Oleh:
Atika Arifah 1310070100032
Zeniana Rahayu
Noli Apriani Putri
Elani Putri
Definisi
Herd immunity
(kekebalan komunitas)
Sistem imunitas (kekebalan tubuh)
Aktif
Adaptif (infeksi)
Sistem Kekebalan
TUBUH Pasif (transfer
Buatan antibodi)
Aktif
Bawaan
(VAKSINASI
)
• Memberikan vaksin (bakteri / virus hidup
dilemahkan / mati, komponen) atau toksoid
Virus yg dilemahkan
disuntikkan ke tubuh
Terbentuk antibodi
melawan
virus
Antibodi melumpuhkan
virus jahat yg datang
Jenis-jenis Vaksin
Vaksin Bakteri
•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yello
• Varisela
w
Feve
• Difteria • • Influenza r
Vaksi Meningo • IPV
n • Tetanus • Pneumo • Rabies
Inaktif • Pertusis • Hib • Hepatitis B
• Kolera • Typhoid • Hepatitis A
Vi
a. Cek identitas, vaksinasi yang telah didapat
b. Umur, jarak dgn vaksinasi sebelumnya
c. Informed consent : manfaat dan KIPI
d. Indikasi kontra, perhatian khusus, penyakit, obat
e. KIPI vaksinasi sebelumnya
f. Penanggulangan KIPI seandainya terjadi
g. Rutin pediatrik
a. Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
b. Pertumbuhan dan perkembangan
h. Jadwal vaksinasi berikutnya
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan khusus
– Mencari indikasi kontra atau hal-hal yang perlu
diperhatikan
– bekas vaksinasi terdahulu
– Lokasi vaksinasi yang akan dikerjakan
1. Cuci tangan dengan antiseptik
2. Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa
3. Teliti kondisi vaksin apakah masih layak : warna
indikator VVM
4. Kocok : penggumpalan, perubahan warna
5. Alat suntik : sekali pakai
6. Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
7. Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
8. Pasang dropper polio dengan benar
Penyediaan alat-alat
• Peralatan vaksinasi
– (alat cuci tangan, pemotong ampul, alat
suntik sekali pakai, kapas alkohol, plester,
kotak limbah)
• Alat penanganan kedaruratan
(adrenalin, kortikosteroid, selang dan cairan
infus, oksigen),
• Pencatatan :
– Buku KIA, KMS, blangko vaksinasi
Intramuskular di paha mid-anterolateral
• Neonatus
– kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
– cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
• 1–24 bulan : 7/8 – 1 inch (22,2-25,4
mm)
Intramuskular di deltoid
• > 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)
Tungkai anak
dijepit paha ibu
Tangan kiri
Dijepit ketiak ibu
Tangan dipegang
suntik
Tangan bebas
Bisa meraih jarum suntik
suntik
Kaki bebas
Bisa berontak
Intramuscular
e.g. hepatitis A and B,
Subcutaneous DTP
e.g. measles, mumps,
rubella, varicella
Oral
e.g. polio
Intradermal
BCG
Penetesan Vaksin Polio
Pencatatan
• Nama dagang,
produsen,
• No. lot / seri
vaksin,
• Tgl
penyuntikan
• Bagian tubuh yang
disuntik (deltoid
kiri, paha kanan
mis)
PEMAKAIAN VAKSIN DAN SISA VAKSIN
• BCG
– setelah dilarutkan harus segera diberikan dalam 3 jam
(simpan dalam suhu 2 – 8 ◦ C)
• Polio
– Setelah dibuka harus segera diberikan dalam 7 hari
(simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
• DPT
– Bila ada penggumpalan atau partikel yang tidak hilang
setelah dikocok jangan dipakai
• Campak
– Setelah dilarutkan harus diberikan dlm 8 jam
(simpan
dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
PEMANTAUAN SETELAH
VAKSINASI
• Perhatikan keadaan
umum
• Tunggu 30 menit di ruang
tunggu
SAFE INJECTION : MENGAPA
PERLU ?
Aman bagi
yang
disuntik
penyun
tik
lingkun
gan
Vaksin Kombo
Mengurangi
- jumlah suntikan, *Jadwal harus disesuaikan
• DTwP/HepB
Quadrivalent • DTwP/Hib atau DTaP/Hib
• DTaP/IPV
Dasar
kombinasi • DTaP/Hib/IPV
DTP Pentavalent • DTaP/HepB/Hib
Hexavalen • DTaP/HepB/Hib/IPV
t
Imunisasi sesuai Kelompok
Umur
Ba. yi Imunisasi dasar PPI
Lahir-1
th
Balita Imunisasi ulangan, Non-PPI
1-4th
Catch-up immunization
Usia sekolah
5-12 th Catch-up immunization
1-3 tahun
Imunisasi ulangan
Melengkapi imunisasi
Imunisasi ulangan Balita
Melengkapi imunisasi
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2
3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kalib
Japanese encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan
berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan
Cara membaca
Rekomendasi kolom usia
imunisasi : misal
berlaku mulai2 Januari 2017
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberiancukup2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian
setara dengan 3 dosis
Opti mal (lihat keterangan)
Catch-up Booster DaerahEndemis Untuk memahami tabel jadwal imunisasi pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas
perlu membaca keterangan tabel
akhir pemberian pada usia 32 minggu.
1. Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
7. Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali
didahului pemberian suntikan vitamin K1minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- len adalah
(primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk
usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL.
ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2, 3, dan 4 8. Vaksincampak. Vaksincampakkedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudahmendapatkan MMR.
bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberianpada usia 2, 4, dan6 bulan. 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat
dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- dikit harus diberikan vaksin MMR/MR.
mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaandengan pemberian OPV-3. 10.Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. 11.Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13
kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu tahun, pemberiancukup2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.
usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan 12.Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan
Baca Tabel
1. BCG
Kontraindikasi
• Bayi HIV positif dgn/tanpa gejala
• Bayi status HIV ? dng gejala HIV, ibu HIV +
• Keganasan (e.g leukemia, limfoma)
• Imunodefisiensi primer/sekunder
• Dapat imunisupresif *radio/kemoterapi, steroid)
• Reaksi > 2 minggu
• Bengkak, warna merah, Ø 10 mm
Reaksi normal
• 2 – 3 minggu kemudian abses ulcus sembuh
sendiri parut ( scar )
• Axilla, supraclavicular
Pembengkakan • Ø < 2 cm, tidak melekat ke kulit tak perlu diobati
kel. Limf regional
• Abses fistel ulcus parut (sikatrik)
Scar BCG
2. Hepatitis B
• KIPI
– Reaksi lokal : kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari.
– Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, sendi
Mengapa imunisasi Hepatitis B harus diberikan
saat lahir?
Endemisitas
Karier kronik
Transmisi
maternal
Penularan Infeksi VHB
• Perinatal/vertikal: ibu ke bayi saat lahir
– 70-90% bayi yang terinfeksi menjadi kariers
25% diantaranya meninggal
• Horizontal: bayi ke bayi/anak ke dewasa
• Parenteral, perkutan: unsafe injection,
transfusi darah
• Sexual transmission
3. Polio
(OPV=oral polio
vaccine)
Follow-up (periodik)
Umur 1-4 tahun, tiap 4 tahun
Mempertahankan pemutusan transmisi
PAH
O
6.Vaksin MMR (Trimovax®, MMR II ®)
• Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm embrio ayam
• Virus gondong Urabe dibiak dlm telur ayam
• Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
• PFS, vial, simpan 2 - 8º C,
• Subkutan atau intra muskular
• Kontra indikasi
imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah
(tunda 6 – 12 minggu), alergi neomisin, kanamisin
• Tidak ada bukti sahih berkaitan dgn Autisme
MMR
• KIPI: malaise, demam atau ruam yang
sering terjadi 1 minggu setelah imunisasi
yang berlangsung selama 2-3 hari,
meningoensefalitis, trombositopenia
• Diperlukan untuk catch-up measles,
membentuk antibodi terhadap mumps
(gondongan), dan rubela
• MMR-2 diberikan sebelum pubertas
7.Haemophyllus influenzae type b
• Conjungate polysaccharide
• Diberikan sejak umur 2-4-6 bl, ulangan pada 18 bulan
• Mencegah : Meningitis, Pneumonia, bukan Influenza
• Simpan : 2 - 8ºC, jangan beku
• Suspensi berkabut keputihan: normal
• Kombinasi dgn DTaP /DTwPdan HB: 0,5 ml
Cara pemberian:
• < 2 thn : paha mid anterolateral
• > 2 thn : deltoid
8. Vaksin Demam Tifoid
(Typhim Vi®, Typherix®)
• Komposisi
– Polisakarida kapsul Vi Salmonella typhi
– Fenol, NaCl, NaHPO3H
• PFS, simpan 2 – 8ºC
• Intramuskular atau subkutan umur > 2 thn
• dosis 0,5 ml secara IM dideltoid atau paha
• Imunitas 2 – 3 minggu pasca vaksinasi
• Imunogenitas rendah pada umur < 2 thn
• Perlindungan 3 tahun
• Tidak melindungi thdp S.paratyphi A & B
9. Hepatitis A
• Transmisi melalui oro-fecal route
• Inactivated vaccine
• Umur > 2 tahun, dosis
– 2-12 tahun 720 U =0,5 ml
– > 12 tahun 1440 U = 1 ml
– ulangan 6 bulan berikutnya
• Indikasi: anak umur > 2 tahun
Endemis, sering transfusi (hemofilis, panti asuhan
• Kotraindikasi: demam, infeksi akut, hipersensitiv
thd kompone vaksin
• Efikasi 84%
• Proteksi 10 tahun
• Reaksi yang terjadi minimal kadang demam,
lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu
makan
10. ROTAVIRUS
11. Vaksin Varisela
(Varilrix ®, Okavax ®)
Dosis vaksin
Umur 6-35 bulan : 0,25ml
Umur 3 tahun : 0,5 ml
Umur < 9 tahun : harus
mendapat 2 dosis
dengan interval minimal
4
minggu.
> 9 th: Pemberian vaksin
influenza 1x dan
13. Vaksin pneumokokus
BCG Tuberkulosis
Hepatitis B Hepatitis B, Kanker hati
DPT Difteri, pertusis, tetanus
Campak
Campak
Hemophilus influenza
tipe b (Hib) Pneumonia, meningitis
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi
Vaksi Mencegah
n penyakit
MMR Campak,
gondongan,
Pneumokoku campak Jerman
s Varisela
Pneumonia,
Tifoid meningitis
Hepatitis A Varisela
Human papilloma virus Tifoid
(HPV)
Hepatitis A
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi
Vaksi Mencegah
n penyakit
Rotaviru Diare
s
Influenza
Influenza
KIPI
Kejadian Ikutan Pasca imunisasi
• Definisi
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam kurun waktu 1 bulan setelah pemberain
imunisasi dan diperkirakan sebagai akibat dari
imunisasi
1. Vaccine reaction (reaksi vaksin) yaitu reaksi yang terjadi akibat sebagian
komponen vaksin.
2. Injection reaction (reaksi suntikan), kejadian yang muncul akibat cemas
terhadap tindakan penyuntikan dibandingkan dengan komponen
vaksinnya sendiri.
3. Programme error (kesalahan program), kejadian ini disebabkan oleh
karena proses penyiapan vaksin, pengemasan atau pemberian
4. Coincidence (koinsiden), kejadian yang berlangsung setelah
imunisasi,
tetapi tidak disebabkan oleh vaksin atau oleh kesalahan program.
5. Unknown (tidak diketahui) atau unidentified (tidak dapat
ditentukan).
Mengapa imunisasi perlu diberikan
pada anak > 1 tahun?
• Pada saat tertentu kadar antibodi menurun
(dibawah ambang pencegahan), maka
diperlukan penguat
• Belum pernah diimunisasi saat bayi (second
opportunity
• Imunisasi tidak lengkap
• Imunisasi tidak teratur
• Daerah risiko penularan tinggi (KLB,
bencana)
CATCH UP IMMUNIZATION
Kesimpulan
• Anak yang dalam masa pertumbuhan tidak
terganggu oleh penyakit yang serius (yang dapat
menyebabkan kematian & kecacatan), akan
dapat tumbuh & berkembang optimal