Anda di halaman 1dari 2

Bahan Ajar Mata Kuliah Kritik Sastra

(Maharani Intan Andalas)

BAB I
HAKIKAT KRITIK SASTRA

1.1 Pengertian Kritik


Secara etimologis, ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani Kuno krites yang berarti hakim,
sedangkan tindakan menghakimi yang dilakukan seorang hakim disebut krinein. Namun, perilaku
menghakimi dikaitkan pula dengan usaha mengetahui kandungan suatu karya (sastra) sehingga
memunculkan kata kritikos. Kata kritikos berarti penafsir naskah-naskah lama atau kuno. Seorang
penafsir naskah harus mampu memahami bahasa yang digunakan dalam naskah. Oleh karena itu,
dalam pengertian mula, kritikos sering disamakan dengan Grammaticus atau ahli tata bahasa bahkan
juga dengan filolog atau pengkaji naskah lampau. Akan tetapi, dalam perkembangannya ketiga kata
tersebut memiliki maksud yang berbeda. Kata kritik dalam bahasa Indonesia memiliki arti kecaman atau
tanggapan (KBBI, 2001: 601). Dalam bahasa Inggris, terdapat kata critic dan criticism. Critic mengacu
pada orang yang melakukan kritik (kritikus), sedangkan criticism menunjuk pada kegiatan kritik secara
luas yang di dalamnya mencakup teori dan sejarah sastra.
Secara terminologis, kritik sastra dapat diartikan sebagai pertimbangan baik dan buruk suatu
karya sastra (Jassin, 1965: 84). Menurut Pradopo (2007: 9), kritik sastra ialah ilmu sastra yang berusaha
menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik dan buruk, serta
bernilai seni atau tidaknya suatu karya sastra. Jadi, dapat dikatakan bahwa kritik sastra merupakan
bidang studi sastra untuk menghakimi dan memberi penilaian serta keputusan mengenai bermutu atau
tidaknya suatu karya sastra. Akan tetapi, berbagai istilah lain juga muncul berkaitan dengan usaha
memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap karya sastra, seperti telaah, ulasan, bahasan,
sorotan, analisis, pengkajian, dsb. Istilah-istilah tersebut dipergunakan dalam pengertian yang umum
dibandingkan kata ‘kritik’ yang secara khusus menunjuk pada salah satu cabang atau bagian dari ilmu
sastra.
Berdasarkan batasan di atas, kritik sastra dapat dibedakan dengan resensi dan esai. Kritik
merupakan sebuah upaya untuk menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya (sastra) dengan
mendalam baik secara ilmiah maupun nonilmiah. Kritik dapat berbentuk esai dan resensi.
Resensi merupakan suatu pertimbangan kelebihan dan kekurangan suatu karya, tetapi lebih
menekankan pada aspek pengenalan atau promosinya sehingga bersifat populer (Suharianto, 2009).
Di samping itu, resensi memiliki ciri tersendiri dalam penyusunannya, yaitu penyajian identitas karya,
sedangkan esai merupakan tulisan mengenai suatu topik yang tidak mendalam melalui sudut pandang
penulisnya.

1.2 Fungsi dan Manfaat Kritik Sastra


Kritik sastra sebagai salah satu bidang ilmu sastra tidak dapat dilepaskan dari teori dan sejarah
sastra (Wellek dan Warren, 1968: 38-45). Hal tersebut berarti bahwa dalam upaya memberi
pertimbangan baik-buruknya suatu karya diperlukan pemahaman terhadap prinsip-prinsip, kategori, dan
kriteria tentang apa dan bagaimana sastra serta teori-teori lainnya. Di samping itu, pemahaman
mengenai kemunculan dan perkembangan suatu karya dalam sejarah sastra juga memberikan
kontribusi bagi kritik sastra. Sebaliknya, konsep-konsep dan pengertian tentang sastra serta
penyusunan sejarah sastra dapat dirumuskan atau didasarkan pada kritik. Berdasarkan hubungan
timbal balik tersebut, tampak bahwa kritik sastra memiliki fungsi dalam kedudukannya sebagai bidang
ilmu sastra.
Pradopo (2007:16-19) menjelaskan secara lebih lanjut fungsi dan kegunaan kritik sastra, yaitu
pertama, sebagai pengembangan sastra dan ilmu sastra; kedua, sebagai peningkatan apresiasi atau
penghargaan terhadap karya sastra; ketiga, sebagai penilaian terhadap karya sastra. Pentingnya kritik
sastra bagi pengembangan sastra yang dimaksud ialah seorang kritikus melalui pertimbangan baik dan
buruknya suatu karya dapat menjelaskan harga (baca: nilai) karya sastra dengan disertai alasan dan
bukti-bukti. Dengan demikian, kritik dapat dimanfaatkan oleh pengarang untuk meningkatkan mutu
karya yang dihasilkan. Selain itu, melalui kritik pula, dapat dijelaskan keaslian atau orisinalitas pemikiran
pengarang. Bagi pembaca, kritik dapat dimanfaatkan untuk membantu pemahaman terhadap karya
secara lebih mendalam. Kritikus berupaya menerangkan dan menjelaskan maksud pengarang
sehingga pembaca mengetahui nilai-nilai di dalam karya sastra yang dikenali juga dalam kehidupannya
sehingga pemahaman pembaca (masyarkat) terhadap sastra menjadi lebih baik. Dengan demikian,
melalui pemahaman itu, muncul penghargaan atau apresiasi terhadap karya sastra yang pada akhirnya
menyebabkan kecintaan terhadap sastra.

Anda mungkin juga menyukai