Secara etimologis, ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani Kuno krites yang berarti hakim, sedangkan tindakan menghakimi yang dilakukan seorang hakim disebut krinein. Namun, perilaku menghakimi dikaitkan pula dengan usaha mengetahui kandungan suatu karya (sastra) sehingga memunculkan kata kritikos. Kata kritikos berarti penafsir naskah-naskah lama atau kuno. Seorang penafsir naskah harus mampu memahami bahasa yang digunakan dalam naskah. Oleh karena itu, dalam pengertian mula, kritikos sering disamakan dengan Grammaticus atau ahli tata bahasa bahkan juga dengan filolog atau pengkaji naskah lampau. Akan tetapi, dalam perkembangannya ketiga kata tersebut memiliki maksud yang berbeda. Kata kritik dalam bahasa Indonesia memiliki arti kecaman atau tanggapan (KBBI, 2001: 601). Dalam bahasa Inggris, terdapat kata critic dan criticism. Critic mengacu pada orang yang melakukan kritik (kritikus), sedangkan criticism menunjuk pada kegiatan kritik secara luas yang di dalamnya mencakup teori dan sejarah sastra. Secara terminologis, kritik sastra dapat diartikan sebagai pertimbangan baik dan buruk suatu karya sastra (Jassin, 1965: 84). Menurut Pradopo (2007: 9), kritik sastra ialah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik dan buruk, serta bernilai seni atau tidaknya suatu karya sastra. Jadi, dapat dikatakan bahwa kritik sastra merupakan bidang studi sastra untuk menghakimi dan memberi penilaian serta keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Akan tetapi, berbagai istilah lain juga muncul berkaitan dengan usaha memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap karya sastra, seperti telaah, ulasan, bahasan, sorotan, analisis, pengkajian, dsb. Istilah-istilah tersebut dipergunakan dalam pengertian yang umum dibandingkan kata ‘kritik’ yang secara khusus menunjuk pada salah satu cabang atau bagian dari ilmu sastra. Berdasarkan batasan di atas, kritik sastra dapat dibedakan dengan resensi dan esai. Kritik merupakan sebuah upaya untuk menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya (sastra) dengan mendalam baik secara ilmiah maupun nonilmiah. Kritik dapat berbentuk esai dan resensi. Resensi merupakan suatu pertimbangan kelebihan dan kekurangan suatu karya, tetapi lebih menekankan pada aspek pengenalan atau promosinya sehingga bersifat populer (Suharianto, 2009). Di samping itu, resensi memiliki ciri tersendiri dalam penyusunannya, yaitu penyajian identitas karya, sedangkan esai merupakan tulisan mengenai suatu topik yang tidak mendalam melalui sudut pandang penulisnya.
1.2 Fungsi dan Manfaat Kritik Sastra
Kritik sastra sebagai salah satu bidang ilmu sastra tidak dapat dilepaskan dari teori dan sejarah sastra (Wellek dan Warren, 1968: 38-45). Hal tersebut berarti bahwa dalam upaya memberi pertimbangan baik-buruknya suatu karya diperlukan pemahaman terhadap prinsip-prinsip, kategori, dan kriteria tentang apa dan bagaimana sastra serta teori-teori lainnya. Di samping itu, pemahaman mengenai kemunculan dan perkembangan suatu karya dalam sejarah sastra juga memberikan kontribusi bagi kritik sastra. Sebaliknya, konsep-konsep dan pengertian tentang sastra serta penyusunan sejarah sastra dapat dirumuskan atau didasarkan pada kritik. Berdasarkan hubungan timbal balik tersebut, tampak bahwa kritik sastra memiliki fungsi dalam kedudukannya sebagai bidang ilmu sastra. Pradopo (2007:16-19) menjelaskan secara lebih lanjut fungsi dan kegunaan kritik sastra, yaitu pertama, sebagai pengembangan sastra dan ilmu sastra; kedua, sebagai peningkatan apresiasi atau penghargaan terhadap karya sastra; ketiga, sebagai penilaian terhadap karya sastra. Pentingnya kritik sastra bagi pengembangan sastra yang dimaksud ialah seorang kritikus melalui pertimbangan baik dan buruknya suatu karya dapat menjelaskan harga (baca: nilai) karya sastra dengan disertai alasan dan bukti-bukti. Dengan demikian, kritik dapat dimanfaatkan oleh pengarang untuk meningkatkan mutu karya yang dihasilkan. Selain itu, melalui kritik pula, dapat dijelaskan keaslian atau orisinalitas pemikiran pengarang. Bagi pembaca, kritik dapat dimanfaatkan untuk membantu pemahaman terhadap karya secara lebih mendalam. Kritikus berupaya menerangkan dan menjelaskan maksud pengarang sehingga pembaca mengetahui nilai-nilai di dalam karya sastra yang dikenali juga dalam kehidupannya sehingga pemahaman pembaca (masyarkat) terhadap sastra menjadi lebih baik. Dengan demikian, melalui pemahaman itu, muncul penghargaan atau apresiasi terhadap karya sastra yang pada akhirnya menyebabkan kecintaan terhadap sastra.