Anda di halaman 1dari 13

Mata Kulaih : Psikologi Perkembangan

Dosen : Pdt. Perobahan Nainggolan, M.Th


Tugas : Masa Dewasa Dini(akhir)
Kelompok :8
Nama/NIM : Mikael J. A. Simare-mare/ 2010141, Lindung Silaen/1710991,
Ratih Jelita Tampubolon/2010146, Iyola Hermana Manurung/ 2010136

I. Pendahuluan
Di antara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa dini, tugas-
tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan hidup keluarga merupakan tugas
yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit diatasi. Bahkan
sekalipun orang dewasa telah mempunyai pengalaman kerja, telah menikah
dan telah menjadi orangtua namun tetap harus melakukan penyesuaian diri
dengan peran –peran tersebut. Bagi sebagian besar pria dewasa, kebahagiaan
bergantung pada kesesuaian antara bakat, minat dan tugas yang diemban.
Artinya, makin cocok bakat dan minatnya dengan jenis pekerjaannya, makin
tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh.1

II. Kajian Teori


II.1. Pengertian Dewasa awal (Penyesuaian pekerjaan)
Adult (dewasa) berasal dari bahsa Latin, yang artinya sama
dengan adolescence- adolescere (tumbuh menjadi kedewasaan).
Namun, adult juga berasal dari bentuk lampau kata kerja adultus yang
artinya telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna
atau telah menjadi dewasa. Jadi, orang dewasa adalah individu yang
telahmenyempurnakan pertumbuhannya dan siap menerima
kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Masa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 tahun, saat
perubahan- perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif .2 Namun, untuk tahap
penyesuaian pekerjaan, biasanya ini terjadi di rentang usia akhir
duapulahan sampai akhir tigapuluhan.

Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap


pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock,
1980).3 orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru,
seperti peran suami/isteri, orang tua, dan pencari nafkah, dan
1
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga. 2009).278
2
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga. 2009). 320
3
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan.)….., 322
mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan nilai-
nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. penyesuaian diri
menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang
hidup seseorang. periode ini sangat sulit sebab sejauh ini sebagian
besar anak mempunyai orang tua, guru, teman, atau orang-orang lain
yang bersedia menolong mereka mengadakan penyesuaian diri.
sekarang sebagai orang dewasa, mereka diharapkan mengadakan
penyesuaian diri secara mandiri. apabila mereka menemukan
kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi, mereka ragu1-ragu untuk
meminta pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau
dianggap “belum dewasa”.

II.2. Ciri-Ciri
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola
kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa
dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja, sehingga ciri-ciri
masa dewasa awal tidak jauh berbeda dengan masa remaja.
Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (1986):

1. Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif


Masa dewasa awal adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai
dengan membentuk rumah tangga. Pada masa ini khususnya
wanita, sebelum usia 30 tahun, merupakan masa reproduksi,
dimana seorang wanita siap menerima tanggung jawab sebagai
seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat reproduksi manusia telah
mencapai kematangannya dan sudah siap untuk melakukan
reproduksi.

2. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah.


Setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami
perubahan, sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri
kembali terhadap diri maupun lingkungannya. Demikian pula pada
masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak melakukan
kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran
sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang sudah dianggap
dewasa secara hokum.

3. Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan


emosional.
Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam ketakutan-
ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau
kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
tercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang
dihadapi pada suatu saat tertentu atau sejauh mana sukses atau
kegagalan yang dialami dalam penyelesaian persoalan.
4. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan
nilai
Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orang tua,
lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada
pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka. Sedangkan masa perubahan nilai
masa dewasa awalterjadi karena beberapa alasan seperti ingin
diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial
dan ekonomi
orang dewasa.4

II.3. Penyeseuaian Pekerjaan


1. Tahap-tahap Penyesuaian pekerjaan
Dalam memasuki dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia
dewasa awal harus melakukan tahap-tahap penyesuaian pekerjaan,
antara lain:
a. Pilihan pekerjaan
Penyesuaian pertama adalah memilih bidang yang cocok
dengan bakat, minat dan faktor psikologis lainnya supaya ketika
bekerja kesehatan mental dan fisiknya dapat dikelola dengan
baik. Banyak kasus dalam memilih bidang kerja yang tidak cocok
dengan bakat dan minat tetapi dipilih karena besarnya pengaruh
sosial yang ada, ini justru menimbulkan ketidakpuasan terhadap
hasil karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya
prestasi kerja sangat menurun.
Penyesuaian peranan seks merupakan dasar bagi
penyesuaian pekerjaan. Contohnya, seorang laki-laki tidak dapat
puas dengan pekerjaan yang bersifat “maskulin” yang dipilihnya
karena tekanan orangtua atau sosial bila ia sebenarnya berminat
pada pekerjaan yang bersifat “feminim”. Beberapa orang telah
menentukan pilihannya jauh-jauh hari sebelum mereka bekerja,
sehingga jauh-jauh hari juga mereka melatih diri. Sebaliknya,
banyak orang dewasa muda bingung tentang apa yang akan
mereka kerjakan dalam bidangnya setelah selesai dari
pendidikan SLTA, bahkan yang tamat dari perguruan tinggi.

b. Stabilitas pilihan pekerjaan


Penyesuaian kedua adalah dalam menentukan pilihan
jurusan harus dilakukan dengan mantap. Seberapa jauh tingkat
kemantapan pemilihan jurusan bagi seseorang bergantung pada
tiga faktor, yaitu pengalaman kerja, daya tarik pribadi terhadap
pekerjaan, dan nilai yang terkandung pada pekerjaan yang
dipilih. Makin dewasa seseorang, biasanya ia makin menambah
nilai yang mendukung kemantapannya terhadap suatu pekerjaan

4
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 1980.
tersebut, daripada orang yang mengerjakan pekerjaan yang lebih
menarik atau tawaran gaji yang lebih tinggi.

c. Penyesuaian diri dengan pekerjaan.


Bentuk penyesuaian ketiga yang perlu dilakukan adalah
penyesuaian diri terhadap jenis pekerjaan yang telah dipilihnya.
Tak dapat dibantah lagi, bahwa faktor yang paling
mempengaruhi proses penyesuaian diri seseorang dengan
pekerjaannya adalah sikap pekerja itu sendiri.5 Havighurst,
dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya
menyimpulkan bahwa ia dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori umum, yaitu :
 Sikap kerja yang menopang-masyarakat, pekerja yang
bersikap menopang masyarakat dalam dirinya kurang atau
tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit
kepusan kerja. Orang yang seperti ini sering kali memandang
pekerjaannya sebagai beban yang berat dan tidak
menyenangkan dan memandang hari depan hanya agar cepat
menjalani masa pensiun.
 Sikap kerja yang melibatkan ego, para pekerja yang dalam
bekerja melibatkan ego, biasanya memperoleh kepuasan
pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa orang, bekerja
merupakan dasar harga diri dan kebanggaan. Karena bekerja
dianggap sebagai suatu yang penting, dan mereka ketakutan
apabila suatu saat ia dipaksa untuk pensiun.
 Penilaian terhadap penyesuaian pekerjaan
Sejauh mana keberhasilan seseorang melakukan
penyesuaian diri dalam pekerjaan dapat dinilai dari:

1. Prestasi kerja
Kriteria pertama terhadap penyesuaian pekerjaan
seseorang adalah tingkat keberhasilan yang dicapai
dalam kerja. Bagi banyak dewasa muda mempunyai
pekerjaan yang aman, lebih berarti daripada meniti
karier ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam penilaian proses penyesuaian, tercapainya
harapan seseorang dan diperolehnya rasa puas atas
hasil kerjanya merupakan kriteria yang penting. (Freda
Leinwand dari Monkmeyer).
Rintangan yang paling serius dan paling umum
untuk mencapai apa yang dapat dilakukan adalah
ketakutan akan sukses. Contohnya, apabila seseorang
memperoleh pekerjaan melalui usaha maksimal, mereka
mungkin merasa tidak mampu untuk melaksanakan

5
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2003),221
tugas tersebut dengan penuh keberhasilan. Dalam
kondisi seperti ini, dia sadar tentang rendahnya tingkat
pencapaian prestasi kerja, atau ia akan menuduh orang
lain apabila ia tidak dapat bekerja dengan baik.

2. Perubahan pekerjaan dengan sukarela


Kriteria kedua dalam proses penyesuaian bidang
keahlian seseorang adalah jumlah perubahan yang
dilakukan seseorang terhadap kejuruannya atau
pekerjaannya. Jumlah ini dapat digunakan sebagai
indikator kegagalan atau keberhasilan seseorang dalam
menyesuaikan dirinya dengan jurusan dan bidang yang
ditekuni selama ini. Mengganti bidang kerja dan
menghabiskan waktu untuk melatih karier baru juga
merupakan bukti yang menunjukkan bahwa proses
penyesuaian mereka sangat jelek.
Sering terjadi perubahan pekerjaan yang dilakukan
oleh para wanita dengan senang hati. Seorang istri yang
bekerja, berhasil atau tidak dalam menyesuaikan diri
dengan pekerjaannya, merasa perlu pindah pekerjaan
karena ternyata suaminya pindah tugas atau pindah
kerja ke lain tempat yang masyarakatnya berbeda.

3.
Kepuasan
Kriteria ketiga dalam penyesuaian bidang kerja
adalah tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan.
Pada awal usia duapuluhan, sebagian besar orang sudah
merasa senang kalau memperoleh pekerjaan, walaupun
pekerjaan tersebut tidak seluruhnya menyenangkan dan
disukainya, sebab pekerjaan ini telah memberinya
kebebasan yang diinginkan sehingga memungkinkannya
untuk menikah.6
Rasa tidak puas biasanya mulai terjadi selama
pertengahan usia duapuluhan sampai menjelang usia
tigapuluhan, terutama ketika orang muda tidak dapat
menanjak secepat yang mereka harapkan, setelah masa
ini biasanya rasa puas mereka meningkat sebagai hasil
dari prestasi besar yang dicapai dalam imbalan
keuangan yang semakin besar. Rasa puas diperoleh dari
prestasi kerjanya. Dan yang lebih penting lagi adalah
uang untuk hidup dengan gaya hidup yang mereka
inginkan.
2. Beberapa kondisi yang mempengaruhi kepuasan kerja:
1. Kepuasan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat
6
Monks, Knoers & Haditiono, Psikologi Perkembangan pengantar dalam Berbagai Bagaiannya, (Yogyakara:
Gadjah Mada University Press, 2006),328
Pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat pekerja
lebih memuaskan daripada tidak memenuhi kebutuhan dan
minat.

2. Stres karena kerja


Tanggung jawab terlalu banyak, kerja yang terlalu berat beban,
atau perlunya membuat keputusan yang mempengaruhi hidup
orang lain cenderung menimbulkan stres.

3. Pekerjaan yang menarik dan tidak menarik


Makin menarik tugas-tugas yang ada dalam suatu pekerjaan,
semakin besar rasa puas yang diperoleh pekerja. Sebaliknya,
pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan
menimbulkan ketidakpuasan.

4. Perilaku orang penting


Kepuasan pekerja meningkat apabila mereka tahu bahwa
keluarganya merasa bangga dengan pekerjaannya dan puas
dengan gaji yang mereka terima.

3. Bahaya dalam Penyesuaian Pekerjaan pada Masa Dewasa Dini


(akhir).
Terdapa dua bahaya yang paling umum dan paling serius pada
masa dewasa dini (akhir) yaitu:
a. Ketidakpuasan Kerja
Ketidakpuasan kerja ini berbahaya karena dapat
mempengaruhi prestasi kerja, menurunnya motivasi kerja
sampai ketiitk terendah, sehingga seseorang tidak lagi
berusaha untuk melakukan yang terbaik, tapi malah
menganggap semua itu sebagai hal yang biasa., akibatnya,
mereak akan kalah saing dengan mereka yang bekerja
dengan motivasi tinggi dan yang msih penuh gairah.

Selain itu, ketika seseorang mengalami ketidakpuasan kerja,


ia akan cenderung mengeluh, dan membuatnya di cap sebagai
pengeluh dan sumber kegaduhan.

Dan yang ketiga, timbulnya sikap terhadap kerjaa dan orang-


orang yang memiliki wewenang, yang menimbulkan sikap
agresif dan tidak bersahabt antara bawahan dan atasan.

b. Pengangguran
Pengangguran ini dibagi menjadi 3 tingkatan, yakni:
 Pengangguran atas dasar sukarela
Ini merupakan kondisi dimana seseorang dengan sengaja
melepaskan pekerjaan atau sengaja tidak bekerja, untuk
tujuan lain, misalnya, seorang pegawai kantor resign dari
kantor lamanya karena mulai minggu depan ia akan
menjadi manager di perusahaan lain.

 Lama menganggur menentukan tingginya tingkat efek


psikologis.
Efek psikologis diukur atau dipengaruhi oleh lama
mereka menganggur

 Kondisi kesadaran diri


Ini adalah kondisi dimana seseorang merasa yakin
bahwa ia akan menjadi pengangguran. Beberapa orang
menyalahkan diri dan menganggap bahwa pengangguran
itu datang dari kegagalannya sendiri. Orang-orang ini
akan cenderung mengmbangkan perilaku defensive yang
militant untuk mempertahankan posisinya.

II.4. Keluarga
A. Penyesuaian Terhadap Keluarga Dewasa Awal
Pada masa remaja individu biasa dalam kondisi yang selalu dicukupi
oleh orang tua. Tetapi pada masa dewasa awal sudah agak berbeda
keadaanya. Anak yang dulu hanya bisa minta uang sekarang harus atau
setidaknya dapat memenuhi kehidupanya sendiri. Pekerjaan adalah jalan
keluar untuk memenuhi kebutuhanya tersebut. Apalagi jika telah
membentuk keluarga sendiri maka individu harus bisa hidup mandiri
dalam memenuhi kebutuhan keluarganya (anak/istri). Penyesuaian
seperti inilah yang harus diperhatiakan oleh individu dalam masa
perkembangan dewasa awal. Oleh karena itu pekerjaan merupakan salah
satu faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan suatau keluarga dan
merupakan salah satu tugas perkembangan dalam tahap dewasa awal. 7

B. Keluarga merupakan kelengkapan dalam hidup


Manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia tidak dapat hidup tanpa
orang lain. Orang lain adalah pelengkap suatu kehidupan. Tidak hanya
masyarakat, keluarga (suami/istri) merupakan salah satu pelengkap
dalam hidup. Jadi hidup merupakan suatu kesatuan gesalt, tidak
terpecah-pecah dalam satu persatu individu melainkan dalamm
kesatuan social.
Tetapi keluarga juga bukan hanya merupakan suatu pelengkap tetapi
juga merupakan suatu kebutuhan dan tugas perkembangan dari dewasa
awal. Dianatara kebutuhan utama dan kuat mendorong individu untuk

7
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2003),302
hidup berkeluarga secara umum adalah kebutuhan material, seksual, dan
psikologis8. Kebutuhan seseorang menurut maslow antara lain adalah
kebutuhan jasmani, keamanan, kebutuhan untuk memiliki dan cinta,
harga diri, aktualisasi diri, kebutuhan untuk tahu dan mengerti, dan yang
terakhir adalah kebutuhan estetis. Keluarga merupakan kesatuan dari
tujuh kebutuhan menurut maslow tersebut. Oleh karena itu keluarga
merupakan puncak dari kebutuhan manusia dan merupakan pelengkap
hidup manusia sekaligus pemenuhan dari tugas perkembangan dewasa
manusia.
Hidup berkeluarga sebagai satu diantara aspek kehidupan pada masa
dewasa awal. Dalam membentuk keluraga individu dihadapkan pada
berbagai keanekaragaman liku-liku. Ada beberapa area pembahasan
yang cukup penting antara lain :
1. Persiapan hidup berkeluarga
Persiapan ini meliputi pemilihan pasangan, mencari pekerjaan dll.
Memilih pasangan sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pemilihan pasangan oleh orang tua
Cara ini dilakukan dengan tujuan untuk menyatukan ekonomi
dua keluarga, mempertahankan status social, dll. Tetapi cara ini
sekarang telah banyak ditinggalkan seiring modernisasi dalam
segala bidang.

b. Pemilihan pasangan yang dilakukan oleh pasangan itu sendiri


Pemilihan sepeti ini biasa dilakukan oleh orang pada jaman
sekarang ini.

c. Jalan tengah dari kedua cara diatas


Jalan tengah ini bias berupa orang tua menawarkan pilihnnya
kepada anak atau anak menawarkan pilihannya kepada orang
tua.

2. Dasar-dasar yang memperkokoh berkeluaraga


a. Latar belakang pada masa anak mempengaruhi kokohnya suatu
rumah tangga.
Mereka yang berhasil dalam berumah tangga memiliki latar
belakang masa anak-anak sebagai berikut:

· diasuh dalam keluarga yang harmonis dan bahagia


. kehidupan masa anak-anak yang bahagia
· disiplin orang tua yang fleksibel
· perhatian dari orang tua yang cukup
· harang terjadi pertengkaran dalam keluarga
· tidak pernah bertengkar dengan orang tua
8
Rosleney Mariani Perkembangan, (Bandung, Psikologi: CV Pustaka Setia, 2015),
hlm.333
· pendidikan seks yang cukup dari orang tuanya
· jarang menerima hukuman dari orang tuanya
· sikap hidup yang sehat.

b. Usia pada saat perkawinan


Usia perkawinan yang baik adalah antara umur 25 – 30 hal
ini dikarenakan pada usia ini pasangan telah mempunyai
pikiran yang matang. Selain itu perkawinan yang berhasil
mempunyai jarak usia antara 4 – 7 tahun (wanita lebih muda).9

c. Kesiapan pekerjaan
Telah disampaikan di depan bahwa pekerjaan merupakan
salah satu nsyarat untuk menikah.

d. Kematangan emosional
Kematangan emosional dalam berumah tangga antara lain
bercirikan :
- Kasih sayang, kasih sayang yang dalam dan diwujudkan
secara wajar
- Emosi terkendali, dapat mengendalikan emosi terhadap
pasanganya misalnya marah, cemburu , dll
- Emosi terbuka-lapang, dapat menerima saran atau kritik
dari pasangan
- Emosi terarah, dapat mengendalikan emosi sehingga segala
permasalahan dapat diselesaikan dengan kepala dingin.

3. Bahaya dalam Penyesuaian keluarga/banyak Perkawinan


Banyak bahaya yang berpusat dari kondisi di sekitarnya yang
memperburuk penyesuaian perkawinan.

 Penyesuaian diri dengan pasangan


Proses penyesuaian yang baik kemungkinan sangat
sulit untuk dicapai, oleh karena perbedaan suku, ras,
budaya atau agama, situasi latar belakangan sosial yang
berbeda lainnya. pasangan yang seperti ini biasanya akan
kurang bertemu

 Persaingan

9
Monks, Knoers & Haditiono, Psikologi Perkembangan pengantar dalam Berbagai Bagaiannya, (Yogyakara:
Gadjah Mada University Press, 2006), 332
Bahaya yang paling umum adalah persaingan,adanya
spirit untuk bersaingan dan memperebutkan hal-hal
yang seharusnya tidak untuk diperebutkan, hal-hal yang
seharunya tidak untuk diperebutkan, baik itu prestasi
atau apapun, biasanya, jika sepasang suami isteri adalah
orang karir, dan sang isteri lebih sukses dari isterinya, itu
akan menjadi pemicu masalah.

 Penyesuaian seksual
Penysuaian yang buruk ini biasanya terjadi diantara
tahun-tahun awal pasangan itu terbentuk.
Misalnya, seorang suami beranggapan bahwa
kepuasaan seksual itu adalah hal yang terpenting,
sedangkan si isteri menimpa hal ini dengan hal-hal lain
yang menurutnya lebiih penting, maka ini akan
menciptakan ketidak sepahaman, oleh karena itu,
penuyesuaian ini sangat dibutuhkan.

III. Manfaat Praktis Topik Makalah


Dari Topik Makalah diatas, kami (Pemakalah) dapat memberikan manfaat
Praktis yaitu:
1. Dimana Melalui informasi mengenai penyesuaian pekerjaan, maka dapat
membantu individu atau setiap orang dalam mengatasi adanya bahaya
yang akan ditimbulkan, seperti pengganguran dan ketidakpuasan dalam
kerja.
2. Dimana melalui informasi diatas, kiranya dapat membantu setiap individu
atau setiap orang dalam memahami pengetahuan tentang hal
penyesuaian dalam keluarga atau perkawinan, sebab tidak sedikit orang
yang mengalami bahaya dari ketidakpahaman mengenai apa itu
penyesuaian keluarga atau perkawinan.
3. Melalui informasi dari makalah, kiranya dapat memberikan pemahaman
terhadap setiap pembaca dan setiap individu mengenai hal dasar-dasar
dalam membangun penyesuaian diri terhadap satu hal.

IV. Kontribusi Bagi Teologi

Jemaat dewasa dini (Akhir) dalam masa penyesuaian pekerjaan dan


keluarga merupakan mayoritas jemaat gereja, oleh karena itu, sangat penting
bagi gereja untuk memahami jemaat dalam rentang usia ini, dengan
memahaminya, maka gereja diharapkan dapat mengambil kebijakan-
kebijakan yang tepat dalam menangani masalah terkait, contohnya saja,
membimbing para jemaat yang masi”labil” dalam pekerjaannya, atau
menanamkan nilai-nilai keluhuran dan kesetiaan dalam keluarga jemaat yang
masih baru memulai kehidupan berkeluarganya. Hal ini sangat dibutuhkan
gereja untuk membantu jemaat.
Topik ini sangat membantu gereja untuk memahami kasus-kasus atau
kondisi yang demikian, dengan memahaminya, maka gereja dapat terbantu
dalam penyelesaian masalah terkait, singkatnya, dengan adanya topic ini,
gereja dapat mendapat refrensi penting guna menyelesaikan persoalan
terkait.

V. Kesimpulan
Orang dewasa adalah individu yang telahmenyempurnakan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun
sampai 40 tahun, saat perubahan- perubahan fisik dan psikologis yang
menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif . Dan masa dewasa awal
adalah masa dimana seseorang sedang menyesuaikan dirinya dalam
pekerjaan dan keluarga.

Masa-masa ini memiliki ciri-ciri yang diukur dengan tolakan sebagai


berikut:
1. Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif

2. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah.

3. Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan


emosional.

4. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan


nilai.

Dalam masa-masa penyesuaian pekerjaan, ada hal-hal yang harus


diperhatikan, antara lain:
1. Tahap-tahap Penyesuaian pekerjaan
a. Pilihan pekerjaan

b. Stabilitas pilihan pekerjaan

c. Penyesuaian diri dengan pekerjaan.


Sejauh mana keberhasilan seseorang melakukan
penyesuaian diri dalam pekerjaan dapat dinilai dari:
2. Prestasi kerja
3. Perubahan pekerjaan dengan sukarela
4. Kepuasan kerja
Beberapa kondisi yang mempengaruhi kepuasan kerja:
a. Kepuasan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat

b. Stres karena kerja


c. Pekerjaan yang menarik dan tidak menarik

d. Perilaku orang penting


Bahaya dalam Penyesuaian Pekerjaan pada Masa Dewasa Dini
(akhir).
Terdapa dua bahaya yang paling umum dan paling serius pada
masa dewasa dini (akhir) yaitu:
a. Ketidakpuasan Kerja

b. Pengangguran

c. Kondisi kesadaran diri


Kepustakaan
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 1980.
Mariani, Rosleney. Perkembangan, Bandung, Psikologi: CV Pustaka Setia, 2015
Monks, Knoers & Haditiono, Psikologi Perkembangan pengantar dalam Berbagai
Bagaiannya,
Yogyakara: Gadjah Mada University Press, 2006
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2003

Anda mungkin juga menyukai