Anda di halaman 1dari 49

Case Report

DIFTERI
Oleh :

Mohd. Ilham Ft Rahman


Elza Efmy
Sasti Astika
Anggita Sifli Pakas
Dhea Amelia Putri

Preseptor
dr. Fetria Faisal, Sp.A
DEFINISI

 INFEKSI AKUT
 MUKOSA TU SALURAN NAPAS
 PENULARAN MELALUI KONTAK LANGSUNG / DROPPLET
 PSEUDOMEMBRAN
PATOFISIOLOGI
Corynobacterium diphteriae

Kontak dengan orang/ benda yang


terkontaminasi

Masuk dalam saluran


Hidung
pernafasan

Reaksi
Inflamasi Menempel pada sal.
pernafasan
Produksi sekret
meningkat Mengenai Menghasilkan
tenggorokan eksotoxin
Akumulasi
sekret Mengeluarkan Enzim
Menyerang
saraf menghambat terhadap NAD
Obstruksi jalan
nafas Paralisis otot Terbentuk
sintesis protein
pernafasan eksudat/
terputus
pseudomembran
Menutup saluran Masuk ke dalam
pernafasan pemb darah

Aliran sistemik
Mengganggu suplay
O2 dan Obstruksi
jalan nafas
jantung

Kemampuan otot jantung


Miokarditis
memompa menurun

Gagal jantung
Dan Kematian
Mendadak
MANIFESTASI KLINIS
Difteri saluran napas

 Fokus infeksi primer  sakit tenggorokan


yang sering, yaitu pada
tonsil atau pharynx  Demam
kemudian hidung dan
larynx  disfagia,

 Ulkus dangkal dari  suara serak,


nares eksternal dan
bibir atas merupakan  malaise
tanda khas  sakit kepala
 sekret serosanguinis,
purulen, dan rhinitis  membran tonsilar
erosiva dengan
pembentukan membran
Difteri hidung Difteri tonsil dan faring

 awalnya menyerupai  anoreksia, malaise,


common cold dengan demam ringan, dan nyeri
gejala pilek ringan menelan
tanpa atau disertai  Dalam 1-2 hari kemudian
gejala sistemik ringan timbul membran yang
mudah perdarah, melekat,
 Sekret hidung berwarna putih-kelabu
berangsur menjadi dapat menutup tonsil dan
serosanguinus dan dinding faring, meluas ke
kemudian mukopurulen uvula dan palatum molle
 Pada pemeriksaan atau ke bawah ke laring
tampak membran putih dan trakea
pada daerah septum  limfadenitis servikalis dan
nasi submandibular
 Pada kasus berat, dapat  Pada kasus sedang,
terjadi kegagalan penyembuhan terjadi
pernafasan dan secara berangsur dan
sirkulasi, paralisi bisa disertai penyulit
palatum molle baik uni miokarditis atau
maupun bilateral, neuritis
disertai kesukaran  Pada kasus ringan,
menelan dan membran akan terlepas
regurgitasi. Stupor, dalam 7-10 hari dan
koma, kematian bisa biasanya terjadi
terjadi dalam 1 minggu penyembuhan
sampai 10 hari sempurna
Difteri laring

 gejala obstruksi saluran  Bila terjadi pelepasan


nafas atas lebih membran yang menutup
jalan nafas bisa terjadi
mencolok kematian mendadak
 nafas berbunyi, stridor  Pada kasus berat,
yang progresif, suara membran dapat meluas ke
parau dan batuk kering. percabangan
trakeobronkial. Apabila
 Pada obstruksi laring difteria laring terjadi
yang berat terdapat sebagai perluasan dari
retraksi suprasternal, difteria faring maka gejala
yang tampak merupakan
interkostal, dan campuran gejala obstruksi
supraklavikular dan toksemia.
Difteri kulit Difteri pada tempat lain

 ulkus superfisial,  Corinebacterium


 ektima,
diphteriae dapat
menyebabkan infeksi
 indolent dengan muko kutaneus pada
membran coklat tempat lain, seperti di
kelabu di atasnya telinga (otitis eksterna),
 Ekstremitas lebih mata (purulen dan
sering terkena ulseratif konjungtivitis)
daripada leher atau dan traktus genitalis
(purulen dan ulseratif
kepala
vulvovaginitis)
 ulserasi,  Difteria pada mata
pembentukan dengan lesi pada
membran dan konjungtiva berupa
perdarahan kemerahan, edema
submukosa dan membran pada
membantu dalam konjungtiva palpebra
membedakan difteria  . Pada telinga berupa
dari penyebab bakteri otitis eksterna dengan
lain dan virus sekret purulen dan
berbau.
DIAGNOSIS
 Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis dan laboratorium
 Diagnosis pasti dengan isolasi C. diphteriae
dengan pembiakan pada media Loeffler atau
dengan media baru Amies dan Stewart
dilanjutkan dengan tes toksinogenitas secara in
vivo (marmut) dan in vitro (tes Elek).
Kasus suspek difteri Kasus probable difteri

 adalah orang dengan adalah suspek difteri


gejala laryngitis, ditambah salah satu
nasofaringitis atau dari:
tonsillitis ditambah  pernah kontak dengan
pseudomembran putih kasus difteri
keabuan yang tak (<2minggu),
mudah lepas dan  berasal dari daerah
mudah berdarah di
endemis difteri,
faring, laring, tonsil.
 Stridor, bullneck,  Umumnya (94%)
perdarahan menunjukkan tanda
submukosa atau tonsilitis dan
ptekie pada kulit, faringitis dengan
 gagal jantung, gagal pseudomembran/selap
ginjal akut, ut pada tempat
miokarditis dan
kelumpuhan motorik infeksi berwarna
1 s/d 6 minggu setelah putih keabu-abuan,
awitan, mudah berdarah bila
 kematian.
diangkat
BEBERAPA DEFINISI YANG DIPAKAI UNTUK
MEMUDAHKAN DILAPANGAN:

Kasus konfirmasi difteri kasus karier

 adalah kasus probable  adalah orang yang


yang hasil isolasi ternyata
positif C.difteriae tidak menunjukan
toksigenik (dari usap gejala klinis, tetapi
hidung, tenggorok, ulkus hasil pemeriksaan
kulit, jaringan,
konjungtiva, telinga, laboratorium
vagina) atau serum menunjukan positif C.
antitoksin meningkat 4
kali lipat atau lebih diphtariae.
(hanya bila kedua sampel
serum diperoleh sebelum
pemberian toksoid difteri
atau antitoksin).
DIAGNOSIS BANDING
Difteria hidung Difteria faring

 rhinorrhea (common  tonsilitis mebranosa akut


yang disebabkan oleh
cold, sinusitis, Streptococcus (tonsilitas
adenoiditis), akut, septic sore throat),
 benda asing dalam  mononukleosis infeksiosa,
hidung, snuffles (lues  tonsilitis membranosa
non-bakterial,
kongenital).
 tonsilitis herpetika
primer,
 moniliasis,
 blood dyscrasia,
 pasca tonsilektomi
Difteria laring Difteria kulit,

 laringitis,  Impetigo
 croup sindroma yang  infeksi kulit yang
lain, yaitu spasmodic disebabkan oleh
croup, angioneurotik Streptococcus atau
edema pada laring, Stapyllococcus
dan benda asing
dalam laring.
PENYULIT

Dapat terjadi akibat inflamasi lokal atau


akibat aktivitas eksotoksin, penyulit difteri
dikelompokkan dalam :

 Obstruksi Jalan nafas

Disebabkan oleh : tertutupnya jalan nafas


oleh membran difteria atau karena edema pada
tonsil, faring, daerah submandibular dan servical
PENYULIT

 Dampak toksin :  jantung  MIOKARDITIS

Manifestasi miokarditis dapat berupa:


takikardia, suara jantung redup, terdengar bising
jantung, atau aritmia. Kelainan pemeriksaan EKG
dapat berupa elevasi segmen ST, perpanjangan PR
interval, dan heart block
PENYULIT

Penyulit pada saraf biasanya terjadi lambat,


bersifat bilateral, terutama bila mengenai saraf
motorik dan sembuh sempurna. Bila terjadi
kelumpuhan pada palatum molle pada minggu ke-
3, suara menjadi sengau, terjadi regurgitasi nasal,
kesukaran menelan
PENYULIT

Paralisis ekstremitas bersifat bilateral dan


simetris disertai hilangnya refleks tendon dalam.
Paralis diafragma dapat terjadi pada minggu ke-5
dan ke-7 sebagai akibat neuritis saraf frenikus.
Hal ini dapat menyebabkan kematian apabila
tidak dibantu dengan ventilator mekanik

 Infeksi sekunder bakteri


PENGOBATAN

Umum:
 Rawat isolasi 2-3 minggu

 Istirahat tirah baring 2-3 minggu

 Cairan dan diet yang adekuat


PENGOBATAN

Khusus:
 Anti Diphtheria Serum (ADS)

 Antibiotik

 Kortikosteroid
DOSIS ADS  LOKASI MEMBRAN DAN
LAMA SAKIT
Tipe difteria Dosis Cara
pemberian
D.Hidung 20.000 IM
D.Tonsil 40.000 IM ATAU IV
D.Faring 40.000 IM ATAU IV
D.Laring 40.000 IM TAU IV
Kombinasi lokasi 80.000 IV
di atas.
Difteria + penyulit, 80.000-120.000 IV
Bullneck.
Terlambat berobat 80.000-120.000 IV
(>72 jam), lokasi
dimana saja
ANTIBIOTIK

 AB: PENISILIN PROKAIN : 50.000-100.000


IU/kgbb/hari  10 hari, bila terdapat
hipersensitivitas  eritromisin 40 mg/kgbb/hari
KORTIKOSTEROID

 Dianjurkan pada:
 Obstruksi saluran nafas bagian atas (dapat
disertai atau tidak bullneck)
 Miokarditis

 Prednison 2 mg/kgbb/hari selama 2


minggu tapp.off
PENGOBATAN

 Pengobatan penyulit
Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta
gangguan pernafasan yang progresif merupakan
indikasi trakeostomi
 Pengobatan kontak

Pada anak yang kontak dengan pasien


sebaiknya diisolasi sampai tindakan berikut
terlaksana, yaitu biakan hidung dan tenggorokan
serta gejala klinis diikuti setiap hari sampai masa
tunas terlampaui, pemeriksaan serologi dan
observasi harian.
PENGOBATAN

Anak yang telah mendapat imunisasi dasar


diberikan booster toksoid difteri.
 Pengobatan karier

Karier : mereka yang tidak menunjukkan


keluhan, mempunyai uji Schick (-) tetapi
mengandung basil difteria dalam nasofaring.
Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin
100mg/kgBB/hari oral/suntikan, atau eritromisin
40 mg/kgBB/hari sema 1 minggu.
Pengobatan terhadap kontak difteri:
Biakan Uji Schick Tindakan

(-) (-) Bebas isolasi: anak yang


telah mendapat
imunisasi booster toksoid
difteria
(+) (-) Pengobatan karier :
penisilin 100 mgkg/ hari
oral/ suntikan, atau
eritromisin 40
mg/kgBB/hari selama 1
minggu
(+) (+) Penisilin
100mg/kgBB/hari
oral/suntikan, atau
eritromisin 40 mg/kgBB +
ADS 20.000
(-) (+) Toksoid difteria
(imunisasi aktif),
sesuaikan dengan status
PROGNOSIS

Menurut Krugman, kematian mendadak


pada kasus difteria dapat disebabkan karena:
- Obstuksi jalan nafas mendadak diakibatkan oleh
lepasnya membran difteria
- Adanya miokarditis dan gagal jantung
- Paralisis diafragma sebagai akibat neuritis
nervus frenikus
PROGNOSIS

Anak yang pernah menderita miokarditis


atau neuritis sebagai penyulit difteria, pada
umumnya akan sembuh sempurna tanpa gejala
sisa, walaupun demikian pernah dilaporkan
kelainan jantung yang menetap.
PENCEGAHAN

Pencegahan secara umum dengan menjaga


kebersihan dan memberikan pengetahuan tentang
bahaya difteria bagi anak. Pencegahan secara
khusus terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan
karier.
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. I
Umur : 3,5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bukit Sileh
MR : 175494
Tanggal masuk : 24 September 2018

2
ANAMNESA
Dilakukan secara autoanamnesa dan Alloanamnesa kepada orang
tua pasien pada tanggal 24 September 2018 bangsal anak RSUD
SOLOK

Keluhan Utama : Nyeri menelan sejak 3 hari


SMRS
• Seorang anak berusia 3,5 tahun
mengeluhkan nyeri saat menelan sejak 3
hari SMRS. anak juga mengeluhkan
tenggorokan terasa sakit.
• Nafsu makan anak menurun sejak anak
mengeluhkan nyeri menelan dan nyeri
tenggorokan, anak biasanya makan 2-3
kali sehari, dan menghabiskan 1 porsi
makanan. Saat ini anak makan 1-2 kali
sehari dan hanya menghabiskan
sepertiga porsi makanan.
• Demam sejak 2 hari SMRS, demam tidak
tinggi, demam hilang timbul, dan demam
tidak disertai menggigil.
• Batuk sejak 1 hari SMRS, batuk tidak
berdahak, batuk hanya dirasakan
seskali, pilek (+) . Sesak nafas tidak ada,
suara serak tidak ada.
• Mual tidak ada, Muntah tidak ada
• Buang air kecil warna dan jumlah biasa.
• Buang air besar warna dan konsistensi
biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti ini sebelumnya.

Riwayat imunisasi
• Imunisasi dasar tidak lengkap. Booster belum diberikan
DPT ORI belum diberikan.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
• Suhu : 37,4 °C
• Nadi : 80 x/menit
• Nafas : 35 x/menit
• Td : 110/80 mmHg
• Berat Badan : 13 Kg
• TB : 70 cm
Kesan gizi :
 BB/U = 87%
 TB/U = 95%
 BB/TB = 110%
 Kesan = Gizi Baik
Kepala : Normochepal, Lingkar kepala 47 cm.
Rambut : Hitam tidak mudah di cabut.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor, diameter 2 mm/mm, reflek
cahaya (+/+) normal.
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, terdapat
pseudomembran sukar diangkat dan mudah
berdarah, faring hiperemis.
Thoraks :
 COR

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba di LMCS 1 jari medial RIC V
P erkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)

 Pulmo
Inspeksi : Simetris, retraksi tidak ada
Palpasi : focal fremitus kiri da kanan sama
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi: vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Aukultasi : Bising usus (-) normal

 Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik, refleks
fisiologis (+) normal, refleks patologis (-)
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, refleks fisiologis (+)
normal, refleks patologis (-)
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hb : 11,1 g/dL

 Leukosit : 22.400/mm3
 Hematokrit : 42.3 %
 Trombosit : 254.000/mm3
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2
detik, refleks fisiologis (+) normal, refleks
patologis (-)
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik,
refleks fisiologis (+) normal, refleks
patologis (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 11,1 g/dL
Leukosit : 22.400/mm3
Hematokrit : 42.3 %
Trombosit : 254.000/mm3
Diagnosa kerja Difteri Tonsil

Diagnosa Banding
Tonsilofaringitis akut
• Swab Tenggorok (Pewarnaan gram,
kultur)
Pemeriksaan Penunjang

Rencana :
• PCR (Polymerase Chain Reaction)
PENATALAKSANAAN :

Rumus Holiday:
10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari

Anak dengan BB 13 kg, kebutuhan cairannya :


10x100= 1000, 3x50= 150, total= 1150
Jumlah tetesan per menit = jumlah kebutuhan cairan x 20
tetes
waktu (jam) x 60 menit
(1150 cc x 20 tetes) : (24 jam x 60 menit) = 16 tpm
Menurut penulis terapi cairan yang tepat diberikan adalah
IVFD KAEN 1B 16 tetes/menit atau IVFD KAEN 1B 50
cc/jam

• Rawat isolasi 2-3 minggu


• Istirahat
• ADS : 20.000 unit/perhari selama 2 hari IM atau IV
• Eritromisin syr 4 x 125 mg

Anda mungkin juga menyukai