Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FEBBRY WENDRA PERMANA

NIM : 1919020068
SEMESETER/KELAS : III/B
MATA KULIAH : HUKUM PERBANKAN / UAS
DOSEN : DR. I WAYAN TERIMAJAYA SE,MM,MH.

1. UU 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan diterbitkan dalam rangka mewujudkan masyarakat


Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan
kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan ini kemudian diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU 7 tahun 1992 tentang
Perbankan. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan disahkan Presiden BJ. Habibie pada tanggal 10
Nopember 1998 di Jakarta. UU 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU 7 tahun 1992
tentang Perbankan diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Nopember 1998 oleh Menteri
Sekretaris Negara Akbar Tanjung.

2. Perlindungan hokum untuk nasabah menurut Marulak Pardude:


a. Perlindungan secara implisit (Implicit Deposit Protection) adalah perlindungan yang
dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif yang dapat menghindarkan
terjadinya kebangkrutan bank yang diawasi. Perlindungan ini dapat diperoleh melalui:
1) Peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan (Undang-undang nomor 10
Tahun 1998).
2) Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif yang
dilakukan oleh Bank Indonesia.
3) Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan
perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya.
4) Memelihara tingkat kesehatan bank.
5) Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
6) Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah.
7) Menyediakan informasi resiko pada nasabah.
b. Perlindungan Secara Eksplisit (Eksplicit Deposit Protection) adalah perlindungan melalui
pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat sehingga apabila bank
mengalami kegagalan maka lembaga tersebut akan mengganti dana masyarakat yang
disimpan di bank tersebut. Perlindungan secara eksplisit dapat diperoleh melalui adanya
Lembaga Penjamin Simpanan.

3. Dalam penyelenggaraan penjaminan simpanan dana masyarakat pada bank, Lembaga


Penjamin Simpanan dapat mempegunakan
a. Skim dana Bersama
b. Skim asuransi
c. Skim lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia

4. BI sebagai otoritas pengawasan meliputi 4 kewenangan:


a. Kewenangan memberikan izin (power to license) Bank Indonesia akan memberikan izin
untuk pendirian bank apabila memenuhi tiga aspek:
1) Ahlak dan moral calon pemilik dan pengurus Bank
2) Kemampuan menyediakan dana dalam jumlah tertentu untuk modal bank.
3) Kesungguhan dan kemampuan dari pada calon pemilik dan pengurus bank dalam
melakukan kegiatan usaha bank
b. Kewenangan untuk mengatur (power regulate)
Kewenangan untuk mengatur memungkinkan otoritas pengatur bank untuk menetapkan
ketentuan yang menyangkut aspek
1) Kegiatan usaha perbankan dalam rangka menciptakan adanya perbankan yang sehat
dan mampu memenuhi jasa perbankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2) Ketentuan yang dapa tditetapkan antara lain: pengaturan likuiditas, solvabilitas bank,
jenis usaha yang dapat dilakukan dan risiko atau exposure yang dapat diambil oleh
bank
c. Kewenangan untuk mengendalikan atau mengawasi (power of control)
Berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia berwenang:
1) Menetapkan peraturan perbankan.
2) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari
bank.
3) Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung.
4) Menugaskan kepada pihak lain untuk dan atas nama bank Indonesia dalam
melaksanakan pemeriksaan
5) Memerintahkan bank untuk memberhentikan sementara sebagian atau seluruh
kegiatan transaksi.
6) Melakukan tindakan tertentu sebagai akibat dari penilain bank
7) Tugas pengawas bank melibatkan independent
8) Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank
9) Mengenakan sanksi
d. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (power to impose sanction) Kewenangan ini
menjatuhkan sanksi apabila sebuah bank tidak memenuhi hal-hal yang diatur atau
dipersyaratkan dalam kewenangan tersebut di atas

Anda mungkin juga menyukai