TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1) Bronkhitis Kronis
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2011
kelainan yang ditandai dengan adanya batuk produktif kronik yang
terjadi minimal 3 bulan dalam setahun, atau sekurang-kurangnya dua
tahun berturut-turut, tanpa disebabkan penyakit lain.
2) Emfisema
b. Patofisiologi
c. Klasifikasi PPOK
Tahap Keterangan
d. Faktor Risiko
e. Manifestasi Klinis
f. Penatalaksanaan PPOK
c) Penatalaksanaan
1) Tata Laksana Farmakologi
Penggunan bronkodilator sering ditemui dalam praktik tata
laksana PPOK, walaupun sebagian besar retriksi aliran udara
sifatnya ireversibel. Hal ini diduga karena walaupun
pengaruh bronkodilator dalam perubahan retriksi aliran udara
tersebut terlalu kecil untuk dideteksi oleh spirometri sebagai
perubahan FEV1, namun cukup bermakna dalam penurunan
hiperinflasi dan peningkatan FEV1 yang berhubungan
dengan PPOK (Francis, 2011; Soeroto, 2014).
4) Rehabilitasi
Tujuan dari rehabilitasi ini adalah untuk merinngankan gejala
seperti mengurangi dyspnea, meningkatkan kapasitas
aktivitas, dan meningkatkan kualitas hidup (Spouit M A, dkk
2013 dalam ATS 2015).
a) Penyesuaian aktivitas
b) Latihan ekspektorasi atau batuk efektif (huff cough)
c) Pursed-lips breathing
d) Latihan ekstremitas atas dan otot bantu napas
(PDPI, 2003)
2. Oksigenasi
a. Definisi
Oksigenasi adalah kebutuhan yang paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan proses metabolisme sel sehingga sel
dapat melakukan aktivitasnya secara adekuat dan mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya di dalam tubuh (Somantri,
2009; Andarmoyo, 2012).
b. Fisiologi Pernapasan
1. Pertukaran gas
Pertukaran gas melalui tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi,
dan transportasi (Andarmoyo, 2012).
a) Ventilasi
4) Pengaturan napa
Pusat pengaturan napas terletak pada medulla oblongata
dan pons. Pusat pernapasan teragsang oleh peningkatan
karbondioksida dalam darah yang merupakan hasil
metabolisme. Bila terjadi trauma yang menyebabkan terjadi
kerusakan pada pusat pengendali tersebut, maka
pengendalian napas akan terganggu (Andarmoyo, 2012).
b) Difusi
3) Koefisien difusi
Koefisien difusi tiap gas dipengaruhi oleh daya larut dalam
membran tersebut. Koefisien difusi berbanding proporsional
terhadap kemampuan terlarut gas dalam membran dan
b) Difus
6) Perbedaan tekanan
Tekanan pada membran berkorelasi positif terhadap
kecepatan proses difusi (Andarmoyo, 2012).Jika tekanan
parsial tinggi maka oksigen akan bergabung dengan
hemoglobin sedangkan jika tekanan parsial oksigen rendah
maka oksigen akan terdisosiasi dari hemoglobin sesuai
hukum difusi (Bauman et al, 1987 dalam Francis, 2011).
c) Transportasi gas
Transportasi gas adalah penyaluran oksigen dari alveoli keseluruh
tubuh. Transport terdiri dari dua macam, yaitu transport oksigen
dan transport karbondioksida (Somantri, 2009; Andarmoyo, 2012).
Transport oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
masuk ke paru, aliran darah ke paru dan jaringan, kecepatan
difusi, dan kapasitas membawa oksigen. Transport oksigen
dilakukan melewati dua cara yaitu secara fisik larut dalam
plasma (3%) dan secara kimia berikatan dengan hemoglobin
mebentuk oksihemoglobin (97%) (Andarmoyo, 2012).
5. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan suatu tindakan keperawatan yang terdiri
postural drainage, clapping/perkusi, dan vibrating pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tujuan dari tindakan ini adalah
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan
napas. Waktu optimal untuk melakukan teknik ini adalah sebelum
makan dan menjelang tidur malam (Andarmoyo, 2012).
6. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu kanula,
nasal dan masker. Metode pemberian oksigen dibagi menjadi dua
teknik yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi. Sistem
aliran rendah digunakan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
menghasilkan FiO2 yang tergantung pada tipe pernapasan dengan
patokan volume tidal. Digunakan pada pasien yang membutuhkan
oksigen namun masih mampu bernapas dengan pola pernapasan
normal. Sedangkan sistem aliran tinggi digunakan saat FiO2 stabil,
dan tidak bergantung pada tipe pernapasan. Sehingga konsentrasi
oksigen dapat ditingkatkan, tepat, dan teratur. Prinsip dari sistem ini
adalah udara dapat masuk melalui sungkup yang kemudian akan
dihimpit, sehingga tercipta tekanan negatif sehingga udara luar
dapatterhirup dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak
(Somantri, 2009; Andarmoyo, 2012).
b) Bronkoskopi
c) Pemeriksaan Biopsi
d) Pemeriksaan Sputum
Teknik untuk menganalisa adakah bakteri basil atau
mikroorganisme lain didalam saluran napas, untuk menjelaskan
berbagai peradangan pada saluran napas.
b) Saturasi Oksigen
Rentang Intepreta
Tes Normal si
menandaka
PaO2 80-100 mmHg Elevasi, n pemberian
oksigen berlebihan.
Menurun mengindikasikan
, penyakit
CAL, bronkhitis kanker
kronis, paru
dan bronkus, kistik fibrosis, RDS,