Dosen Pengampu:
Oleh:
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.5 Tujuan Penelitian............................................................................................................3
1.6 Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................4
2.1 Kajian Teori.....................................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Pernikahan Dini....................................................................................4
2.1.2 Pengertian Perceraian..............................................................................................4
2.2 Literature Review............................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................9
METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................................9
3.1 Lokasi Penelitian.............................................................................................................9
3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian...................................................................................9
3.3 Populasi dan Sampel.......................................................................................................9
3.3.1 Populasi....................................................................................................................10
3.3.2 Sampel......................................................................................................................10
3.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................................................................10
3.5 Sumber Data..................................................................................................................10
3.6 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................11
3.7 Definisi Operasional Variabel......................................................................................11
3.8 Hipotesis.........................................................................................................................12
3.9 Skala Pengukuran.........................................................................................................12
3.10 Analisis Data................................................................................................................13
3. 11 Uji Coba Alat Ukur....................................................................................................13
3.12 Pelaksanaan Penelitian...............................................................................................14
II
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
II
BAB I
PENDAHULUAN
Pernikahan dini merupakan fenomena yang memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai sosial
budaya dan agama dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks Indonesia pernikahan lebih
cenderung diartikan sebagai kewajiban sosial daripada pengaktualan kehendak setiap
individu. Pernikahan bagi masyarakat tradisional merupakan sebuah keharusan sosial karena
di dalam pernikahan itu terdapat sebuah warisan tradisi dan merupakan sesuatu yang sakral.
Sedangkan pernikahan menurut masyarakat rasional modern, pernikahan dipandang hanya
sebatas kontrak sosial dan karena hal tersebut menjadikan suatu pernikahan menjadi sebuah
pilihan bagi tiap individu.
Adapun menurut Akhmad Jayadiningrat, terdapat 3 penyebab utama terjadinya pernikahan
dini yaitu diantaranya : 1. Dorongan naluri dari orang tua untuk segera menambah anggota
keluarga, atau yang dimaksud disini adalah orang tua ingin cepat-cepat meminang cucu, 2.
Tidak adanya edukasi mengenai apa-apa saja akibat buruk yang dapat terjadi jika menikah
terlalu muda, baik bagi mempelai laki-laki dan perempuan ataupun keturunannya, 3. Adanya
sifat masyarakat Jawa yang masih kental dengan adat sehingga menganggap bahwa
pernikahan yang dilakukan oleh anak muda merupakan tradisi biasa.
Menurut Omar, perceraian merupakan upaya untuk melepaskan ikatan suami-istri dari
suatu yang sakral yaitu pernikahan yang disebabkan oleh alasan tertentu. Adapun faktor-
faktor yang menyebabkan perceraian yaitu : pertama, aspek religiusitas agama. Dalam aspek
religiusitas agama ini, kita dapat melihat bahwa semakin rendahnya keimanan dan akhlak,
serta pengetahuan, pemhaman dan pengamalan-pengamalan nilai-nilai agama dalam
kehidupan berkeluarga. Dalam keluarga pasti ada saja konflik yang ditimbulkan, tetapi
bukannya diselesaikan dengan kepala dingin justru kedua pasangan ini memilih jalan untuk
berpisah, dimana yang banyak menggugat cerai yaitu istri dan ini sangat berbeda dengan
zaman dahulu dimana istri memiliki sebuah motivasi yang mana ketika mereka menjalankan
atau melaksanakan tugas sebagai istri dan ibu adalah ibadah. Sehingga mereka cenderung
lebih besar rasa ikhlas dan sabar nya dari sikap ini membuat istri bisa memiliki semangat
1
2
untuk mempertahankan rumah tangga nya dan selalu sabar dalam menghadapi kelemahan
suami. Namun, hal ini sudah mulai memudar di kalangan istri zaman sekarang.
Kedua, aspek ekonomi yang terdiri dari kebutuhan rumah tangga, dan status pekerjaan wanita.
Dalam hal kebutuhan rumah tangga, masalah ekonomi menjadi salah satu faktor yang memicu
terjadinya konflik yang berkepanjangan dan dari konflik yang tidak kunjung usai tersebut
yang terjadi adalah perceraian. Disisi lain perilaku konsumtif yang dilakukan perempuan
merupakan salah satu penyebab tingginya angka gugatan cerai. Selanjutnya dalam hal status
pekerjaan wanita. Ketika seorang istri bekerja maka dapat menimbulkan kurangnya
komunikasi yang dilakukan dengan suaminya, sehingga terkadang istri juga sering melupakan
atau bahkan mengabaikan hak-hak suami. Ketika hak-hak nya tidak terpenuhi inilah yang
dapat menyebabkan hubungan suami istri tidak harmonis yang dapat menyebabkan
perceraian.
Ketiga, aspek pendidikan. Meskipun pendidikan bukan faktor penyebab utama
perempuan menggugat cerai, karena gugatan cerai diajukan oleh perempuan dari semua
tingkat pendidikan. Namun demikian, dengan meningkatnya pendidikan perempuan maka
perempuan akan sadar dan paham dengan hukum. Dan istri pun semakin berani untuk
memperjuangkan hak-haknya. Jadi dalam konteks ini bila terjadi konflik antara suami istri
dan istri mengalami penderitaan maka sang istri akan memilih jalan keluar yaitu dengan
bercerai. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh nurhasanah di
pengadilan agama kota padang, ternyata inisiatif bercerai lebih banyak diambil oleh
perempuan, sehingga mengakibatkan angka gugatan cerai lebih banyak dibandingkan angka
permohonan cerai.
Keempat, aspek budaya. Diantara faktor penyebabnya adalah terjadinya kesalahan
penafsiran kesetaraan gender dikalangan perempuan, sehingga perempuan menganggap
kesetaraan gender itu semua sama, laki-laki dan perempuan adalah setara. Hal ini
menimbulkan ketidakikhlasan perempuan dalam menjalani hubungan rumah tangga.
Adapun batasan dalam kasus ini peneliti lebih berfokus pada hubungan pernikahan dini
dengan tingginya tingkat perceraian
TINJAUAN PUSTAKA
Pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi pada pasangan yang masih dibawah
umur, jika kita merujuk kepada WHO, pernikahan dini (early married) merupakan pernikahan
yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan yang masih dikategorikan anak-anak
atau remaja yang berusia dibawah 19 tahun, dan jika kita melihat pernikahan dini menurut
hukum negara Republik Indonesia, yang tercantum pada undang-undang nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan, usia minimal untuk melakukan pernikahan di Indonesia di umur 16
tahun, yang tertulis pada pada Bab 2 pasal 7 ayat 1, didalam tertuliskan bahwa “perkawinan
hanya dijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun, dan pihak Wanita sudah
mencapai umur 16 tahun”. Menurut BAPPENAS, pada tahun 2020 pernikahan dini di
Indonesia mengalami penurunan 3,5% dalam kurun waktu 10 tahun, namun hal tersebut
dianggap masih sangat lambat, karena targetnya di Indonesia pada tahun 2024 mengalami
penurunan pernikahan dini 8,74%, dan 6,94% pada tahun 2020.
Di Indonesia sendiri kasus pernikahan dini di tahun 2020 cukup banyak terjadi, hal ini
diakibatkan oleh kebijakan belajar dari rumah selama pandemi covid-19, contoh kasusnya
adalah terdapat kasus pernikahan antara pasangan S (17) dan ES (15) di Lombok Tengah yang
terjadi pada bulan oktober 2020, kasus di Lombok Timur sendiri tejadi 15 kasus pernikahan
dini pada Agustus 2020, penyebab terjadinya pernikahan dini pada kasus tersebut adalah
bosan karena belajar dari rumah, dan penyebab lainnya adalah hamil di luar pernikahan.
Kasus pernikahan dibawah umur juga disebabkan oleh masalah ekonomi, karena dipengaruhi
juga oleh pandemi covid-19, hal ini dapat dilihat dari turunnya perekonomian di Indonesia,
yang menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yang naik menjadi
26,4 juta orang atau sama dengan 9,8% dari populasi yang ada di Indonesia.
9
5
Menurut Mel Krantzler (1973) perceraian adalah berakhirnya hubungan antara dua
orang yang pernah hidup bersama sebagai pasangan suami istri. Sementara menurut Kamus
Sosiologi, perceraian adalah pembubaran secara hukum sebuah pernikahan yang sah
sementara kedua pasangan masih hidup sehingga mereka bebas untuk menikah lagi.1
Erna Karim, Pendekatan Perceraian dari Perspektif Sosiologi, dalam T. O. Ihromi,
Sosiologi Keluarga; Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999). 6
Nicholas Abercrombie, dkk, Kamus Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 160-
161. Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012 91 Erna Karim lebih tegas menyebut
perceraian sebagai cerai hidup antara pasangan suami istri akibat dari kegagalan mereka
menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini, Erna Karim melihat perceraian
sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan di mana pasangan suami istri kemudian
hidup berpisah dan secara resmi disahkan oleh hukum yang berlaku di suatu tempat.2
Scanzoni dan Scanzoni menyebut perceraian sebagai putusnya komitmen suami istri
untuk hidup bersama akibat mulai munculnya masalah dalam rumah tangga. Lazimnya
menurut Scanzoni, situasi dan kondisi menjelang perceraian diawali dengan macetnya proses
negosiasi antara pasangan suami-istri. Akibatnya, pasangan tersebut sudah tidak bisa lagi
menghasilkan kesepakatan yang dapat memuaskan masing-masing pihak. Mereka seolah-olah
tidak dapat lagi mencari jalan keluar yang baik bagi mereka berdua. Di antara mereka muncul
perasaanpersaan bahwa pasangannya mencoba untuk mulai memaksakan kehendaknya
sendiri, mencari cari kesalahan pasangannya, lebih mengupayakan terjadinya konflik daripada
mencari jalan keluar untuk kepentingan bersama, mencoba untuk menunjukkan
kekuasaannya. Perasaan-perasaan tersebut kemudian menumbuhkan rasa permusuhan dan
kebencian di antara kedua belah pihak sehingga biasanya berujung pada perceraian.3
Sementara William J. Goode tidak memberi definisi perceraian secara spesifik. Ia
justru mengangkat isu yang lebih umum dan menurutnya lebih penting dari sekedar persoalan
perceraian, yaitu kekacauan dalam rumah tangga. Menurut Goode, kekacauan keluarga dapat
ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran
sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran mereka
sepenuhnya. Menurut Goode lagi, kekacauan keluarga tidak hanya terjadi dalam bentuk
1
Erna Karim, Pendekatan Perceraian dari Perspektif Sosiologi, dalam T. O. Ihromi, Sosiologi Keluarga; Sebuah
Bunga Rampai, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999) & Nicholas Abercrombie, dkk, Kamus Sosiologi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 160-161. Dalam Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian di Aceh,
Muhammad Sahlan.. Dalam Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian di Aceh, Muhammad Sahlan.
2
Ibid., hal. 137. Dalam Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian di Aceh, Muhammad Sahlan.
3
Sahlan, M. (2012). Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian Di Aceh. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin, 14(1), 88-97.
6
perceraian, melainkan dapat dilihat dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah: [1]
ketidakabsahan; [2] pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggal; [3] keluarga selaput
kosong; [4] ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan; [5] kegagalan
peran penting yang tak diinginkan.4
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Sumbulah (2012), yang berjudul “Pernikahan
Dini Dan Implikasinya Terhadap Kehidupan Keluarga Pada masyarakat Madura (Perspektif
Hukum dan Gender)”. Pada penelitian tersebut menghasilkan bahwa pernikahan dini yang
terjadi pada masyarakat madura disebabkan oleh sedikitnya 3 hal, yang pertama disebabkan
oleh kekhawatiran orang tua terhadap perilaku anaknya, yang kedua adanya kesiapan diri
walaupun di usia yang cenderung masih sangat muda, ketiga disebabkan oleh permasalahan
ekonomi, yang dimana untuk mengurangi beban ekonomi keluarga, hal ini terjadi karena
kemiskinan yang terjadi pada orang tua, yang keempat kurang sadarnya masyarakat madura
dalam hal Pendidikan, kurangnya Pendidikan ini terjadi kepada yang menikah maupun
generasi yang dilahirkan nantinya, dalam pernikahan dini tersebut menyebabkan dampak
negatif, contohnya seperti cekcok, pertengkaran, dan bahkan bentrokan antar suami dan istri,
hal ini disebabkan karena usia yang masih muda tentu menyebabkan belum stabilnya emosi,
dan hal itulah yang menyebabkan konflik. Jika kita lihat adanya pernikahan dini tersebut
terjadi karena disebabkan oleh faktor ekonomi dan kurangnya Pendidikan, hal itulah yang
menjadi penyebab tingginya perceraian pada pernikahan dini yang terjadi di Madura.
Penelitian yang dilakukan oleh Iin Musriani Maftukhah (2018), yang berjudul
“Hubungan Antara Pernikahan Dini Dengan Perceraian Pada Wanita Di Indonesia”. Pada
penelitian tersebut mengatakan bahwa tempat tinggal atau lingkungan menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya pernikahan dini, dalam penelitian ini mengatakan bahwa data yang
didapat dari susenas (Survei Kesehatan Nasional) Wanita berusia 15-18 tahun yang menikah
merupakan anak yang tinggal di daerah pedesaan dengan angka 71% dari populasi, dan hal ini
juga Kembali dipengaruhi seperti penelitian sebelumnya yaitu masalah perekenomian, yang
dimana di pedesaan sangat kurang adanya lapangan pekerjaan, dan menyebabkan Wanita
menjadi lebih memilih berdiam diri dirumah, sedang jika Wanita bekerja maka akan
mengubah pola pikirnya dalam pernikahan. Hal-hal yang menyebabkan pernikahan dini dalam
penelitian ini adalah pengetahuan, ekonomi, budaya, dan Pendidikan. Pada penelitian ini
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal. 345
7
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pernikahan dini dengan perceraian pada
Wanita usia 15-49 tahun di Indonesia pada tahun 2012, dan suami yang tidak bekerja
berinteraksi negative sebesar 12%. Dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi, lingkungan,
dan Pendidikan menjadi faktor penyebab terjadinya perceraian dalam pernikahan dini.
Jurnal yang ditulis oleh Masyithah Umar (2020), berjudul “Pernikahan Dini,
Pendidikan, Kesehatan, Dan Kemiskinan Di Indonesia, Masihkah Bekorelasi?”. Dalam
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pernikahan dini, disebabkan oleh masalah ekonomi
keluarga, dan dimana hasil penelitian yang dilakukan di Kalimantan selatan, pernikahan dini
memiliki korelasi signifikan dengan tingkat Pendidikan (0,005<0,05) dan angka harapan
hidup (0,001<0,55) dengan korelasi negative. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan
masalah, ekonomi dan Pendidikan menjadi faktor terjadinya pernikahan dini.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi pendelitian merupakan cara yang sering digunakan dalam penelitian untuk
mendaptkan data secara ilmiah dengan tujuan tertentu. Menurut Sugiyono 5 metode deskriptif
merupakan metode penlitian yang digunakan untuk mengetahui niilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel
lain.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian di Desa Dadap, Desa
Jatimulya, Desa Rawaburung, Kecamatan Kosambi, Kabupaten tangerang..
Jenis penelitian yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasi dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif sendiri menurut sugiyono
(2013:13) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti populasi dengan mengambil sampel tertentu. Teknik sampel yang umumnya
digunakan dalam pendekatan ini adalah random sampling, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis
yang telah digunakan. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel dan menjelaskan variabel tersebut.
Sedangkan penelitian korelasi menurut Suryabrata (1994) adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor memiliki kaitan
dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Penelitian ini dilakukan secara sistematis untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah
yang sudah ditetapkan. Tujuan penelitian ini adalah ingin menjelaskan dan mengetahui
hubungan antara pernikahan dini dengan tingkat perceraian dan kemiskinan di desa dadap
kabupaten tangerang.
5
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Hal 70.
9
10
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagain dari populasi. Sampel pada penelitian ini dalah sebagian
pelaku cerai hidup kabupaten tangerang yang melakukan pernikahan dini. Pada penelitian ini
penulis akan menggunakan formula:
Formula slovin
Di ketahui:
N: 1048
d: 5% = 0.05
Maka ukuran sampel minimalnya adalah:
n= N = 1048 = 1048 = 1048 =
1+ N(d2 ) 1+(1048 x 0.05²) 1+(1048 x 0.0025) 1 + 2,62
Data pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
kami dapatkan melalui survey kepada pelaku pernikahan dini yang bercerai dan berdomisili di
Desa Dadap, Desa Jatimulya, Desa Rawaburung, Kecamatan Kosambi Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten. Kami mendapat data pelaku pernikahan dini berdasarkan data dari
Pengadilan Agama Tigaraksa. Data sekunder kami dapatkan melalui data dari Pengadilan
Agama Tigaraksa dan penelitian sebelumnya.
Menurut Sugiyono (2012) variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.6 Di dalam penelitian ini kami menggunakan dua
jenis variabel yaitu:
1. Variabel Dependen/Terikat
Menurut Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik(2015) Variabel dependen atau
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
varibel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat perceraian
Variabel Dependen Indikator
Status Perceraian Sudah ada putusan perceraian dari pengadilan
2. Variabel Independen/Bebas
Menurut Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik(2015) Variabel independen atau
variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. 7 Variabel independen dalam
penelitian ini adalah pernikahan dini.
6
Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik. 2015. Yogyakarta : Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing
7
Ibid
12
3.8 Hipotesis
Hipotesis adalah pertanyaan yang masih lemah kebenarannya dan perlu di buktikan
atau dugaan yang sifatnya masih sementara. Pengujian hipotesis merupakan suatu prosedur
yang di lakukan dengan tujuan memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis
mengenai parameter populasi. Berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian ini, maka
hipotesis yang kami ajukan adalah adanya hubungan pernikahan dini dengan tingginya tingkat
perceraian dan kemiskinan. Dengan demikian, hipotesis penelitian di rumuskan sebagai
berikut :
H0 : μ 1 ≠ μ2 : Tidak ada hubungan pernikahan dini dengan tingginya tingkat
perceraian.
H1 : μ1 = μ2 : Ada hubungan pernikahan dini dengan tingginya tingkat
perceraian.
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan seluruh data yang telah di kumpulkan
dan di sajikan dalam susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan data
sebelumnya yang telah di kumpulkan. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi yang
bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan atau asosiasi anatara dua variabel. Uji korelasi
dilakukan untuk melihat hubungan dari dua variabel, yaitu variabel x (Pernikahan Dini)
dengan variabel y (Tingginya Tingkat Perceraian dan Kemiskinan). Korelasi antara kedua
variabel dapat di lihat dari nilai signifikasi, apabila nilai signifikasi menunjukkan < 0,05 maka
terdapat korelasi antar variabel, sebaliknya apabila nilai sigifikansi > 0,05 tidak terdapat
korelasi antara kedua variabel.
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi.
∑x = Jumlah Data Variabel x.
∑y = Jumlah Data Variabel y.
∑xy = Jumlah Dari Perkalian Variabel x dan y.
n = Jumlah Sampel.
A. Validitas
Suatu skala dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen dapat
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan
dilakukannya pengukuran. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Validitas
Konstruk (Konvergen) yang merujuk kepada derajat kesesuaian antara atribut hasil
pengukuran alat ukur dan berbagai konsep teoretis yang menjelaskan keberadaan berbagai
atribut dari variabel tersebut. Uji validitas konstruk menggunakan software SPSS 26 dengan
metode Correlate Bivariate Pearson. Standar signifikansi yang yang digunakan untuk
menentukan validitas item ini adalah < 0.05.
1. Nilai signifikansi < 0,005 item - item instrumen di nyatakan valid.
2. Nilai signifikansi > 0,005 item - item instrumen di nyatakan tidak valid.
B. Reliabilitas
14
a. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian ini mulai dari penyusunan proposal sampai dengan menyusun laporan
hasil penelitian di rencanakan selama 1 bulan dan akan dilaksanakan pada bulan Oktober
2021. Tahap dan waktu kegiatan penelitian akan diuraikan di bawah.
b. Anggaran Biaya
NO KETERANGAN BIAYA
1. Persiapan
- Administrasi Rp. 100.000
- Pengadaan Alat dan Bahan Rp. 200.000
2. Peneliti Lapangan
-Transportasi Rp. 1.000.000
-Konsumsi Rp. 400.000
-Akomodasi Rp. 400.000
3. Seminar Hasil Rp. 500.000
4. Biaya Lain-Lain Rp. 500.000
Total Biaya Rp. 3.100.000
c. Lampiran Kuesioner
Bersama ini, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi daftar kuesioner yang
diberikan. Informasi yang bapak/ibu akan sangat berarti bagi kamu untuk menyelesaikan
penelitian ini. Atas bantuan dan perhatian bapak/ibu, saya ucapkan terima kasih.
Data Responden
Nama :
Usia :
Alamat :
15
menjawabnya.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda (√) pada salah
4. Berilah tanda (√) pada kolom Ya jika sesuai dengan pilihan anda. Berilah tanda
Lampiran Kuesioner
16
17