Anda di halaman 1dari 3

Toilet Training

22.05.2015
Kemampuan anak untuk buang air sendiri di toilet merupakan salah satu tahap perkembangan
yang penting menuju kemandirian. Membantu anak dalam toilet training kadang-kadang
menjadi tantangan bagi orangtua dan pengasuh. Keberhasilannya diukur dari seberapa jauh
anak mengerti penggunaan toilet untuk buang air, bukan dari kemahiran penguasaan proses
belajarnya. Caranya bisa bermacam-macam. Kuncinya adalah kepekaan untuk mengenali
isyarat dan kesiapan anak untuk belajar, konsistensi, serta tidak dipaksakan.
Tidak ada usia yang pasti untuk memulai toilet training pada seorang anak. Kesiapannya
dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang secara umum timbul sekitar usia 18 bulan
sampai 2,5 tahun.
Beberapa tanda ia sudah siap belajar antara lain:
1. Ia mampu menirukan Anda dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar, misalnya
mengikuti Anda ke kamar mandi.
2. Ia mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta ataupun tidak.
3. Ia mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak.
4. Ia sudah mampu berjalan dan duduk dengan baik.
5. Ia mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar).
6. Ia mampu melepas dan mengenakan pakaiannya.
 
Melaksanakan Toilet Training
Pelaksanaan toilet training yang konsisten memerlukan perencanaan yang juga disepakati
seluruh pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, seperti anggota keluarga besar atau
petugas tempat penitipan anak. Penting untuk memperhatikan bagaimana perilaku dan
temperamen anak, waktu dalam sehari yang kira-kira tepat untuk mulai berkenalan dengan
penggunaan toilet, serta dukungan yang ia perlukan setiap saat. Dokter Anda dapat membantu
menentukan kesiapan anak serta rencana pendekatan yang akan dilakukan.
Tahap toilet training meliputi penyampaian maksud buang air, melepas pakaian atau celana,
buang air di toilet, membersihkan bagian tubuh sekitar tempat buang air, mengenakan
pakaian kembali, menyiram toilet, dan mencuci tangan. Buatlah pengalaman belajar ini
sebagai kegiatan yang bersifat alami dalam hidup sehari-hari. Dorong rasa percaya diri anak
bahwa ia mampu melakukannya sendiri. Berikan pujian apabila ia berhasil pada setiap tahap.
Pendekatan yang baik akan membuat anak tidak merasa dipaksa buang air di toilet. Apabila
anak merasa tertekan atau tidak nyaman, ia mungkin akan menahan buang airnya. Demikian
juga halnya apabila sikap Anda menunjukkan kecemasan dan harapan bahwa ia harus segera
mampu mandiri.
Pada waktu-waktu tertentu, sesekali anak masih akan buang air di celana. Saat sedang sakit
atau mengalami perubahan besar dalam hidup sehari-hari, kemajuan yang dicapai mungkin
akan berkurang. Hal ini wajar terjadi, dan sikap terbaik adalah tetap mendukung seperti biasa.
Hindari reaksi berlebihan atau tekanan pada kemunduran kemampuannya. Apabila keadaan
sudah kembali normal, anak akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya.
Setelah buang air besar, jangan lupa melihat apakah kotoran yang dikeluarkan anak padat dan
keras. Hal ini menyebabkan rasa sakit saat buang air dan menghambat proses belajar, karena
anak akan menahan buang airnya. Ketika hal ini terjadi, perbanyak serat dalam asupan
makanan anak serta minum air dalam jumlah yang cukup. Yakinkan anak bahwa buang air
besar tidak menyakitkan lagi apabila kotoran yang dikeluarkan melunak.
 
Beberapa hal lain yang mungkin perlu diingat ketika anak sedang dalam proses toilet
training  adalah:
1. Biasakan mengenali isyarat ketika anak akan buang air, seperti ekspresi wajah,
perilaku, atau posisi tertentu. Tanyakan apakah ia ingin ke toilet saat isyarat itu
timbul.
2. Selalu berikan contoh, baik tentang cara duduk di toilet maupun dalam kebiasaan
makan banyak serat.
3. Pada awal toilet training, anak laki-laki perlu belajar buang air kecil dalam posisi
duduk dulu. Belajar buang air kecil langsung dalam posisi berdiri mungkin dapat
menyulitkan proses belajar duduk di toilet untuk buang air besar. Anak laki-laki juga
umumnya butuh waktu lebih lama dalam proses belajar ini.
4. Latihan buang air dapat dimulai satu kali sehari pada waktu yang sama, seperti setelah
makan atau saat mandi, ketika anak tidak berpakaian.
5. Ketika anak sudah mulai belajar mengendalikan proses buang airnya, Anda dapat
mengurangi pemakaian diaper secara bertahap. Mulai kenakan celana kain biasa pada
siang hari ketika anak bangun dan bermain. Kendali buang air saat tidur mungkin baru
akan timbul setahun setelah anak mampu menahan buang air di siang hari.
6. Ajari anak untuk buang air di malam hari sebelum tidur. Apabila ia masih sering
buang air kecil di malam hari, mungkin Anda perlu mengajaknya buang air di tengah
malam satu kali lagi.
7. Berkonsultasilah dengan dokter anak apabila anak Anda belum dapat mengendalikan
buang air saat ia berusia 7 tahun.
 
 
Penulis : dr. Catharine M. Sambo, Sp.A
Ikatan Dokter Anak Indonesia         
Sumber : https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training

Anda mungkin juga menyukai