Oleh :
KELOMPOK 3A
Oleh :
i
4. Widya Armadesthia Andrayanti 2030114
SURABAYA
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2030076
Ketua Kelompok
NIM. 2030076
Mengetahui,
CI Instutusi Pendidikan
iii
Dwi Ernawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 03023
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Seminar Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Kista
Ovarium + Post SOD + Omenektomy di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya” dengan selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.
v
Surabaya, 17 Maret 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................4
2.2 Klasifikasi..................................................................................................6
2.3 Etiologi......................................................................................................8
2.5 Patofisiologi...............................................................................................9
2.6 Pathway...................................................................................................10
2.7 Komplikasi..............................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan.......................................................................................13
vi
2.10 Asuhan Keperawatan Kista Ovarium......................................................15
BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................31
3.1 Pengkajian...............................................................................................31
4.1 Simpulan..................................................................................................62
4.2 Saran........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014). Kista
ovarium adalah kantung berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium
merupakan kasus umum dalam ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja,
pada masa pubertas sampai menopause juga selama kehamilan (Nugroho, 2012).
1
(kista coklat) dan kehamilan tuboovarium (kehamilan ektopik). Setengah dari
massa ovarium tersebut adalah kista fungsional. Kista fungsional termasuk kista
di kopus luteum dan folikel biasanya lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang
dengan sendirinya dalam 1 sampai 2 bulan. Wanita yang mengidap kista
2
dihadapinya serta asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium adalah
suatu proses keperawatan yang diberikan kepada pasien secara langsung kepada
pasien untuk memenuhi kebutuhan biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Asuhan
keperawatan meliputi pendidikan klien tentang proses terapi. Menurut Digiulo
dan Mary (2014) diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan kista ovarium adalah nyeri akut dan ansietas. Intervensi yang dapat
dilakukan adalah meyakinkan kepada pasien bahwa kista bisa sembuh,
menjelaskan kepada pasien penyebab rasa sakitnya dan rasa sakit yang lebih
parah saat haid. Studi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 di
ruang kebidanan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya ditemukan satu orang pasien post
operasi histerektomi dengan diagnosa medis kista ovarium. Berdasarkan hasil
observasi, pengkajian pada pasien kista ovarium meliputi pengkajian luka bekas
operasi serta nyeri yang dirasakan pasien. Petugas kesehatan sudah memberikan
pemahaman kepada pasien bahwa nyeri yang dirasakan adalah pengaruh dari luka
bekas operasi. Petugas sudah memantau tanda-tanda vital, memberikan analgetik
kepada pasien untuk mengurangi nyeri,mengobservasi luka operasi. Petugas
kesehatan juga sudah memberikan pendidikan tentang proses terapi namun
petugas belum mengkaji kebutuhan psikologi pada pasien karena jika tidak
diperhatikan akan mengakibatkan klien mengalami gangguan harga diri.
3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi penulis
Membuka cakrawala berfikir kritis untuk menangani dalam asuhan
keperawatan pasien dengan kegawatdaruratan Kista Ovarium + Post SOD +
Omenektomy.
4
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada rumah sakit khusunya perawat di ruang E2
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya dalam menangani dan merawat pasien
kegawatdaturatan Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi baru dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kista Ovarium + Post SOD + Omenektomy
5
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah, nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita
usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010). Kista Ovarium adalah sebuah
struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh
dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat.
Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Andang, 2013). Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan
atau setengah cair (Nugroho, 2014). Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista
ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran
kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja (Setyorini, 2014).
7
2.2 Klasifikasi
8
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut
kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat
kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh
seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.
9
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah
dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap
bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan
dan rasa sakit.
2.3 Etiologi
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari
FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista
granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional
dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein
biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium,
misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
10
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai
periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
2.5 Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat rangsangan dari
kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat
diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di
hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan
LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013). Ovarium dapat
berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung
pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal
tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta
menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
11
2.6 Pathway
Jaringan terputus
Klien merasa nyeri diperut
bagian bawah
GANGGUAN INTEGRITAS
KULIT DAN JARINGAN
NYERI AKUT
RESIKO INFEKSI
Klien mengalami ketakutan
dalam melakukan
mobilisasi
HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
12
2.7 Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan
torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran
abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan
leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan
13
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista
dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
14
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
2.9 Penatalaksanaan
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis
ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
15
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.
16
2.10 Asuhan Keperawatan Kista Ovarium
1. PENGKAJIAN
Langkah I :
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila
klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter
dalam 30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi.
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun,
dkk. 2009: 115).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam
masa reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien
mengenai gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.
Tuliskan sesuai uangkapan.
a) Keluhan Utama
17
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita
yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit yang
saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan
pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah
atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka
bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa
apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.
18
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat
ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum
minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan
tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari
hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.
19
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa
keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-
komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu,
nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem
atau tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera
ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris
atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan
sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah
atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak.
20
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek
patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses
ataupun pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid
atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,
digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan
dan penyakit.
21
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama
ibu, umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang
dialami ibu.
2) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data
dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.
2) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
3. Langkah III : Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan,
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan
dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan yang aman
(Purwandari, 2008:79).
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
22
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
(Muslihatun, dkk. 2009: 117).
5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi(Purwandari, 2008: 81).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40 psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap
hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan
harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
perawat adalah merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya (Purwandari, 2008: 81).
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien
(Muslihatun, dkk. 2009: 118).
23
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana
tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat
proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008: 82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta
orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien
dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan
saja (Purwandari, 2008: 83).
Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan
manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang
merupakan singkatan dari:
1) S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.
2) O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.
3) A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
4) P (Planning)
24
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya.
2. ANALISA DATA
25
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1 Faktor Resiko - Risiko Infeksi
1. prosedur tindakan
Laparotomy + Omenektomy
2. luka bedah SDKI 2016 D.0142
3. luka terbuka (Kategori : Lingkungan
Subkategori :Keamanan
dan Prokteksi)
2 DS : Krisis Situasional Ansietas
- Klien mengatakan sedih
akan kondisi yang
SDKI 2016 D.0080
dialami
- Klien mengatakan (Kategori: Psikologis
khawatir dengan Subkategori: integritas
perubahan fisik yang
Ego)
dihadapi
DO :
- Klien tampak gelisah
- Muka pucat
- TTV :
TD: 105/75 mmHg
Rr : 18x/menit
N: 91x/menit
SpO2 : 98%
3 DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri Fisik (Prosedur
di perut Operasi) SDKI 2016 D.0077
P : Prosedur Invasif (Kategori: Psikologis
Q : Ditusuk
Subkategori: Nyeri dan
R : perut bawah
S:6 Kenyamanan)
T : Hilang timbul
DO :
- Pasien terlihat gelisah
- Tampak sesekali
memegangi perutnya
- N : 91x/menit
- Sulit tidur
4 DS : Nyeri Gangguan Mobilitas Fisik
1. Klien mengatakan hanya
dapat berbaring
2. Klien mengatakan merasa SDKI 2016 D.0054
lemah karena tidak dapat (Kategori: Fisiologis
melakukan aktivitas seperti Subkategori: Aktivitas dan
semula istirahat)
26
3. PRIORITAS MASALAH
Tanggal
No Masalah Keperawatan Paraf
ditemukan teratasi
1 Nyeri Akut 16-03-2021
2 Resiko Infeksi 16-03-2021
3 Ansietas 16-03-2021
4 Gangguan Mobilitas Fisik 16-03-2021
4. DIAGNOSA
Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan
kista ovarium adalah :
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis (D.0077)
2. Ansietas b.d krisis situasional (D.0080)
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (D.0077)
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (D.0054)
27
28
29
5. RENCANA KEPERAWATAN
Terapeutik
4. Letakkan semua kebutuhan, 4. Menurunkan resiko
termasuk bel panggil dalam peregangan saat meraih
batas yang mudah
dijangkau/diraih oleh pasien.
Edukasi
7. Berikan kesempatan untuk 7. Ventilasi rasa takut/cemas
berbicara/mendengarkan dapat membantu untuk
masalah pasien. menurunkan faktor- faktor
stress selama dalam keadaan
sakit dan dirawat.
Kesempatan untuk
memberikan
informasi/membetulkan
31
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian terapi 8. Membantu menurunkan
sesuai indikasi gejala yang timbul
2 Resiko Infeksi d.d Efek Setelah dilakukan
Observasi 1. Menilai tanda dan gekala
Prosedur Invasif SDKI tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2017 D.0142 (Kategori : diharapkan derajat infeksi lokal dan sistemik
Lingkungan infeksi berdasarkan
Subkategori : Keamanan observasi atau sumber Terapeutik
dan proteksi) informasi menurun 3 x 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Meningkatkan Universal
24 Jam sesudah kontak dengan Precaution
pasien dan lingkungan
KH : sesuai analisa data pasien
1. Nyeri menurun
2. Bengkak menurun
3. Kemerahan
menurun Edukasi
4. Demam menurun 3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Menilai pengetahuan tentang
infeksi infeksi
KH :
1. Perilaku gelisah
menurun
2. Anoreksia
menurun
3. Pola tidur
mambaik
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur 6. Agar pasien dan keluarga
mobilisasi pasien mengerti ttg prosedur
mobilisasi
7. Anjurkan melakukan 7. Agar pasien terbiasa dalam
mobilisasi dini melakukan mobilisasi
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
IDENTITAS
Umur : 39 th Umur : 45 th
post operasi dan mengatakan nyeri hebat pada luka bekas post operasi,
34
aktivita pasien minimal dan dibantu oleh anggota keluarga dikarenakan
nyeri saat bergerak.
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
Menarche : umur 12 tahun Siklus :
teratur ( √ ) tidak ( )
Banyaknya : 200 cc Lamanya : 7 hari
HPHT : 1 Maret 2021 Keluhan : tidak
ada
Umur
N Tahu Peny Penolo Penyul Lasera Infek Perdara B
kehamil Jenis Jenis Pj
o n ulit ng it si si han B
an
35
Genogram
39
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Serumah
3. RIWAYAT KESEHATAN :
Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada
Pengobatan yang didapat : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
(√) Penyakit Diabetes Mellitus
4. RIWAYAT LINGKUNGAN :
- Kebersihan : Cukup Bersih
- Bahaya : Minimal
- Lainnya sebutkan :-
5. ASPEK PSIKOSOSIAL :
a. Persepsi ibu tentang keluhan/ penyakit : Tidak Nyaman dengan
kondisi saat ini
36
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan
sehari-hari ?Ya
Bila ya bagaimana Tidak bisa melakukan aktivitas secara normal
b. Pola eliminasi :
BAK
- Frekwensi : 3-4x sehari
- Warna : Kuning Jernih
- Keluhan saat BAK : Tidak Ada
BAB
- Frekwensi : 1x sehari
- Warna : Coklat
- Konsistensi : Lembek
- Keluhan : Tidak Ada
c. Pola personal hygiene
Mandi
- Frekwensi : 2x /hari
- Sabun : () ya, ( ) tidak
Oral hygiene
- Frekwensi : 1x /hari
- Waktu : () ya, ( ) tidak
Cuci rambut
- Frekwensi : 2hari Sekali
- Shampo : () ya, ( ) tidak
d. Pola istirahat dan tidur
37
Lama tidur : 5 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : Menonton Tv
Keluhan : Nyeri luka post op
Frekwensi : -
7. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmetis
Tekanan darah : 105/75 mmHg
Nadi : 91.x/menit
Respirasi : 18 x/mnt
Suhu : 36,1 C
Berat badan : 65 .kg
Tinggi badan : 158 cm
Mata :
38
Hidung :
Pernafasan
Sirkulasi jantung
Abdomen
Mengecil :-
Linea dan striae :-
Luka bekas operasi : Post Ovorectomy
Kontraksi :-
Lainnya sebutkan :-
39
Genitourinary
Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
1) Laboratorium :
14 Maret 2021
15 Maret 2021
Lab PA
40
Sitologi: Cairan washing peritoneal, Sel-sel Atipik (Class III)
41
e. Data Tambahan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................
Pemeriksa
42
3.2 Analisa Data
43
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1 Faktor Resiko - Risiko Infeksi
4. prosedur tindakan
Laparotomy + Omenektomy
5. luka bedah SDKI 2017 D.0142
6. luka terbuka (Kategori : Lingkungan
Subkategori :Keamanan
dan Prokteksi)
2. DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri Fisik (Prosedur
di perut Operasi) SDKI 2017 D.0077
P : Prosedur Invasif (Kategori: Psikologis
Q : Ditusuk
Subkategori: Nyeri dan
R : perut bawah
S:6 Kenyamanan)
T : Terus Menerus
DO :
- Pasien terlihat gelisah
- Tampak sesekali
memegangi perutnya
- N : 91x/menit
- Sulit tidur
3. DS : Nyeri Gangguan Mobilitas Fisik
3. Klien mengatakan hanya
dapat berbaring
4. Klien mengatakan merasa SDKI 2017D.0054
lemah karena tidak dapat (Kategori:
melakukan aktivitas seperti FisiologisSubkategori:
semula Aktivitas dan istirahat)
DO :
3. Mobilisasi klien ditempat
tidur, mandi, makan,
berpakaian, dibantu
keluarga
4. Klien tampak tidak banyak
bergerak
4. DS : Perubahan Citra Penampilan Peran Tidak
1. Klien mengatakan Tubuh
Efektif
banyak perubahan dalam
dirinya
2. Klien merasa tidak puas
SDKI 2017D.0125
dalam menjalankan
peran setelah post op (Kategori: Relasional
3. Klien merasa cemas
Subkategori: Interaksi
DO : Sosial)
44
45
3.3 Prioritas Masalah
Tanggal
No Masalah Keperawatan Paraf
ditemukan teratasi
1 Nyeri Akut 17-03-2021
2 Resiko Infeksi 17-03-2021
3. Gangguan Mobilitas Fisik 17-03-2021
4 Penampilan Peran Tidak 17-03-2021
Efektif
5 Resiko Disfungsi Seksual 17-03-2021
46
47
48
Terapeutik
12. Letakkan semua 12. Menurunkan resiko
kebutuhan, termasuk bel peregangan saat meraih
panggil dalam batas yang
mudah dijangkau/diraih
oleh pasien.
13. Instruksikan pasien untuk 13. Memfokuskan perhatian
melakukan teknik pasien, membantu
relaksasi/visualisasi menurunkan tegangan otot
dan meningkatkan proses
penyembuhan.
14. Instruksikan/anjurkan 14. Menghilangkan/mengurangi
untuk melakukan stress pada otot dan
mekanika tubuh/gerakan mencegah trauma lebih
yang tepat lanjut.
Edukasi
15. Berikan kesempatan untuk 15. Ventilasi rasa takut/cemas
50
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian 16. Membantu menurunkan
terapi sesuai indikasi gejala yang timbul
2 Resiko Infeksi d.d Efek Setelah dilakukan Observasi 6. Menilai tanda dan gekala
Prosedur Invasif SDKI tindakan keperawatan 6. Monitor tanda dan gejala infeksi
2017 D.0142 (Kategori : diharapkan derajat infeksi infeksi lokal dan sistemik
Lingkungan berdasarkan observasi
Subkategori : Keamanan atau sumber informasi Terapeutik
dan proteksi) menurun 3 x 24 Jam 7. Cuci tangan sebelum dan 7. Meningkatkan Universal
sesudah kontak dengan Precaution
KH : sesuai analisa data pasien dan lingkungan
5. Nyeri menurun pasien
6. Bengkak menurun
7. Kemerahan menurun Edukasi
8. Demam menurun 8. Jelaskan tanda dan gejala 8. Menilai pengetahuan tentang
infeksi infeksi
51
pasangan
123 19.00 Melakukan Pemberian Obat : 4. Siapkan media dan alat bantu
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral WDY yang diperlukan
Antasida 4x1 60 ml oral
Kamis, Kamis,
18/03/2021 AHA 18-03- 1 S: AHA
1,2,3,4,5 24.00 Melakukan Monitoring Cairan Infus 2021 - Pasien mengatakan nyeri pada bekas
pasien AHA luka operasi berkurang.
P : Prosedur Invasif/operasi
1,2,3,4,5 05.00 Melakukan pemeriksaan Vital Sign : AHA
TD : 120/80 mmHg
Q : Ditusuk-tusuk
Rr : 20x/mnt R : perut/bekas operasi
N ; 90 x/mnt S : 5 ( 0-10)
Suhu : 36,6 T : Terus Menerus
O:
1,2,3,4,5 05.30 Melakukan Pemberian Obat : AHA - Pasien tampak gelisah
Asam Mefenamat 3x1 500 mg Oral AHA - Pasien tamapak meringis kesakitan
Antasida 4x1 60 ml oral - Tampak luka post op diperut bagian
59
S:
5 - Klien mengatakan cemasnya sudah
berkurang dan mengerti penjelasan
65
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan
pada pasien Kista Ovarium, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pada penegakan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan ini
dengan masalah utama pada pasien Ny. L dengan Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik, Resiko Infeksi d.d Efek Prosedur Invasif,
Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri, Penampilan Peran Tidak Efektif b.d
Perubahan Citra Tubuh, Resiko Disfungsi Seksual d.d Kecemasan pada
Ny. L dengan diagnosa medis Kista Ovarium + Post SOD +
Omenektomy.
2. Pada akhir evaluasi pada tanggal 19 Maret 2021 masalah teratasi sebagian
karena terbatasnya waktu dalam perawatan pasien.
4.2 Saran
Hasil penulisan makalah seminar ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan
kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan dengan diagnosa medis Kista
Ovarium + Post SOD + Omenektomy.
66
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Manuaba, I. A. Sri Kusuma Dewi Suryasaputra et. al. 2010. Buku Ajar Ginekologi.
Jakarta : EGC.
67
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor
68