Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jennifer Wijaya

Kelas : VIIID

No Absen : 20

Kain Kafan Yesus dari Turin (kain kafan yang digunakan untuk membungkus
jenazah Yesus ketika Yesus dimakamkan)
Kain Kafan dari Torino (Sindone di Torino atau Sacra Sindone) adalah sepotong kain yang
memiliki gambaran seorang pria yang tampak telah disiksa secara fisik yang konsisten dengan
siksaan penyaliban. Kain ini disimpan di kapel kerajaan di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di
kota Torino, Italia. Kain tersebut dipercaya oleh banyak orang sebagai kain kafan Yesus Kristus
saat ia dimakamkan. Gambaran pada kain kafan tersebut jauh lebih jelas dalam hitam-putih (foto
negatif) dibandingkan dalam warna kecoklatan aslinya. Gambar negatif yang menyolok ini pertama kali
dilihat pada malam hari tanggal 28 Mei 1898 di piringan fotografi terbalik milik fotografer amatir
Secondo Pia yang diperbolehkan mengambil foto kain tersebut setika sedang dipamerkan di Katedral
Turin. Menurut Pia, ia hampir menjatuhkan dan memecahkan piringan fotografi tersebut akibat
keterkejutannya melihat gambaran seseorang di kain tersebut. Kain kafan ini menjadi topik perdebatan
sengit di antara para ilmuwan, rohaniwan, sejarawan, dan penulis mengenai di mana, kapan dan
bagaimana kain kafan serta gambaran di atasnya tercipta. Dari pandangan rohani, pada tahun 1958 Paus
Pius XII menyetujui gambaran kain kafan tersebut dalam hubungannya dengan ketaatan Katolik Roma
atas Wajah Suci Yesus, yang dirayakan tiap tahunnya pada Hari Selasa Pengampunan Dosa (Inggris:
Shrove Tuesday) atau Hari Selasa sebelum Hari Rabu Abu. Beberapa pihak percaya bahwa kain kafan ini
merupakan kain yang menutupi Yesus ketika Ia diletakkan di dalam makamnya dan gambarannya
tercetak pada serat-seratnya pada saat atau dekat saat Ia dipercaya bangkit dari mati. Pihak skeptis, di
sisi lain, beranggapan bahwa kain kafan tersebut merupakan karya pemalsuan Abad Pertengahan;
beberapa pihak lain menghubungkan terciptanya gambaran ini dengan reaksi-reaksi kimia atau proses-
proses alamiah lainnya. Berbagai pengujian telah dilakukan terhadap kain kafan ini, namun demikian
perdebatan mengenai asal usulnya tetap berlangsung. Penanggalan radio-karbon pada tahun 1988 oleh
tiga kelompok ilmuwan yang berdiri sendiri mengeluarkan hasil yang diterbitkan di dalam jurnal
akademik Nature yang mengindikasikan bahwa kain kafan tersebut dibuat selama Abad Pertengahan,
sekitar 1300 tahun setelah Yesus hidup. Pernyataan-pernyataan akan adanya prasangka dan kesalahan
di dalam pengujian-pengujian tersebut langsung muncul begitu hasil ini terbit, dan dijawab oleh Harry E.
Gove[3] atau beberapa orang lainnya. Walau demikian kontroversi penanggalan ini terus berlanjut.
Analisis lanjutan yang diterbitkan pada tahun 2005, misalnya, menyatakan bahwa contoh kain yang
diambil oleh para kelompok penguji tadi untuk dihitung usianya diambil dari sebuah bagian kain kafan
yang bukan merupakan bagian dari kain asli. Kain kafan ini juga rusak akibat kebakaran di akhir Abad
Pertengahan yang mungkin bisa juga menambahkan material karbon pada kain tersebut, yang
menyebabkan kadar radiokarbon yang lebih tinggi dan asal usul usia yang lebih belakangan. Analisis ini
pun dipertanyakan oleh pihak skeptis seperti Joe Nickell yang berargumen bahwa kesimpulan tersebut
dari penulis Raymond Rogers berasal dari "menganalisis dengan cara mulai dari kesimpulan yang
diinginkan dan kemudian baru menelusuri kembali pada bukti-bukti yang ada".[4] Mantan editor Jurnal
'Nature' Philip Ball telah mengatakan bahwa ide yang menyatakan Rogers mengarahkan penelitiannya
pada suatu kesimpulan yang telah tercipta sebelumnya adalah "tidak adil" karena Rogers memiliki
"sejarah karya-karya penelitian yang patut dihargai".

Namun begitu, penelitian tahun 2008 di Oxford Radiocarbon Accelerator Unit mungkin mengubah
penanggalan tahun 1260-1390 yang sebelumnya diterima, yang menyebabkan direktur institusi ini
Christopher Ramsey untuk mengundang komunitas ilmiah untuk melakukan penelitian baru atas
keaslian kain kafan ini.[5][6] "Dengan perhitungan-perhitungan radiokarbon dan dengan semua bukti
lainnya yang kita miliki mengenai kain kafan ini, terlihat adanya suatu konflik dalam interpretasi
terhadap bukti-bukti yang berbeda" kata Gordan kepada BBC pada tahun 2008 setelah penelitian yang
baru muncul.[7] Walau tetap berpikiran terbuka, Christopher Ramsey menekankan bahwa ia akan
sangat terkejut bila hasil pengujian tahun 1988 terbukti berbeda jauh dengan hasil pengujian yang baru
ini, apalagi bila bedanya sampai "seribu tahun".

Anda mungkin juga menyukai