populasi untuk digunakan sebagai
sampel yang representatif. Oleh karena itu, terdapat berbagai teknik pengambilan sampel yang
digunakan.dalam menentukan sampel atau ukuran sampel dalam penelitian. Jenis dan Metode
Sampling Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu
Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability sampling menurut
Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan Nonprobability sampling
menurut Sugiyono adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. 1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah mengetahui besarnya
populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa
setiap unsur atau kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Adapun jenis-jenis Probability sampling adalah sebagai berikut : a) Simple random sampling
Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah
populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi
memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan
simple    (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi  dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126) menyatakan
bahwa  simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan  sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi
tidak terlalu besar.  Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program  S1 (unit
sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak  150 orang dari populasi  tersebut, digunakan
teknik  ini,  baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini. Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58) b)
Proportionate stratified random sampling Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified
random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau
berlapis-lapis. Menurut  Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi
pegawai itu berstrata. Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan
SMA, 15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara proporsional. c) Disproportionate
stratified random sampling Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya
pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90
orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3
dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil
bila dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP. d) Area (cluster) sampling (sampling
menurut daerah) Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127),
teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari
kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan
sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu
negara, propinsi atau kabupaten. Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10
propinsi. Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena
propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan
stratified random sampling. Contoh tersebut dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh
lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan
terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada
semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Teknik sampling
daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah,
dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling
(Sugiyono, 2001: 59) 2) Nonprobability sampling a) Sampling sistematis Sugiyono (2001:60)
menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil  saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel
adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. b) Quota sampling Menurut Sugiyono (2001:
60) menyatakan bahwa  sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono
(2004: 127) dalam  teknik  ini  jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu
terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota
terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap
pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel
ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti
dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II)
sebanyak 20 orang. c) Sampling aksidental Sampling aksidental adalah teknik penentuan
sampel  berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan bahwa
dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat
umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga  negara yang telah dewasa
sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang
dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi. d) Purposive sampling Sugiyono (2001:
61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128),  pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling  didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah  diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit
sampel yang  dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang  diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai
maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria kedisiplinan pegawai. e)
Sampling jenuh Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah  teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi  digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila  jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah  lain sampel jenuh adalah sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel. f) Snowball sampling (Sugiyono, 2001: 61), Snowball
sampling adalah teknik penentuan sampel  yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel
ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling. Teknik sampel
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-sampling.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai