Anda di halaman 1dari 1

Nama: Rana Ramadhania Wati

Tugas: Resume
Kelas: Sosiologi A
NIM:11201110000040

Konformitas dan Penyimpangan

Konformitas adalah keseragaman budaya, dimana kita telah tersosialisasi sejak kecil
agar berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat setempat.1
Penyimpangan merupakan perilaku dimana kita tidak sesuai dengan yang di harapkan
masyarakat. menurut James Vander Zanden (1979)2 penyimpangan merupakan perilaku yang
oleh Sebagian besar orang dianggap hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Seperti pada
contoh laki-laki bekerja sebagai ojek, jika ada perempuan yang bekerja sebagai ojek, akan
dianggap oleh Sebagian masyarakat aneh atau tidak cocok.
Menurut Kornblum (1989)3 disamping penyimpangan (deviance) dan penyimpang
(deviant) ada institusi yang menyimpang (deviant institution), Kornblum mengenal institusi
ini dijumpai pada kejahatan terorganisasi (organized crime).
Menurut para ahli Sosiologi, penyimpangan bukanlah hal yang melekat pada
seseorang, melainkan diberi ciri melalui definisi sosial 4 Ciri ini tampak pada, Ketika umat
muslim tidak mengenakan kerudung di Universitas Islam, ia akan di anggap sebagai
penyimpang, tetapi jika ke kafe, rumah makan, hal itu menjadi sah-sah saja.
Para ahli Sosiologi pun mengidentifikasikan fenomena ini dengan teori-teori mereka 5,
Edwin H. Sutherland menciptakan sebuah teori yaitu Differential Assosiation yaitu dimana
penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya (cultural transmission), melalu proses
belajar ini seseorang mempelajari suatu deviant subculture (sub kebudayaan menyimpang).
Edwin M. Lemert menciptakan juga teori Labelling atau dimana seseorang menjadi
menyimpang karena proses Labelling/pemberian cap, julukan, etiket, merek yang diberikan
masyarakat kepadanya. Dan terakhir dalam buku Pengantar Sosiologi yaitu Robert K.
Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan juga terjadi pada jenjang makro yaitu
struktur sosial, pada struktur sosial tidak hanya konformitas yang dihasilkan, melainkan
nonkonformitas dapat dihasilkan dalam pelanggaran terhadap aturan sosial, menekan orang
tertentu kearah perilaku nonkonform. Ia mengidentifikasikan bahwa dalam adaptasi individu,
ada 5 situasi dalam menghadapinya, tetapi 4 diantaranya adalah perilaku menyimpang. Lima
situasi tersebut adalah; conformity(konformitas), innovation(inovasi), ritualism(ritualisme),
retreatism (perilaku sesuai tujuan budaya maupun cara meraihnya), dan terakhir rebellion
(pemberontakan).
Kejahatan menurut ahli sosiologi berbeda dengan penegak hukum atau masyarakat,
Light, Keller, dan Calhoun (1989)6 membedakan kejahatan tanpa korban (crime without
victims), kejahatan terorganiasai (organized crime), kejahatan oleh orang terpandang,
berstatus tinggi (white collar crime), dan kejahatan atas nama perusahaan(corporate crime).
Menurutnya kejahatan tak selalu memakan korban, mereka namakan kejahatan ini sebagai
kejahatan tanpa korban (victimless crime). Menurutnya kejahatan ini seperti pada contoh
berjudi, penyalahgunaan alat bius, bermabuk-mabukan, dsb.. Meskipun tidak memakan
korban tetapi menurut sebagian masyarakat atau orang yang berkuasa, hal tersebut
merupakan kejahatan. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa perbuatan tersebut mungkin
membawa korban juga.

1
Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi. (FEUI:Jakarta,1993). Hal. 175
2
Ibid. Hal. 176
3
Ibid. Hal. 176-177
4
Ibid. Hal. 177
5
Ibid. Hal. 178
6
Ibid. Hal. 182

Anda mungkin juga menyukai