Anda di halaman 1dari 83

Imunisasi 2017

ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNIV. BAITURRAHMAH
2018

Oleh:
Atika Arifah 1310070100032
Zeniana Rahayu
Noli Apriani Putri
Elani Putri
Definisi

proses pembentukan sistem kekebalan tubuh


 Upaya membuat suatu individu menjadi kebal
terhadap suatu penyakit infeksi

• Material imunisasi disebut immonugen

• Immonugen adalah molekul antigen yang dapat


merangsang kekebalan tubuh.
Tujuan Imunisasi

Melindungi seseorang terhadap


penyakit tertentu (intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit (final goal)


Eradikasi Penyakit

Vaksin mencegah infeksi


Mencegah
penyakit
Mencegah
transmisi penularan di
Cakupan
masyarakat imunisasi
> 80%

Herd immunity
(kekebalan komunitas)
Sistem imunitas (kekebalan tubuh)

Kekebalan • Bekerja otomatis


bawaan • Tidak spesifik thd penyakit tertentu
(innate • Tidak punya memori
immunity)

Kekebalan • Perlu waktu


Adaptif
(adaptive • Spesifik thd penyakit tertentu
• Punya memori
immunity)
Pasif (dari
ibu)
alamiah

Aktif
Adaptif (infeksi)

Sistem Kekebalan
TUBUH Pasif (transfer
Buatan antibodi)

Aktif
Bawaan
(VAKSINASI
)
• Memberikan vaksin (bakteri / virus hidup
dilemahkan / mati, komponen) atau toksoid

• Sesuai jadwal yang ditetapkan

• Disuntikkan atau diteteskan ke dalam mulut


 untuk merangsang kekebalan tubuh
penerima
 hati-hati : dapat menimbulkan KIPI
Bagaimana vaksin bekerja??
Cara k erja vaksinasi

Virus yg dilemahkan
disuntikkan ke tubuh

Terbentuk antibodi
melawan
virus

Antibodi melumpuhkan
virus jahat yg datang
Jenis-jenis Vaksin

Vaksin Bakteri

•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yello
• Varisela
w
Feve
• Difteria • • Influenza r
Vaksi Meningo • IPV
n • Tetanus • Pneumo • Rabies
Inaktif • Pertusis • Hib • Hepatitis B
• Kolera • Typhoid • Hepatitis A
Vi
a. Cek identitas, vaksinasi yang telah didapat
b. Umur, jarak dgn vaksinasi sebelumnya
c. Informed consent : manfaat dan KIPI
d. Indikasi kontra, perhatian khusus, penyakit, obat
e. KIPI vaksinasi sebelumnya
f. Penanggulangan KIPI seandainya terjadi
g. Rutin pediatrik
a. Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
b. Pertumbuhan dan perkembangan
h. Jadwal vaksinasi berikutnya
Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan khusus
– Mencari indikasi kontra atau hal-hal yang perlu
diperhatikan
– bekas vaksinasi terdahulu
– Lokasi vaksinasi yang akan dikerjakan
1. Cuci tangan dengan antiseptik
2. Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa
3. Teliti kondisi vaksin apakah masih layak : warna
indikator VVM
4. Kocok : penggumpalan, perubahan warna
5. Alat suntik : sekali pakai
6. Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
7. Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
8. Pasang dropper polio dengan benar
Penyediaan alat-alat

• Peralatan vaksinasi
– (alat cuci tangan, pemotong ampul, alat
suntik sekali pakai, kapas alkohol, plester,
kotak limbah)
• Alat penanganan kedaruratan
(adrenalin, kortikosteroid, selang dan cairan
infus, oksigen),
• Pencatatan :
– Buku KIA, KMS, blangko vaksinasi
Intramuskular di paha mid-anterolateral
• Neonatus
– kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
– cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
• 1–24 bulan : 7/8 – 1 inch (22,2-25,4
mm)
Intramuskular di deltoid
• > 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)

• Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch


(38,1mm)
Mengatasi Ketakutan dan Nyeri

• Jangan menakut-nakuti anak


• Empati, jangan dipaksa dengan dipegang kuat
• Diajak bicara, dielus-elus, ditenangkan
• Bayi baru lahir : diberi sukrosa dilidahnya
• Tekan 10 detik sebelum disuntik
• Spray pendingin (etil klorid) =EMLA
• Tempel es batu 1 – 2 detik tidak direkomendasikan
• Krim EMLA (Eutetic Mixture of Local Anesthesia) 1 jam sebelum
penyuntikan, efek sampai 24 jam
• Lidocaine topikal : 10 menit sebelum disuntik
• Anak : bernafas dalam, tiup baling-baling, ajak bicara,
bacakan cerita, musik
• Dipijat atau digoyang-goyang sesudah vaksinasi
• Bicara pada bayi dan anak
• Tentukan lokasi penyuntikan : paha, lengan
• Posisi bayi / anak : nyaman dan aman
• Desinfeksi
• Pegang; peregangan kulit, cubitan
• Penyuntikan: dosis, sudut, cara
• Tetesan: dosis, hati-hati dimuntahkan
• Penekanan bekas suntikan
• Membuang alat suntik bekas
• Penulisan tanggal vaksinasi di kolom yang sudah
disediakan
Teknik dan Posisi Penyuntikan
• Bayi digendong pengasuh,
• Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest
to chest)
• Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
• Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
• Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
• Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
• Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan
geser kulit dan subkutis ke samping,
setelah disuntik kemudian lepaskan
• Jarum disuntikan dengan cepat
• Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan
bersamaan
Lengan yg satu Tangan yg lain
dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
Tangan kiri
Dijepit ketiak ibu
Tangan dipegang

suntik
Tangan bebas
Bisa meraih jarum suntik

suntik

Kaki bebas
Bisa berontak
Intramuscular
e.g. hepatitis A and B,
Subcutaneous DTP
e.g. measles, mumps,
rubella, varicella

Oral
e.g. polio
Intradermal
BCG
Penetesan Vaksin Polio
Pencatatan

• Nama dagang,
produsen,
• No. lot / seri
vaksin,
• Tgl
penyuntikan
• Bagian tubuh yang
disuntik (deltoid
kiri, paha kanan
mis)
PEMAKAIAN VAKSIN DAN SISA VAKSIN

EEFO (early expired first out)


• Yang hampir kadaluarsa dipakai dahulu

VVM (vaccine vial monitor)


• warna segi empat hampir sama dengan lingkaran 
dipakai dahulu

Vaksin yang dibawa kelapangan


• Belum dibuka : dipakai untuk kegiatan berikutnya
• Sudah dibuka : semua sisa vaksin harus dibuang
SISA VAKSIN

• BCG
– setelah dilarutkan harus segera diberikan dalam 3 jam
(simpan dalam suhu 2 – 8 ◦ C)
• Polio
– Setelah dibuka harus segera diberikan dalam 7 hari
(simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
• DPT
– Bila ada penggumpalan atau partikel yang tidak hilang
setelah dikocok  jangan dipakai
• Campak
– Setelah dilarutkan harus diberikan dlm 8 jam
(simpan
dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
PEMANTAUAN SETELAH
VAKSINASI

• Perhatikan keadaan
umum
• Tunggu 30 menit di ruang
tunggu
SAFE INJECTION : MENGAPA
PERLU ?

• Suntikan dapat menularkan : hepatitis B, Hepatitis C, HIV,


jamur, parasit, bakteri, menyebabkan abses
• Penyebaran melalui suntikan lebih cepat daripada
melalui
udara, mulut atau seks
SAFE INJECTION

Aman bagi

yang
disuntik

penyun
tik

lingkun
gan
Vaksin Kombo

Mengurangi
- jumlah suntikan, *Jadwal harus disesuaikan

- jumlah kunjungan, *Menurunkan respons imun tiap


- ketidaknyamaan bayi/ dokter antigen
- mengurangi pengadaan semprit *Mempengaruhi suplai & harga
Memudahkan vaksin
- mengejar imunisasi yg tertunda, *Menambah ruang
penyimpanan
- menambah vaksin baru dalam
jadwal *Dapat membingungkan perawat
Menurunkan respons imun tiap dalam membantu dokter
antigen *Mengurangi kunjungan dokter
Vaksin Kombinasi=kombo

• DTwP/HepB
Quadrivalent • DTwP/Hib atau DTaP/Hib
• DTaP/IPV
Dasar
kombinasi • DTaP/Hib/IPV
DTP Pentavalent • DTaP/HepB/Hib

Hexavalen • DTaP/HepB/Hib/IPV
t
Imunisasi sesuai Kelompok
Umur
Ba. yi Imunisasi dasar PPI
Lahir-1
th
Balita Imunisasi ulangan, Non-PPI
1-4th
Catch-up immunization
Usia sekolah
5-12 th Catch-up immunization

Remaja Catch up immunization


13-18
Persiapan masa dewasa & kehamilan
th

Lansia Mengurangi morbiditas


Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur

Lahir-1 th PPI + Hib

DPT, Polio, MMR, Tifus, HepA, Varisela,


1-4th a.i. Influenza, Men, Pneu

DPT, Polio,Campak, MMR, Tifoid, HepA,


5-12 th Varisela, a.i. Influenza, Men, Pneu

TT, HepB, (MM)R, Tifoid, HepA,


13-18 th Varisela, a.i. Influenza, Men, Pneu

Lansia Influenza dan Pneumokokus


Vaksinasi
untuk semua golongan
umur
Imunisasi primer <12 bulan

1-3 tahun
Imunisasi ulangan
Melengkapi imunisasi
Imunisasi ulangan Balita
Melengkapi imunisasi

Usia sekolah Imunisasi ulangan


Melengkapi imunisasi
Terpajan penyakit Remaja

Ibu Terpajan penyakit


muda

Terpajan penyakit Lansia


Imunisasi
untuk semua golongan umur

Usia sekolah Remaja


Td, MMR, HB,
varisela, Hepatitis A, Hepatitis B,
HPV Varisela, Hepatitis A, HPV
Balita Ibu muda
DTP, MMR,
varisela
Tifoid, HB, HPV
influenza,
H
epatitis A Lansia
B
Infl, Pnc
atita
DTP,
Hib, PCV, Bayi
HB, BCG, polio, DTP,
Influenza,
Hib, PCV, Influenza, Campak
MMR, Varisela
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2017
Usia
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18

Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2
3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kalib
Japanese encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan
berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan
Cara membaca
Rekomendasi kolom usia
imunisasi : misal
berlaku mulai2 Januari 2017
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberiancukup2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian
setara dengan 3 dosis
Opti mal (lihat keterangan)
Catch-up Booster DaerahEndemis Untuk memahami tabel jadwal imunisasi pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas
perlu membaca keterangan tabel
akhir pemberian pada usia 32 minggu.
1. Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
7. Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali
didahului pemberian suntikan vitamin K1minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- len adalah
(primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk
usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL.
ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2, 3, dan 4 8. Vaksincampak. Vaksincampakkedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudahmendapatkan MMR.
bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberianpada usia 2, 4, dan6 bulan. 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat
dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- dikit harus diberikan vaksin MMR/MR.
mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaandengan pemberian OPV-3. 10.Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. 11.Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13
kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu tahun, pemberiancukup2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.
usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan 12.Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan
Baca Tabel
1. BCG

• Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan


• Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 – 8ºC (bukan freezer),
hanya boleh 3 jam
• Kering : simpan dlm suhu 2 – 8ºC, lebih baik dalam
freezer,
• Jangan kena sinar matahari
• Dosis : 0.05 ml intrakutan, deltoid kanan
(jika usia > 1 th 0,1 ml)
BCG

Kontraindikasi
• Bayi HIV positif dgn/tanpa gejala
• Bayi status HIV ? dng gejala HIV, ibu HIV +
• Keganasan (e.g leukemia, limfoma)
• Imunodefisiensi primer/sekunder
• Dapat imunisupresif *radio/kemoterapi, steroid)
• Reaksi > 2 minggu
• Bengkak, warna merah, Ø  10 mm
Reaksi normal
• 2 – 3 minggu kemudian  abses  ulcus  sembuh
sendiri  parut ( scar )

• Reaksi < 2 minggu


Reaksi cepat • Sudah pernah terinfeksi tbc
• Sudah pernah imunisasi BCG

• Bengkak, merah, Ø >10 mm abses besar dan dalam :


• Strain vaksin / virulensi
Reaksi berat • Suntikan subkutan
• Dosis lebih
• Infeksi sekunder

• Axilla, supraclavicular
Pembengkakan • Ø < 2 cm, tidak melekat ke kulit  tak perlu diobati
kel. Limf regional
• Abses  fistel  ulcus  parut (sikatrik)
Scar BCG
2. Hepatitis B

• Partikel permukaan antigen virus hepatitis B


• rekombinan DNA sel ragi, tidak infeksius
• Dianjurkan diberikan dalam umur 12 jam, setelah vit K1

• Kontra indikasi : alergi pada komponen vaksin (sangat


jarang)
• Penyimpanan : 2 – 8 º C, uji kocok
• Penyuntikan : intramuskular paha anterolateral, jangan di
gluteal

• KIPI
– Reaksi lokal : kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari.
– Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, sendi
Mengapa imunisasi Hepatitis B harus diberikan
saat lahir?

Endemisitas
Karier kronik
Transmisi
maternal
Penularan Infeksi VHB
• Perinatal/vertikal: ibu ke bayi saat lahir
– 70-90% bayi yang terinfeksi menjadi kariers 
25% diantaranya meninggal
• Horizontal: bayi ke bayi/anak ke dewasa
• Parenteral, perkutan: unsafe injection,
transfusi darah
• Sexual transmission
3. Polio
(OPV=oral polio
vaccine)

• Virus hidup, dilemahkan


– Virus poliomielitis tipe 1, 2, 3 strain Sabin
• Penyimpanan (sebelum dibuka):
– dalam suhu - 20ºC potensi sampai 2 thn
– dlm suhu 2 – 8ºC potensi sampai 6 bulan
• Setelah dibuka simpan dlm suhu 2 – 8ºC
– potensi hanya sampai 7 hari
• Tidak beku, ada sorbitol
• Cara pemberian: polio 0: oral
polio 1,2,3 dan booster : OPV atau IPV
(minimal 1x IPV)
• Sedang diare : boleh divaksin, 4 minggu
kemudian beri 1 dosis sebagai dosis tambahan
Vaksin Polio Injeksi
(Injectable / Inactivated Polio Vaccine = IPV)
• Virus polio mati
• Kekebalan di mukosa usus : sedikit
• Tidak digunakan selama dicurigai masih ada
transmisi virus polio liar
• Tidak ada risiko VAPP dan VDPP
• Penyimpanan :
– dlm suhu 2 – 8ºC stabil 3 thn (OPV 6 bln)
• Serokonversi IPV > OPV (Kenya)
• Sudah digunakan di negara maju
sejak 2002
4. Vaksin Difteri, Tetanus dan Pertusis

• Difteria dan tetanus : toksoid dimurnikan


• Pertusis : bakteri mati, teradsorbsi dlm Al fosfat
• Tiap 1ml :40 Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15
Lf
toksoid tetanus, Al fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg.
• Simpan dan transportasi dalam 2 – 8ºC, jangan dalam
freezer
• Kocok sampai homogen, bila ada gumpalan atau
endapan jangan digunakan
• Indikasi kontra
- Riwayat anafilaksis
– Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
DTwP atau DTaP
• Pemberian 3 kali sejak umur 2 bulan (umur
minimal 6 minggu), interval 4-6 mg
• Ulangan
– 18 bl
– 5-7 tahun (dianjurkan DPT, bukan DT)
– 12 tahun (program BIAS)
• DTP Merupakan core vaksin kombinasi
• Di Indonesia: DPT/HepB, DPT/Hib
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis
aselular (DPaT)
Tetanus

• Eliminasi tetanus neonatorum tahun 2000 (?)


• Target imunisasi tetanus 5 kali
– 3 dosis saat bayi setara 2 dosis toksoid dewasa
– dosis ke-4 (18-24bl) kekebalan + 5 th
– dosis ke-5 (masuk SD) kekebalan + 10 th
– dosis ke-6 (keluar SD, TD atau dT) kekebalan + 20 th
Vaksin Pertusis
Whole-Cell Vaccine

• Vaksin klasik dibuat dari bakteri utuh (whole bacterium)


melalui biakan dan inaktivasi
• Efikasi : 87 to 93%
• Masalah efek samping (kontroversi global)

KIPI Tidak ada hubungan


• Kejang demam •Kejang tanpa demam
• Anafilaksis • Infantile spasms
• Menangis >3jam
5. Vaksin Campak

• Virus hidup dilemahkan, jangan kena sinar matahari


• Vaksin kering : simpan < 0º C atau < 8ºC, lebih baik minus 20
º C. Pelarut tidak boleh beku.
• Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 – 8ºC maksimum 8 jam
• Tiap 0,5 ml mengandung
– 1000 u virus strain CAM 70
– 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin
• Dosis 0,5 ml, subkutan, di deltoid lengan atas
Campak
• Data
– umur 10-12 th : 50% titer antibodi di atas
ambang pencegahan
– umur 5-7 th : 29,3% pernah menderita
campak walaupun pernah diimunisasi
• BIAS: ulangan campak saat masuk SD
• Program: reduksi campak

• KIPI: Demam lebih dari 39,50C yang terjadi


pada 5-15% kasus, demam mulai dijumpai
pada hari ke 5-6 setelah imunisasi dan
berlangsung selama 2 hari. Dapat
merangsang terjadinya kejang demam
Cakupan Imunisasi Campak
Harus Tinggi Sepanjang Masa

Keep-up (Imunisasi rutin)


Semua bayi/anak 9-23 bulan
Mempertahankan pemutusan transmisi
95% cakupan

Follow-up (periodik)
Umur 1-4 tahun, tiap 4 tahun
Mempertahankan pemutusan transmisi

Catch-up (hanya satu kali)


Anak umur 1-14 tahun
Untuk memutus transmisi
campak

PAH
O
6.Vaksin MMR (Trimovax®, MMR II ®)
• Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm embrio ayam
• Virus gondong Urabe dibiak dlm telur ayam
• Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
• PFS, vial, simpan 2 - 8º C,
• Subkutan atau intra muskular
• Kontra indikasi
imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah
(tunda 6 – 12 minggu), alergi neomisin, kanamisin
• Tidak ada bukti sahih berkaitan dgn Autisme
MMR
• KIPI: malaise, demam atau ruam yang
sering terjadi 1 minggu setelah imunisasi
yang berlangsung selama 2-3 hari,
meningoensefalitis, trombositopenia
• Diperlukan untuk catch-up measles,
membentuk antibodi terhadap mumps
(gondongan), dan rubela
• MMR-2 diberikan sebelum pubertas
7.Haemophyllus influenzae type b

• Conjungate polysaccharide
• Diberikan sejak umur 2-4-6 bl, ulangan pada 18 bulan
• Mencegah : Meningitis, Pneumonia, bukan Influenza
• Simpan : 2 - 8ºC, jangan beku
• Suspensi berkabut keputihan: normal
• Kombinasi dgn DTaP /DTwPdan HB: 0,5 ml

Cara pemberian:
• < 2 thn : paha mid anterolateral
• > 2 thn : deltoid
8. Vaksin Demam Tifoid
(Typhim Vi®, Typherix®)

• Komposisi
– Polisakarida kapsul Vi Salmonella typhi
– Fenol, NaCl, NaHPO3H
• PFS, simpan 2 – 8ºC
• Intramuskular atau subkutan umur > 2 thn
• dosis 0,5 ml secara IM dideltoid atau paha
• Imunitas 2 – 3 minggu pasca vaksinasi
• Imunogenitas rendah pada umur < 2 thn
• Perlindungan 3 tahun
• Tidak melindungi thdp S.paratyphi A & B
9. Hepatitis A
• Transmisi melalui oro-fecal route
• Inactivated vaccine
• Umur > 2 tahun, dosis
– 2-12 tahun 720 U =0,5 ml
– > 12 tahun 1440 U = 1 ml
– ulangan 6 bulan berikutnya
• Indikasi: anak umur > 2 tahun
 Endemis, sering transfusi (hemofilis, panti asuhan
• Kotraindikasi: demam, infeksi akut, hipersensitiv
thd kompone vaksin
• Efikasi 84%
• Proteksi 10 tahun
• Reaksi yang terjadi minimal kadang demam,
lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu
makan
10. ROTAVIRUS
11. Vaksin Varisela
(Varilrix ®, Okavax ®)

• Virus hidup dilemahkan, strain Oka


• Mengandung Kanamycin sulfat, eritromisin
• Subkutan, umur > 1 thn (terbaik saat masuk
sekolah)
• Dosis 05 ml subkutan, dosis tunggal
• Anak > 13 th: diberikan 2x selang 1 bulan
• Kontra indikasi
– Demam, sakit akut
• Perhatian
– Jangan diberikan bersama vaksin hidup n
lai
– Jangan hamil dalam 2 bln yad
– tidak effektif bila transfusi gamma
globulin
12. Vaksin Influenza
Cara pemberian:
vaksin influenza diberikan secara intramuskular
pada paha anterolateral atau deltoid

Dosis vaksin
Umur 6-35 bulan : 0,25ml
Umur  3 tahun : 0,5 ml
Umur < 9 tahun : harus
mendapat 2 dosis
dengan interval minimal
4
minggu.
> 9 th: Pemberian vaksin
influenza 1x dan
13. Vaksin pneumokokus

2 jenis vaksin pneumokokus:


• vaksin polisakarida murni yang terdiri dari 23
valen/serotipe (PPV23) yang merupakan vaksin
polisakarida generasi pertama
• vaksin polisakarida konjungasi yang terdiri dari
7 valen/ serotipe (heptavalent pneumococcal
conjugate vaccine, PCV7) suatu vaksin polisakarida
generasi kedua.
Vaksin Pneumokokus Konjugasi (PCV-7)

• Vaksin polisakarida S.pneumoniae


– 7 serotipe : 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F dan 23F.
– Konjungasi dengan difteri toksoid
• T cell dependent
– Mempunyai memori jangka panjang
– Imunogenik pada anak <2 tahun
• Indikasi :
– anak sehat dan anak dengan risiko tinggi, umur 2 bulan
– 5 tahun
• Effektifitas :
– >90% mencegah penyakit pneumokokus invasif
– Mencegah 86% bakteremia
– Mencegah 83% meningitis anak <6 tahun
– Kurang effektif mencegah pneumonia dan OMA
• KIPI ringan :
– demam, mialgia 15%-24%
– Reaksi lokal : 10 – 20 %
Vaksin Pneumokokus PPV 23
• Nama dagang: Pneumo-23@ (Sanofi Pasteur)
– kapsul polisakarida S. pneumoniae
– 23 serotipe 14, 6B, 19F, 18C, 23F, 4, 9V, 19A, 6A, 7F, 3, 1, 9N, 22F,
18B, 15C, 12F, 11A, 18F, 33F, 10A, 38, 13
• T cell independent
– Mempunyai imunitas jangka pendek
– Tidak imunogenik pada anak <2 tahun
• Indikasi : anak> 2 tahun dalam risiko tinggi, yaitu
– penyakit kronik
– anatomic atau functional asplenia
– imunokompromais, pengobatan
– kemoterapi atau steroid, infeksi HIV
• Effektifitas
– 88% untuk pencegahan bakteremia pneumokokus
– 60%-70% untuk pencegahan penyakit invasif
– Kurang effektif mencegah pneumonia
• KIPI ringan
– Reaksi lokal : 30 – 50 %
14. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV)
untuk cegah Ca Cervix dan Condyloma
Vaksin Human Papiloma Virus (HPV)

• Cara pemberian 0,5 ml IM di


deltoid
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi

Vaksin Mencegah penyakit

BCG Tuberkulosis
Hepatitis B Hepatitis B, Kanker hati
DPT Difteri, pertusis, tetanus
Campak
Campak
Hemophilus influenza
tipe b (Hib) Pneumonia, meningitis
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi

Vaksi Mencegah
n penyakit
MMR Campak,
gondongan,
Pneumokoku campak Jerman
s Varisela
Pneumonia,
Tifoid meningitis
Hepatitis A Varisela
Human papilloma virus Tifoid
(HPV)
Hepatitis A
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi

Vaksi Mencegah
n penyakit
Rotaviru Diare
s
Influenza
Influenza
KIPI
Kejadian Ikutan Pasca imunisasi

• Definisi
 Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam kurun waktu 1 bulan setelah pemberain
imunisasi dan diperkirakan sebagai akibat dari
imunisasi

KIPI= reaksi simpang= adverse event folllowing


immunization
 Efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek
farmakologis, kesalahan program koinsiden, reaksi
suntikan, hubungan kausal yg tidak dapat
ditentukan
Berdasarkan klasifikasi lapangan, WHO
mengelompokkan KIPI

1. Vaccine reaction (reaksi vaksin) yaitu reaksi yang terjadi akibat sebagian
komponen vaksin.
2. Injection reaction (reaksi suntikan), kejadian yang muncul akibat cemas
terhadap tindakan penyuntikan dibandingkan dengan komponen
vaksinnya sendiri.
3. Programme error (kesalahan program), kejadian ini disebabkan oleh
karena proses penyiapan vaksin, pengemasan atau pemberian
4. Coincidence (koinsiden), kejadian yang berlangsung setelah
imunisasi,
tetapi tidak disebabkan oleh vaksin atau oleh kesalahan program.
5. Unknown (tidak diketahui) atau unidentified (tidak dapat
ditentukan).
Mengapa imunisasi perlu diberikan
pada anak > 1 tahun?
• Pada saat tertentu kadar antibodi menurun
(dibawah ambang pencegahan), maka
diperlukan penguat
• Belum pernah diimunisasi saat bayi (second
opportunity
• Imunisasi tidak lengkap
• Imunisasi tidak teratur
• Daerah risiko penularan tinggi (KLB,
bencana)
CATCH UP IMMUNIZATION
Kesimpulan
• Anak yang dalam masa pertumbuhan tidak
terganggu oleh penyakit yang serius (yang dapat
menyebabkan kematian & kecacatan), akan
dapat tumbuh & berkembang optimal

• Anak sehat diharapkan menjadi sosok dewasa


yang sehat, cerdas dan berkualitas

• Imunisasi menjadi investasi untuk kehidupan


yang berkualitas di masa depan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai