Anda di halaman 1dari 76

SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN DIAGNOSA


MEDIS KISTA OVARIUM+ POST SOD + OMENEKTOMY
DI RUANG E2 RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

Oleh :
KELOMPOK 3A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2021
SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN DIAGNOSA


MEDIS KISTA OVARIUM+ POST SOD + OMENEKTOMY

DI RUANG E2 RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

Oleh :

1. Aditya Hadi Albid 2030004


2. Nelly Marlinda Ulva Pradani 2030076
3. Sulis Setiyani 2030106

i
4. Widya Armadesthia Andrayanti 2030114

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini ketua dari kelompok E2:

Nama : Nelly Marlinda Ulva Pradani, S.Kep.

NIM : 2030076

Anggota Kelompok : 1. Aditya Hadi Albid, S.Kep. (2030004)


2. Sulis Setiyanti, S.Kep. (2030106)
3. Widya Armadesthia A, S.Kep. (2030114)

Program Studi : Profesi Ners


Judul Seminar : Seminar Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan
Diagnosa Medis Kista Ovarium + Post SOD +
Omenektomy di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya
Menyatakan bahwa makalah seminar ini yang berjudul “Seminar Asuhan
Keperawatan Pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium + Post SOD +
Omenektomy di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya” telah disusun sesuai
dengan buku panduan evaluasi praktik klinik keperawatan maternitas yang
berlaku di STIKES Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 17 Maret 2021

Ketua Kelompok

Nelly Marlinda Ulva Pradani, S.Kep.

NIM. 2030076

Mengetahui,

CI Instutusi Pendidikan

iii
Dwi Ernawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIP. 03023

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Seminar Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Kista
Ovarium + Post SOD + Omenektomy di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya” dengan selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.

Makalah seminar ini disusun sebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan praktek klinik maternitas di RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.
Makalah seminar ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur serta
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis
menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur,
sehingga makalah seminar ini dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi
sistematika maupun isinya jauh dari sempurna. Dalam kesempatan ini,
perkenankanlah kelompok menyampaikan rasa terima kasih, rasa hormat dan
penghargaan kepada:

1. Rumah Sakit RSPAL Dr.Ramelan Surabaya karena telah memberikan


lahan praktek dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar
dan menyusun makalah seminar.
2. Ibu Qori’illa Saidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp. Kep. An. selaku penanggung
jawab mata kuliah maternitas yang penuh kesabaran dan perhatian
memberikan pengarahan dan dorongan moril dalam penyusunan makalah
seminar ini.
3. Ibu Dwi ernawati.,S.Kep.,Ns.,M.Kep CI Institusi pendidikan yang penuh
kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, kritik, dan
bimbingan demi kesempurnaan penyusunan makalah seminar ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


laporan kasus ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

v
Surabaya, 17 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan........................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................3

1.4 Manfaat......................................................................................................4

1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................................4

1.4.2 Manfaat Praktis..........................................................................................4


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5

2.1 Definisi Kista Ovarium.............................................................................5

2.2 Klasifikasi..................................................................................................6

2.3 Etiologi......................................................................................................8

2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................8

2.5 Patofisiologi...............................................................................................9

2.6 Pathway...................................................................................................10

2.7 Komplikasi..............................................................................................11

2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................12

2.9 Penatalaksanaan.......................................................................................13

vi
2.10 Asuhan Keperawatan Kista Ovarium......................................................15
BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................31

3.1 Pengkajian...............................................................................................31

3.2 Analisa Data............................................................................................40

3.3 Prioritas Masalah.....................................................................................42

3.4 Rencana Keperawatan.............................................................................43


BAB 4 PENUTUP...............................................................................................62

4.1 Simpulan..................................................................................................62

4.2 Saran........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014). Kista
ovarium adalah kantung berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium
merupakan kasus umum dalam ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja,
pada masa pubertas sampai menopause juga selama kehamilan (Nugroho, 2012).

Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus per


100.000 wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000 perempuan
per tahun, dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer
Society,2009). Penderita kista ovarium di Malaysia pada tahun 2008 terdata 428
kasus, dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% diantaranya
adalah wanita karir yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009
terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70%
diantaranya wanita karier yang telah berumah tangga (Siringo, 2013).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti


karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di Rumah
Sakit Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun
(Siringo,2013). Insiden kista ovarium di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 tercatat sebanyak 11 kasus
sedangkan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 20 kasus (Data Rekam Medis
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya).

Sekitar 75% massa di ovarium bersifat jinak (benigna). Massa yang


umum dialami oleh wanita berusia 20 tahun sampai 40 tahun dapat berupa kista
ovarium fungsional, kistadenoma, kista teratoma, fibroma, endometrioma

1
(kista coklat) dan kehamilan tuboovarium (kehamilan ektopik). Setengah dari
massa ovarium tersebut adalah kista fungsional. Kista fungsional termasuk kista
di kopus luteum dan folikel biasanya lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang
dengan sendirinya dalam 1 sampai 2 bulan. Wanita yang mengidap kista

ovarium kecil kembali menjalani pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun


pada massa ovarium yang tidak menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat
menimbulkan nyeri persisten atau menunjukkan karakteristik mencurigakan
yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Reeder, 2013). Banyaknya kasus
kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuann masyarakat
mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran untuk
memeriksakan kesehatan pribadinya. Kista ovarium dapat menunjukkan suatu
proses keganasan atau pun kondisi yang lebih berbahaya, seperti kehamilan
ektopik, torsi ovarium, atau usus buntu. Penanganan kista ovarium, baik
neoplastik jinak (benigna) maupun ganas (maligna) dapat dilakukan dengan
tindakan operasi. Untuk itu, deteksi dini mengenai kista ovarium pada pasien
merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan hidup pasien (Arif,
Purwanti, Soelistiono, 2016). Kista berbeda dengan kanker, meskipun begitu
apabila dibiarkan kista bisa bermutasi dan berubah menjadi sel kanker. Jika
semakin lama dibiarkan kista akan semakin membesar dan menggangu kesehatan
(Mumpuni dan Andang, 2013). Menurut hasil penelitan Siringo, dkk (2013) di
Rumah Sakit ST Elizabeth Medan menemukan 116 orang penderita kista
ovarium pada tahun 2008-2012 yang terjadi pada kelompok umur 27-39 tahun
(29,7%) dengan kista ovarium jinak (94,8%) dan kista ovarium ganas (5,2%).
Sedangkan penelitian Fadhilah,dkk (2015) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang
Siantar menemukan penderita kista ovarium sebanyak 124 orang pada tahun
2011-2013 yang terjadi pada kelompok umur 28-35 tahun (32%), pendidikan
tamat SMA/sederajat (71%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (50%), keluhan
tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,2%), ukuran diameter kista tertinggi 2-9
cm (47,6%) serta lama rawatan penderita kista ovarium adalah 4,5 hari atau 5
hari. Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan atau proses dalam praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang

2
dihadapinya serta asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium adalah
suatu proses keperawatan yang diberikan kepada pasien secara langsung kepada
pasien untuk memenuhi kebutuhan biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Asuhan
keperawatan meliputi pendidikan klien tentang proses terapi. Menurut Digiulo
dan Mary (2014) diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan kista ovarium adalah nyeri akut dan ansietas. Intervensi yang dapat
dilakukan adalah meyakinkan kepada pasien bahwa kista bisa sembuh,
menjelaskan kepada pasien penyebab rasa sakitnya dan rasa sakit yang lebih
parah saat haid. Studi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 di
ruang kebidanan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya ditemukan satu orang pasien post
operasi histerektomi dengan diagnosa medis kista ovarium. Berdasarkan hasil
observasi, pengkajian pada pasien kista ovarium meliputi pengkajian luka bekas
operasi serta nyeri yang dirasakan pasien. Petugas kesehatan sudah memberikan
pemahaman kepada pasien bahwa nyeri yang dirasakan adalah pengaruh dari luka
bekas operasi. Petugas sudah memantau tanda-tanda vital, memberikan analgetik
kepada pasien untuk mengurangi nyeri,mengobservasi luka operasi. Petugas
kesehatan juga sudah memberikan pendidikan tentang proses terapi namun
petugas belum mengkaji kebutuhan psikologi pada pasien karena jika tidak
diperhatikan akan mengakibatkan klien mengalami gangguan harga diri.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menerapkan asuhan


keperawatan pada pasien post operatif dengan kasus Kista Ovarium di RSPAL
Dr. Ramelan Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah penatalaksanan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa
medis Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy di Ruang E2 RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada


pasien dengan diagnosa Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan


diagnosa medis Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


diagnosa Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan


diagnosa medis Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

4. Mahasiswa mampu menyusun implementasi keperawatan pada pasien


dengan diagnosa medis Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

5. Mahasiswa mampu menyusun evaluasi keperawatan pada pasien dengan


diagnosa medis Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis

Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Kista Ovarium +


Post SOD + Omenektomy ini, dapat menjadi referensi bagi penulis selanjutnya
maupun pembaca yang akan membuat karya ilmiah.
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis
Membuka cakrawala berfikir kritis untuk menangani dalam asuhan
keperawatan pasien dengan kegawatdaruratan Kista Ovarium + Post SOD +
Omenektomy.

4
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada rumah sakit khusunya perawat di ruang E2
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya dalam menangani dan merawat pasien
kegawatdaturatan Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi baru dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

5
6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kista Ovarium

Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah, nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita
usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010). Kista Ovarium adalah sebuah
struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh
dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat.
Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Andang, 2013). Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan
atau setengah cair (Nugroho, 2014). Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista
ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran
kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja (Setyorini, 2014).

Gambar : Rahim normal dan kista ovarium


Sumber : http://kistaovarium.org/

7
2.2 Klasifikasi

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :


1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada
masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap
dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista
folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari:
kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu,
tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu
6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional


Sumber : http://kistamioma.com/tag/kista-ovarium-fungsional

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)

8
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut
kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat
kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh
seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


Sumber : http://www.ladycarehealth.com/causes-of-different-
ovarian-cysts/

9
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah
dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap
bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan
dan rasa sakit.

Gambar : kista polikistik ovarium


Sumber : http://pcos-disease.blogspot.com/2010/11/polycystic-
ovarian-syndrome_06.html

2.3 Etiologi
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari
FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista
granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional
dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein
biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium,
misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

10
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai
periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.

2.5 Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat rangsangan dari
kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat
diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di
hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan
LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013). Ovarium dapat
berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung
pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal
tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta
menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

11
2.6 Pathway

Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu pembentukan


hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi Ovarium abnormal

Penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi dan


gagal mereabsorbsi cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam ANSIETAS Pembedahan


jaringan daerah ovarium

Jaringan terputus
Klien merasa nyeri diperut
bagian bawah
GANGGUAN INTEGRITAS
KULIT DAN JARINGAN

NYERI AKUT

RESIKO INFEKSI
Klien mengalami ketakutan
dalam melakukan
mobilisasi

HAMBATAN
MOBILITAS FISIK

Bagan 2.1 Pathway Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010)

12
2.7 Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan
torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran
abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan
leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan

13
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista
dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan
yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan
dapat membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara
yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah
(Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.

14
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

2.9 Penatalaksanaan
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis
ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian

15
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.

Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit


(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan
tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan
posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23)

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,


(2005: 23) yaitu:

a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada


pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan.
b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba,
jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.

16
2.10 Asuhan Keperawatan Kista Ovarium
1. PENGKAJIAN
Langkah I :
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila
klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter
dalam 30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi.
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun,
dkk. 2009: 115).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam
masa reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien
mengenai gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.
Tuliskan sesuai uangkapan.
a) Keluhan Utama

17
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita
yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit yang
saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan
pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah
atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka
bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa
apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.

18
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat
ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum
minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan
tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari
hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.

19
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa
keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-
komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu,
nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem
atau tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera
ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris
atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan
sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah
atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak.

20
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek
patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses
ataupun pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid
atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,
digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan
dan penyakit.

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009:
115).
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan
menjadi diagnosa keperawatan dan masalah.
a. Diagnosa Keperawatan

21
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama
ibu, umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang
dialami ibu.
2) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data
dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.
2) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
3. Langkah III : Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan,
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan
dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan yang aman
(Purwandari, 2008:79).
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan

22
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
(Muslihatun, dkk. 2009: 117).
5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi(Purwandari, 2008: 81).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40 psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap
hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan
harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
perawat adalah merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya (Purwandari, 2008: 81).
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien
(Muslihatun, dkk. 2009: 118).

23
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana
tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat
proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008: 82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta
orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien
dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan
saja (Purwandari, 2008: 83).

Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan
manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang
merupakan singkatan dari:
1) S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.
2) O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.
3) A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
4) P (Planning)

24
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya.

2. ANALISA DATA

25
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1 Faktor Resiko - Risiko Infeksi
1. prosedur tindakan
Laparotomy + Omenektomy
2. luka bedah SDKI 2016 D.0142
3. luka terbuka (Kategori : Lingkungan
Subkategori :Keamanan
dan Prokteksi)
2 DS : Krisis Situasional Ansietas
- Klien mengatakan sedih
akan kondisi yang
SDKI 2016 D.0080
dialami
- Klien mengatakan (Kategori: Psikologis
khawatir dengan Subkategori: integritas
perubahan fisik yang
Ego)
dihadapi
DO :
- Klien tampak gelisah
- Muka pucat
- TTV :
TD: 105/75 mmHg
Rr : 18x/menit
N: 91x/menit
SpO2 : 98%
3 DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri Fisik (Prosedur
di perut Operasi) SDKI 2016 D.0077
P : Prosedur Invasif (Kategori: Psikologis
Q : Ditusuk
Subkategori: Nyeri dan
R : perut bawah
S:6 Kenyamanan)
T : Hilang timbul
DO :
- Pasien terlihat gelisah
- Tampak sesekali
memegangi perutnya
- N : 91x/menit
- Sulit tidur
4 DS : Nyeri Gangguan Mobilitas Fisik
1. Klien mengatakan hanya
dapat berbaring
2. Klien mengatakan merasa SDKI 2016 D.0054
lemah karena tidak dapat (Kategori: Fisiologis
melakukan aktivitas seperti Subkategori: Aktivitas dan
semula istirahat)

26
3. PRIORITAS MASALAH

Tanggal
No Masalah Keperawatan Paraf
ditemukan teratasi
1 Nyeri Akut 16-03-2021
2 Resiko Infeksi 16-03-2021
3 Ansietas 16-03-2021
4 Gangguan Mobilitas Fisik 16-03-2021

4. DIAGNOSA
Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan
kista ovarium adalah :
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis (D.0077)
2. Ansietas b.d krisis situasional (D.0080)
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (D.0077)
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (D.0054)

27
28
29

5. RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen pencedera tindakan keperawatan 1. Kaji adanya keluhan nyeri, 1. Membentu menentukan
fisiologis (inflamasi). Pengalaman sensorik catat lokasi, lamanya pilihan intervensi dan
SDKI 2017 D.0077 atau emosional yang serangan, faktor memberikan dasar untuk
(Kategori : Psikologi berkaitan dengan pencetus/yang memperberat. perbandingan dan evaluasi
Subkategori : Nyeri dan kerusakan jaringan Minta pasien untuk terhadap terapi
Kenyamanan) dengan onset mendadak menetapkan pada skala 0-10
atau lambat dan 2. Pertahankan tirah baring lama 2. Tirah baring dalam posisi
berintesitas ringan selama fase akut. Letakkan yang nyaman
hingga berat dan pasien pada posisi semi memungkinkan pasien untuk
konstan menurun 1 x 24 fowler dengan tulang spinal, menurunkan spasme otot,
jam pinggang dan lutut dalam menurunkan penekanan pada
keadaan fleksi; posisi bagian tubuh tertentu dan
KH : telentang dengan atau tanpa memfasilitasi terjadinya
1. Keluhan nyeri meninggikan kepala 10-30 reduksi dan tonjolan diskusi
menurun derajat atau pada posisi
2. Meringis menurun lateral.
3. Frekuensi nadi 3. Batasi aktivitas selama fase 3. Menurunkan gaya gravitasi
membaik akut sesuai dengan dan gerak yang dapat
kebutuhan. menghilangkan spasme otot
dan menurunkan edema dan
tekanan pada struktur sekitar
diskus invertebralis yang
terkena.
30

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil

Terapeutik
4. Letakkan semua kebutuhan, 4. Menurunkan resiko
termasuk bel panggil dalam peregangan saat meraih
batas yang mudah
dijangkau/diraih oleh pasien.

5. Instruksikan pasien untuk 5. Memfokuskan perhatian


melakukan teknik pasien, membantu
relaksasi/visualisasi menurunkan tegangan otot
dan meningkatkan proses
penyembuhan.
6. Instruksikan/anjurkan untuk 6. Menghilangkan/mengurangi
melakukan mekanika stress pada otot dan
tubuh/gerakan yang tepat mencegah trauma lebih
lanjut.

Edukasi
7. Berikan kesempatan untuk 7. Ventilasi rasa takut/cemas
berbicara/mendengarkan dapat membantu untuk
masalah pasien. menurunkan faktor- faktor
stress selama dalam keadaan
sakit dan dirawat.
Kesempatan untuk
memberikan
informasi/membetulkan
31

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
informasi yang kurang tepat.

Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian terapi 8. Membantu menurunkan
sesuai indikasi gejala yang timbul
2 Resiko Infeksi d.d Efek Setelah dilakukan
Observasi 1. Menilai tanda dan gekala
Prosedur Invasif SDKI tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2017 D.0142 (Kategori : diharapkan derajat infeksi lokal dan sistemik
Lingkungan infeksi berdasarkan
Subkategori : Keamanan observasi atau sumber Terapeutik
dan proteksi) informasi menurun 3 x 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Meningkatkan Universal
24 Jam sesudah kontak dengan Precaution
pasien dan lingkungan
KH : sesuai analisa data pasien
1. Nyeri menurun
2. Bengkak menurun
3. Kemerahan
menurun Edukasi
4. Demam menurun 3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Menilai pengetahuan tentang
infeksi infeksi

4. Ajarkan cara mencuci tangan 4. Menilai PHBS dengan tepat


yang benar
5. Ajarkan cara memeriksa 5. Menilai cara perawatan luka
kondisi luka atau luka
operasi
32

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
3 Ansietas b.d Kurang Setelah dilakukan
Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat 1. Menilai tingkat ansietas
Krisis Situasional SDKI
diharapkan kondisi ansietas berubah pasien
2017 D.0080 (Kategori: emosi dan pengalaman
subjektif terhadap Terapeutik
Psikologis Subkategori:
objek yang tidak jelas 2. Motivasi mengidentifikasi 2. Menilai faktor yang memicu
integritas Ego) dan spesifik akibat situasi yang memicu kecemasan
antisipasi bahaya yang kecemasan
memungkinkan
individu melakukan Edukasi
tindakan untuk 3. Anjurkan keluarga tetap 3. Untuk mengontrol rasa
menghadapi ancaman bersama pasien nyaman pasien
menurun 3 x 24 Jam

KH :
1. Perilaku gelisah
menurun
2. Anoreksia
menurun
3. Pola tidur
mambaik

4 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi


tindakan keperawatan 1. Identifikasi toleransi fisik 1. Untuk mengetahui toleransi
b.d Nyeri SDKI 2017
diharapkan mobilitas melakukan pergerakan fisik px
D.0054 (Kategori : fisik meningkat 3 x 24 2. Monitor kondisi umum 2. Untuk mengontrol kondisi
33

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
Fisiologis Subkategori : jam selama melakukan mobilisasi umum px
Aktivitas dan Istirahat)
KH : Terapeutik
1. Pergerakan 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi 3. Agar pasien bisa mobilisasi
ekstremitas dengan alat bantu dengan baik
meningkat 4. Fasilitasi melakukan 4. Agar pasien bisa melakukan
2. Kekuatan otot pergerakan pergerakan dengan baik
meningkat
3. Kaku sendi 5. Libatkan keluarga untuk 5. Agar pasien bisa berlatih
menurun membantu pasien dalam kapan saja
meningkatkan pergerakan

Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur 6. Agar pasien dan keluarga
mobilisasi pasien mengerti ttg prosedur
mobilisasi
7. Anjurkan melakukan 7. Agar pasien terbiasa dalam
mobilisasi dini melakukan mobilisasi
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS

Tanggal masuk : 14 Maret 2021 Jam masuk : 08.13

Ruang/kelas : E/2 Kamar No :6

Pengkajian tanggal : 17 Maret 2021 Jam : 13.00

IDENTITAS

Nama pasien : Ny. LY Nama Suami : Tn GT

Umur : 39 th Umur : 45 th

Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta

Alamat : Gresik Alamat : Gresik

Status Pernikahan : menikah

STATUS KESEHATAN SAAT INI

a. Alasan kunjungan ke rumah sakit : Kontrol menyerahkan hasil lab pre


operasi
b. Keluhan utama saat ini : Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka bekas
operasi
c. Riwayat penyakit sekarang :
Ny. N dirawat di Ruang E2 Ruang 6 RSPAL Dr. Ramelan, klien dengan

post operasi dan mengatakan nyeri hebat pada luka bekas post operasi,

34
aktivita pasien minimal dan dibantu oleh anggota keluarga dikarenakan
nyeri saat bergerak.

d. Riwayat penyakit dahulu :


Pada tahun 2015 pasien menjalani ops SC
HPHT 1 Maret 2021

e. Diagnosa medik : Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
 Menarche : umur 12 tahun Siklus :
teratur ( √ ) tidak ( )
 Banyaknya : 200 cc Lamanya : 7 hari
 HPHT : 1 Maret 2021 Keluhan : tidak
ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas :

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

Umur
N Tahu Peny Penolo Penyul Lasera Infek Perdara B
kehamil Jenis Jenis Pj
o n ulit ng it si si han B
an

1 2015 38 mgg Suns SC Dokter Sunsan Tidak Tidak Minimal Pe 3 50


ang SPOG g Ada Ada re k c
m g m
pu
an

35
Genogram

39

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Serumah

2. IWAYAT KELUARGA BERENCANA :


 Melaksanakan KB : ( √) ya ( ) tidak
 Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : IUD
 Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : 2015
 Masalah yang terjadi:tidak ada

3. RIWAYAT KESEHATAN :
 Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada
 Pengobatan yang didapat : tidak ada
 Riwayat penyakit keluarga
(√) Penyakit Diabetes Mellitus

(√) Penyakit jantung

(√) Penyakit hipertensi

() Penyakit lainnya : sebutkan

4. RIWAYAT LINGKUNGAN :
- Kebersihan : Cukup Bersih

- Bahaya : Minimal

- Lainnya sebutkan :-

5. ASPEK PSIKOSOSIAL :
a. Persepsi ibu tentang keluhan/ penyakit : Tidak Nyaman dengan
kondisi saat ini

36
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan
sehari-hari ?Ya
Bila ya bagaimana Tidak bisa melakukan aktivitas secara normal

c. Harapan yang ibu inginkan : ingin segera sembuh dan bisa


beraktivitas normal
d. Ibu tinggal dengan siapa : Mertua, Suami, Anak
e. Siapakah orang yang terpenting bagi ibuSuami, Anak
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini Cukup Perhatian
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : () ya, ( ) tidak

6. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS :


a. Pola Nutrisi
 Frekwensi makan : 3x sehari
 Nafsu makan : () baik, ( ) tidak nafsu, alasan -
 Jenis makanan rumah : Nasi, Sayur, Ikan
 Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan : Udang

b. Pola eliminasi :
 BAK
- Frekwensi : 3-4x sehari
- Warna : Kuning Jernih
- Keluhan saat BAK : Tidak Ada

 BAB
- Frekwensi : 1x sehari

- Warna : Coklat

- Bau : Tidak Menyengat

- Konsistensi : Lembek
- Keluhan : Tidak Ada
c. Pola personal hygiene
 Mandi
- Frekwensi : 2x /hari
- Sabun : () ya, ( ) tidak
 Oral hygiene
- Frekwensi : 1x /hari
- Waktu : () ya, ( ) tidak

 Cuci rambut
- Frekwensi : 2hari Sekali
- Shampo : () ya, ( ) tidak
d. Pola istirahat dan tidur

37
 Lama tidur : 5 jam/hari
 Kebiasaan sebelum tidur : Menonton Tv
 Keluhan : Nyeri luka post op

e. Pola aktifitas dan latihan


 Kegiatan dalam pekerjaan : Membersihkan rumah (IRT)
 Waktu bekerja : () Pagi, () Sore, () Malam
 Olah raga : ( ) ya, () tidak
Jenisnya : -

Frekwensi : -

 Kegiatan waktu luang : Menonton TV


 Keluhan dalam beraktifitas : Nyeri luka post operasi

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


 Merokok : Tidak
 Minuman keras : Tidak
 Ketergantungan obat : Tidak

7. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Lemah
 Kesadaran : Composmetis
 Tekanan darah : 105/75 mmHg
 Nadi : 91.x/menit
 Respirasi : 18 x/mnt
 Suhu : 36,1 C
 Berat badan : 65 .kg
 Tinggi badan : 158 cm

Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan :

Kepala : Bentuk Oval

Keluhan : Tidak Ada Keluhan

Mata :

 Kelopak mata : Normal


 Gerakan mata : Normal
 Konjungtiva : anemis
 Sklera :
 Pupil : Isokor
 Akomodasi : Jelas
 Lainnya sebutkan : Tidak Buta Warna

38
Hidung :

 Reaksi alergi : Flu


 Sinus : Tidak Ada Keluhan
 Lainnya sebutkan :-
Mulut dan Tenggorokan :

 Gigi geligi : Cukup bersih


 Kesulitan menelan : Tidak Ada
 Lainnya sebutkan :-

Dada dan Axilla

 Mammae : membesar ( ) ya () tidak


 Areolla mammae : Coklat
 Papila mammae : Hitam
 Colostrum :-

Pernafasan

 Jalan nafas : Reguler


 Suara nafas : Vesikuler
 Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : Tidak
 Lainnya sebutkan : -

Sirkulasi jantung

 Kecepatan denyut apical : 91x/menit


 Irama : Reguler
 Kelainan bunyi jantung : Tidak
 Sakit dada : Tidak
 Timbul : Tidak
 Lainnya sebutkan :-

Abdomen

 Mengecil :-
 Linea dan striae :-
 Luka bekas operasi : Post Ovorectomy
 Kontraksi :-
 Lainnya sebutkan :-

39
Genitourinary

 Perineum : Terdapat luka bedah


 Vesika Urinasria : Sedikit nyeri
 Lainnyasebutkan :-

Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)

 Turgor kulit : Elastis


 Warna kulit : Sawo Matang
 Kontraktur pada persendian ekstrimitas : Tidak Ada
 Kesulitan dalam pergerakan : Tidak Ada
 Lainnya sebutkan : -
d. Data Penunjang

1) Laboratorium :

14 Maret 2021

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


(satuan) (satuan)
1 WBC 3.4 4.0 – 10.0
2 RBC 3.7 3.5 – 5.5
3 HGB 11.4 12.1 – 15.1
4 HCT 33 37.0 – 54.0
5 RT-PCR SARS-COC-2 Negative Negative
6 HbSag Negative Negative
7 Anti HCV Negative Negative
8 Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif

15 Maret 2021

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


(satuan) (satuan)
1 WBC 3.3 4.0 – 10.0
2 RBC 4.0 3.5 – 5.5
3 HGB 9.8 12.1 – 15.1
4 HCT 28.3 37.0 – 54.0

Lab PA

Vriescoupe: Ovarium kanan, Mucinous Borderline Tumor

40
Sitologi: Cairan washing peritoneal, Sel-sel Atipik (Class III)

2) USG : 16 Januari 2021


Cystic mass permagna dengan septa dan densitas darah didalamnya
divavum pelvis hingga abdomen (dominan disisi kiri) ukuran +/-
33,7x25,7x34 cm mengesankan suatu complex ovarial cyst kiri

Degeneratif disease of the spine

3) Rontgen :4 Maret 2021


Thorax Cord and pulmo normal

4) Terapi yang didapat :


N TERAPI DOSIS SEDIAAN RUTE INDIKASI
O

1 Asam 3x1 500 mg Oral Anti Nyeri


Mefenamat

2 Antasida 4x1 60 ml Oral Asam Lambung

3 Etabion 1x1 10 Kapsul Oral Antianemia

41
e. Data Tambahan

..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................

Surabaya, 17 Maret 2020

Pemeriksa

(Aditya Hadi Albid, S.Kep)

(Nelly Marlinda, S.Kep)

(Sulis Setiyanti, S.Kep)

(Widya Armadesthia, S.Kep)

42
3.2 Analisa Data

NAMA KLIEN : Ny. L Ruangan / kamar : E2/6

UMUR : 39 th No. Register :660xxx

43
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1 Faktor Resiko - Risiko Infeksi
4. prosedur tindakan
Laparotomy + Omenektomy
5. luka bedah SDKI 2017 D.0142
6. luka terbuka (Kategori : Lingkungan
Subkategori :Keamanan
dan Prokteksi)
2. DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri Fisik (Prosedur
di perut Operasi) SDKI 2017 D.0077
P : Prosedur Invasif (Kategori: Psikologis
Q : Ditusuk
Subkategori: Nyeri dan
R : perut bawah
S:6 Kenyamanan)
T : Terus Menerus
DO :
- Pasien terlihat gelisah
- Tampak sesekali
memegangi perutnya
- N : 91x/menit
- Sulit tidur
3. DS : Nyeri Gangguan Mobilitas Fisik
3. Klien mengatakan hanya
dapat berbaring
4. Klien mengatakan merasa SDKI 2017D.0054
lemah karena tidak dapat (Kategori:
melakukan aktivitas seperti FisiologisSubkategori:
semula Aktivitas dan istirahat)

DO :
3. Mobilisasi klien ditempat
tidur, mandi, makan,
berpakaian, dibantu
keluarga
4. Klien tampak tidak banyak
bergerak
4. DS : Perubahan Citra Penampilan Peran Tidak
1. Klien mengatakan Tubuh
Efektif
banyak perubahan dalam
dirinya
2. Klien merasa tidak puas
SDKI 2017D.0125
dalam menjalankan
peran setelah post op (Kategori: Relasional
3. Klien merasa cemas
Subkategori: Interaksi
DO : Sosial)

44
45
3.3 Prioritas Masalah

NAMA KLIEN : Ny. L Ruangan / kamar : E2/6

UMUR : 39 th No. Register :660xxx

Tanggal
No Masalah Keperawatan Paraf
ditemukan teratasi
1 Nyeri Akut 17-03-2021
2 Resiko Infeksi 17-03-2021
3. Gangguan Mobilitas Fisik 17-03-2021
4 Penampilan Peran Tidak 17-03-2021
Efektif
5 Resiko Disfungsi Seksual 17-03-2021

46
47
48

3.4 Rencana Keperawatan

Nama Klien : Ny. L No Rekam Medis :660xxx Hari Rawat Ke :

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan agen pencedera keperawatan Pengalaman 9. Kaji adanya keluhan nyeri, 9. Membentu menentukan
fisik (Omenektomy). sensorik atau emosional catat lokasi, lamanya pilihan intervensi dan
SDKI 2017 D.0077 yang berkaitan dengan serangan, faktor memberikan dasar untuk
(Kategori : Psikologi kerusakan jaringan dengan pencetus/yang perbandingan dan evaluasi
Subkategori : Nyeri dan onset mendadak atau memperberat. Minta terhadap terapi
Kenyamanan) lambat dan berintesitas pasien untuk menetapkan
ringan hingga berat dan pada skala 0-10
konstan menurun 1 x 24 10. Pertahankan tirah baring 10. Tirah baring dalam posisi
jam lama selama fase akut. yang nyaman
Letakkan pasien pada memungkinkan pasien untuk
KH : posisi semi fowler dengan menurunkan spasme otot,
4. Keluhan nyeri tulang spinal, pinggang menurunkan penekanan pada
menurun dan lutut dalam keadaan bagian tubuh tertentu dan
5. Meringis menurun fleksi; posisi telentang memfasilitasi terjadinya
6. Frekuensi nadi dengan atau tanpa reduksi dan tonjolan diskusi
membaik meninggikan kepala 10-30
derajat atau pada posisi
lateral.

11. Batasi aktivitas selama 11. Menurunkan gaya gravitasi


fase akut sesuai dengan dan gerak yang dapat
49

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
kebutuhan. menghilangkan spasme otot
dan menurunkan edema dan
tekanan pada struktur sekitar
diskus invertebralis yang
terkena.

Terapeutik
12. Letakkan semua 12. Menurunkan resiko
kebutuhan, termasuk bel peregangan saat meraih
panggil dalam batas yang
mudah dijangkau/diraih
oleh pasien.
13. Instruksikan pasien untuk 13. Memfokuskan perhatian
melakukan teknik pasien, membantu
relaksasi/visualisasi menurunkan tegangan otot
dan meningkatkan proses
penyembuhan.
14. Instruksikan/anjurkan 14. Menghilangkan/mengurangi
untuk melakukan stress pada otot dan
mekanika tubuh/gerakan mencegah trauma lebih
yang tepat lanjut.

Edukasi
15. Berikan kesempatan untuk 15. Ventilasi rasa takut/cemas
50

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
berbicara/mendengarkan dapat membantu untuk
masalah pasien. menurunkan faktor- faktor
stress selama dalam keadaan
sakit dan dirawat.
Kesempatan untuk
memberikan
informasi/membetulkan
informasi yang kurang tepat.

Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian 16. Membantu menurunkan
terapi sesuai indikasi gejala yang timbul
2 Resiko Infeksi d.d Efek Setelah dilakukan Observasi 6. Menilai tanda dan gekala
Prosedur Invasif SDKI tindakan keperawatan 6. Monitor tanda dan gejala infeksi
2017 D.0142 (Kategori : diharapkan derajat infeksi infeksi lokal dan sistemik
Lingkungan berdasarkan observasi
Subkategori : Keamanan atau sumber informasi Terapeutik
dan proteksi) menurun 3 x 24 Jam 7. Cuci tangan sebelum dan 7. Meningkatkan Universal
sesudah kontak dengan Precaution
KH : sesuai analisa data pasien dan lingkungan
5. Nyeri menurun pasien
6. Bengkak menurun
7. Kemerahan menurun Edukasi
8. Demam menurun 8. Jelaskan tanda dan gejala 8. Menilai pengetahuan tentang
infeksi infeksi
51

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
9. Ajarkan cara mencuci 9. Menilai PHBS dengan tepat
tangan yang benar
10. Ajarkan cara 10. Menilai cara perawatan luka
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 8. Identifikasi toleransi fisik 8. Untuk mengetahui toleransi
b.d Nyeri SDKI 2017
diharapkan mobilitas fisik melakukan pergerakan fisik px
D.0054 (Kategori : meningkat 3 x 24 jam 9. Monitor kondisi umum 9. Untuk mengontrol kondisi
selama melakukan umum px
Fisiologis Subkategori :
KH : mobilisasi
Aktivitas dan Istirahat) 4. Pergerakan
ekstremitas meningkat Terapeutik 10. Agar pasien bisa mobilisasi
5. Kekuatan otot 10. Fasilitasi aktivitas dengan baik
meningkat mobilisasi dengan alat 11. Agar pasien bisa melakukan
6. Kaku sendi menurun bantu pergerakan dengan baik
11. Fasilitasi melakukan
pergerakan 12. Agar pasien bisa berlatih
kapan saja
12. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan 13. Agar pasien dan keluarga
pasien mengerti ttg prosedur
Edukasi mobilisasi
13. Jelaskan tujuan dan 14. Agar pasien terbiasa dalam
52

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
prosedur mobilisasi melakukan mobilisasi

14. Anjurkan melakukan


mobilisasi dini
4. Penampilan Peran Tidak Penampilan Peran Promosi Citra Tubuh
SLKI L.13119 Hal.74 SIKI I.09305 Hal.359
Efektif b.d Perubahan
1. Verbalisasi harapan Observasi
Citra Tubuh SDKI 2017 terpeuhi meingkat 1. Identifikasi harapan citra 1. Agar pasien dapat memiliki
2. Verbalisasi kepuasan Tubuh Berdasarkan Tahap harapan citra tubuh yang baik
D.0154 (Kategori :
peran terpenuhi Perkembangan
Relasional Subkategori : meningkat 2. Identifikasi Budaya,agama, 2. Agara pasien mengerti
3. Strategi koping yg jenis kelamin terkait citra tentang citra tubuh menurut
Interaksi Sosial)
efektif meningkat tubuh budaya dan agama pasien.
4. Dukungan sosial 3. Monitor Frekuensi 3. Agar pasien tidak tersu
meningkat pernyataan kritik terhadap menyalakan diri sendiri
5. Perilaku cemas diri sendiri
menurun
Terapiutik
1. Diskusikan 4. Agar pasien mengerti tentang
perubahantubuh dan kodisi tubuhnya
fungsinya
2. Dsikusikan persepsi pasien 5. Agar pasien mendapat
dan keluarga terhadap dukungan dari kleurga
perubahan citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan perawatan tentang 6. Agar pasie dapat mengerti
53

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
perubahan citra tubuh tentang citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan 7. Agar pasien tidak terus
diri terhadap citra tubuh memikirkan klekurangan
pada tubuhnya
5. Resiko Disfungsi Harga Diri Edukasi Ifertilitas
SLKI L.09069 Hal. 30 SIKI I.12374 Hal.58
Seksual d.d Kecemasan
1. Penilaian Diri Positif Observasi
SDKI 2017 D.0072 Meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Agar pasie siap menerima
2. Perasaan Memilik kemampuan menerima informasi segala tentag
(Kategori : Fisiologis
Kelebihan atau informasi dirinya.
Subkategori : Reproduksi kemampuan positif 2. Identifikasi tingkat 2. Agar perawat mengetahui
meningkat pengetahuan sejauh mana pasie mengerti
dan Seksualitas)
3. Perasaan malu Terapiutik tentang kondisinya
menurun 1. Jadwalkan pengajaran 3. Agar keluarga pasien
4. Perasaan bersalah dengan pasangan mengatahui tetang kondisi
menurun 2. Siapkan media dan alat pasien yang sekarang
5. Perasaan tidak mampu bantu yang diperlukan 4. Agar pasien dan keluarga
melakukan apapun Edukasi dapat mengetahui denga rinci
menurun 1. Jelaskan reproduksi wanita, dan jelas
jika perlu 5. Agar pasien mengerti fungsi
2. Jelaskan infertilitas pada dan anatomi reproduksi
hubungan pasangan wanita
6. Agar pasanga dapat saling
mengerti
54

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA KLIEN : Ny. L Ruangan / kamar : E2/6


UMUR : 39 th No. Register :660xxx
Waktu Waktu
No No Catatan Perkembangan
(Tgl & Tindakan TTD (Tgl & TTD
Dx Dx (SOAP)
jam) jam)
Rabu, 17- Rabu, 7-
03-2021 03-2021 1 S: AHA
1,2,3 12.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : AHA - Pasien mengatakan nyeri pada bekas
TD : 120/70 mmhg luka operasi.
N : 68x/mnt P : Prosedur Invasif/operasi
S : 36,6oC Q : Ditusuk-tusuk
SPO2 :98% R : perut/bekas operasi
RR : 18x/menit S : 6 ( 0-10)
T : Terus Menerus
1 12.10 Melakukan pengkajian adanya AHA O:
keluhan nyeri, mencatat lokasi dan - Pasien tampak gelisah
lamanya serangan, faktor pencetus/ - Pasien tamapak merigis kesakitan
yang memperberat. Meminta pasien - Tampak luka post op diperut bagian
untuk menetapkan pada skala : 6 (0- bawah melintang , 12 cm
10) - N : 91x/menit
- Sulit tidur
1,2,3 12. 15 Melakukan pemberian obat :
A:
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral AHA
Masalah Nyeri Akut b/d Agen Pencedera
Antasida 4x1 60 ml oral
Fisik (prosedur Invasif) belum teratasi
Etabion 1x1 10kapsul oral
Cefazoline 2x1 gr Inj
P: Lanjutkan Intervensi
55

5. Instruksikan pasien untuk melakukan


1,3 12.20 Menganjurkan pasien banyak teknik relaksasi/visualisasi
istirahat 6. Instruksikan/anjurkan untuk melakukan
mekanika tubuh/gerakan yang tepat
1 12.25 Memonitoring tanda dan gejala
infeksi
AHA
SLS
2 12.30 Melakukan Cuci tangan sebelum dan 2 S:-
sesudah kontak dengan pasien dan O:
lingkungan pasien - Prosedur Tindakan invasif
SLS - Luka bedah (Warna merah,
4 12.35 mengidentifikasi harapan citra Inflamasi)
Tubuh Berdasarkan Tahap
Perkembangan A:
SLS Masalah Resiko Infeksi b.d Efek
4 12.40 mengidentifikasi Budaya,agama, Prosedur Invasif belum teratasi
jenis kelamin terkait citra tubuh
SLS P: Lanjutkan Intervensi
4 12.40 Memonitor Frekuensi pernyataan 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kritik terhadap diri sendiri 4. Ajarkan cara mencuci tangan yang
SLS benar
4 12.45 mediskusikan perubahantubuh dan AHA
fungsinya 3 S:
- Klien mengatakan hanya dapat
4 12.50 mediskusikan persepsi pasien dan
keluarga terhadap perubahan citra berbaring ditempat tidurnya
tubuh - Klien mengatakan merasa lemah
karena tidak dapat melakukan
4 12.55 menjelaskan perawatan tentang aktivitas seperti semula
perubahan citra tubuh
O:
56

4 12.57 menganjurkan mengungkapkan diri - Mobilisasi klien terlihat dilakukan


terhadap citra tubuh ditempat tidur,
- mandi, makan, berpakaian, dibantu
1 13.00 Melakukan Pembatasan aktivitas keluarga
pasien selama fase akut sesuai - Klien tampak tidak banyak bergerak
dengan kebutuhan
1 13.15 Memberikan posisi nyaman untuk
A: Masalah belum teratasi
pasien semi Fowler
WDY P: Lanjutkan intervensi
1,2,3 14.00 Melakukan timbang terima dengan 1. Monitor kondisi umum selama
sift siang melakukan mobilisasi
WDY 4. Fasilitasi melakukan pergerakan
1 14.30 Meletakkan semua kebutuhan pasien, 5. Libatkan keluarga untuk membantu
termasuk bel panggil dalam batas pasien dalam meningkatkan
yang mudah dijangkau/diraih oleh pergerakan
pasien. 6. 6. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
WDY
1 14.40 Melakukan edukasi kepada pasien
untuk melakukan teknik AHA
relaksasi/visualisasi (Teknik Nafas
S:
dalam) - Klien mengatakan banyak
WDY 4 perubahan dalam dirinya
2 14.50 Memonitoring tanda dan gejala - Klien merasa tidak puas dalam
infeksi lokal dan sistemik menjalankan peran setelah post op
WDY
- Klien merasa cemas
3 15.00 Mengidentifikasi toleransi fisik
pasien saat melakukan pergerakan O:
WDY
- Konfik peran
3 15.10 Memonitoring kondisi umum pasien - Strategi koping tidak efektif
selama melakukan mobilisasi
WDY
57

3 16.00 Memfasilitasi aktivitas mobilisasi


pasien dengan alat bantu A: masalah belum teratasi
WDY
3 16.30 Memfasilitasi pasien melakukan P:intervensi dilanjutkan no
pergerakan WDY 3. Monitor Frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
12345 18.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign :
TD : 105/75 mmHg 5. Dsikusikan persepsi pasien dan
Rr : 18x/mnt keluarga terhadap perubahan citra
N : 91 x/mnt
tubuh
Suhu : 36,1
SpO2 : 99% 7. Anjurkan mengungkapkan diri
GCS : 456 WDY terhadap citra tubuh AHA

5 18.10 mengidentifikasi kesiapan dan S:


kemampuan menerima informasi WDY 5 - Klien mengatakan cemas akan
perubahan fungsi seksual, dan takut
5 18.15 Mengidentifikasi tingkat dipandang tidak memuaskan lagi
pengetahuan WDY - Klien Mengatakan takut tidak bisa
memiliki keturunan lagi
5 18.20 Menjadwalkan pengajaran dengan
pasangan WDY
O:
5 18.25 menyiapkan media dan alat bantu - Klien terlihat murung
yang diperlukan WDY - Klien tampak tidak bersemangat

5 18.30 menjelaskan reproduksi wanita, jika A: Masalah belum teratasi


perlu WDY
P: lanjutkan intervensi no:
5 18,45 Menjelaskan infertilitas pada 2. dentifikasi tingkat pengetahuan
hubungan pasangan WDY 3. Jadwalkan pengajaran dengan
58

pasangan
123 19.00 Melakukan Pemberian Obat : 4. Siapkan media dan alat bantu
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral WDY yang diperlukan
Antasida 4x1 60 ml oral

2 20.00 Melakukan Edukasi tentang tanda WDY


dan gejala infeksi

2 20.30 Melakukan edukasi cara mencuci


tangan yang benar kepada keluarga WDY
dan pasien
AHA
12345 21.00 Melakukan Timbang Terima

22.00 Mengganti Cairan Infus pasien :


Ns 0,05%

Kamis, Kamis,
18/03/2021 AHA 18-03- 1 S: AHA
1,2,3,4,5 24.00 Melakukan Monitoring Cairan Infus 2021 - Pasien mengatakan nyeri pada bekas
pasien AHA luka operasi berkurang.
P : Prosedur Invasif/operasi
1,2,3,4,5 05.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : AHA
TD : 120/80 mmHg
Q : Ditusuk-tusuk
Rr : 20x/mnt R : perut/bekas operasi
N ; 90 x/mnt S : 5 ( 0-10)
Suhu : 36,6 T : Terus Menerus
O:
1,2,3,4,5 05.30 Melakukan Pemberian Obat : AHA - Pasien tampak gelisah
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral AHA - Pasien tamapak meringis kesakitan
Antasida 4x1 60 ml oral - Tampak luka post op diperut bagian
59

Cefazoline 2x1 gr Inj bawah melintang , 12 cm


- Sulit tidur
1 09.00 Melakukan edukasi Teknik relaksasi A:
atau Visualisasi untuk mengurangi AHA Masalah Nyeri Akut b/d Agen Pencedera
rasa nyeri Fisik (prosedur Invasif) belum teratasi
2 10.00 Melakukan Edukasi Cuci Tangan 6 AHA
langkah kepada pasien dan keluarga P: Lanjutkan Intervensi
8. Melakukan Relaksasi Teknik Nafas
1 11.00 Melakukan edukasi kepada keluarga AHA Dalam
pasien untuk melakuka pergerakan
kecil/mobilisasi AHA
2 S:-
3 11.45 Monitor kondisi umum selama AHA O:
melakukan mobilisasi - Prosedur Tindakan invasif
- Luka bedah (Warna merah,
1,2,3,4,5 12.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : Inflamasi)
TD : 110/70 mmHg AHA
Rr : 19x/mnt
N ; 87 x/mnt A:
Suhu : 35,6 Masalah Resiko Infeksi b.d Efek
Prosedur Invasif belum teratasi
1,2,3,4,5 12.30 Melakukan Pemberian Obat : AHA AHA
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral P: Lanjutkan Intervensi
Antasida 4x1 60 ml oral 1. Ajarkan cara mencuci tangan
Cefazoline 2x1 gr Inj yang benar
2. Ajarkan cara memeriksa kondisi
2 13.00 Melakukan edukasi tanda dan gejala AHA luka atau luka operasi
infeksi

1 13.30 Mengajarkan teknik Relaksasi (tarik AHA AHA


60

nafas dalam) kepada pasien 3 S:


- Klien mengatakan sudah melakukan
14.00 Melakukan operan sift AHA latihan yang diajarkan perawat
- Klien mengatakan sudah bisa
2 15.00 Mengajrkan teknik cuci tangan 6 NEL melakukan bebarapa aktivitas secara
langkah kepada pasien dan keluraga
mandiri namun masih ada yang perlu
pasie untuk meminimalisir Resiko
infeksi dibantu oleh kluarga
O:
3 16.00 menfasilitasi melakukan pergerakan NEL - Mobilisasi klien terlihat sedikit
membaik mandi dan berpakaian
3 16.30 Melibatkan keluarga untuk membantu NEL terlihat dibantu keluarga AHA
pasien dalam meningkatkan - Klien tampak bisa mikamiki
pergerakan
3 17.00 Menganjurkan melakukan NEL A: Masalah belum teratasi
mobilisasi dini
P: Lanjutkan intervensi no
4 17.15 Memonitor Frekuensi pernyataan NEL
kritik terhadap diri sendiri 1. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Mendiskusikan persepsi pasien dan
4 17.30 keluarga terhadap perubahan citra NEL 5. Libatkan keluarga untuk membantu
tubuh pasien dalam meningkatkan
pergerakan
4 17.40 Menganjurkan mengungkapkan diri NEL 6. 6. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
terhadap citra tubuh
4
12345 18.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : NEL S:
TD : 100/90 mmHg - Klien mengatakan sedikit demi
Rr : 19x/mnt sedikit untuk belajar meneima
N ; 89 x/mnt
61

Suhu : 36,4 kondisinya saat ini


- Klien mengatakan cemasnya
123 19.00 Melakukan Pemberian Obat : NEL sedkit berkuang
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral
Antasida 4x1 60 ml oral O:
- klien terlihat tak bersemangat
5 19.40 mengdentifikasi tingkat pengetahuan NEL

5 19.50 Menjadwalkan pengajaran dengan NEL A: masalah belum teratasi


pasangan
P :intervensi dilanjutkan no
5 20.00 Menyiapkan media dan alat bantu yang NEL
diperlukan 4. Monitor Frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
12345 21.00 timbang terima NEL
9. Anjurkan mengungkapkan diri
terhadap citra tubuh
5
S:
- Klien mengatakan cemas sedikit
berkurang
- Klien Mengatakan berusaha menerima
kondisinya sat ini
O:
- Klien tampak bersemangat
memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh perawat
62

A: Masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi no:

6. Jadwalkan pengajaran dengan


pasangan

7. Siapkan media dan alat bantu yang


diperlukan
Jumat, 19- Jumat, 1 S:
03-2021 19-03- - Pasien mengatakan nyeri pada bekas
1,2,3,4,5, 24.00 Melakukan Monitoring Cairan Infus SLS 2021 luka operasi berkurang.
pasien P : Prosedur Invasif/operasi
Q : Ditusuk-tusuk
1,2,3,4,5 05.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : SLS
R : perut/bekas operasi
TD : 120/80 mmHg
Rr : 20x/mnt S : 3 ( 0-10)
N ; 87 x/mnt T : Hilang timbul
Suhu : 36,0 O:
- Pasien tampak gelisah berkurang
1,2,3,4,5 05.30 Melakukan Pemberian Obat : SLS - Pasien tamapak meringis kesakitan
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral berkurang
Antasida 4x1 60 ml oral - Tampak luka post op diperut bagian
Cefazoline 2x1 gr Inj bawah melintang , 12 cm
1 - Sulit tidur
09.00 Mengingatkan kembali Teknik Nafas SLS A:
dalam Utuk meredakan nyeri jika
Masalah Nyeri Akut b/d Agen Pencedera
nyeri datag lagi
Fisik (prosedur Invasif) teratasi
2 10.00 Mengingatkan kembali untukl selalu SLS
63

mencuci tangan jika akan emlihat P: Hentikan Intervensi


luka/meyentuh luka/mengganti
verban secara mandiri
S:-
3 11.00 Memonitor kondisi umum selama SLS 2 O:
melakukan mobilisasi
- Prosedur Tindakan invasif
3 11.20 Melibatkan keluarga untuk SLS - Luka bedah (Warna merah,
membantu pasien dalam Inflamasi)
meningkatkan pergerakan
A:
3 11.40 Menganjurkan melakukan mobilisasi SLS Masalah Resiko Infeksi b.d Efek
dini Prosedur Invasif teratasi
SLS
12345 12.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : P: Pertahankan Intervensi
TD : 110/80 mmHg
Rr : 18x/mnt S:
N ; 90 x/mnt 3
- Klien mengatakan sudah melakukan
Suhu : 36,4
SLS latihan yang diajarkan perawat
123 12.30 Melakukan pemberian obat : - Klien mengatakan sudah bisa
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral melakukan bebarapa aktivitas secara
Antasida 4x1 60 ml oral mandiri
Etabion 1x1 10kapsul oral O:
Cefazoline 2x1 gr Inj - Mobilisasi klien terlihat membaik
SLS - Klien tampak melakukan aktivitas
3 13.00 Monitor kondisi umum selama secara mandiri
melakukan mobilisasi
SLS A: Masalah teratasi
3 13.30 Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
64

pergerakan SLS P: intervensi dihentikan

14.00 timbang terima 1. Memonitor kondisi umum selama


WDY melakukan mobilisasi
4 14.30 Memonitor Frekuensi pernyataan 5. melibatkan keluarga untuk
kritik terhadap diri sendiri WDY
membantu pasien dalam meningkatkan
4 14.50 Menganjurkan mengungkapkan diri pergerakan
terhadap citra tubuh WDY 6. menganjurkan melakukan mobilisasi
dini
12345 18.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign :
TD : 120/70 mmHg
Rr : 19x/mnt S:
N ; 88 x/mnt 4 - Klien mengatakan sudah meneima
Suhu : 36,6 WDY kondisinya saat ini
- Klien mengatakan cemasnya
123 19.00 Melakukan Pemberian Obat : sudah berkuang
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral
Antasida 4x1 60 ml oral WDY
O:
5 20.00 Menyiapkan media dan alat bantu - klien terlihat bersemangat
yang diperlukan WDY
A: masalah teratasi
12345 21.00 Melakukan timbang terima
P :intervensi dihentikan

S:
5 - Klien mengatakan cemasnya sudah
berkurang dan mengerti penjelasan
65

yang diberikan oleh perawat


- Klien Mengatakan sudah menerima
kondisinya sat ini
O:
- Klien tampak bersemangat
memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh perawat

A: Masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan
pada pasien Kista Ovarium, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pada penegakan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan ini
dengan masalah utama pada pasien Ny. L dengan Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik, Resiko Infeksi d.d Efek Prosedur Invasif,
Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri, Penampilan Peran Tidak Efektif b.d
Perubahan Citra Tubuh, Resiko Disfungsi Seksual d.d Kecemasan pada
Ny. L dengan diagnosa medis Kista Ovarium + Post SOD +
Omenektomy.
2. Pada akhir evaluasi pada tanggal 19 Maret 2021 masalah teratasi sebagian
karena terbatasnya waktu dalam perawatan pasien.
4.2 Saran
Hasil penulisan makalah seminar ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan
kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan dengan diagnosa medis Kista
Ovarium + Post SOD + Omenektomy.

66
DAFTAR PUSTAKA

Andang, Tantrini. 2013.45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta :


Rapha Publishing.

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.


Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Manuaba, I. A. Sri Kusuma Dewi Suryasaputra et. al. 2010. Buku Ajar Ginekologi.
Jakarta : EGC.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta : Nuha Medika

Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana.


Bogor : IN MEDIA.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :


EGC

67
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor

68

Anda mungkin juga menyukai