PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan case report ini bertujuan untuk melengkapi syarat Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di bagian Public Health Puskesmas Tanjung Paku tahun
2020.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Tonsilitis Akut mulai dari
definisi sampai ke penatalaksanaan.
1. 3 Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai Tonsilitis Akut.
2. Sebagai referensi dalam pembelajaran bagi dokter muda, menambah ilmu
pengetahuan dan agar pembaca lebih memahami tentang Tonsilitis Akut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
agar pilar posterior tidak terluka. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian
atas pada palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di pangkal
lidah dan dinding lateral faring.4
Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat,
yang disebut kapsul. Kapsul tonsil mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam
parenkim. Trabekula ini mengandung pembuluh darah, saraf-saraf dan pembuluh
eferen. Kripte tonsil berbentuk saluran yang tidak sama panjang dan masuk ke bagian
dalam jaringan tonsil. Umumnya terdiri dari 8-20 buah dan kebanyakan terjadi
penyatuan beberapa kripte. Permukaan kripta ditutupi oleh epitel yang sama dengan
epitel permukaan medial tonsil. Pada fosa supratonsil, kripte meluas kearah bawah
dan luar, maka fosa ini dianggap pula sebagai kripta yang besar. Diantara pangkal
lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat plika triangularis yang
merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak masa embrio.4
4
dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, vaskularisasi diantara kedua daerah
tersebut dilayani oleh arteri tonsilaris. Vaskularisasi kutub atas tonsil dilayani oleh
arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Arteri tonsilaris berjalan ke atas
pada bagian luar muskulus konstriktor superior dan bercabang untuk tonsil dan
palatum mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan cabang-cabang melalui
muskulus konstriktor superior melalui tonsil. Arteri faringeal asenden juga
memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar muskulus konstriktor superior.
Arteri lingualis dorsal naik kepangkal lidah dan mengirimkan cabangnya ke tonsil,
pilar anterior dan pilar posterior. Arteri palatina desenden atau arteri palatina minor
atau arteri palatina posterior memperdarahi tonsil dan palatum mole dari atas dan
membentuk anastomosis dengan arteri palatina asenden.5
Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus
dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faring. Perdarahan adenoid berasal dari cabang-cabang arteri maksilaris
interna. Disamping memperdarahi adenoid pembuluh darah ini juga memperdarahi
sinus sfenoid.5
5
torasikus. Infeksi dapat menuju ke seluruh bagian tubuh melalui aliran getah bening.
Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferen sedangkan pembuluh getah
bening aferen tidak ada. Tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf ke
V atau n.trigeminus melalui ganglion sfenopalatina dan bagian bawah dari saraf keIX
atau n.glosofaringeus, sedangkan adenoid mendapat persarafan dari cabang saraf
kranialis ke IX dan X atau n.vagus.5
Sebagian besar sel-sel (80-85%) yang memiliki peran sistem imunitas pada
orang dewasa terletak pada mukosa traktus digestivus. Beberapa jaringan limfoid
sekunder pada traktus digestivus, GALT (gut associated lymphoid tissue) yang di
dalamnya termasuk MALT (mucosal associated lymphoid tissue) adalah tonsila
palatina, tonsila faringeal, tonsila lingualis, Payer’s patchdi usus dan apendik. GALT
merupakan lini pertama dalam menghadapi antigen atau mikroorganisme yang masuk
secara ingestan. Di antara GALT yang berperan paling besar adalah jaringan limfoid
yang ada pada Payer’s patch. Adenoid dan tonsil merupakan benteng pertahanan pada
pernafasan dan jalur makanan. Adenoid dan tonsil yang merupakan bagian dari
sistem imun sekunder berfungsi reaktif secara imunologis, memacu sel limfosit B dan
T dalam merespon terhadap adanya antigen dengan hasil akhir Imunoglobulin A
(IgA). Karena pada adenoid dan tonsil tidak didapatkan adanya pembuluh limfatik
aferen maka antigen atau mikroorganisme yang terpapar pada kripta-kripta tonsil dan
lipatan adenoid akan menuju ke bagian dalamuntuk diproses kemudian ditranspor
kembali ke lapisan epitelial, jadi antigen atau mikroorganisme yang terpapar pada
kripte akan segera dieliminasi sehingga tidak menimbulkan bahaya. Tetapi beberapa
mikroorganisme patogen dapat tetap hidup di jaringan tonsil, hal ini akan menjadikan
tonsil dan adenoid sebagai sumber infeksi kronik akibat tingginya jumlah
mikroorganisme patogen dan rusaknya mekanisme pertahanan imunologik lokal.5
Tonsil mulai mengalami involusi pada saat pubertas, sehingga produksi sel B
menurun. Pada tonsilitis berulang terjadi perubahan epitel skuamosa berlapis yang
menyebabkan rusaknya afinitas sel imun dan menurunnya fungsi transpor antigen
yang pada akhirnya dapat menurunkan aktivitas lokal sistem sel B, serta menurunkan
produksi antibodi.5
6
2.2 Tonsilitis Akut
2.2.1 Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsila lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding
faring / Gerlach’s tonsil). Peradangan pada tonsila palatina biasanya meluas ke
adenoid dan tonsil lingual.1
Tonsilitis Akut secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada
tonsila palatina yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.2
2.2.2 Etiologi
Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun
virus, sehingga membengkak dan meradang sehingga menyebabkan tonsillitis.3
Penyebab tonsilitis antara lain :3
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Streptokokus beta hemolitikus grup A
4. Hemofilus Influenza
5. Virus Epstein Barr
6. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens
7
2.2.3 Patofisiologi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat
didalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina dan tonsil lingual.
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak.3
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsillitis lakonaris.3
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.3
2.2.4 Klasifikasi
1. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstien Barr. Hemofilus
influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut, akan tampak luka-luka kecil pada
palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien. Terapi dapat berupa istirahat,
minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan jika gejala berat.5
8
2. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A streptococcus β
hemolitikus yang dikenal sebagai strepthroat, pneumocooccus, streptococcus viridan
dan streptococcus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan
epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak
sebagai bercak kuning.5
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis.
Bila bercak- bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi
tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar sehingga terbentuk
semacam membran semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil.5
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri
waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri ditelinga (otalgia) rasa nyeri ditelinga ini
karena nyeri alih (referet pain) melalui saraf n. glosofaringeus. Pada pemeriksaan
tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna
tertutup oleh membrana semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Terapi berupa antibiotik spektrum lebar penisilin, eritromicin. Antipiretik dan obat
kumur yang mengandung deksinfektan.5
9
2.3 Gambar Tonsilitis Akut pada Tonsila Palatin
10
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur
jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua
tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :3
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
Gambar 2.6 (A) Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II tonsils. (C)
Grade-IIItonsils. (D) Grade-IV tonsils (“kissing tonsils”)
11
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis untuk tonsillitis akut dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis secara tepat dan cermat serta pemeriksaan fisik yang dilakukan secara
menyeluruh.1
Pada anamnesis, pasien biasanya datang dengan keluhan berupa nyeri
tenggorokan, nyeri menelan, rasa ada yang mengganjal ditenggorokan, nafsu makan
menurun, badan lemas. Gejala-gejala lain dapat ditemukan seperti demam, namun
tidak mencolok. Pada anak dapat ditemukan adanya pembesaran kelanjar limfa
submandibular. Pada pemeriksaan fisik : tampak tonsil membesar, hiperemis,
detritus.6
12
Tonsilitis Akut Difteri
(Ulseratif)
Riwayat Tonsilitis berulang Telah terpapar difter
Temperatur Tinggi Rendah atau normal
Takikardi Sebanding dengan Tidak sebanding
demam dengan demam, nadi
lemah
Toxaemia Tidak ada Bisa ada
Nyeri / sakit berat Sedang atau tidak ada
Albuminuria Tidak ada Selalu ada
1.1 Tabel Perbandingan antara Difteri dan Tonsilitis Akut
2. Scarlett Fever
Scarlett fever dapat menyerupai tonsilitis akut. Scarlett fever disebabkan oleh
infeksi streptococcus dan menyebabkan ruam eritematosa berwarna abu-abu. Pasien
didapatkan tanda berupa strawberry tongue.
2.2.10 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
1. Pasien diharuskan untuk tirah baring
2. Aspirin atau parasetamol diberikan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
Ingat bahwa aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena berisiko
terjadinya sindrom Reye
3. Mengedukasi pasien untuk selalu minum air supaya terhindar dari dehidrasi
4. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin
atau klindomisin
5. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) jika terapi konservatif tidak memberikan
hasil
13
2. Operatif
Bila tonsil membesar dan menyebabkan sumbatan jalan nafas, disfagia berat,
gangguan tidur, terbentuk abses, atau tidak berhasil dengan pengobatan konvensional,
maka tindakan operasi dengan tonsilektomi perlu dilakukan. Selain itu indikasi
tonsilektomi pada tonsilitis kronik bila sebagai infeksi yang berulang, penurunan
kualitas hidup dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Tonsilektomi juga merupakan
tatalaksana yang diaplikasikan untuk Sleep-Disordered Breathing (SDB) serta untuk
tonsilitis rekuren yang lebih sering terjadi pada anak-anak.7
Berdasarkan Health Technology Assesment (HTA) Indonesia tahun 2004,
indikasi tonsilektomi dikelompokkan menjadi indikasi absolut dan relatif :7
1. Indikasi absolut : pembengkakan tonsil yang menyebabkan ostruksi saluran
napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner; abses
peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase :
tonsilitis yang menimbulkan kejang demam, tonsilitis yang membutuhkan
biopsi untuk menentukan patologi anatomi.
2. Indikasi relatif: terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan
terapi antibiotik adekuat : halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
membaik dengan terapi medis; tonsilitis kronik atau berulang pada karier
Streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase
resisten.
HTA Indonesia tahun 2004 juga menyebutkan kontra indikasi tindakan
tonsilektomi yaitu: adanya gangguan perdarahan, risiko anastesi yang besar atau
penyakit berat, anemia serta infeksi akut berat. Namun bila dapat di atasi, operasi
dapat dilakukan dengan tetap memperhitungkan manfaat dan risiko.7
2.2.11 Komplikasi
Komplikasi tonsillitis akut antara lain :7
1. Abses Peritonsiler
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan disebabkan oleh streptococcus group A.
14
2. Otitis Media Akut
Pada anak juga sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Infeksi
dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontangendang
telinga. Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkaninfeksi ke
dalam sel-sel mastoid.
3. Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui
mulut,tidur mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea
yangdikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).
2.2.12 Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita
tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika
tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan
bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat.6
2.2.13 Pencegahan
Tonsilitis akut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebersihan mulut,
lingkungan, dan pola makan individu tersebut. Dalam hal ini pola makan memiliki
peran yang sangat besar terhadap kesehatan seseorang, tidak terkecuali dengan
tonsilitis. Selain itu menjaga kebersihan makan dan minum, kebiasaan berkumur atau
menggosok gigi minimal 2 kali sehari dan mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan juga sangatlah penting untuk menghilangkan patogen dan kuman-kuman yang
menempel ditangan yang tidak kita sadari selama beraktivitas sehari-hari. Orang-
orang yang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka
untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain. Gelas minuman dan perkakas
rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan
menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang
telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang.5
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. P
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tanjung paku
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri tenggorokan sejak ± 3 hari yang lalu
16
Pasien belum ada berobat sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Frekuensi Nadi : 84 x/menit
- Frekuensi Nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 0C
Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 120 cm
KEPALA
Mata
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
THT : Status Lokalis THT
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
THORAKS
Paru
Inspeksi : Diharapkan dalam batas normal
Palpasi : Diharapkan dalam batas normal
Perkusi : Diharapkan dalam batas normal
Auskultasi : Diharapkan dalam batas normal
Jantung
Inspeksi : Diharapkan dalam batas normal
Palpasi : Diharapkan dalam batas normal
Perkusi : Diharapkan dalam batas normal
17
Auskultasi : Diharapkan dalam batas normal
ABDOMEN
Inspeksi : Diharapkan dalam batas normal
Palpasi : Diharapkan dalam batas normal
Perkusi : Diharapkan dalam batas normal
Auskultasi : Diharapkan dalam batas normal
EKSTREMITAS
Akral hangat ( +/+ )
CRT < 2 detik
Edema (-/-)
Sianosis (-/-)
18
Mastoid Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Tes garpu tala Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Kesimpulan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Cavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang (N)
Ukuran eutrofi eutrofi
Warna livide livide
Permukaan licin licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Sekret Ada/Tidak Ada Ada
Jenis Serous Serous
Jumlah Sedikit Sedikit
Bau Tidak Berbau Tidak Berbau
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
19
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Arkus Faring Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Hiperemis Hiperemis
Edem - -
Bercak/eksudat - -
Dinding faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Ukuran T3 T3
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Permukaan Licin Licin
Muara kripti Tidak Melebar Tidak Melebar
Detritus + +
Eksudat - -
Tonsil Perlengketan
- -
dengan pilar
DIAGNOSA KERJA
Tonsilitis Akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Swab tenggorok
DIAGNOSA BANDING
Tonsilitis Difteri
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Tab Paracetamol 3 x 500 mg (p.o)
Tab Amoxicillin 3 x 500 mg (p.o)
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Banyak minum air putih
20
Makan makanan lunak serta hindari minum es, makanan berminyak dan
keras serta pedas
PROGNOSIS :
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tonsillitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh
infekivirus atau bakteri. Tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus
beta hemolitikusgrup A. Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah
jika penderita menelan) dan juga nyeri alih yang seringkali dirasakan di telinga
(karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda infeksi pada tonsil. Penatalaksanaan
tonsilitis jika penyebabnya bakteri diberi antibiotik dan juga tonsilektomi jika
tonsilitis berulang. Komplikasi dapat berupa abses peritonsilitis, otitis media akut,
dan OSAS.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
8. Stelter K. 2014. “Tonsillitis and Sore Throat in Children”. GMS Current
Topics Otorhinolaryngology Head Neck Surgery ;13:1–24.
23